Anda di halaman 1dari 4

Kebakaran Hutan pada Lahan Gambut di Kalimantan

Tengah
Palangkaraya (06/10)-Kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan Tengah sudah
menjadi kado tahunan yang rutin terjadi. Pembukaan lahan dengan pembakaran secara besar-
besaran untuk kebutuhan hutan tanaman industri, perkebunan sawit dan proyek lahan gambut
sejuta hektar yang mengakibatkan kerusakan parah menjadi penyebab utama tak terkendalinya
kebakaran hutan di Kalteng.

Terdegrasinya ekosistem gambut di dalam dan


sekitar kawasan taman nasional akibat pembangunan
kanal dan pembukaan hutan akan menyebabkan
ekosistem ini peka terhadap kebakaran. Kondisi ini
telah dibuktikan pada tahun 1997 pada saat terjadi
bencana kekeringan El Nino, dimana pada tahun
tersebut telah terjadi bencana kebakaran yang sangat
hebat dengan areal yang terbakar relative sangat luas.
Didasarkan hasil pantauan data satelit sebelum dan
sesudah kebakaran pada tahun 1997 didalam areal studi
seluas 2,5 juta hektar di daerah Kalimantan Tengah diketahui bahwa 32% (790.000) areal
tersebut terbakar dan 91,5% (730.000 ha) merupakan lahan gambut. Dari hasil pengukuran
lapangan (ground measurement) kebakaran gambut dalam, diduga telah dilepaskan karbon ke
atmosfir sebanyak 0,19 – 0,23 gigaton (Gt) sebagai akibat kebakaran gambut dalam dan karbon
yang dilepaskan diperbanyak pula sebesar 0,05 Gt sebagai akibat kebakaran tajuk (overlying
vegetation). Hasil ekstrapolasi menunjukkan bahwa akibat kebakaran gambut dan vegetasi di
Indonesia pada tahun 1997 telah dilepaskan karbon (CO2) keatmosfir sebesar 0,81-2,57 Gt,
dimana hal ini setara dengan 13-40% rata-rata emisi karbon tahunan global yang dihasilkan dari
bahan bakar fosil, dan efek kebakaran tersebut, menghasilkan konsentrasi CO2 di atmosfir
terbesar sejak awal pengukuran konsentrasi karbon di atmosfir pada tahun 1957. Efek dari
kebakaran tersebut memberikan kontribusi nyata terhadap kabut asap yang menutupi sebgian
besar Asia Tenggara dan juga menyebabkan penurunan kualitas udara dan peningkatan
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kesehatan manusia (Susan E. Page et al., dalam
nature, 2002)

Hutan Gambut di dalam Kawasan Taman Nasional Sebangau merupakan salah satu tipe
ekosistem yang memainkan peranan yang sangat penting dalam mengatur siklus air sehingga
kekeringan dan banjir dapat dicegah. Namun demikian tingginya kerusakan hutan gambut di
areal proyek lahan gambut satu juta hektar dan masih berlangsungnya aktivitas penebangan liar
di dalam kawasan taman nasional menyebabkan seringnya terjadi bencana banjir.

Tingginya nilai manfaat Kawasan Sebangau, baik manfaat ekologi maupun ekonomi, saat
ini belum diikuti oleh tingginya kesadaran masyarakat baik dari pihak pemerintah kabupaten
Katingan dan Pulang Pisau serta kota Palangkaraya. Kawasan ini masih mengalami berbagai
gangguan yang dapat mengancam kelestariannya, seperti pencurian kayu liar, perburuan liar,
pembangunan kanal liar, pengalihan fungsi kawasan, pembangunan jalan, pembakaran hutan, dll.
Dari hasil citra satelit tahun 2001-2002 dan data image google earth 2006 diketahui
bahwa disebagian besar kawasan dapat dijumpai kanal. Kanal-kanal tersebut umumnya banyak
dijumpai disebelah utara dengan arah yang tidak beraturan dan lebar serta kedalaman yang
berbeda-beda. Kanal-kanal tersebut secara langsung akan berpengaruh terhadap neraca dan
fluktuasi air gambut. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kondisi gambut yang kemudia akan
berpengaruh pula terhadap flora dan fauna penyusun ekosistem gambut sebangau.

Lebih lanjut dari data citra satelit dan hasil pemtauan lapangan tim penyusun Rencana
Pengelolaan Taman Nasional tahun 2006 diketahui pula bahwa daerah disebelah barat kawasan
telah mulai terbuka dan sering terjadi kebakaran yang diduga sumber apinya berasal dari
penebangan liar didaerah Sungai Bulan. Kemudian didaerah sebelah barat-selatan kawasan juga
dijumpai adanya trase jalan sepanjang 20km kearah bukit kaki. Kondisi ini menunjukkan masih
rendahnya kepedulian lingkungan masyarakat, terutama pemerintah daerah, dalam melestarikan
ekosistem gambut dan masih tingginya kepentingan sesaat segelintir pihak yang tidak
mengindahkan bencana yang lebih besar yang akan timbul akibat perubahan lingkungan yang
cukup drastic.

Tingginya manfaat ekologis dan ekonomis yang dikandung di dalam Ekosistem Gambut
Sebangau dan tingginya kebutuhan masyarakat terhdap sumberdaya alam hayati dan lahan
menyebabkan perlunya disusun Dokumen Rencana Pengelolaan Taman Nasional Sebangau
sehingga kepentingan kelestarian ekologi dan ekonomi serta sosial budaya masyarakat dapat
terpenuhi secara seimbang. Dokumen ini akan menjadi acuan berbagai pihak untuk dapat saling
mendukung perlindungan dan pelestarian kawasan Sebangau dalam jangka panjang dan
pemanfaatan yang berkelanjutan yang dpaat digunakan bagi pembangunan wilayah dan
peningkatan kesejahteran masyarakat di Kabupaten Katingan dan Pulang Pisau serta Kota
Palangkaraya.
Tugas Pengantar Ilmu Kehutanan

KEBAKARAN HUTAN

DI KALIMANTAN TENGAH

DISUSUN

OLEH :

NAMA : EMMA ERNAWATI LOBO

NIM : M011181503

KELAS : KEHUTANAN D

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

Anda mungkin juga menyukai