Penyakit HIV
Penyakit HIV
DiSUSUN OLEH :
1. Andhika PrasetyaHidayatullah
2. Muhammad Jallaludin Akbar
3. Siti Muleha
4. Dini
5. Said
Kelas : X-IPS-1
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami
apa dan bagaimana masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah
dari makalah ini adalah:
1. Apakah HIV/AIDS itu?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah untuk
memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama
pelajar dan generasi muda tentang AIDS, sehingga dengan demikian
kita semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu
yang bisa saja menyebabkan penyakit AIDS.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga
reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social,
ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan
tantangan yang harus diharapi baik oleh negara maju maupun negara
berkembang.
2.2 Defiinisi
2.2.1 Virus HIV
5
dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian
melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara
menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat
merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang
sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi
tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya
sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh
maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki
pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat
terkena pilek biasa.
2.2.2 Penyakit AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh
makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk
menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki
karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena
AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu
beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Saat
ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat
6
menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS.
7
bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan
virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2.
Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya tular) dan mungkin
merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr
diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang
pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan
Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun 1985,
menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang patogenik
dibandingkan dengan HIV-.
8
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok
rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan
tanpa menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik
secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya
tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya
mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan
tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi
membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam
beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah
hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara
untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV
terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang
9
berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti
nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang
infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada
stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan
tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut
dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga
wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga
10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan
energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi
termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan
pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik,
kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan
central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah
berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota
gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral)
akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan
dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi
darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami
serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes
zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan
10
rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami
infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering
berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau
psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita
seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini
sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria
maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit
cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang
mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai
istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa
haid yang tidak teratur (abnormal).
11
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum
suntik dan sempritnya pada para pencandu narkotik
suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas
kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya,
baik selam hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu
ibu (ASI). Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi
kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi pada beberapa bayi
tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih
banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan
ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar,
bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti
dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan
cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil
untuk terkena HIV.
12
2.5 Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS
13
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor
darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur,
tato, tindik ) harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah
dalam usaha untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya :
memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada
seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan
AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran
brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS,
ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak
maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada
semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat
mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri
dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS.
2.5.2 Penanganan HIV/AIDS
2.5.2.1 Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan
dilakukan untuk memperlambat tingkat replikasi virus.
Berbagai macam obat diresepkan untuk mencapai
tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan
terus diteliti. Untuk menemukan obat
penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek
samping, namun demikian ternyata mereka benar-benar
mampu memperlambat laju perkembangan HIV
didalam tubuh.
14
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung
pada zat-zat khusus yang dapat menginfeksi pasien,
obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan
anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk
mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi
semakin parah
2.5.2.2 Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan
pengujian dilakukan atas permintaan pasien dimana
setelah proses konseling risiko PMS dan hubungannya
dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologic
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV,
terutama yang berkiatan dengan kehamilan da risiko
yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian
negative lakukan konseling untuk upaya preventif
(penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi
infeksi oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila
konsentrsi virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau
jika CD4 menurun secara dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan
kondisi yang dihadapi (pervaginanm atau
perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan infeksi).
15
2.6 Penyebaran Virus HIV Dalam Tubuh
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dan materi
genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel sehingga terjadi infeksi.
Di dalam sel, Virus berkembng biak pada akhirnya menghancurkan
sel serta melepaskan pertikel virus yang baru. Partikel virus yang baru
kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein
yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang
memiliki reseptor biasanya, disebut sel CD4+ atu disebut limfosit T
penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
menagatur sel-sel lain pada sistem kekebalan.(misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T stitostik), yang kesemuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
16
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga
teradi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap
infksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit Tpenolong
melalui 3 tahap selama beberpa bulan atau tahun.
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-
1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV sejumlah sel menurun sebanyak 40-50%. Selama
bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang
lain karena banyak partikel virus yang terdapat dalam luar
darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh
tidak mampu meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah
mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap
penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada
orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dak
kadar Limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter mendapati
orang-orang yang berisiko tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+
biasanya menurun drastis. Jika kadarnya turun hingga 200
sel/Ml darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B.
Limfosit B adalah limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali
HIV meyebabkan produksi antibodi berlebihan. Antibodi yang
diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain ini banyak membantu
dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
17
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh
virus menyebabkan berkurangnya kemampuan Sistem kekebalan
tubuh dalam mengenali dan sasaran baru yang harus diserang.
18
yang menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1
plasma. Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai
imunopatogenesis, sebagai penanda penyakit, pada deteksi dini
infeksi, dan pada penularan neonatus. Bayi yang lahir dari ibu positif-
HIV dapat memiliki antibodi anti-HIV ibu dalam darah mereka
sampai usia 18 bulan, tanpa bergantung apakah mereka terinfeksi atau
tidak.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai
makalah ini adalah:
1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya
hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya
kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus
HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda
dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk
serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari
Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang ada hanyalah
pencegahannya saja.
20
DAFTAR PUSTAKA
21