ABSTRAK
Bunga nusa indah (Mussaenda erythrophylla) merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengarakterisasi senyawa fenolik dari fraksi metanol pada bunga
nusa indah. Penelitian ini dilakukan dengan berbagai metode pemisahan yaitu fraksinasi dan
pemurnian. Isolat relatif murni diperoleh 438,9 mg berbentuk amorf. Kemurnian isolat diuji
menggukanan kromatografi lapis tipis 1 dan 2 dimensi yang menunjukkan noda tunggal dan uji
fitokimia yang menunjukkan positif fenolik. Spektrum ultraviolet visible (UV-Vis) dengan
menggunakan pelarut metanol memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang
221,0 nm menunjukkan adanya transisi elektronik π→π*. Pada 267,5 nm menunjukkan adanya
transisi elektronik *. Spektrum infrared (IR) menunjukkan bilangan gelombang (cm -1) :
3120,82 – 3514,30 (cm-1) (OH) stretching; 1454,33 cm-1 (C=C aromatic) stretching; 1128,36 cm-
1
(C-O-C) stretching; 2922,16-2858,51 cm-1 (C-H alifatic), 1730,15 cm-1 (C=O), 1583, 56 cm-1
(C=C alifatic), 827,46 cm -1 C-H alifatic. Berdasarkan hasil uji fitokimia, spektrum UV-Vis dan IR,
maka isolat F2.6 diindikasi merupakan senyawa fenolik.
83
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077
silika gel G-60 (230-400 mesh) dan silika Kromatografi vakum cair (KVC)
gel G-60 (70-230 mesh). Kromatografi vakum cair merupakan
teknik pemisahan dan pemurnian yang
Prosedur Kerja dilakukan menggunakan fase diam berupa
Preparasi sampel silika gel 60 (970-230 mesh). Fase gerak
Sampel berupa bunga nusa indah menggunakan eluen terbaik dari KLT
(Mussaenda erythrophylla) diambil di sebelumnya. Fraksi dan fase diam dielusi
lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas menggunakan eluen terbaik.
Tanjungpura, Pontianak. Keakuratan
spesies tanaman dideterminasi di Kromatografi kolom gravitasi (KKG)
Herbarium Bogoriense LIPI Bogor. Sampel Kromatografi Kolom Gravitasi
yang segar dikumpulkan dan merupakan metode pemisahan senyawa
dikeringanginkan di tempat terbuka yang yang menggunakan kolom yang
terlindung dari sinar matahari kemudian berdiameter 1,5 cm dan tinggi kolom 30 cm.
potong-potong dan dihaluskan dengan cara Fasa diam yang digunakan berupa silika gel
diblender. Sampel yang telah halus dan 60 (70-230 mesh). Fase gerak yang
kering kemudian akan dilanjutkan ke tahap digunakan adalah eluen terbaik dari KLT
maserasi. gabungan hasil KVC. Eluat yang dihasilkan
di KLT kembali untuk melihat pola yang
Ekstraksi sama dan ditentukan massa dari setiap
Sebanyak 750 g sampel bunga nusa fraksi sehingga dipilih satu fraksi untuk
indah dimaserasi dengan metanol pada dilakukan pemurnian.
suhu ruang selama 3 x 24 jam. Ekstrak
disaring dan filtratnya ditampung ke dalam Uji Kemurnian
botol berwarna cokelat. Filtrat yang Isolat yang relatif murni diketahui
dikumpulkan dan dipekatkan menggunakan melalui analisis KLT satu dimensi dan KLT
rotary evaporator. Sampel yang telah pekat dua dimensi menggunakan berbagai
kemudian ditimbang untuk mengetahui macam eluen. Apabila kromatogram
berat sampel ekstrak kental metanol. menunjukkan satu pola noda maka dapat
Ekstrak kental metanol yang diperoleh dikatakan bahwa isolat relatif murni.
adalah sebanyak 113,5668 gram.
Karakterisasi Senyawa Fenolik
Fraksinasi Isolat relatif murni fraksi metanol
Ekstrak kental metanol sebanyak 60 dianalisis menggunakan spektrofotometer
gram dipartisi menggunakan pelarut yang UV-Vis (Varian Cary 60) dan spektrometer
memiliki tingkat kepolaran yang berbeda- IR (Shimadzu). Hasil analisis berupa
beda seperti n-heksana, diklorometana, etil gambar spektrum dan data-data yang
asetat dan metanol. Semua fraksi yang terbaca dari spektrum. Spektrum yang
diperoleh dipekatkan menggunakan rotary diperoleh akan diinterpretasikan untuk
evaporator. Ekstrak dan semua fraksi mengarakterisasi senyawa yang terdapat
dilakukan uji fitokimia sebelum dilanjutkan dalam fraksi metanol bunga nusa indah.
ke tahap pemurnian dan isolasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode pemisahan dan pemurnian
Ekstraksi
Kromatografi lapis tipis (KLT)
Sampel bunga nusa indah yang telah
Kromatografi lapis tipis merupakan
kering kemudian dihaluskan dengan cara
teknik pemisahan diantara dua fase, yaitu
diblender dan diekstraksi dengan cara
fase diam (padat atau cair) dan fase gerak
maserasi. Maserasi adalah proses
(cair atau gas) (Khopkar, 1990). Pemisahan
perendaman sampel untuk menarik
senyawa dilihat dari noda hasil totolan yang
komponen yang diinginkan dengan kondisi
berasal dari campuran fraksi dan eluen.
suhu dingin diskontinyu (Putra, et al., 2014).
Setelah itu, pelat atau lapisan dimasukkan
Maserasi dilakukan selama 3x24 jam
kemudian ditutup rapat dalam chamber
menggunakan pelarut metanol. Proses
yang berisi fase gerak yang sesuai (Firdaus
evaporasi menggunakan evaporator dengan
dan Utami, 2009). Pola yang terbentuk akan
suhu 40°C. Ekstrak kental metanol yang
disinar UV 254 nm dan 366 nm.
84
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077
diperoleh yaitu sebanyak 113,57 gram (dari perbandingan metanol: etil asetat:
750 gram sampel). diklorometana (1:3:6) sebagai eluen terbaik
yang akan digunakan dalam proses KVC.
Fraksinasi Fase gerak yang memberikan noda
Ekstrak kental metanol (60 gram) di terbanyak dengan jarak pemisahan yang
partisi menggunakan pelarut sesuai dengan cukup atau perbedaan nilai Rf yang cukup
tingkat kepolarannya, seperti n-heksana, besar akan digunakan sebagai eluen pada
diklorometana, etil asetat dan metanol. saat proses KVC (Parwata, et al., 2010).
Berdasarkan hasil fraksinasi yang diperoleh
maka dapat dihitung nilai % rendemen
setiap fraksi. Berikut ini merupakan tabel %
rendemen dari hasil perhitungan massa
fraksi.
85
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077
baik dan jumlah bobot sampelnya paling nm). fraksi F2.6 memiliki satu komponen
banyak yakni 117,26 mg. yang hampir sama dengan warna yang
sama. Hasil warna yang terlihat adalah
Kromatografi kolom gravitasi (KKG) warna biru. Hal ini menandakan bahwa
Berdasarkan hasil KLT dari hasil KKG apabila dilakukan uji spektrometri maka
dipilih pola noda yang sama untuk sinyal yang muncul adalah sinyal komponen
digabungkan, maka terpilih 7 fraksi dominan yang terlihat atau bisa dikatakan
gabungan (F2.1-F2.7) yang akan ditentukan senyawa target dapat terlihat pada
massa fraksi-fraksi tersebut. Tabel 3 adalah komponen tersebut. Menurut Rita (2010),
data massa fraksi dan hasil uji Fenolik dari hasil dari uji kemurnian adalah fraksi yang
7 fraksi hasil penggabungan. tetap menunjukkan noda tunggal dengan
berbagai campuran eluen yang digunakan.
Tabel 3. Data Massa Fraksi-Fraksi Hal ini menunjukkan bahwa fraksi relatif
Pemisahan KKG murni secara KLT.
Fraksi-
Massa
Fraksi fraksi Analisis Senyawa Golongan Fenolik
No. fraksi
gabungan yang dalam Isolat F2.6
(mg)
digabung Spektrofotometer UV-Vis
1. F2.1 1-2 3,2 Karakterisasi isolat F2.6 dengan
2. F2.2 3-4 7 spektrofotometer UV-Vis cary 60.
3. F2.3 5-9 20 Menggunakan pelarut metanol
4. F2.4 10-45 94,7 menghasilkan spektrum sebagai berikut.
5. F2.5 46-48 39,4
6. F2.6* 49-97 438,9
7. F2.7 98-116 27,3
Keterangan : * fraksi yang diteruskan untuk
dianalisis
86
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077
bilangan gelombang 1730,15 cm -1. Serapan Berdasarkan data spektrum tersebut, isolat
landai pada panjang gelombang 267,5 nm diindikasi merupakan senyawa fenolik. Hal
kemungkinan diakibatkan oleh terjadinya ini dikarenakan adanya serapan lebar pada
transisi elektron * yang disebabkan bilangan gelombang 3120,82-3514,30 cm-1
adanya ikatan rangkap C=O. yang menandakan adanya gugus fungsi OH
(ulur). Pada bilangan gelombang 2922,16-
Spektrometri IR 2858,51 cm-1 memiliki serapan lebar yang
Karakterisasi dengan spektrometer menunjukkan adanya gugus fungsi C-H
inframerah bertujuan untuk mengetahui alifatik. Pada bilangan gelombang 1730,15
gugus fungsi yang ada pada isolat F2.6. Alat cm-1 memiliki serapan tajam yang
spektrum yang digunakan adalah menunjukkan adanya gugus C=O. Pada
spektrometer IR shimadzu. Analisis isolat bilangan gelombang 1583, 56 cm-1 memiliki
F2.6 dengan spektrometer inframerah serapan tajam yang menunjukkan adanya
menghasilkan spektrum pada Gambar 3. gugus C=C alifatik (ulur). Bilangan
gelombang 1454,33 cm-1 memiliki serapan
tajam yang menunjukkan C=C aromatik
(ulur), bilangan gelombang 1128,36 cm-1
memiliki serapan tajam yang menunjukkan
adanya gugus C-O-C (ulur), dan pada
bilangan gelombang 827,46 cm-1 memiliki
serapan lebar yang menunjukkan adanya
gugus C-H siklik (tekuk).
SIMPULAN
Berdasarkan uji fitokimia, pemisahan
dan pemurnian, serta analisis
menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan
Gambar 3. Spektrum Spektrometri spektrometri IR maka diprediksikan bahwa
Inframerah isolat F2.6 senyawa yang terdapat di dalam isolat F2.6
(FTIR) adalah fenolik.
87
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077
88