Anda di halaman 1dari 6

JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI METANOL


BUNGA NUSA INDAH (Mussaenda erythrophylla)

Sri Utami1*, Ari Widiyantoro1, Afghani Jayuska1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H Hadari Nawawi, Pontianak
*email:3utami.mpw@gmail.com

ABSTRAK
Bunga nusa indah (Mussaenda erythrophylla) merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengarakterisasi senyawa fenolik dari fraksi metanol pada bunga
nusa indah. Penelitian ini dilakukan dengan berbagai metode pemisahan yaitu fraksinasi dan
pemurnian. Isolat relatif murni diperoleh 438,9 mg berbentuk amorf. Kemurnian isolat diuji
menggukanan kromatografi lapis tipis 1 dan 2 dimensi yang menunjukkan noda tunggal dan uji
fitokimia yang menunjukkan positif fenolik. Spektrum ultraviolet visible (UV-Vis) dengan
menggunakan pelarut metanol memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang
221,0 nm menunjukkan adanya transisi elektronik π→π*. Pada 267,5 nm menunjukkan adanya
transisi elektronik *. Spektrum infrared (IR) menunjukkan bilangan gelombang (cm -1) :
3120,82 – 3514,30 (cm-1) (OH) stretching; 1454,33 cm-1 (C=C aromatic) stretching; 1128,36 cm-
1
(C-O-C) stretching; 2922,16-2858,51 cm-1 (C-H alifatic), 1730,15 cm-1 (C=O), 1583, 56 cm-1
(C=C alifatic), 827,46 cm -1 C-H alifatic. Berdasarkan hasil uji fitokimia, spektrum UV-Vis dan IR,
maka isolat F2.6 diindikasi merupakan senyawa fenolik.

Kata kunci : fenolik, isolat, Mussaenda erythrophylla

PENDAHULUAN indah (M. erythrophylla) sehingga perlu


dilakukannya penelitian yang bertujuan
Tanaman bunga nusa indah merupakan
untuk mengetahui karakterisasi senyawa
tanaman bergenus Mussaenda yang
fenolik dengan menggunakan analisis
berasal dari Afrika Barat. Umumnya
spektrofotometri UV-Vis dan spektrometri
ditemukan di lingkungan sekitar.
IR.
(Eswaraiah, et al., 2011). Berdasarkan
penelitian Kar DM, et al., (2014), tanaman
METODOLOGI PENELITIAN
nusa indah disebut sebagai Nagavalli,
secara tradisional daunnya dimanfaatkan Alat dan Bahan
sebagai obat antiinflamasi, bisul, demam, Alat-alat penunjang penelitian ini adalah
kusta dan asma. Berdasarkan penelitian alat-alat gelas kimia yang umum digunakan
yang telah dilakukan oleh penelitian di Laboratorium Kimia Organik, inkubator,
sebelumnya, akar bunga nusa indah neraca analitik, pipa kapiler, rotary
(Mussaenda erythrophylla) memiliki evaporator, statif dan klem serta
kandungan senyawa golongan flavonoid, seperangkat alat kromatografi kolom,
saponin, steroid dan fenolik. kemudian analisis menggunakan
Fenolik adalah senyawa yang memiliki spektrofotometer UV-Vis (Varian Cary 60),
satu atau lebih gugus hidroksil yang spektrometer IR (Shimadzu). Bahan-bahan
menempel di cincin aromatik. Fenolik yang digunakan untuk penelitian ini adalah
sekurang-kurangnya memiliki satu gugus berbagai jenis pelarut organik diantaranya
fenol (Vermerris dan Nicholson, 2006). metanol, n-heksana, diklorometana dan etil
Senyawa fenolik sederhana mengandung asetat baik yang p.a maupun teknis;
sifat bakterisidal, antiseptik dan pereaksi untuk uji fitokimia meliputi asam
antihelmintik (Pangelly, 2004). Hingga saat klorida (HCl) pekat, asam sulfat (H 2SO4)
ini belum ditemukannya publikasi penelitian 2 N, besi (III) klorida (FeCl3) 10%, logam
yang mengungkapkan adanya fenolik pada Mg, pereaksi Libermann-Burchard, pereaksi
bagian bunga dari tanaman bunga nusa Wagner; plat KLT silika gel 60 F 254 (Merck);

83
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077

silika gel G-60 (230-400 mesh) dan silika Kromatografi vakum cair (KVC)
gel G-60 (70-230 mesh). Kromatografi vakum cair merupakan
teknik pemisahan dan pemurnian yang
Prosedur Kerja dilakukan menggunakan fase diam berupa
Preparasi sampel silika gel 60 (970-230 mesh). Fase gerak
Sampel berupa bunga nusa indah menggunakan eluen terbaik dari KLT
(Mussaenda erythrophylla) diambil di sebelumnya. Fraksi dan fase diam dielusi
lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas menggunakan eluen terbaik.
Tanjungpura, Pontianak. Keakuratan
spesies tanaman dideterminasi di Kromatografi kolom gravitasi (KKG)
Herbarium Bogoriense LIPI Bogor. Sampel Kromatografi Kolom Gravitasi
yang segar dikumpulkan dan merupakan metode pemisahan senyawa
dikeringanginkan di tempat terbuka yang yang menggunakan kolom yang
terlindung dari sinar matahari kemudian berdiameter 1,5 cm dan tinggi kolom 30 cm.
potong-potong dan dihaluskan dengan cara Fasa diam yang digunakan berupa silika gel
diblender. Sampel yang telah halus dan 60 (70-230 mesh). Fase gerak yang
kering kemudian akan dilanjutkan ke tahap digunakan adalah eluen terbaik dari KLT
maserasi. gabungan hasil KVC. Eluat yang dihasilkan
di KLT kembali untuk melihat pola yang
Ekstraksi sama dan ditentukan massa dari setiap
Sebanyak 750 g sampel bunga nusa fraksi sehingga dipilih satu fraksi untuk
indah dimaserasi dengan metanol pada dilakukan pemurnian.
suhu ruang selama 3 x 24 jam. Ekstrak
disaring dan filtratnya ditampung ke dalam Uji Kemurnian
botol berwarna cokelat. Filtrat yang Isolat yang relatif murni diketahui
dikumpulkan dan dipekatkan menggunakan melalui analisis KLT satu dimensi dan KLT
rotary evaporator. Sampel yang telah pekat dua dimensi menggunakan berbagai
kemudian ditimbang untuk mengetahui macam eluen. Apabila kromatogram
berat sampel ekstrak kental metanol. menunjukkan satu pola noda maka dapat
Ekstrak kental metanol yang diperoleh dikatakan bahwa isolat relatif murni.
adalah sebanyak 113,5668 gram.
Karakterisasi Senyawa Fenolik
Fraksinasi Isolat relatif murni fraksi metanol
Ekstrak kental metanol sebanyak 60 dianalisis menggunakan spektrofotometer
gram dipartisi menggunakan pelarut yang UV-Vis (Varian Cary 60) dan spektrometer
memiliki tingkat kepolaran yang berbeda- IR (Shimadzu). Hasil analisis berupa
beda seperti n-heksana, diklorometana, etil gambar spektrum dan data-data yang
asetat dan metanol. Semua fraksi yang terbaca dari spektrum. Spektrum yang
diperoleh dipekatkan menggunakan rotary diperoleh akan diinterpretasikan untuk
evaporator. Ekstrak dan semua fraksi mengarakterisasi senyawa yang terdapat
dilakukan uji fitokimia sebelum dilanjutkan dalam fraksi metanol bunga nusa indah.
ke tahap pemurnian dan isolasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode pemisahan dan pemurnian
Ekstraksi
Kromatografi lapis tipis (KLT)
Sampel bunga nusa indah yang telah
Kromatografi lapis tipis merupakan
kering kemudian dihaluskan dengan cara
teknik pemisahan diantara dua fase, yaitu
diblender dan diekstraksi dengan cara
fase diam (padat atau cair) dan fase gerak
maserasi. Maserasi adalah proses
(cair atau gas) (Khopkar, 1990). Pemisahan
perendaman sampel untuk menarik
senyawa dilihat dari noda hasil totolan yang
komponen yang diinginkan dengan kondisi
berasal dari campuran fraksi dan eluen.
suhu dingin diskontinyu (Putra, et al., 2014).
Setelah itu, pelat atau lapisan dimasukkan
Maserasi dilakukan selama 3x24 jam
kemudian ditutup rapat dalam chamber
menggunakan pelarut metanol. Proses
yang berisi fase gerak yang sesuai (Firdaus
evaporasi menggunakan evaporator dengan
dan Utami, 2009). Pola yang terbentuk akan
suhu 40°C. Ekstrak kental metanol yang
disinar UV 254 nm dan 366 nm.

84
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077

diperoleh yaitu sebanyak 113,57 gram (dari perbandingan metanol: etil asetat:
750 gram sampel). diklorometana (1:3:6) sebagai eluen terbaik
yang akan digunakan dalam proses KVC.
Fraksinasi Fase gerak yang memberikan noda
Ekstrak kental metanol (60 gram) di terbanyak dengan jarak pemisahan yang
partisi menggunakan pelarut sesuai dengan cukup atau perbedaan nilai Rf yang cukup
tingkat kepolarannya, seperti n-heksana, besar akan digunakan sebagai eluen pada
diklorometana, etil asetat dan metanol. saat proses KVC (Parwata, et al., 2010).
Berdasarkan hasil fraksinasi yang diperoleh
maka dapat dihitung nilai % rendemen
setiap fraksi. Berikut ini merupakan tabel %
rendemen dari hasil perhitungan massa
fraksi.

Tabel 1. Nilai % Rendemen dari Massa


Fraksi Hasil Fraksinasi Sampel
Massa Rendemen (a) (b)
Fraksi
Fraksi (g) (%)
fraksi metanol 6,4573 10,76 Gambar 1. Eluen Perbandingan Terbaik
fraksi 10,4488 17,41 Metanol: Etil Asetat:
n-heksana Diklorometana (1:3:6)
fraksi 6,1108 10,18 Menggunakan Lampu UV (a)
diklorometana 245 nm (b) 366 nm.
fraksi etil 8,3772 13,96
asetat Kromatografi Vakum Cair menggunakan
fraksi metanol mendapatkan eluat sebanyak
Uji Metabolit Sekunder 42 botol. Selanjutnya fraksi metanol
Ekstrak dari keempat fraksi hasil partisi dikeringanginkan untuk mengetahui massa
yang diperoleh yaitu fraksi metanol, fraksi n- fraksi yang diperlukan sebagai
heksana, fraksi diklorometana dan fraksi etil pertimbangan untuk pemilihan fraksi yang
asetat kemudian dilakukan uji fitokimia. akan diteruskan.
Berdasarkan hasil uji fitokimia diketahui
ekstrak kental metanol mengandung Tabel 2. Data Massa Fraksi-Fraksi Hasil
senyawa kimia seperti fenolik, tannin, Pemisahan KVC
saponin, steroid, flavonoid, alkaloid,dan Fraksi-fraksi
Fraksi Massa
terpenoid. Selain itu, senyawa fenolik No. yang
gabungan fraksi (mg)
terdapat pada fraksi diklorometana, etil digabung
1. F1 1-2 16,54
asetat dan metanol.
2. F2 3-5 16,48
3. F3 6-10 28,86
Metode Pemisahan dan Pemurnian 4. F4 11-17 48,99
Kromatografi vakum cair (KVC) 5. F5* 18-21 117,26
Langkah awal yang dilakukan sebelum 6. F6 22-30 55,09
KVC adalah kromatografi lapis tipis pada 7. F7 31-34 2049
fraksi metanol. Tujuannya untuk Keterangan : * Sampel dilanjutkan ke tahap
menentukan eluen terbaik yang akan selanjutnya
digunakan pada saat pemisahan dan
pemurnian dalam proses KVC. KLT Pola pemisahan yang sama pada hasil
dilakukan menggunakan plat silika gel 60 kromatografi lapis tipis digabungkan
F254 ; ukuran 1x5 cm yang dielusi dengan sehingga memperoleh tujuh fraksi
variasi fase gerak seperti metanol 100 %, gabungan (F1-F2), selanjutnya
etil asetat 100%, etil asetat : metanol (5:5); dikeringanginkan pada suhu kamar. Ketujuh
etil asetat : diklorometana (5:5), (3:7), (7:3), fraksi gabungan ditimbang untuk
(1:9), (9:1), (2:8), (4:6), (6:4) ; metanol : etil mengetahui massa sampel setelah
asetat (1:1), (1:9), (9:1), (5:5), (3:7) ; kromatografi vakum cair. Dari hasil
metanol : etil asetat : diklorometana (1:4:5), pemisahan terpilih gabungan dari plat
(1:3:6). Pada perlakuan ini didapatkan nomor 18-21. Pola pemisahannya paling

85
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077

baik dan jumlah bobot sampelnya paling nm). fraksi F2.6 memiliki satu komponen
banyak yakni 117,26 mg. yang hampir sama dengan warna yang
sama. Hasil warna yang terlihat adalah
Kromatografi kolom gravitasi (KKG) warna biru. Hal ini menandakan bahwa
Berdasarkan hasil KLT dari hasil KKG apabila dilakukan uji spektrometri maka
dipilih pola noda yang sama untuk sinyal yang muncul adalah sinyal komponen
digabungkan, maka terpilih 7 fraksi dominan yang terlihat atau bisa dikatakan
gabungan (F2.1-F2.7) yang akan ditentukan senyawa target dapat terlihat pada
massa fraksi-fraksi tersebut. Tabel 3 adalah komponen tersebut. Menurut Rita (2010),
data massa fraksi dan hasil uji Fenolik dari hasil dari uji kemurnian adalah fraksi yang
7 fraksi hasil penggabungan. tetap menunjukkan noda tunggal dengan
berbagai campuran eluen yang digunakan.
Tabel 3. Data Massa Fraksi-Fraksi Hal ini menunjukkan bahwa fraksi relatif
Pemisahan KKG murni secara KLT.
Fraksi-
Massa
Fraksi fraksi Analisis Senyawa Golongan Fenolik
No. fraksi
gabungan yang dalam Isolat F2.6
(mg)
digabung Spektrofotometer UV-Vis
1. F2.1 1-2 3,2 Karakterisasi isolat F2.6 dengan
2. F2.2 3-4 7 spektrofotometer UV-Vis cary 60.
3. F2.3 5-9 20 Menggunakan pelarut metanol
4. F2.4 10-45 94,7 menghasilkan spektrum sebagai berikut.
5. F2.5 46-48 39,4
6. F2.6* 49-97 438,9
7. F2.7 98-116 27,3
Keterangan : * fraksi yang diteruskan untuk
dianalisis

Berdasarkan dengan pertimbangan dari


massa ketujuh fraksi tersebut maka fraksi
terpilih akan dianalisis spektrometri. Hal ini
karena massa ketujuh fraksi tersebut tidak
memungkinkan untuk dilakukan KKG
karena dikhawatirkan massa ketujuh fraksi
tersebut akan habis. Pada tabel 4.6
Gambar 2. Spektrum UV-Vis
diketahui massa fraksi ke enam (F2.6)
memiliki massa fraksi yang lebih besar
Tabel 4. Panjang Gelombang (nm) dan
dibandingkan dengan fraksi yang lainnya.
Absorsi UV-Vis pada Isolat F2.6
Selain itu, F2.6 memiliki pola noda serupa
sehingga F2.6 terpilih untuk dianalisis
Panjang gelombang Absorbansi
spektrometri.
(nm)
Uji Kemurnian 221,0 0,651
Analisis KLT satu dimensi menggunakan 267,5 0,370
beberapa eluen, diantaranya adalah
metanol 100%, etil asetat:metanol 5:5, etil Berdasarkan spektrum UV-Vis isolat
asetat:metanol 7:3 dan etil asetat:metanol menunjukkan adanya panjang gelombang
3:7. Uji kemurnian dari fraksi F2.6 maksimum yaitu 221,0 nm dan 267,5 nm
selanjutnya dianalisis dengan KLT dua yang menunjukkan adanya transisi
dimensi menggunakan eluen yang berbeda. elektronik * dari ikatan rangkap C=C.
Kromatogram Dua Dimensi Fraksi F2.6 Pada 267,5 nm menunjukkan transisi
Menggunakan Eluen (a) Etil Asetat: Metanol eklektronik * dari ikatan C=O. Hal ini
(3:7) dan (b) Etil Asetat: Metanol (7:3) diperkuat dari hasil spectrum IR yang
(Analisis KLT Menggunakan Silika Gel 60 menunjukkan adanya gugus fungsi C=C
F254; Tebal 0,2 mm; Ukuran 5 x 5 cm; Jarak pada bilangan gelombang 1454,33 (cm-1)
Elusi 4 cm dan pada UV 254 nm dan 366 dan adanya gugus fungsi C=O pada

86
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077

bilangan gelombang 1730,15 cm -1. Serapan Berdasarkan data spektrum tersebut, isolat
landai pada panjang gelombang 267,5 nm diindikasi merupakan senyawa fenolik. Hal
kemungkinan diakibatkan oleh terjadinya ini dikarenakan adanya serapan lebar pada
transisi elektron * yang disebabkan bilangan gelombang 3120,82-3514,30 cm-1
adanya ikatan rangkap C=O. yang menandakan adanya gugus fungsi OH
(ulur). Pada bilangan gelombang 2922,16-
Spektrometri IR 2858,51 cm-1 memiliki serapan lebar yang
Karakterisasi dengan spektrometer menunjukkan adanya gugus fungsi C-H
inframerah bertujuan untuk mengetahui alifatik. Pada bilangan gelombang 1730,15
gugus fungsi yang ada pada isolat F2.6. Alat cm-1 memiliki serapan tajam yang
spektrum yang digunakan adalah menunjukkan adanya gugus C=O. Pada
spektrometer IR shimadzu. Analisis isolat bilangan gelombang 1583, 56 cm-1 memiliki
F2.6 dengan spektrometer inframerah serapan tajam yang menunjukkan adanya
menghasilkan spektrum pada Gambar 3. gugus C=C alifatik (ulur). Bilangan
gelombang 1454,33 cm-1 memiliki serapan
tajam yang menunjukkan C=C aromatik
(ulur), bilangan gelombang 1128,36 cm-1
memiliki serapan tajam yang menunjukkan
adanya gugus C-O-C (ulur), dan pada
bilangan gelombang 827,46 cm-1 memiliki
serapan lebar yang menunjukkan adanya
gugus C-H siklik (tekuk).

SIMPULAN
Berdasarkan uji fitokimia, pemisahan
dan pemurnian, serta analisis
menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan
Gambar 3. Spektrum Spektrometri spektrometri IR maka diprediksikan bahwa
Inframerah isolat F2.6 senyawa yang terdapat di dalam isolat F2.6
(FTIR) adalah fenolik.

Berdasarkan dengan hasil spektrum DAFTAR PUSTAKA


FTIR menujukkan adanya bilangan Eswaraiah, M.C dan Elumalai, A. 2011.
gelombang dan serapan sehingga dapat Isolation of phytoconstituents from
ditentukan gugus yang terdapat pada analit. the stems of Mussaenda erythropylla.
Berikut ini merupakan data yang diperoleh Department of Pharmacognosy
dari spekrum FTIR. Anurag Pharmacy College. India. Der
Pharmacia Sinica, 2: 132-142.
Tabel 5. Spektrum Inframerah Isolat F2.6 Firdaus dan Utami, 2009. Analisis Kualitatif
Bilangan Intensitas Gugus Paracetamol pada Sediaan Jamu
-1
gelombang (cm ) fungsi
3120,82-3514,30 Lebar OH
Serbuk Pegal Linu Yang Beredar di
(ulur) Purwokerto. Jurnal Farmasi. 6:2.
2922,16-2858,51 Lebar C-H alifatik Kar, D.M, Rout S.K., Moharana, L., dan
1730,15 Tajam C=O Majumdar, S., 2014. Evaluation of
1583, 56 Tajam C=C alifatik Anticonvulsant Activity of
(ulur)
1454,33 Tajam C=C Hydroalcoholic Extract Of Mussaenda
aromatik Philippica on Animals. Journal of
(ulur) Acute Disease. Hal 46-50.
1128,36 Tajam C-O-C Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia
(ulur)
827,46 Lebar C-H siklik
Analitik. Penerjemah : A.
(tekuk) Saptorahardjo, Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Pangelly, 2004. The Constituens of Medical
Plants. 2 Edition. Allen & Uwin,
Crows Nest.

87
JKK, Tahun 2016, Vol 6(4), halaman 83-88 ISSN 2303-1077

Parwata IM. O.A.P.,Ratnayani K., dan Metode Maserasi, Refluks, dan


Listya A. , 2010. Aktivitas Antiradical Sokletasi. 8:113-199.
Bebas serta Kadar Beta Karoten Rita, W.S., 2010. Isolasi, Identifikasi dan Uji
pada Madu Randu (Ceiba Pentendra) Aktivitas Antibakteri Senyawa
dan Madu Kelengkeng (Nephelium Golongan Triterpenoid pada
longata L). Jurnal Kimia. 4:54-62. Rimpang Temu Putih (Curcuma
Putra,B.A.A., Bogoriani, N.W., Diantariani, Zedooria Berg.) (Roscoe). J.Kim
N.W., 2014. Ekstraksi Warna Alam 4:20-26.
dari Bonggol Tanaman Pisang Vermerris W, Nicholson R. Phenolic
(Musa Paradiasciaca L.) dengan Compound. Netherlands: Springer,
2006.

88

Anda mungkin juga menyukai