Anda di halaman 1dari 20

Kebebasan Menjalankan Agama dalam Era Joko Widodo

(Kasus:Presekusi Ulama)

Oleh : Muftita Irza Anantha Simbolon (1501115080)

Abstrak

Kebebasan beragama dan menjalankan agama sesuai dengan kepercayan di


Indonesia sesungguhnya telah dijamin dan di lindungi oleh Negara sesuai dengan
Undang-Undang pasal 29 ayat 1 dan 2. Dalam berkebebasan agama warga Negara
memiliki hak mempercayai dan menjalankan aturan agamanya sesuai dengan UUD
1945. Namun hingga saat ini pelanggaran-pelanggaran terhadap hak bearagama tetap
terjadi. Pada Era Joko Widodo dalam beberapa kasus terdapat indikasi bahwa Negara
ingin turut mencampuri dalam urusan menjalankan agama warga negaranya sehingga
kebebasan beragama
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan proses demokrasi dalam kebebasan
menjalankan agama dalam era Joko Widodo selama 2014-2019. Sebagai presiden
yang memimpin mayoritas warga negaranya beragama islam tidak membuat beliau
terus memihak terhadap umat muslim pada era kepemimpinannya. Namun malah
dalam masa pemerintahannya terdapat isu-isu atau kejadian-kejadian yang sangat
menyinggung islam dari segi menjalankan ajarannya hingga ulama-ulamanya.
Bahkan bukan hanya terhadap kelompok beragama muslim, namun isu negatif
mengenai kebebasan beragama juga menyinggung agama selain islam.

Kata Kunci : Demokrasi, Kebebasan Beragama, Joko Widodo

1. Pendahuluan

Sebagai Negara yang berdemokrasi hak dalam kebebasan beragama


seharusnya terlindungi di Indonesia. Demokrasi di indonesia terus mengalami

1
perkembangan seiring perubahan dinamika politik Indonesia. Isu mengenai
kebebasan beragama selalu muncul di Indonesia yang multikultural dan terdiri dari
beberapa agama, terlebih lagi ketika memasuki masa Pemilihan Umum (Pemilu).
Dalam menjalankan agama, pemerintah Indonesia telah mengaturnya dalam
Undang-Undang pasal 28 (e) ayat 2 hasil amandemen, Undang-Undang tersebut
berbunyi bahwa: Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan fikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”. Pada pasal 29 ayat 1
dan 2 juga menyebutkan tentang kebebasan menjalankan agama di Indonesia. UU
tersebut mengatakan bahwa: Negara berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa, Negara
Menjamin Kemerdekaan Tiap-tiap Penduduk untuk memeluk agamanya, dan
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.1 Undang-undang tersebut di
atas merupakan dasar kebebasan beragama dan kebebasan menjalankan agama-agama
yang telah disahkan di indonesia.
Hak beragama dan berkepercayaan adalah Hak Asasi Manusia (HAM) yang
tidak bisa dikurangi dan dibatasi dalam kondisi apapun. Pernyataan tersebut terdapat
dalam pasal 28 ayat 1 UUD 1945 perubahan kedua. Ditegaskan kembali dalam Pasal
28 ayat 4 UUD 1945 perubahan kedua, yang mengatakan bahwa kewajiban Negara
terutama pemerintah untuk melindungi, memajukan, menegakkan dan menuhi HAM.
ini dapat juga diartikan bahwa negara tidak mempunyai wewenang mencampuri
urusan agama dan kepercayaan setiap warga negaranya.2 Malah seharusnya Negara
memberikan perlindungan terhadap warna Negara yang menjalankan kepercayaanya
karena itu mengaplikasikan nilai Pancasila Sila Pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa.

1
http://suarapublik.co.id/index/index.php?option=com_content&view=article&id=110:bagaimana-
ketegasan-pemerintah-dalam-menjaga-kebebasan-beragama&catid=43:kontroversi&Itemid=130. (7
Januari 2012)

2
M. Zainuddin, KEBEBASAN BERAGAMA DAN DEMOKRATISASI DI INDONESIA, el-Harakah, Vol. 11, No.
2, Tahun 2009 hlm 173

2
Pada Era Joko Widodo sering kali muncul di berita-berita mengenai umat
muslim di Indonesia terutama mengenai teror ‘orang gila’ dan presekusi terhadap
ulama bahkan tokoh agama selain islam. Langkah-langkah yang diambil oleh pihak
pemerintah seakan mengisyaratkan ingin ikut mencampuri urusan agama warga
negaranya yang seharusnya dilindungi oleh Undang-Undang. Banyaknya muncul isu-
isu tersebut melatarbelakangi makalah ini.
Beberapa waktu belakangan ini kata persekusi sering kita dengar dari berbagai
media dan berita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Persekusi merupakan
pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga dan disakiti,
dipersusah, atau ditumpas.3 Secara umum persekusi adalah suatu perlakuan buruk dan
sewenang-wenang individu maupun kelompok secara sistematis terhadap individu
atau kelompok lain dengan cara memburu, mempersusah, dan menganiaya, karena
perbedaan suku, agama, atau pandangan politik.4 Maka persekusi alama adalah
perlakuan buruk dan sewenang-wenang individu maupun kelompok secara sistematis
terhadap ulama atau tokoh agama dengan cara memburu, mempersusah, dan
menganiaya, karena perbedaan suku, agama, atau pandangan politik.

Persekusi ulama atau tindakan sewenang-wenang terhadap ulama di sini dapat


kita pahami melalui beberapa isu yang hangat terjadi di pemerintahan Joko Widodo
yaitu mengenai isu teror orang gila yang sasarannya selalu pemuka agama,
pembubaran Pengajian, hingga tindakan pemerintah yang ingin ikut mencampuri
dalam kegiatan menjalankan agama warga negaranya.

2. Kerangka Teori
Konsep Demokrasi

3
http://jogja.tribunnews.com/2018/05/01/apa-itu-persekusi-begini-penjelasannya?page=2
4
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-persekusi.html

3
Sejak memasuki abad 20 Negara-Negara di seluruh dunia berlomba menyebut
negaranya Negara demokrasi bahkan Negara-Negara kerajaan ataupun sosialis.5 pada
tahun 1990 rezim otoriter jatuh di Asia, Eropa, Amerika Latin mempercepat
pertumbuhan demokrasi di seluruh dunia.6 Demokrasi melawan tirani sehingga
Negara yang tidak menganut paham demokrasi dianggap otoriter dan tidak modern.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu
politik. Demokrasi dianggap sebagai indikator dalam perkembangan politik suatu
negara termasuk Indonesia. Nilai-nilai demokrasi menempati posisi vital dalam
kaitannya dengan pembagian kekuasan negara yang diperoleh dari rakyat dan juga
harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.7 Secara harfiah,
demokrasi dapat dimengerti sebagai suatu sistim politik dimana semua warga negara
memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu ajang yang diadakan secara
periodik dan bebas, yang secara efektif menawarkan peluang kepada masyarakat
untuk mengganti elite yang memerintah. Menurut Ulf Sundhaussen demokrasi
dipahami sebagai suatu kebijakan dimana semua warga negara menikmati kebebasan
untuk berbicara, berserikat, mempunyai hak yang sama didepan hukum, dan
kebebasan untuk menjalankan agama yang dipeluknya. Meskipun begitu Ulf
Sundhaussen meyakinkan bahwa tidak semua menifestasi-menifestasi tentang
demokrasi di atas pernah dijalankan sepenuhnya, bahkan dalam suatu sistem
demokrasi sekalipun.8
Beberapa upaya untuk memetakan konsepsi orang tentang demokrasi di
seluruh dunia dapat ditemukan dalam literatur tentang dukungan politik, atau publik.
Dukungan publik sangat penting untuk legitimasi rezim yang demokratis, namun

5
Gadug Kurniawan, KEBEBASAN HAKEKAT DEMOKRASI, Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari
2015, Hlm 1
6
Michael Bratton, What Does Democracy Mean?, What Does Democracy Mean? Journal of
Democracy Volume 21, Number 4 October 2010 , University Press, hlm 16
7
Jailani, SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA DITINJAU DARI SUDUT HUKUM KETATANEGARAAN, urnal
Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari 2015.
8
Ulf Sundhaussen, Demokrasi dan Kelas Menengah, Reflekse mengenai Pembangunan Politik, Prisma
Nomor 2, 1992, h. 64.

4
warga negara dapat mengkritik rezim yang berkuasa saat ini atau tidak puas dengan
institusi politik tertentu sambil tetap mendukung demokrasi sebagai bentuk
pemerintahan yang ideal.9 Oleh karena itu demokrasi mempunyai arti penting bagi
rakyat. Demokrasi memberikan hak kepada masyarakat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi Negara, sebab hampir semua pengertian yang diberikan untuk
istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara
operasional implikasinya diberbagai Negara tidak selalu sama.10

3. Pembahasan
Kebebasan dalam menjalankan agama seharusnya diberikan dan dilindungi
oleh Negara. Namun terdapat rentetatan kejadian di masa Joko Widodo ini yang
membuktikan bahwa Negara tidak hadir dalam melindungi warga negaranya dalam
menjalankan agamanya dengan bebas sesuai UUD 1945, padahal menjalankan agama
juga berarti menerapkan pancasila Sila Pertama. Bukti Negara tidak melindungi
warga negaranya yang menjalankan agamanya secara leluasa adalah maraknya teror
orang gila yang mengancam kiayai, pengkhotbah dan pemuka agama, pemerintah
membubarkan kajian kajian yang tidak terbukti tidak pancasila, serta tindakan-
tindakan pemerintah yang ingin mengintervensi warga Negara dalam menjalankan
agamnya.

‘Teror Orang Gila’

Teror orang gila merupakan isu hangat yang terjadi pada masa pemerintahan
Jowo Widodo. Pasalnya semua kejadian penyerangan teror orang gila ini sasarannya
hanya pemuka agama seperti kiyai juga ada pengkhotbah di salah satu gereja di
Indonesia. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Prof Dr Din

9
Stefan Dahlberg, The Meaning of Democracy, WORKING PAPER SERIES 2017:16, University of
Gothenburg, diakses dari https://gupea.ub.gu.se/bitstream/2077/54895/1/gupea_2077_54895_1.pdf
10
Awaluddin, Konsepsi Negara Demokrasi yang Berdasarkan Hukum, ISSN 1411- 3341

5
Syamsuddin mengatakan bahwa kejadian ini merupakan skenario sistemik atau
skenario yang sistematis. pendapat ini disetujui dan dijabarkan lagi oleh KH Tengku
Zulkarnain, beliau memaparkan bahwa kejadian-kejadian ini bukan terjadi hanya
karna kebetulan saja, buktinya isu ini telah terjaid lama dan yang menjadi sasaran
korban ‘orang gila’ ini selalu tokoh agama seakan isu ini memang sudah ada
skenarionya. Pola kejadian-kejadian ini terjadi secara sistemik atau sistematik,
dikatakan sitemik karena isu ini menyebar luas di indonesia contohnya Aceh, Jawa
Barat, dan daerah lainnya..11

Tujuan dari teror ini adalah pertama, menyebarkan rasa takut di kalangan
pemuka agama sehingga para pemuka agama takut untuk berbicara, berkhotbah, dan
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dakwah keagamaan. Beliau juga
mengungkapkan kecurigaan terhadap pembungkaman terhadap ulama sehingga pada
pilkada 2018-2019 para tokoh, kelompok, parta-partai yang mendukung agama
hingga menjadi takut untuk berbicara dan kampanye karena takut dibacok oleh orang
gila. Sehingga kejadian ini menguntungkan orang-orang yang anti-agama, sekuler dan
komunis.12

Kedua, isu ini dapat menimbulkan konflik antar umat beragama. Kejadian ini
dapat memicu kecurigaan dan konflik antar umat beragama. Sekali lagi, yang
diuntungkan dari konflik ini adalah orang atau kelompok yang anti agama, sekuler
dan komunis.13

Ketiga, Untuk menciptakan distabilitas nasional sehingga berdampak


kerusuhan. Jika ini terjadi yang untung adalah penguasa yang sedang berlangsung
seperti kejadian pada masa Soekarno pada tahun 1959 yang mengeluarkan Dekrit

11
KH Tengku Zulkarnain dalam acara Indonesia Lawyer Club dengan tema TEROR PEMUKA AGAMA:
ADAKAH DALANGNNYA?, pada hari selasa 13 Februari 2018
12
Ibid
13
Ibid

6
Presiden 05 Juli yang kemudian membubarkan konstituante serta partai Masyumi
sehingga Soekarno memiliki kekuasaan tunggal.14

Tujuan kriminalisasi ulama adalah umat islam tidak lagi mempercayai ulama-
ulama mereka, kedua, agar umat islam tidak lagi berhukum dengan hukum islam
sehingga meninggalkan nilai islam dan mengadopsi nilai sekularisme liberalisme.
Ketiga, tujuan nya adalah apolitisasi sehingga ulama dilanrang masuk ke wilayah
politik.15

Contoh Kasus Teror ‘Orang Gila’

Imam Mesjid Baiturrahman di Aceh dikabarkan hampir ditikam ketika sedang


sholat berjamaah, namun tidak berhasil karena diamankan oleh jamaah di
belakangnya. Kemudian, kejadian Di Tuban, sebuah Mesjid dihancurkan kaca-
kacanya. Lalu langsung divonis bahwa pelakunya adalah orang gila tanpa ada proses
ke Rumah Sakit Jiwa dan pemeriksaan.16

Sejak akhir januari 2018 kasus penganiayaan terhadap ulama oleh ‘orang gila’
kerap terjadi. Pada 27 Januari 2018 Ustadz Umar Basrin pengasuh Pondok Pesantren
Al Hidayah Cicalengka, Jawa Barat dianiaya tak berdaya. Lima hari kemudian Ustadz
Parwoto yang merupakan tokoh PERSIS (Persatuan Islam) di Cigondewah kota
Bandung tewas dianiaya. Kedua pelaku dalam kasus tersebut diduga mengalami
gangguan jiwa.17

Seorang pemuda dituduh sebagai antek PKI dan dicurigai akan menyerang
kiayi. Gerak gerik pelaku di sekitar rumah tokoh agama membuatnya babak belur

14
Ibid
15
16
KH Tengku Zulkarnain, Op.Cit
17
Indonesia Lawyer Club dengan tema ‘TEROR KE PEMUKA AGAMA : ADAKAH DALANGNYA ?, pada
tanggal13 Februari 2018

7
dihajar sejumlah masa pada 10 Februari 2018. Dari hasil pemeriksaan pelaku
bernama Wahyu mengali gangguan kejiwaan dan merupakan warga binaan di sebuah
Panti Sosial di Bilangan Cipayung, Jakarta Timur.18

Pada Minggu pagi 11 Februari 2018 di Slemen, Yogyakarta seorang pastor


Romo Edmund Prier beserta jamaatnya diserang oleh seorang pemuda Banyuwangi
bernama Suliyono di gereja St. Lidwina Bedog pelaku menerobos pintu gereja sambil
mengayunkan pedang secara membabi buta kearah jemaat yang hadir yang kemudian
ke altar. Pastor tersebut dan beberapa jamaat mengalami luka. Di hari yang sama di
Karawang, Jawa Barat Kelenteng Kwan Tee Koen menjadi target sebuah ancaman
bom. Pelaku berprofesi sebagai buruh diduga mengalami depresi atau gila. Ancaman
itu dilakukan dengan cara pelaku menuliskan surat yang berisi ancaman akan
melakukan pembonan di kelnteng tersebut. Surat tersebut dimasukkan ke dalam Al
Quran dan uang senilai sepuluh ribu rupiah yang dibungkus kain yang kemudian
diberikan kepada petugas klenteng. Pelaku berhasil ditangani oleh polisi. Polisi
mengatakan bahwa motif pelaku adalah sakit hati karena dipecat uleh bosnya yang
merupakan pengusaha Tionghoa. Dia tidak terima diberi uang pesangong sebesar
tujuh juta rupiah yang menurutnya terlalu kecil. Namun tidak diketahui motifnya
meletakkan surat tersebut di dalam Al Quran.19

Mesjid Baiturrohman di Tuban, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 2018


dirusak oleh seorang pria. Pelaku mengamuk dan memecahkan kaca Mesjid dengan
tangan kosong. Saat mengalami pemeriksaan kepolisian, pelaku terindikasi
mengalami gangguan kejiwaan. Menurut saksi mata pelaku sudah datang pada jam 2
siang, pada saat maghrib pelaku keluar mesjid. Pelaku tidak sholat. Pada saat adzan

18
Ibid
19
Luthfiana Awaludiin, Ini Motif Pelaku Teror Bom Kelenteng di Karawang, dalam
https://m.detik.com/news/berita-jawa-barat/d-3863347//ini-motif-pelaku-teror-bom-kelenteng-di-
karawang, pada 12 Februari 2018

8
Isya pelaku kembali lagi kemesjid dengan mobil. Terdapat ada 4 orang dewasa dan 2
orang anak, namun yang memecahkan kaca mesjid hanya satu orang.20

Menilik ke beberapa tahun belakang, mesjid Sabilillah yang berada di Porsea,


Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara dibakar tiga kali. Pertama kali dibakar
mesjid ini kerusakan sebagian yang kemudia diperbaiki lagi. Kemudian beberapa
bulan dibakar lagi, kemudian kali ketiga dibakar lagi hingga rata dengan tanah.
Forum Umat Islam Nusantara mengumpulkan uang untuk membangun kembali
mesjid tersebut. Namun baru lima tahun kemudian dilakukan pengusutan pelaku
pembakaran mesjid tersebut. Berbeda halnya ketika kejadian pembakaran gereja di
Subudurussalam, Aceh Selatan karena gereja itu berdiri tanpa izin atau SKB dua
mentri yang terlaksana. Pada kejadian ini Kapolri dan Jendral Panglima langsung
turun dalam menyelesaikan kasus tersebut. Tapi kasus tetap tidak selesai karena tidak
diungkapkan pelaku pembakaran gereja tersebut dan alasan latar belakang konflik
sehingga terjadi pembakaran. Hanya saja gereja terseut dibangun kembali.21

Kita lihat juga kasus dua mesjid berjarak 3-5 km dibakar dalam malam yang
sama di Asahan Provinsi Sumatera Utara. Mesjid terssebut bernama Mesjid An Nur
dan At Taqwa. Kemudian pada pagi harinya pihak polisi mengatakan bahwa pelaku
pembakaran tersebut adalah orang gila hingga sekarang tidak diketahui siapa orang
gila tersebut sebenanya. Kemudian pembakaran Mesjid di Pangkalan Berandan yang
juga diumumkan bahwa pelaku pembakarannya juga orang gila. Dalam catatan,
pembakaran-pembakaran mesjid ini tidak ada panglima polri yang datang untuk
menyelesai tugas ini. Malah pembakar mesjid di Tolikaara diundang makan ke istana

20
Puteranegara Batubara, Mesjid di Tuban Dirusak Orang yang DIduga Alami Gangguan Jiwa, pada
tanggal 13 Februari 2018, diakses dari
https://news.okezone.com/amp/2018/02/13/519/1858777/masjid-di-tuban-dirusak-orang-yang-
diduga-alami-gangguan-jiwa
21
KH Tengku Zulkarnain, Op.Cit

9
bersama Presiden Joko Widodo.22 Dalam kedua kasus ini KH Tengku Zulkarnain
mengherankan mengapa terdapat dua perlakuan yang berbeda terhapa kasus tersebut.

Dalang Penganiayaan Ulama

Terdapat 7 teori untuk mencari motif dibalik penganiayaan ulama menurut


Mahfud Md. Teori yang dimaksud di sini adalah dugaan-dugaan yang dianggap
masuk akal dalam isu penganiayaan ulama. Pertama, peristiwa penganiayaan ulama
ini mungkin ada kaitan dengan kejahatan politik yang pernah dilakukan Partai
komunis Indonesia. Beliau Pada tahun 1948 terdapat pembunuhan ulama, pada tahun
1963-1965 juga terdapat pembunuhan terhadap ulama dan santri secara besar-
besaran. Namun beliau juga meragukan juga kesamaan tersebut. Isu yang terjadi pada
tahun 1948 organisasi yang melakukan kasus tersebut jelas. Ada PKI yang
mendeklarasikan organisasinya serta kemudian mendirikan pemerintahan soviet di
Indonesia. Pada tahun 1965 juga memiliki kejalasan bahwa dibalik kejadi
pembantaian oleh PKI sedangkan isu yang sekarang ini tidak jelas. Namun trauma
terhadap PKI tersebut sudah diakomodasi di dalam Rancangan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang baru yang berisikan ‘penyebaran ajaran komunisme,
leninisme dan Marxisme masuk ke dalam pasal makar dengan ancaman yang berat’.23

Teori selanjutnya yaitu isu ini merupakan operasi intelenjen untuk kegiatan
politik tertentu agar sekelompok masyarakat takut melakakukan sesuatu yang sifat
nya oposisi terhadap pemerintah. Contohnya bulan Februari tahun 1998 dimulai
dengan pembunuhan terhadap kiayai yang dituduh sebagai tukang santet. Lalu disusul
dengan surat dari bupati saat itu Banyuwangi Bapak Purnomo Kasidi mengeluarkan
surat edaran kepada kodim, polisi dan sebagainya supaya ‘tukang santet’ tersebut
diinventarisir dan dilindungi untuk melapor ke kelurahan masing-masing. Begitu
melapor, yang dituduh tukang santet tersebut dibunuh semua sehingga orang takut

22
Ibid
23
Prof Mahfud MD dalam diskusi Indonesia Lawyer Club dengan tema ‘ILC Siapa Penganiaya Ustadz’
pada 07 Februari 2018

10
meneriakkan oposisi. Kemudian setelah ditelusuri ternyata ditemukan bahwa ternyata
yang dibunuh bukan tukang santet namun tukang ngobati, guru ngaji,yang mengobati
ketika anak-anak ketika sering nangis, dan sebagainya. Karna surat edaran bupati
tersebut sehingga mengisyaratkan bahwa ini operasi intelejen Mungkin tidak benar
bahwa itu operasi intelejen tapi itulah yang muncul. . Sampai sekarang kasus ini
tidak dapat diadili.24

Teori ketiga, isu ini hanya adu domba antar umat. Dalam isu ini Mahfud Md
menanggapi tentang seorang anak yang dianggap gila yang terdapat tulisan 212 di
dadanya. Menurut beliau ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di kalangan
masyarakat seperti apakah mengatakan bahwa orang yang mengikuti aksi 212 itu gila
atau ingin mengatakan bahwa 212 marah kepada kelompok-kelompok yang terlalu
moderat seperti pesantren.25

Teori keempat, yaitu orang pura-pura gila karena hanya ingin mengacaukan
saja. Kelima, ada orang benar-benar gila-gila. Contoh kasusu orang benar-benar gila
yang membunuh kiayi seperti pernah terjadi di Seblak pondok Pesantren Putri Tebu
Ireng. Nyai jamilah yang merupakan saudara gus Dur meninggal dianiaya oleh orang
gila ketika sedang mengajar. Kemudian contoh lainnya yaitu Kiayi Haji Ali Maksum
pernah dihajar oleh orang gila hingga masuk rumah sakit. Pura-pura gila itu disuruh
orang/oknum misalnya.26

Teori kelima yaitu perselingkuhan suami-sitri di kalangan kiyai. Kejadian


seperti ini yang pernah terjadi pada tahun 2015 pada Kiayai Azis Rosdiansyah di
Cibinong mati terbunuh. Awalnya pembunuh kiayai ini adalah orang gila, setelah

24
Ibid
25
Ibid
26
Ibid

11
diusut ternyata yang membunuh kiayai itu adalah selingkuhan istri nya yang bernama
Mukhlas akibat perkelahian.27

Teori terakhir adalah teori pengamanan pilkada. Misalnya karna Jawa Barat
ini calon gubernurnya adalah polisi, maka dibuat terlebih dahulu kerusuhan sehingga
kemudia ada alasan untuk memasukkan PLT Gubernur adalah Polisi. Teori-teori di
atas bisa benar bisa tidak. Bisa benar sebagian bisa salah sebagian.28

Negara dan Kebebasan Menjalankan Agama

Polri membentuk tim khusus SARA sehingga apabila ada pemuka agama
yang khutbah di mesjid dan gereja yang mengatakan unsur SARA akan langsung
ditangkap. Namun konsep SARA ini tidak jelas konsepnya. Ketika peng-khotbah
mengatakan untuk memilih pemimpin yang beragama islam dan sholeh. Pernyataan
tersebut menurut orang islam bukan merupakan unsur SARA karena pernyataan
tersebut memang ada tuntunannya di Al-Quran dan hadis dan dilindungi oleh UUD
1945 yang mengatakan bahwa “Negara menjamin tiap-tiap warga Negara untuk
memeluk agama/kepercayaan dan menjalankan agama/kepercayaan nya masing-
masing”. Kemudian, BAWASLU juga telah membentuk Gerakan Membuat Teks
Khutbah di Gereja-Gereja dan Mesjid. Ini tentuk tidak etis karena Bawaslu tentu
khutbah bukan lagi merupakan keahliannya. Urusan agama seharusnya tetap menjadi
urusanan agama karena terdapat MUI dan ormas-ormas islam. Keikutcampuran
Bawaslu ini seakan-akan menunjukkan bahwa terdapat kekhawatiran kelompok-
kelompok beragama yang akan memenangkan pilkada, padahal seharusnya pada
kejadian ini seharusnya Bawaslu bersikap netral.

PERSEKUSI TERHADAP ULAMA

27
Ibid
28
Ibid

12
Menurut Slamet Maarif ketua Dewan Presidium Alumni 212 menyatakan
bahwa presekusi ulama terbesar adalah presekusi terhadap Habib Rizieq Shihab.
Beliau dijauhkan dengan keluarganya dan tidak bisa berdakwah di Indonesia.
Menurut Slamet Maarif ini diakibatkan oleh kepanikan dan kekhawatiran kekuasaan
oleh penguasa.29

Tindak Presekusi juga diterima oleh Ustadz Abdul Somad. Beliau hendak
mengadakan pengajian ke beberapa tempat namun mengalami penghadangan bahkan
pembatalan karena tuduhan tidak pancasila. Upaya pencegahan Berawal dari 17 Juli
2018, ketika itu ustadz Abdul Somad mendapatkan undangan dari Gerombongan
yang sepaket dengan kudus, Jawa Tengah. Di kudus terjadi pembatalan, beliau
mengungkapkan pembatalan tersebut karena panitia mendapat tekanan dari oknum-
oknum yang tidak diketahui. Kajian di Gerobongan tetatap terlaksana. namun
ternyata pada malam hari sebelum pengajian kapolres mengamankan beberapa puluh
orang panitia. Kemudian tanggal 30-31 Juli 2018, ketika ustadz sampai di Semarang
disambut dan dikawal dengan TNI dan polisi. Selanjutnya sahabat dekat beliau
mengajaknya ke Jepara ke kampung halaman sahabatnya tersebut untuk pengajian
namun juga batal sehingga dialihkan ke pengajian di Mesjid Islamic Center Jakarta.30
Dalam kajian-kajian yang berskala besar dan terdapat banyak jamaah biasanya
banyak yang menjual aksesoris-aksesoris yang bernuansa islam seperti tasbih, peci, al
quran serta aksesoris-aksesoris yang bertuliskan kalimat tauhid. kemudian ada
jamaah maupun panitia yang menggunakan topi yang terdapat tulisan kalimat tauhid
dan menyebarkannya di media sosialnya sehingga kemudian muncul istilah “Tentara
Somad ” dan pernyataan “Tentara Somad telah datang”. Menurut Ustadz Abdul
Somad, Ini tentu bisa menimbulkan trauma terhadap dakwah. Ketika seseorang
trauma terhadap musik, maka orang tersebut akan berhenti musik. Namun ketika

29
Slamet Maarif dalam sebuah acara yang bertema “PENGHADANGAN MASIF, REZIM MAKIN
REPRESIF” di mediaumat.news pada hari kamis 13 September 2018.
30
Ustadz Abdul Somad dalam acara TalkShow TV One yang berjudul ‘Ustadz Abdul Somad Blak-blakan
mengenai presikusi pada 11 September 2018

13
seseorang trauma dengan kalimat tauhid, maka dia bisa menjadi ateis atau tidak
bertuhan. Akibat dari pemakaian aksesoris bertuliskan tauhid juga mengakibatkan
Ustadz Abdul Somad terus dikaitkan-kaitkan dengan isu Hizbut Tahrir hingga ISIS.31

Ustadz Abdul Somad memilih mundur dan menunggu hingga suasana


kondusif dibandingkan melaporkan kajadian-kejadian tersebut dengan polisi karena
beliau memiliki pesimisme terhadap pihak yang berwajib. Ini disampaikannya
melalui pernyataan bahwa laporan sebelumnya yang beliau sampaikan mengenai
pelarangan tausiyah di Bali belum diiketahui kejelasan penyidikannya.

Dalam acara Jamaah Tabligh Akbar, Ustadz Abdul Somad sebelum


berceramah diingatkan untuk tidak berceramah mengenai politik di Tangerang
Selatan. Panitian Tabligh Akbar yang mengundang beliau mendapat peringatan dari
polres Metro Tangerang Selatan agar tidak mengusung materi politik dalam
ceramah.32

Ustadz Abdul Somad beberapa kali mendapatkan kendala dalam melakukan


dakwah seperti ada kericuhan ketika hendak dakwah di Bali, pelarangan berceramah
oleh PLN dan pelarangan untuk masuk Hongkong ketika hendak mengadakan kajian
di sana yang dugaan bahwa ada memo dari dalam negeri.33

Kasus presekusi Ustadz Abdul Somad di Bali terjadi di Hotel Grand Aston
Gatsu, Denpasar, Bali pada tanggal 08 Desember 2017. Kerumunan massa memaksa
untuk masuk ke hotel dan membatalkan pengajian yang akan dilaksanakan beliau
karena tuduhan anti pancasila.terdapat kericuhan.34 Beliau juga diminta untuk
berikrar dan menyanyikan Indonesia Raya. Namun beliau menolak karena merasa

31
Ibid
32
Insipirasi News, UAS DILARANG CERAMAH POLITIK, tanggal 10 September 2018
33
Dalam Acara Apa Kabar Indonesia denga judul ‘BENARKAH DAKWAH USTADZ ABDUL SOMAD
DILARANG pada tanggal 28 Desember 2017
34
https://m.kiblat.net/2018/09/22/dalami-kasus-presekusi-uas-di-bali-polisi-periksa-ahli-bahasa-dan-
pidana/

14
yang menyuruhnya tidak memeliki legalitas dalam menyuruhnya melakukan hal-hal
tersebut dan tidak mau didikte.35

Ustadz Felix Siau juga kerap kali mengalami pembatalan pengajian seperti
yang dikutip oleh detiknews. Terdapat pembatalan kajian beliau di salah satu
Unviversitas di Malang, Jawa Timur. Kajian yang hendak disampaikan beliau
mengenai Cinta dan Panduan untuk remaja. Pegajian direncanakan akan dilaksanakan
pada tanggal 30 April 2017, sehari sebelumnya ketika beliau sudah sampai malang
tiba-tiba dilakukan pembatalan pengajian yang beliau mengatakan tidak jelas
sebabnya oleh pihak Rektor. Karena tidak diiznkan dari pihak rektor, kemudian
pengajian berpindah tempat ke salah satu hotel di Malang. Namun di tengah
pengajian tiba-tiba polisi datang untuk membubarkan pengajian dengan alasan tidak
ada izin dari pihak kepolisian. Ketika Ustadz ingin menutup pengajian dengan doa
malah diperintahkan langsung bubar saja oleh kepolisian. Lalu pengajian ditutup
dengan oa singkat dan damai. Ketika dibawa ke Polres, Polisi mengatakan bahwa
pihak kepolisian mendapatkan tekanan dari sejumlah ormas yang berpihak kepada
kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok

Pembatalan pengajian Ustadz Felix Siauw juga terjadi di Bangil, Jawa Timur.
Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur Ahmad Nur Aminuddin bahwa pengajian Felix
Siauw dibatalkan karena beliau tidak menyetujui tiga poin yang diajukan BanSer atau
Bantuan Serba Guna. Tiga poin tersebut anatara lain pertama, Felix mau mengakui
Pancasila dan Kesatuan Negara Rerpublik Indonesia. Kedua, beliau dilarang untuk
menyajikan mengenai konsep Khilafah. Ketiga beliau disuruh meninggalkan HTI
yang telah dibubarkan oleh pemerinta. Namun Ustadz Felix tidak menyetujuinya dan
memilih pergi karena merasa didiskreditkan dan dijebak.

35
Ini diungkapkan beliau dalam video klarifikasi mengenai kericuhan di Bali. Video tersebut di ambil
dari akun yang bernama MERAH PUTIH dengan jduul ‘Full Video Rangkuman !! Bali Penghadanganan
&Permintaan Maaf Untuk Ust. Abdul Somad yang diunggah pada tanggal 14 Desember 2017

15
Dalam ceramahnya, Ustadz KH Tengku Zulkarnain juga mengatakan bahwa
beliau pernah dikejar hingga tangga pesawat terbang dengan menggunakan pedang.
Di korea, beliau juga hendak ditangkap oleh pemerintahan Korea karena pengaduan
dari pihak Indonesia bahwa beliau ISIS. Namun kemudian bebas dari pengawasan
karena terbukti bukan ISIS. Beliau juga menyatakan bahwa sempat 11 bulan tidak
diperbolehkan untuk tampil di TV karena membacakan keputusan majelis Ulama
Indonesia tentang kasus menistakan agama Basuki Tjahaja Purnama.

Presekusi ulama yang sangat terkenal juga di alami oleh Habib bahar Bin
Smith yang terjadi di Bandara. Habib bahar ditolak datang ke manado oleh sejumlah
Organisasi Masyarakat di Manado, Sumawesi Utara pada tanggal 15 Oktober 2018.
Beliau hendak menghadiri Tabligh Akbar di Mesjid Alwi bin Smith. Ormas-ormas
tersebut menilai cerimah beliau yang profokatif dan beliau merupaka tokoh FPI.
Bandara Sam Ratulangi dikepung massa dengan membawa senjata tajam pada malam
hari sekitar 20.00 WIB. Namun beliau tetap menolak untuk kembali ke Jakarta hingga
sempat ricuh walaupun pada akhirnya Habib tetap di Manado.

4. KESIMPULAN
Dalam sebuah Negara yang menganut sistem demokrasi tentu demokrasi
dianggap sebagai indikator dalam perkembangan politik suatu negara termasuk
Indonesia. Demokrasi dipahami sebagai suatu kebijakan dimana semua warga negara
menikmati kebebasan untuk berbicara, berserikat, mempunyai hak yang sama didepan
hukum, dan kebebasan untuk menjalankan agama yang dipeluknya.

Kebebasan beragama dan menjalankan agama juga dilindungi oleh Negara.


Namun dalam pengaplikasiannya terdapat perbedaan. Di Indonesia yang
penduduknya mayoritas muslim namun pemerintah menunjukkan sentimentil
terhadap tokoh-tokoh agama islam sehingga terjadi presekusi-presekusi ulama.
Terjadi presekusi-presekusi terhadap ulama melalui pembubaran pengajian, perlakuan

16
sewenang-wenang ataupun teror ‘orang gila’ dan kemudian tidak menemukan titik
terang berarti menunjukkan bahwa pemerintah tidak berhasil dalam melindungi
warga negaranya dalam menjalankan agama.

Dalam kasus teror ‘orang gila’, memang bisa diindikasikan bohwa ini
peristiwa yang yang telah diskenariokan dan berjalan sistematis. logikanya,
bagaimana mungkin orang gila bisa tebang pilih sehingga selalu menyerang ulama
dan ada juga pengkhotbah di gereja. Dari sekian banyak kasus orang gila di seluruh
Indonesia dan Negara tetap tidak memandang kejanggalan dari peristiwa-peristiwa
tersebut, bahkan beberapa pelaku yang melakukan penghancuran rumah beribadah
atau penyerangan tokoh agama langsung dalam waktu yang sangat singkat diklaim
sebagai orang gila tanpa melakukan pemerikasaan lebih lanjut ke Rumah Sakit jiwa
misalnya. Ini menimbulkan kecurigaan tersendiri di kalangan masyarakat dan
mengundang tanya bahwa sepertinya ada komando dari orang-orang gila yang tidak
diketahui siapa bahkan titik jelas dari permasalahan permasalahan ini.

Presekusi-presekusi yang dialamai para ulama dari segi pembatalan kajian-


kajian hingga penekanan seperti yang terjadi oleh Ustadz Abdul Somad yaitu
pengepungan dan meminta beliau untuk menyayikan lagu NKRI tentu bukan
perbuatan yang sangat tidak menghormati ulama. Padahal Ulama sesungguhnya
membantu penerapan pancasila di indonesia lebih tepatnya sila pertama ‘Keruhanan
Yang Maha Esa’. Maka Negara seharusnya hadir untuk memberikan rasa aman
terhadap semua warga negaranya serta menggunakan hukum untuk menegakkan
keadilan, melindungi semua harkat martabat kemanusiaan. Indonesia merupakan
Negara dimana warga negaranya terdiri dari delapan puluh persen lebih beragama
islam sehngga berbicara agama saja sekarang dapat menjadi produk politik dan pro
kontra dalam dunia perpolitikan. Logika nya ini tidak mungkin berdiri sendiri kasus
pengepungan hingga pengepungan pasalnya bahkan bandara-pun bisa dipermainkan
menjadi tempat presekusi dan lain-lain.

17
Pada masa Era Joko Widodo ternyata ulama mengalami presikusi dan
tindakan premanisme yang terdapat dugaan bahwa ini mendapat boncengan dan
berkaitan aparat ataupun oknum atas kekuasaan untuk kekuasaan. Dari awal memang
diidentifikasi terdapat persekusi terhadap ulama karena bukan hanya ada motif namun
ada suatu penekanan oleh penguasa bahwa hanya pemerintahan yang ‘pancasila’. Ini
dibuktikan dari polri telah membentuk tim khusus SARA sehingga apabila ada
pemuka agama yang khutbah di mesjid dan gereja yang mengatakan unsur SARA
akan langsung ditangkap. Namun konsep SARA ini tidak jelas konsepnya. Ketika
peng-khotbah mengatakan untuk memilih pemimpin yang beragama islam dan
sholeh. Pernyataan tersebut menurut orang islam bukan merupakan unsur SARA
karena pernyataan tersebut memang ada tuntunannya di Al-Quran dan hadis dan
dilindungi oleh UUD 1945 yang mengatakan bahwa “Negara menjamin tiap-tiap
warga Negara untuk memeluk agama/kepercayaan dan menjalankan
agama/kepercayaan nya masing-masing”. Kemudian, BAWASLU juga telah
membentuk Gerakan Membuat Teks Khutbah di Gereja-Gereja dan Mesjid. Ini tentuk
tidak etis karena Bawaslu tentu khutbah bukan lagi merupakan keahliannya. Urusan
agama seharusnya tetap menjadi urusanan agama karena terdapat MUI dan ormas-
ormas islam. Kesimpulannya adalah terdapat penurunan demokrasi dalam
menjalankan agama di Indoensia pada masa Joko Widodo

18
REFERENSI

Awaluddin, Konsepsi Negara Demokrasi yang Berdasarkan Hukum, ISSN 1411-


3341

Zainuddin, M. 2009. KEBEBASAN BERAGAMA DAN DEMOKRATISASI DI


INDONESIA, el-Harakah, Vol. 11, No. 2, Tahun 2009
Kurniawan, Gadug . 2015 KEBEBASAN HAKEKAT DEMOKRASI, Jurnal Inovatif,
Volume VIII Nomor I Januari 2015,
Bratton, Michael . 2010. What Does Democracy Mean?, What Does Democracy
Mean? Journal of Democracy Volume 21, Number 4 October 2010 ,
University Press.
Jailani. 2015.SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA DITINJAU DARI SUDUT
HUKUM KETATANEGARAAN, urnal Inovatif, Volume VIII Nomor I
Januari 2015.
Sundhaussen, Ulf . 1992 Demokrasi dan Kelas Menengah, Reflekse mengenai
Pembangunan Politik, Prisma Nomor 2,
Stefan Dahlberg, The Meaning of Democracy, WORKING PAPER SERIES 2017:16,
University of Gothenburg, diakses dari
https://gupea.ub.gu.se/bitstream/2077/54895/1/gupea_2077_54895_1.pdf
KH Tengku Zulkarnain dalam acara Indonesia Lawyer Club dengan tema TEROR
PEMUKA AGAMA: ADAKAH DALANGNNYA?, pada hari selasa 13
Februari 2018
Indonesia Lawyer Club dengan tema ‘TEROR KE PEMUKA AGAMA : ADAKAH
DALANGNYA ?, pada tanggal13 Februari 2018

Luthfiana Awaludiin, Ini Motif Pelaku Teror Bom Kelenteng di Karawang, dalam

Puteranegara Batubara, Mesjid di Tuban Dirusak Orang yang DIduga Alami


Gangguan Jiwa, pada tanggal 13 Februari 2018, diakses dari
https://news.okezone.com/amp/2018/02/13/519/1858777/masjid-di-tuban-
dirusak-orang-yang-diduga-alami-gangguan-jiwa

KH Tengku Zulkarnain, Op.Cit

19
Prof Mahfud MD dalam diskusi Indonesia Lawyer Club dengan tema ‘ILC Siapa
Penganiaya Ustadz’ pada 07 Februari 2018

Slamet Maarif dalam sebuah acara yang bertema “PENGHADANGAN MASIF,


REZIM MAKIN REPRESIF” di mediaumat.news pada hari kamis 13
September 2018

Ustadz Abdul Somad dalam acara TalkShow TV One yang berjudul ‘Ustadz Abdul
Somad Blak-blakan mengenai presikusi pada 11 September 2018

https://m.kiblat.net/2018/09/22/dalami-kasus-presekusi-uas-di-bali-polisi-periksa-
ahli-bahasa-dan-pidana/

20

Anda mungkin juga menyukai