Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmiah Fakultas

ultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

Volume 7 No.1 Maret 2011

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik

LIMIT’S

Perancangan Sistem Informasi Persediaan Barang Di Gudang PT. Mitra


Global Utama Internasional Berbasi Java
Prionggo Hendradi dan Asgariani

Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Persediaan Barang Pada


PT. Patra Niaga Dengan ASP.Net
Kiki Kusumawati, Agung Priyambodo, Giyarto

Perencanaan Fasilitas Penyaring Sampah Unit Produksi Instalasi Pengolahan


Air Minum PT. Tirta Cisadane Serpong
Nurhayati dan Lidia kusmaliati

Rancangan
ancangan Pit Level Pada Mud Logging Unit DenganTeknologi Digital
Pertumpun Gurusinga

Analisis Kualitas Air Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah


Charles Situmorang

I S SN 2161184

9 7 7 2 1 6 1 1 8 4 4 0 0

ISSN 0216-1184

22
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

Volume 7 Nomor1Tahun 2011 ISSN 0216-1184

JURNAL ILMIAH FAKULTAS TEKNIK


LIMIT’S

SUSUNAN REDAKSI

PimpinanUmum/PenanggungJawab:
Berlin Sitorus, S.Kom.,M.Kom (DekanFakultasTeknik)

Staff Ahli:
Dr. Ir. Jupiter Sitorus, M.Eng.
Dr. YusrianiSaptaDewi, MSi.
Dr. IrTambakManurung, MS.
Drs. S.H. Hutapea, M.Kom

PimpinanRedaksi:
Ir. NunungNurhayati, M.Si

SekretarisRedaksi:
Kiki Kusumawati, ST, MMSi.

AnggotaDewanRedaksi:
Drs. Charles Situmorang, M.Si.
Sukarno BahatNauliSitorus, S.Kom.,M.Kom.
AgungPriambodo, S.Kom.,M.Kom.
Dra.PertumpunGurusinga, M.MSi.
HernalomSitorus, ST.,M.Kom.
BosarPanjaitan, SSi.,M.Kom.
RiamaSibarani, SSi.M.MSi
PrionggoHendradi, S.Kom.M.Kom

Sekretariat:
LinaMursadi, SE.

AlamatRedaksiPublikasiIlmiah:
FakultasTeknik – UniversitasSatya Negara Indonesia
Jl. ArteriPondok Indah No. 11 Jakarta Selatan 12240Indonesia
Telp. (021) 7398393, Fax: (021) 7200352
http://www.usni.ac.id

23
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

DAFTAR ISI

Perancangan SistemInformasi Persediaan Barang Di GudangPT.Mitra


Global Utama Internasional Berbasis Java 1 - 13
Prionggo Hendradi dan Asgariani

Analisis Dan Perancangan SistemInformasi Persediaan Barang Pada


PT. Patra Niaga Dengan ASP.Net 14 - 24
Kiki Kusumawati, Agung Priyambodo, Giyarto

Perencanaan Fasilitas Penyaring Sampah Unit Produksi Instalasi Pengolahan


Air Minum PT. Tirta Cisadane Serpong 25 - 36
Nurhayati dan Lidia Kusmaliati

Rancangan Pit Level Pada Mud Logging Unit DenganTeknologi Digital 37 - 40


Pertumpun Gurusinga

Analisis Kualitas Air Di SekitarTempat Pembuangan Akhir Sampah


Warung Bambu Kerawang 41-52
Charles Situmorang

24
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

PERENCANAAN FASILITAS PENYARING SAMPAH UNIT PRODUKSI


INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PT TIRTA CISADANE SERPONG
Nurhayati dan Lidia Kosmaliati
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Satya Negara Indonesia

Abstrak

Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan pada masyarakat maupun pelaku industri
dan tidak memadainya fasilitas penampungan dan pengolahan sampah, dapat menjadikan badan air –
khususnya sungai – menjadi salah satu alternatif tempat pembuangan sampah yang paling diminati.
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum merupakan salah satu solusi untuk membantu
penyediaan kebutuhan manusia akan air minum. Tujuan Penelitian di Instalasi Pengolahan Air Minum
adalah : melakukan analisis pengendalian sampah dari segi volume, lokasi keberadaan dan hasil
pengelolaan yang telah dilakukan saat ini, melakukan perencanaan pengendalian sampah yang
diperlukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan sistem yang telah diterapkan, termasuk
perhitungan penentuan dimensi peralatan yang digunakan dan membuat gambar teknik yang dibutuhkan
dalam perencanaan; mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi dan mungkin terjadi dalam analisis,
perencanaan, pemasangan dan perawatan sistem pengelolaan sampah. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode eksperimen. Berdasarkan total sampah yang terjaring di seluruh unit
penyaringan instalasi, maka sampah dari titik ini menyumbang sebesar 81,01 %sehingga dibutuhkan unit
penyaring tambahan sebagai alternatife karena jumlah sampah melebihi daya tampung unit penyaring
intake.

Kata kunci : sampah, instalasi pengolahan air minum, perencanaan pengendalian sampah

Abstract

Lack of knowledge about environmental health in the community and industry and inadequate storage
facilities and waste processing, can make the water body - especially the river - be an alternative landfills
are the most popular. Construction of Water Treatment Plant is one solution to help provide the human
need to drink water. Research Objectives in Water Treatment Plant is: do the analysis in terms of the
volume of waste control, presence and location management results that have been made at this time,
perform the necessary waste management plan to improve and refine the systems that have been
implemented, including the determination of the calculation of the dimensions of equipment used and
create engineering drawings required in the planning; know various problems occurred and may occur in
the analysis, planning, installation and maintenance of the waste management system. The research
method used was experimental method. Based on the total solid waste filtration unit netted throughout the
installation, the waste from this point accounted for 81.01%, so it takes an additional filter units as
alternatives because of the amount of waste exceeds the capacity of the intake filter unit.

Keywords: waste, water treatment plants, waste management planning

Latar Belakang
Air minum merupakan kebutuhan yang vital bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup manusia.
Kebutuhan akan air minum semakin meningkat, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang
bertambah. Namun, keberadaan dan volume air minum yang terdapat di alam sangat terbatas, bahkan
diprediksikan akan tidak dapat lagi kita temukan di alam. Oleh sebab itu, pembangunan Instalasi
pengolahan Air Minum merupakan salah satu solusi untuk membantu penyediaan kebutuhan manusia
akan air minum.
Instalasi Pengolahan Air Minum mengolah air baku yang kualitasnya semakin menurun dan jauh
dari kondisi layak minum menjadi air minum yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh

25
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

Departemen Kesehatan RI yaitu Keputusan Menteri Kesehatan No: 907/MENKES/SK/VII/2002. Sumber air
baku yang ada di alam dan dapat diolah menjadi air minum di antaranya :
- air tanah : mata air, sumur (sumur gali dan sumur bor), rembesan yang dikumpulkan
- air permukaan : air di dalam sistem sungai, air di dalam sistem irigasi, air di dalam sistem
drainase, waduk, danau dan rawa
- air laut / air asin : air asin, air payau
Kualitas air baku ini sangat bervariatif dan memerlukan teknik pengolahan yang berlainan pula.
Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane Serpong, merupakan salah satu instalasi pengolahan air
minum yang mengambil air baku dari air permukaan yaitu air Sungai Cisadane untuk diolah menjadi air
minum dan dikonsumsi oleh kurang lebih 1 juta penduduk yang bermukim di wilayah Jakarta Barat, Jakarta
Selatan dan Serpong.
Dengan demikian perlu untuk dianalisis terhadap pengendalian sampah dan perencanaan fasilitas
penyaring sampah pada salah satu unit produksi di Instalasi Pengolahan Air Minum PT Tirta Cisadane
Serpong yang berlokasi di Jalan Raya Serpong No. 1-2 Serpong, Tangerang. Hal ini dilakukan agar air
minum yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air Minum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan RI yaitu Keputusan Menteri Kesehatan No: 907/MENKES/SK/VII/2002.

Permasalahan
Sampah merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan limbah padat.Limbah itu
sendiri terdiri dari tiga bentuk keadaan, yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Pembuangan
sampah yang diperkenankan oleh pemerintah adalah ke tempat pembuangan akhir yang telah ditentukan,
namun karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan pada masyarakat maupun pelaku
industri dan tidak memadainya fasilitas penampungan dan pengolahan sampah, dapat menjadikan badan
air – khususnya sungai – menjadi salah satu alternatif tempat pembuangan sampah yang paling diminati.
Oleh karena itu, dalam instalasi pengolahan air diperlukan suatu unit khusus untuk penanganan masalah
sampah.Dalam pelaksanaannya diperlukan analisis dan perencanaan yang tepat agar masalah sampah
dapat diatasi dengan efektif dan efisien.

Tujuan
Tujuan Penelitian di Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane ini adalah :
• Melakukan analisis pengendalian sampah dari segi volume, lokasi keberadaan dan hasil pengelolaan
yang telah dilakukan saat ini
• Melakukan perencanaan pengendalian sampah yang diperlukan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan sistem yang telah diterapkan, termasuk perhitungan penentuan dimensi peralatan
yang digunakan dan membuat gambar teknik yang dibutuhkan dalam perencanaan.
• Mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi dan mungkin terjadi dalam analisis, perencanaan,
pemasangan dan perawatan sistem pengelolaan sampah.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian di Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane meliputi hal-hal sebagai
berikut :
• Analisis pengendalian sampah
• Perencanaan unit pengendalian sampah
• Perhitungan dan dimensi peralatan yang diperlukan
• Penggambaran teknik yang diperlukan

LANDASAN TEORI
Jenis-jenis Sampah

Sampah yang dimaksud di sini adalah sampah yang berada di badan dan bantaran sungai
khususnya Sungai Cisadane yang mengalir dari hulu di daerah Bogor sampai ke daerah Intake Instalasi
Pengolahan Air Minum Serpong.Rute yang dilalui aliran sungaidapat dilihat pada gambar di bawah ini.

26
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

W. Ranca Maya
S. Cikeuretek 1 S. Cilangsir

S. Cipaku 2
S. Cisadane Jembatan 3
4.S. Cipinang Gading
Rangga sari
5 S. Cisadane danS. Cipinang Gading setelah pertemuan

S. Cisadane Empang (Bendungan Ciapus) 6 7S.


. Cianten
8
9 S. Cikaniki
S. Cisadane Ranca Bungur
10 S. Cisadane Cidokom
S. Cisadane Karikil 11
12 S. Cisadane-JembatanRumpin
S. Cisadane-Kahrikil II 13
S. Cisadane-Tambang pasir ex PT CI 14&15
S. Cisadane-Tambang pasir ex PT Sehati 16
S. Cisadane-Temanggung (PT Lampiri & PT Hermit) 17
S. Cisadane jembatan gunung Sindur 18
S. Cisadane-Jembaran Kranggan Cibogo 19
S. Cisadane-Cibogo Perumahan 20

Intake IPA Serpong

Gambar 1. Daerah Aliran Sungai Cisadane dari Ranca Maya hingga Intake

Berdasarkan studi layanan pembersihan sampah di sungai pada tahun 2002, pola sampah yang terdapat
di sungai, dibedakan menjadi 2, yaitu :
• Sampah di atas permukaan (mengapung)
• Umumnya terdiri dari plastik (> 50 %), organik, kertas, tekstil
3
• Kepadatan < 0.2 ton/m
• Selama perjalanan ke hilir : kepadatan meningkat, karena mengalami dekomposisi dan kadar air
• Kadar air 35 – 68 %, kadar volatile 88 – 94 % dan C-organik 25 – 43 %
• Ukuran : 1 cm – 25 cm, yang berukuran besar masih terbungkus plastik

• Sampah di bawah permukaan (tenggelam)


• Umumnya sampah organik (> 50 %), kertas dan tekstil
3
• Kepadatan > 0.5 ton/m
• Pada lokasi dekat saringan biasanya agak mengecil
• Kadar air 62 – 70 %, kadar volatile 66 – 83 %, C-organik 17 – 56 %
• Ukuran 1 cm – 5 cm, umumnya sampah lama, tidak dijumpai sampah yang masih terbungkus
plastik

Proses Pengelolaan Sampah

Proses pengelolaan sampah atau pengurangan partikel-partikel besar dalam air, ditangani dengan
proses penyaringan (screening). Prinsip utama dari proses penyaringan ini adalah menghilangkan partikel-
partikel besar / kasar dari aliran air yang mana dapat berakibat :
a. merusak peralatan proses berikutnya
b. mengurangi konsistensi & efektivitas keseluruhan proses pengolahan

27
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

c. mengkontaminasi aliran air


Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan menentukan saringan adalah sebagai
berikut :
a. Banyaknya / jumlah sampah yang tersaring karena akan berdampakk ke proses sesudahnya,
b. Keselamatan dan kesehatan kerja operator saringan karena saringan mengandung organisme
pathogen dan menarik / mengundang serangga,
c. Potensi bau,
d. Kebutuhan untuk penanganan, transportasi dan pembuangan, misalnya : pembuangan zat organic
(dengan pencucian) dan pengurangan kandungan air (dengan penekanan), dan
e. Pilihan pembuangan akhir.
Di Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane, terdapat beberapa lokasi pengendalian sampah, di
antaranya :
1. Intake
Di Intake terdapat 2 buah penyaring sampah :
• Bar Screen (gambar 5): saringan berbentuk batang-batang horizontal dengan jarak antar batang 10
cm. Pembersihan dilakukan secara manual, tetapi karena lokasi berada di dalam sungai, maka
dilakukannya pembersihan bersamaan dengan pembersihan kanal Intake (2 tahun sekali)
• Fine Screen saringan berbentuk batang-batang horizontal dengan jarak antar batang 1 cm. Alat ini
dilengkapi dengan sistem pembersihan otomatis yang akan menarik sampah yang menyangkut di kisi-
kisi batang ke atas dan membuangnya ke tempat khusus. Setelah itu, sampah dikumpulkan ke dalam
karung-karung berukuran 50 kg dan 500 kg secara manual oleh tim cleaning.

Gambar 2 Fine Screen di Intake

2. Grit Chamber
Di area sebelum air memasuki Grit Chamber, terdapat proses penyaringan sampah kembali
dengan bar screen, saringan berbentuk batang-batang horizontal dengan jarak antar batang 1 cm.
Pembersihan dilakukan secara manual dengan bantuan alat berupa besi panjang, yang di ujung bawahnya
terdapat pengeruk yang akan masuk ke dalam kisi-kisi batang. Dengan alat ini, sampah yang menyangkut,
ditarik ke atas lalu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung berukuran 50 kg.

28
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

Gambar 3. Bar Screen di Grit Chamber


3. Pulsator
Di Pulsator sampah seringkali masih dapat lolos dari ketiga saringan sebelumnya.Ini terbukti dari
banyaknya sampah yang timbul di permukaan Pulsator. Pembersihan sampah ini, dilakukan secara
manual oleh tim cleaning dengan bantuan jaring. Sampah kemudian dimasukkan ke dalam karung
berukuran 50 kg.
4. Filter
Di Filter sendiri, masih ada kemungkinan sampah yang lolos, untuk pembersihannya sama seperti
di Pulsator, yaitu secara manual dengan alat berupa jaring. Sampah kemudian dimasukkan ke dalam
karung berukuran 50 kg.

Jenis-jenis Saringan/Screen
Dua jenis saringan yang umum digunakan adalah coarse screen / saringan kasar : dengan
bukaan antara 6 – 150 mm, dan fine screen / saringan halus : dengan bukaan < 6 mm. Saringan lain
yang digunakan untuk memisahkan padatan sangat halus adalah microscreen dengan bukaan < 50 µm.
Saringan dapat terbuat dari batang-batang paralel, tali / kabel, jaring batang, jaring kawat/tali,
dan lempengan berlubang.Bentuk bukaan ini dapat bermacam-macam tetapi umumnya adalah bulat atau
persegi. Screening

Coarse screens Microscreens Fine screens


6 - 150 mm < 0.5 µm < 6 mm

Hand Mechanically Static Drum Step


cleaned cleaned wedgewire

Chain- Reciprocating Catenary Continuous


driven rake belt
driven

Gambar 4. Diagram pembagian jenis-jenis saringan / screen

a. Coarse Screen / Saringan Kasar


Berguna untuk melindungi pompa, valve, perpipaan dan peralatan lainnya dari kerusakan atau
tersumbat oleh sampah. Berdasarkan cara pembersihannya, coarse screen dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Hand-cleaned coarse screens
Di instalasi pengolahan air / limbah ukuran kecil hingga menengah, saringan jenis ini biasanya
ditempatkan sebelum pompa (di depan pompa) dan biasanya digunakan sebagai cadangan, bila
saringan mekanis sedang bermasalah.
2) Mechanically cleaned bar screens
Screen jenis ini dibagi menjadi 4, yaitu :chain driven, reciprocating rake, catenary, dan continuous
belt.

29
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

Berikut ini merupakan perbedaan desain antara saringan kasar (bar screen) manual dan
menggunakan mesin
Tabel 1. Informasi desain untuk saringan kasar manual dan mesin

Metode Pembersihan
Parameter Satuan
Manual Mekanikal
Ukuran batang
Lebar mm 5 – 15 5 – 15
Tebal mm 25 – 38 25 – 38
Jarak antar batang mm 25 – 50 15 – 75
0
Kemiringan 30 – 45 0 – 30
Kecepatan aliran
Maksimum m/dtk 0.3 – 0.6 0.6 – 1.0
Minimum m/dtk 0.3 – 0.5
Headloss yang
mm 150 150 - 600
diijinkan

Dari keempat jenis saringan kasar mekanis, table 2 merupakan penjelasan dari segi keuntungan dan
kerugiannya memakai saringan kasar.
Tabel 2. Keuntungan & kerugian saringan kasar

Jenis saringan Keuntungan Kerugian


Chain-driven
screen
Front clean / back Elemen cleaning banyak (siklus Memiliki bagian yang bergerak di
return pembersihan singkat) bawah air yang membutuhkan
Digunakan untuk tugas yang berat saluran bebas air untuk perawatan
Pembuangan hasil saringan kurang
efisien, misalnya penggerak hasil
saringan ke saluran buangan
Front clean / front Elemen cleaning banyak (siklus Memiliki bagian yang bergerak di
return pembersihan singkat) bawah air yang membutuhkan
Ukuran penggeraknya kecil saluran bebas air untuk perawatan
Bagian yang bergerak di bawah air
(rantai, gigi dan poros) mudah rusak
Barang/benda berat menyebabkan
penggaruk/rake macet
Back clean / back Elemen cleaning banyak (siklus Memiliki bagian yang bergerak di
return pembersihan singkat) bawah air yang membutuhkan
Bagian yang bergerak di bawah air saluran bebas air untuk perawatan
(rantai, gigi dan poros) terlindung Gigi penggaruk yang panjang mudah
oleh penggaruk rusak

Reciprocating rake Tidak ada bagian yang terendam Kemungkinan pada penggeraknya
air; perawatan & perbaikan dapat Tinggi level air pada saluran yang
dilakukan di atas tidak diperhitungkan dapat
Dapat menangani benda besar merendam motor penggaruk dan
(balok, ban, dll) menyebabkannya terbakar
Penggaruk efektif dan pembuangan Membutuhkan ruang yang lebih
hasil saringan efisien besar
Harga operasional dan perawatan Waktu siklus yang lama; kapasitas

30
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

relatif rendah penggaruk terbatas


Konstruksi stainless-steel Akumulasi pasir di depan saringan
mengurangi korosi dapat menghentikan pergerakan
Kapasitas debit besar penggaruk
Harga relatif tinggi karena konstruksi
dari stainless-steel
Catenary Gigi tidak terendam air; kebanyakan Karena desain tergantung pada
perawatan dapat dilakukan di atas berat rantai penghubung penggaruk
Kebutuhan ruang relatif sedikit dengan saringan, rantai sangat berat
Elemen cleaning banyak (siklus dan sulit ditangani
pembersihan singkat) Karena besarnya sudut kemiringan
0
Dapat menangani benda besar saringan (45 – 75 ), saringan
Ukuran penggeraknya kecil memiliki jangkauan yang luas
Pergeseran dan perubahan bentuk
dapat terjadi jika penggaruk macet
Dapat menghasilkan bau karena
terbuka
Continuous belt Kebanyakan perawatan dilakukan Overhaul atau penggantian elemen
di atas saringan membutuhkan waktu yang
Unit sulit untuk macet lama dan biaya operasi yang tinggi

b. Fine Screen / Saringan Halus


Saringan halus dapat diaplikasikan pada berbagai lokasi, di antaranya : saat pengolahan
pendahuluan (setelah bar screen), pengolahan awal (sebagai pengganti water clarifier awal) dan
pengolahan buangan campuran.
1) Saringan halus untuk pengolahan pendahuluan dan pengolahan primer
Saringan dari jenis ini yang digunakan di pengolahan yaitu :
- static wedgewire screen
2
Bukaan saringan 0.2 – 1.2 mm, debit air 400 – 1200 L/m .mnt, headloss 1.2 – 2 m. Metode
pembersihan : 1 – 2 x/hari dibersihkan dengan air panas bertekanan, uap air atau zat
penghilang grease.
- rotary drum
3
Debit air yang dapat diolah : 0.03 – 0.8 m /dtk (aliran roda bergerak ke dalam) atau < 0.13
3
m /dtk (aliran roda bergerak ke luar). Diamater saringan 0.9 – 2 m dan panjang 1.2 – 4 m.
- step screen
Bukaan saringan 3 – 6 mm.
2) Saringan halus untuk pengolahan buangan campuran
2 tipe utama screen ini yaitu horizontal reciprocating screen dan tangential flow screen.

METODE PENELITIAN

Membuat rancangan alat secara eksperimen.

Kriteria Desain

Kriteria desain/perencanaan merupakan standar / batasan yang harus diikuti dalam


merencanakan suatu unit operasi. Kriteria ini sangat bergantung kepada kondisi air inlet dan hasil outlet
yang diharapkan.
a. Desain instalasi coarse screen
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam instalasi saringan kasar adalah sebagai berikut :
1. Lokasi
2. Kecepatan aliran melalui saringan
Kecepatan aliran melalui saringan minimal / sekurang-kurangnya 0.4 m/dtk untuk
meminimalisasi penumpukan padatan di saluran. Kecepatan aliran maksimal tidak boleh
lebih dari 0.9 m/dtk untuk mencegah lolosnya sampah pada debit puncak.
3. Jarak antar batang saringan

31
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

4. Headloss saringan
Kehilangan tekanan pada saringan dibatasi sampai 150 m.
5. Penanganan dan pembuangan hasil saringan
6. Pengontrolan
Rumus perhitungan yang digunakan untuk mengukur kehilangan tekanan (head loss) pada bar
screen adalah :
2 2
hL = 1 V – v
C 2g
hL = kehilangan tekanan, m
C = koefisien saringan (untuk saringan bersih 0.7, saringan yang tersumbat / kotor 0.6)
V = kecepatan aliran melalui bukaan saringan, m/dtk
v = kecepatan aliran di saluran, m/dtk
g = kecepatan gravitasi, 9.81 m/dtk2

b. Desain instalasi fine screen


Kehilangan tekanan yang melalui saringan dapat diperoleh dari table manufaktur atau
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
2
hL = 1 Q
2g CA
hL = kehilangan tekanan, m
C = koefisien saringan (untuk saringan bersih 0.6)
2
g = kecepatan gravitasi, 9.81 m/dtk
3
Q = debit aliran yang masuk saringan, m /dtk
2
A = luas area saringan yang terendam air, m

Harga C dan A tergantung pada faktor-faktor desain screen seperti ukuran lubang, diameter kawat /
balok, susunannya, serta persen dari luas area. Harga C untuk screen yang bersih adalah 0,60. Headloss
yang melalui screen bersih relatif tidak berarti, yang terpenting adalah headloss setelah operasi, yang
bergantung kepada ukuran serta jumlah padatan dalam air, ukuran lubang, dan metode serta frekwensi
pembersihan.

Kehilangan tekanan pada bar screen, dapat dihitung berdasarkan Kriscmer, yaitu :
3/4
h = β x ( b ) x hv x sin θ
w
hw = Vs
2g

Dimana :
h = kehilangan tekanan pada bar screen (m)
w = ukuran bar maksimum yang langsung kontak dengan air (m)
b = jarak bukaan antar batang
β = faktor bentuk dari batang atau factor kriscmer
θ = sudut kemiringan bar screen
hv = velocity head (m)
Vs = kecepatan air melalui bar screen (m/det)
2
G = percepatan gravitasi (m/det )
3
Q = debit aliran air (m /det)
P = panjang kisi-kisi yang terendam air (m)

Untuk masing-masing screen / penyaring memiliki kriteria desain sebagai berikut:


Kriteria desain bar screen berupa kisi-kisi :
• Faktor bentuk (shape factor) tergantung bentuknya :
• Bulat O β = 1,79
• Setengah lingkaran ∩ β = 1,67
• Setengah lingkaran ∪ β = 1,83
• Persegi β = 2,42

32
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

• Lebar penampang batang (w) = 5-15 mm


• Kecepatan aliran air (Vs) = 1 – 4 ft/s
0 0
• Sudut antara kisi-kisi dengan bidang horizontal θ = 30 - 80
• Jarak antara kisi-kisi (b) = 0,25” – 1 ½ “ atau 25 – 75 mm
• Lebar saluran pembawa = 75 cm = 30” – 2,5 ft
• Panjang penampang batang (p) = 25 – 75 mm
• Kecepatan melalui bar screen (Vs) = 1 – 4 ft/s
Dimensi bar screen :
L = (n x w) + (n + 1) x b
Dimana :
L = lebar saluran (m)
w = lebar penampang batang (m)
b = jarak bukaan antar batang (m)
n = jumlah batang

Lebar bukaan total = jumlah bukaan antar batang x jarak bukaan antar batang
Panjang batang yang terendam (r)
R = kedalaman saluran sebelum melalui kisi pada A max / sin θ

Penjelasan Unit Operasi

Unit operasi yang terdapat di Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane secara menyeluruh dapat
dilihat dalam gambar di bawah ini.
Alum Lime Chlorine

CisadaneRiver Pre-sedimentation Sedimentation Filtration Neutralization


(Raw Water) Process Process Process & Disinfection
Processes
(Coagulation &
Flocculation)

Holding Clean Water


Tank Distribution
Recovery
Sludge Waste Tank Backwash
Pelanggan

Gambar 5. Unit Operasi Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Pengelolaan Sampah
Hasil analisis sampah terbesar berada/terjaring di daerah Intake, kemudian di Filter, Pulsator dan
Grit Chamber. Berikut analisis pengendalian sampah di tiap unit di atas. Selain partikel terlarut, sampah
juga banyak menyebabkan permasalahan di unit-unit operasi instalasi pengolahan air minum. Oleh sebab
itu diperlukan pengendalian dan pengelolaan yang efektif dan efisien. Berikut ini, akan dibahas satu per
satu pengendalian sampah di instalasi pengolahan air minum ditinjau dari segi desain dan efektivitasnya.
a. Intake
Sampah yang terdapat di area Intake, berasal 100 % dari sampah yang terdapat dan terbawa oleh
aliran air Sungai Cisadane. Banyaknya sampah yang terdapat dan terjaring di penyaring Intake, linear
dengan tinggi level muka air sungai, dengan kata lain, semakin besar debit air sungai yang mengalir

33
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

(dalam kondisi banjir karena hujan) maka volume sampah yang terbawa ke Sungai Cisadane pun
semakin banyak.

b. Grit Chamber
Walaupun banyak sampah yang berhasil terjaring di bar screen dan fine screen, masih ada pula
sampah yang lolos masuk ke instalasi dan akhirnya sampai di unit penyaringan ketiga yaitu manual
screen di area grit chamber. Tetapi, yang menjadi kesulitan di sini adalah proses pembersihan
saringan. Kecepatan aliran di inlet saringan sekitar 0,67 m/dtk.

c. Pulsator
Sampah yang masuk ke Pulsator adalah sampah yang berasal dari aliran air dari Intake
sampah inlet Pulsator.Khususnya sampah yang telah melewati 3 buah saringan (2 di Intake dan 1 di
inlet Grit Chamber), namun masih dapat lolos.
Semakin banyak sampah yang lolos dan masuk ke inlet Pulsator, semakin buruk pengaruhnya
terhadap proses produksi air minum.

Gambar 6 . Penampang Dalam Pulsator

Keterangan gambar :
1 = Raw water inlet 7 = Raw water perforated distribution piping
2 = Vacuum chamber 8 = Stilling plate
3 = Float 9 = Sludge concentrators
4 = Vacuum pump 10 = Sludge draw-off
5 = Automatic vacuum breaker 11 =Clarified water outlet
6 = Header pipe 12 = Reagent inlet

Jika mengacu kepada gambar di atas, kerusakan yang diakibatkan oleh masuknya sampah ke unit ini
adalah merusak keseragaman aliran inlet Pulsator dari pipa header ke ruang pulsator. Keseragaman
aliran sangat diutamakan jika menggunakan system Pulsator untuk proses sedimentasi. Jika aliran tidak
seragam kecepatannya, maka dapat menyebabkan sludge blanket yang terdapat di tengah Pulsator
dapat rusak formasinya, sehingga prinsip sludge-contact clarifier menjadi tidak berfungsi dengan baik,
dan efektivitas klarifikasi dari Pulsator menjadi menurun. Menurunnya efektivitas ini dapat menyebabkan
kinerja unit selanjutnya yaitu filtrasi menjadi menurun pula, karena kekeruhan inlet filter menjadi naik.

d. Filter
Masih banyaknya sampah di area Filter sebenarnya tidak memberi pengaruh negatif langsung
terhadap proses filtrasi. Hal ini dikarenakan proses filtrasi dilakukan dengan sistem gravitasi, air mengalir
melalui lapisan pasir di dasar bak menuju ke saluran berikutnya untuk kemudian mengalir ke dalam
Reservoir yang dibangun di bawah Filter. Berat jenis sampah plastik < berat jenis air, maka sampah
plastik hanya mengapung di permukaan air Filter, tidak ikut mengalir ke bawah menuju lapisan pasir.

34
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah plastik di area Filter adalah :
1. Mengurangi nilai estetika
Sampah plastik memerlukan pengendalian untuk dipisahkan atau dibuang dari air Filter. Proses
pembersihan masih menggunakan sistem manual.
2. Sampah dapat memasuki area Pulsator
Pengaruh ini merupakan pengaruh yang tidak langsung, karena melalui proses yang lanjutan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Pada saat proses pembersihan Filter (backwash), maka air hasil cucian tersebut akan mengalir
ke saluran yang selanjutnya menuju ke Recovery Tank. Dari tangki ini, air hasil cucian Filter
dialirkan kembali ke outlet Mixing Chamber sebelum pipa pembagi aliran air ke 3 Pulsator.
Sampah plastik yang masih ada di Filter akan ikut terbawa oleh air hasil cucian Filter ini. Jadi,
secara tidak langsung, sampah plastik yang berada di Filter, jika tidak dibersihkan dapat
menyebabkan gangguan terhadap proses di Pulsator.
Pengaruh negatif sampah plastik terhadap peralatan utama dalam instalasi pengolahan air
minum Cisadane adalah sebagai berikut :
1. Resiko tinggi terhadap kerusakan
- Pompa air baku (motor listrik, gland packing, shaft & bearing)
- Pulsator (lubang pada pipa header di dasar Pulsator tertutup / tersumbat oleh sampah plastik) :
- Kenaikan tekanan pada lubang pipa header lainnya menyebabkan kenaikan kecepatan
dan aliran air (sludge naik ke atas menyebabkan kenaikan kekeruhan pada air di
Pulsator)
- Kenaikan tekanan pada lubang pipa header lainnya juga menyebabkan resiko pecahnya
pipa dan terputusnya saluran V stilling plate.

2. Perawatan yang berat


- Pembersihan saringan di Intake dan Grit Chamber
- Frekwensi pemberhentian pompa air baku
- Disfungsi Pulsator terhadap polusi ini membutuhkan pengosongan dan pembersihan Pulsator
yang memakan waktu lama, kira-kira 3 hari)

3. Resiko rendah terhadap kerusakan peralatan terkait yang dapat menyebabkan tidak berfungsi
- Check valve pada discharge pompa air baku tidak menutup sempurna
- Automatic valve pada discharge pompa air baku tidak menutup sempurna
- Automatic valve pada pipa utama antara Intake dan Disc Chamber tidak menutup sempurna
- Flowmeter air baku tersumbat, tidak beroperasi

Pada gambar 7 dapat dilihat desain unit pengolahan outlet grit chamber. Dan letak lokasi penempatan
screen dapat dilihat pada gambar 8.

handle sisi p

h
g

c sisi q
PENGAIT :
d - Tambang / tali
- Besi

sisi t b
f
a
sisi s
(dasar saringan)
sisi r

Gambar 7 .Desain unit pengolahan outlet grit chamber.

35
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

Keterangan :

A.Bahan / material :
1 Sisi p : besi / stainless steel
2 Sisi q,r,s & t : aluminium
3 handle : besi / stainless steel
B.Dimensi
1 a : 64 cm
b : 95 cm
c : 145 cm
d : 306 cm
e : 152 cm
f : 146 cm
g : 10 cm
h : 15 cm
tebal sisi : 3 mm
tebal handle : dia 1 cm
2 Diameter lubang (kotak/lingkaran optional) :
Kotak : 1 x 1 cm
Lingkaran : 1 cm

Rencana letak screen

Gambar 8. lokasi peletakan screen

KESIMPULAN

1. Berdasarkan total sampah yang terjaring di seluruh unit penyaringan instalasi, maka sampah dari titik
ini menyumbang sebesar 81,01 %. Oleh sebab itu, di titik ini diberikan 2 buah unit penyaringan :bar
screen dan fine screen. Berdasarkan evaluasi diatas dimana prosentase sampah mendekati 100% dari
kapasitas, maka dibutuhkan unit penyaring tambahan sebagai alternatife bila jumlah sampah
melebihi daya tampung unit penyaring intake.
2. Unit ini penyaringan ini dibuat untuk mengatasi sampah di Instalasi Pengolahan Air Minum
khususnya sampah yang terbawa oleh aliran dari Intake ke inlet Pulsator, mengingat pengaruh
buruk terhadap unit Pulsator jika masalah sampah ini tidak dapat ditangani dengan baik, maka
membuat perencanaan satu unit tambahan penyaring yang direncanakan akan dialokasikan di outlet
bangunan grit chamber.

36
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1

Daftar Pustaka

Azwar. Azrul. 1986. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta. Mutiara sumber Widya
Benfield dan Randall. 1980. Biological Process Design For Waste Water Treatment. Virginia
Polytecnic Institute and State University. New york.
Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 1975 .Pembuangan Air Kotor (Disposal Of Community
Waste Water) Terjemahan (Jakarta Depkes R.I)
Fiedler, H., O. Hutzinger, and C.W. Timms. 1990 Dioxines; sources of environmental load and human
exposure. Toxicol. Environ. Chem. 29:157-234.
Metcalf & Eddy, 2003. Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse. McGraw-Hill Edition
series.
Saeni M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.
Vesilind. P.A., and J.J. Peirce. 1994. Environmental Engineering. Buttenwo Heinemam. USA.
Wardana W.A, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi offset, yogyakarta.
http://dwi-jo.blogspot.com/2012/01/pengertian-lumpur-aktif.html
http://www.slideshare.net/aprin/final-makalah-lumpur-aktif
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/proses-lumpur-aktif-activated-
sludge-process/ 2008
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 5059 ).

37

Anda mungkin juga menyukai