Microsoft Word - Jurnal Limit Vol 7 No.1 PDF
Microsoft Word - Jurnal Limit Vol 7 No.1 PDF
LIMIT’S
Rancangan
ancangan Pit Level Pada Mud Logging Unit DenganTeknologi Digital
Pertumpun Gurusinga
I S SN 2161184
9 7 7 2 1 6 1 1 8 4 4 0 0
ISSN 0216-1184
22
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
SUSUNAN REDAKSI
PimpinanUmum/PenanggungJawab:
Berlin Sitorus, S.Kom.,M.Kom (DekanFakultasTeknik)
Staff Ahli:
Dr. Ir. Jupiter Sitorus, M.Eng.
Dr. YusrianiSaptaDewi, MSi.
Dr. IrTambakManurung, MS.
Drs. S.H. Hutapea, M.Kom
PimpinanRedaksi:
Ir. NunungNurhayati, M.Si
SekretarisRedaksi:
Kiki Kusumawati, ST, MMSi.
AnggotaDewanRedaksi:
Drs. Charles Situmorang, M.Si.
Sukarno BahatNauliSitorus, S.Kom.,M.Kom.
AgungPriambodo, S.Kom.,M.Kom.
Dra.PertumpunGurusinga, M.MSi.
HernalomSitorus, ST.,M.Kom.
BosarPanjaitan, SSi.,M.Kom.
RiamaSibarani, SSi.M.MSi
PrionggoHendradi, S.Kom.M.Kom
Sekretariat:
LinaMursadi, SE.
AlamatRedaksiPublikasiIlmiah:
FakultasTeknik – UniversitasSatya Negara Indonesia
Jl. ArteriPondok Indah No. 11 Jakarta Selatan 12240Indonesia
Telp. (021) 7398393, Fax: (021) 7200352
http://www.usni.ac.id
23
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
DAFTAR ISI
24
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
Abstrak
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan pada masyarakat maupun pelaku industri
dan tidak memadainya fasilitas penampungan dan pengolahan sampah, dapat menjadikan badan air –
khususnya sungai – menjadi salah satu alternatif tempat pembuangan sampah yang paling diminati.
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum merupakan salah satu solusi untuk membantu
penyediaan kebutuhan manusia akan air minum. Tujuan Penelitian di Instalasi Pengolahan Air Minum
adalah : melakukan analisis pengendalian sampah dari segi volume, lokasi keberadaan dan hasil
pengelolaan yang telah dilakukan saat ini, melakukan perencanaan pengendalian sampah yang
diperlukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan sistem yang telah diterapkan, termasuk
perhitungan penentuan dimensi peralatan yang digunakan dan membuat gambar teknik yang dibutuhkan
dalam perencanaan; mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi dan mungkin terjadi dalam analisis,
perencanaan, pemasangan dan perawatan sistem pengelolaan sampah. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode eksperimen. Berdasarkan total sampah yang terjaring di seluruh unit
penyaringan instalasi, maka sampah dari titik ini menyumbang sebesar 81,01 %sehingga dibutuhkan unit
penyaring tambahan sebagai alternatife karena jumlah sampah melebihi daya tampung unit penyaring
intake.
Kata kunci : sampah, instalasi pengolahan air minum, perencanaan pengendalian sampah
Abstract
Lack of knowledge about environmental health in the community and industry and inadequate storage
facilities and waste processing, can make the water body - especially the river - be an alternative landfills
are the most popular. Construction of Water Treatment Plant is one solution to help provide the human
need to drink water. Research Objectives in Water Treatment Plant is: do the analysis in terms of the
volume of waste control, presence and location management results that have been made at this time,
perform the necessary waste management plan to improve and refine the systems that have been
implemented, including the determination of the calculation of the dimensions of equipment used and
create engineering drawings required in the planning; know various problems occurred and may occur in
the analysis, planning, installation and maintenance of the waste management system. The research
method used was experimental method. Based on the total solid waste filtration unit netted throughout the
installation, the waste from this point accounted for 81.01%, so it takes an additional filter units as
alternatives because of the amount of waste exceeds the capacity of the intake filter unit.
Latar Belakang
Air minum merupakan kebutuhan yang vital bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup manusia.
Kebutuhan akan air minum semakin meningkat, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang
bertambah. Namun, keberadaan dan volume air minum yang terdapat di alam sangat terbatas, bahkan
diprediksikan akan tidak dapat lagi kita temukan di alam. Oleh sebab itu, pembangunan Instalasi
pengolahan Air Minum merupakan salah satu solusi untuk membantu penyediaan kebutuhan manusia
akan air minum.
Instalasi Pengolahan Air Minum mengolah air baku yang kualitasnya semakin menurun dan jauh
dari kondisi layak minum menjadi air minum yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
25
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
Departemen Kesehatan RI yaitu Keputusan Menteri Kesehatan No: 907/MENKES/SK/VII/2002. Sumber air
baku yang ada di alam dan dapat diolah menjadi air minum di antaranya :
- air tanah : mata air, sumur (sumur gali dan sumur bor), rembesan yang dikumpulkan
- air permukaan : air di dalam sistem sungai, air di dalam sistem irigasi, air di dalam sistem
drainase, waduk, danau dan rawa
- air laut / air asin : air asin, air payau
Kualitas air baku ini sangat bervariatif dan memerlukan teknik pengolahan yang berlainan pula.
Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane Serpong, merupakan salah satu instalasi pengolahan air
minum yang mengambil air baku dari air permukaan yaitu air Sungai Cisadane untuk diolah menjadi air
minum dan dikonsumsi oleh kurang lebih 1 juta penduduk yang bermukim di wilayah Jakarta Barat, Jakarta
Selatan dan Serpong.
Dengan demikian perlu untuk dianalisis terhadap pengendalian sampah dan perencanaan fasilitas
penyaring sampah pada salah satu unit produksi di Instalasi Pengolahan Air Minum PT Tirta Cisadane
Serpong yang berlokasi di Jalan Raya Serpong No. 1-2 Serpong, Tangerang. Hal ini dilakukan agar air
minum yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air Minum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan RI yaitu Keputusan Menteri Kesehatan No: 907/MENKES/SK/VII/2002.
Permasalahan
Sampah merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan limbah padat.Limbah itu
sendiri terdiri dari tiga bentuk keadaan, yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Pembuangan
sampah yang diperkenankan oleh pemerintah adalah ke tempat pembuangan akhir yang telah ditentukan,
namun karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan pada masyarakat maupun pelaku
industri dan tidak memadainya fasilitas penampungan dan pengolahan sampah, dapat menjadikan badan
air – khususnya sungai – menjadi salah satu alternatif tempat pembuangan sampah yang paling diminati.
Oleh karena itu, dalam instalasi pengolahan air diperlukan suatu unit khusus untuk penanganan masalah
sampah.Dalam pelaksanaannya diperlukan analisis dan perencanaan yang tepat agar masalah sampah
dapat diatasi dengan efektif dan efisien.
Tujuan
Tujuan Penelitian di Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane ini adalah :
• Melakukan analisis pengendalian sampah dari segi volume, lokasi keberadaan dan hasil pengelolaan
yang telah dilakukan saat ini
• Melakukan perencanaan pengendalian sampah yang diperlukan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan sistem yang telah diterapkan, termasuk perhitungan penentuan dimensi peralatan
yang digunakan dan membuat gambar teknik yang dibutuhkan dalam perencanaan.
• Mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi dan mungkin terjadi dalam analisis, perencanaan,
pemasangan dan perawatan sistem pengelolaan sampah.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian di Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane meliputi hal-hal sebagai
berikut :
• Analisis pengendalian sampah
• Perencanaan unit pengendalian sampah
• Perhitungan dan dimensi peralatan yang diperlukan
• Penggambaran teknik yang diperlukan
LANDASAN TEORI
Jenis-jenis Sampah
Sampah yang dimaksud di sini adalah sampah yang berada di badan dan bantaran sungai
khususnya Sungai Cisadane yang mengalir dari hulu di daerah Bogor sampai ke daerah Intake Instalasi
Pengolahan Air Minum Serpong.Rute yang dilalui aliran sungaidapat dilihat pada gambar di bawah ini.
26
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
W. Ranca Maya
S. Cikeuretek 1 S. Cilangsir
S. Cipaku 2
S. Cisadane Jembatan 3
4.S. Cipinang Gading
Rangga sari
5 S. Cisadane danS. Cipinang Gading setelah pertemuan
Gambar 1. Daerah Aliran Sungai Cisadane dari Ranca Maya hingga Intake
Berdasarkan studi layanan pembersihan sampah di sungai pada tahun 2002, pola sampah yang terdapat
di sungai, dibedakan menjadi 2, yaitu :
• Sampah di atas permukaan (mengapung)
• Umumnya terdiri dari plastik (> 50 %), organik, kertas, tekstil
3
• Kepadatan < 0.2 ton/m
• Selama perjalanan ke hilir : kepadatan meningkat, karena mengalami dekomposisi dan kadar air
• Kadar air 35 – 68 %, kadar volatile 88 – 94 % dan C-organik 25 – 43 %
• Ukuran : 1 cm – 25 cm, yang berukuran besar masih terbungkus plastik
Proses pengelolaan sampah atau pengurangan partikel-partikel besar dalam air, ditangani dengan
proses penyaringan (screening). Prinsip utama dari proses penyaringan ini adalah menghilangkan partikel-
partikel besar / kasar dari aliran air yang mana dapat berakibat :
a. merusak peralatan proses berikutnya
b. mengurangi konsistensi & efektivitas keseluruhan proses pengolahan
27
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
2. Grit Chamber
Di area sebelum air memasuki Grit Chamber, terdapat proses penyaringan sampah kembali
dengan bar screen, saringan berbentuk batang-batang horizontal dengan jarak antar batang 1 cm.
Pembersihan dilakukan secara manual dengan bantuan alat berupa besi panjang, yang di ujung bawahnya
terdapat pengeruk yang akan masuk ke dalam kisi-kisi batang. Dengan alat ini, sampah yang menyangkut,
ditarik ke atas lalu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung berukuran 50 kg.
28
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
Jenis-jenis Saringan/Screen
Dua jenis saringan yang umum digunakan adalah coarse screen / saringan kasar : dengan
bukaan antara 6 – 150 mm, dan fine screen / saringan halus : dengan bukaan < 6 mm. Saringan lain
yang digunakan untuk memisahkan padatan sangat halus adalah microscreen dengan bukaan < 50 µm.
Saringan dapat terbuat dari batang-batang paralel, tali / kabel, jaring batang, jaring kawat/tali,
dan lempengan berlubang.Bentuk bukaan ini dapat bermacam-macam tetapi umumnya adalah bulat atau
persegi. Screening
29
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
Berikut ini merupakan perbedaan desain antara saringan kasar (bar screen) manual dan
menggunakan mesin
Tabel 1. Informasi desain untuk saringan kasar manual dan mesin
Metode Pembersihan
Parameter Satuan
Manual Mekanikal
Ukuran batang
Lebar mm 5 – 15 5 – 15
Tebal mm 25 – 38 25 – 38
Jarak antar batang mm 25 – 50 15 – 75
0
Kemiringan 30 – 45 0 – 30
Kecepatan aliran
Maksimum m/dtk 0.3 – 0.6 0.6 – 1.0
Minimum m/dtk 0.3 – 0.5
Headloss yang
mm 150 150 - 600
diijinkan
Dari keempat jenis saringan kasar mekanis, table 2 merupakan penjelasan dari segi keuntungan dan
kerugiannya memakai saringan kasar.
Tabel 2. Keuntungan & kerugian saringan kasar
Reciprocating rake Tidak ada bagian yang terendam Kemungkinan pada penggeraknya
air; perawatan & perbaikan dapat Tinggi level air pada saluran yang
dilakukan di atas tidak diperhitungkan dapat
Dapat menangani benda besar merendam motor penggaruk dan
(balok, ban, dll) menyebabkannya terbakar
Penggaruk efektif dan pembuangan Membutuhkan ruang yang lebih
hasil saringan efisien besar
Harga operasional dan perawatan Waktu siklus yang lama; kapasitas
30
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
METODE PENELITIAN
Kriteria Desain
31
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
4. Headloss saringan
Kehilangan tekanan pada saringan dibatasi sampai 150 m.
5. Penanganan dan pembuangan hasil saringan
6. Pengontrolan
Rumus perhitungan yang digunakan untuk mengukur kehilangan tekanan (head loss) pada bar
screen adalah :
2 2
hL = 1 V – v
C 2g
hL = kehilangan tekanan, m
C = koefisien saringan (untuk saringan bersih 0.7, saringan yang tersumbat / kotor 0.6)
V = kecepatan aliran melalui bukaan saringan, m/dtk
v = kecepatan aliran di saluran, m/dtk
g = kecepatan gravitasi, 9.81 m/dtk2
Harga C dan A tergantung pada faktor-faktor desain screen seperti ukuran lubang, diameter kawat /
balok, susunannya, serta persen dari luas area. Harga C untuk screen yang bersih adalah 0,60. Headloss
yang melalui screen bersih relatif tidak berarti, yang terpenting adalah headloss setelah operasi, yang
bergantung kepada ukuran serta jumlah padatan dalam air, ukuran lubang, dan metode serta frekwensi
pembersihan.
Kehilangan tekanan pada bar screen, dapat dihitung berdasarkan Kriscmer, yaitu :
3/4
h = β x ( b ) x hv x sin θ
w
hw = Vs
2g
Dimana :
h = kehilangan tekanan pada bar screen (m)
w = ukuran bar maksimum yang langsung kontak dengan air (m)
b = jarak bukaan antar batang
β = faktor bentuk dari batang atau factor kriscmer
θ = sudut kemiringan bar screen
hv = velocity head (m)
Vs = kecepatan air melalui bar screen (m/det)
2
G = percepatan gravitasi (m/det )
3
Q = debit aliran air (m /det)
P = panjang kisi-kisi yang terendam air (m)
32
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
Lebar bukaan total = jumlah bukaan antar batang x jarak bukaan antar batang
Panjang batang yang terendam (r)
R = kedalaman saluran sebelum melalui kisi pada A max / sin θ
Unit operasi yang terdapat di Instalasi Pengolahan Air Minum Cisadane secara menyeluruh dapat
dilihat dalam gambar di bawah ini.
Alum Lime Chlorine
33
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
(dalam kondisi banjir karena hujan) maka volume sampah yang terbawa ke Sungai Cisadane pun
semakin banyak.
b. Grit Chamber
Walaupun banyak sampah yang berhasil terjaring di bar screen dan fine screen, masih ada pula
sampah yang lolos masuk ke instalasi dan akhirnya sampai di unit penyaringan ketiga yaitu manual
screen di area grit chamber. Tetapi, yang menjadi kesulitan di sini adalah proses pembersihan
saringan. Kecepatan aliran di inlet saringan sekitar 0,67 m/dtk.
c. Pulsator
Sampah yang masuk ke Pulsator adalah sampah yang berasal dari aliran air dari Intake
sampah inlet Pulsator.Khususnya sampah yang telah melewati 3 buah saringan (2 di Intake dan 1 di
inlet Grit Chamber), namun masih dapat lolos.
Semakin banyak sampah yang lolos dan masuk ke inlet Pulsator, semakin buruk pengaruhnya
terhadap proses produksi air minum.
Keterangan gambar :
1 = Raw water inlet 7 = Raw water perforated distribution piping
2 = Vacuum chamber 8 = Stilling plate
3 = Float 9 = Sludge concentrators
4 = Vacuum pump 10 = Sludge draw-off
5 = Automatic vacuum breaker 11 =Clarified water outlet
6 = Header pipe 12 = Reagent inlet
Jika mengacu kepada gambar di atas, kerusakan yang diakibatkan oleh masuknya sampah ke unit ini
adalah merusak keseragaman aliran inlet Pulsator dari pipa header ke ruang pulsator. Keseragaman
aliran sangat diutamakan jika menggunakan system Pulsator untuk proses sedimentasi. Jika aliran tidak
seragam kecepatannya, maka dapat menyebabkan sludge blanket yang terdapat di tengah Pulsator
dapat rusak formasinya, sehingga prinsip sludge-contact clarifier menjadi tidak berfungsi dengan baik,
dan efektivitas klarifikasi dari Pulsator menjadi menurun. Menurunnya efektivitas ini dapat menyebabkan
kinerja unit selanjutnya yaitu filtrasi menjadi menurun pula, karena kekeruhan inlet filter menjadi naik.
d. Filter
Masih banyaknya sampah di area Filter sebenarnya tidak memberi pengaruh negatif langsung
terhadap proses filtrasi. Hal ini dikarenakan proses filtrasi dilakukan dengan sistem gravitasi, air mengalir
melalui lapisan pasir di dasar bak menuju ke saluran berikutnya untuk kemudian mengalir ke dalam
Reservoir yang dibangun di bawah Filter. Berat jenis sampah plastik < berat jenis air, maka sampah
plastik hanya mengapung di permukaan air Filter, tidak ikut mengalir ke bawah menuju lapisan pasir.
34
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah plastik di area Filter adalah :
1. Mengurangi nilai estetika
Sampah plastik memerlukan pengendalian untuk dipisahkan atau dibuang dari air Filter. Proses
pembersihan masih menggunakan sistem manual.
2. Sampah dapat memasuki area Pulsator
Pengaruh ini merupakan pengaruh yang tidak langsung, karena melalui proses yang lanjutan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Pada saat proses pembersihan Filter (backwash), maka air hasil cucian tersebut akan mengalir
ke saluran yang selanjutnya menuju ke Recovery Tank. Dari tangki ini, air hasil cucian Filter
dialirkan kembali ke outlet Mixing Chamber sebelum pipa pembagi aliran air ke 3 Pulsator.
Sampah plastik yang masih ada di Filter akan ikut terbawa oleh air hasil cucian Filter ini. Jadi,
secara tidak langsung, sampah plastik yang berada di Filter, jika tidak dibersihkan dapat
menyebabkan gangguan terhadap proses di Pulsator.
Pengaruh negatif sampah plastik terhadap peralatan utama dalam instalasi pengolahan air
minum Cisadane adalah sebagai berikut :
1. Resiko tinggi terhadap kerusakan
- Pompa air baku (motor listrik, gland packing, shaft & bearing)
- Pulsator (lubang pada pipa header di dasar Pulsator tertutup / tersumbat oleh sampah plastik) :
- Kenaikan tekanan pada lubang pipa header lainnya menyebabkan kenaikan kecepatan
dan aliran air (sludge naik ke atas menyebabkan kenaikan kekeruhan pada air di
Pulsator)
- Kenaikan tekanan pada lubang pipa header lainnya juga menyebabkan resiko pecahnya
pipa dan terputusnya saluran V stilling plate.
3. Resiko rendah terhadap kerusakan peralatan terkait yang dapat menyebabkan tidak berfungsi
- Check valve pada discharge pompa air baku tidak menutup sempurna
- Automatic valve pada discharge pompa air baku tidak menutup sempurna
- Automatic valve pada pipa utama antara Intake dan Disc Chamber tidak menutup sempurna
- Flowmeter air baku tersumbat, tidak beroperasi
Pada gambar 7 dapat dilihat desain unit pengolahan outlet grit chamber. Dan letak lokasi penempatan
screen dapat dilihat pada gambar 8.
handle sisi p
h
g
c sisi q
PENGAIT :
d - Tambang / tali
- Besi
sisi t b
f
a
sisi s
(dasar saringan)
sisi r
35
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
Keterangan :
A.Bahan / material :
1 Sisi p : besi / stainless steel
2 Sisi q,r,s & t : aluminium
3 handle : besi / stainless steel
B.Dimensi
1 a : 64 cm
b : 95 cm
c : 145 cm
d : 306 cm
e : 152 cm
f : 146 cm
g : 10 cm
h : 15 cm
tebal sisi : 3 mm
tebal handle : dia 1 cm
2 Diameter lubang (kotak/lingkaran optional) :
Kotak : 1 x 1 cm
Lingkaran : 1 cm
KESIMPULAN
1. Berdasarkan total sampah yang terjaring di seluruh unit penyaringan instalasi, maka sampah dari titik
ini menyumbang sebesar 81,01 %. Oleh sebab itu, di titik ini diberikan 2 buah unit penyaringan :bar
screen dan fine screen. Berdasarkan evaluasi diatas dimana prosentase sampah mendekati 100% dari
kapasitas, maka dibutuhkan unit penyaring tambahan sebagai alternatife bila jumlah sampah
melebihi daya tampung unit penyaring intake.
2. Unit ini penyaringan ini dibuat untuk mengatasi sampah di Instalasi Pengolahan Air Minum
khususnya sampah yang terbawa oleh aliran dari Intake ke inlet Pulsator, mengingat pengaruh
buruk terhadap unit Pulsator jika masalah sampah ini tidak dapat ditangani dengan baik, maka
membuat perencanaan satu unit tambahan penyaring yang direncanakan akan dialokasikan di outlet
bangunan grit chamber.
36
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.1
Daftar Pustaka
Azwar. Azrul. 1986. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta. Mutiara sumber Widya
Benfield dan Randall. 1980. Biological Process Design For Waste Water Treatment. Virginia
Polytecnic Institute and State University. New york.
Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 1975 .Pembuangan Air Kotor (Disposal Of Community
Waste Water) Terjemahan (Jakarta Depkes R.I)
Fiedler, H., O. Hutzinger, and C.W. Timms. 1990 Dioxines; sources of environmental load and human
exposure. Toxicol. Environ. Chem. 29:157-234.
Metcalf & Eddy, 2003. Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse. McGraw-Hill Edition
series.
Saeni M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.
Vesilind. P.A., and J.J. Peirce. 1994. Environmental Engineering. Buttenwo Heinemam. USA.
Wardana W.A, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi offset, yogyakarta.
http://dwi-jo.blogspot.com/2012/01/pengertian-lumpur-aktif.html
http://www.slideshare.net/aprin/final-makalah-lumpur-aktif
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/proses-lumpur-aktif-activated-
sludge-process/ 2008
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 5059 ).
37