Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka
memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah
mukosa vagina lembab.
Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa berubah menjadi
sarang berkumpulnya bakteri-bakteri,jamur serta virus yang bisa dengan mudah
hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan penyakit,seperti yang terdapat di
daerah vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis.
Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini disebabkan
oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis
vulvovaginal. Pemeriksaan untuk vaginitis meliputi penilaian risiko dan
pemeriksaan fisik, dengan fokus perhatian pemeriksaan pada adanya dan
karakteristik dari discharge vagina. Pemeriksaan laboratorium diantaranya:
metode sediaan basah garam fisiologis (Wet Mount) dan KOH, pemeriksaan PH
discharge vagina dan "whiff" test. Pengobatan untuk vaginosis bacterial
dan trikomoniosis adalah metronidazol, sementara untuk kandidias vaginal,
pilihan pertama adalah obat anti jamur topical.
Sebanyak 75% wanita di dunia menderita vaginitis sekurang-kurangnya
sekali dalam seumur hidup dan 10% hingga 55% diantaranya tidak mengetahui
bahwa mereka mengalami vaginitis.
Sedangkan di Indonesia vaginosis bakterial (bakteri penyebab vaginitis)
memiliki persentase sebesar 32% menjangkit wanita di Indonesia.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Diharapkan tenaga kesehatan mampu mengumpulkan semua data fokus yang di
butuhkan baik melalui anamnesa maupun pemeriksaan untuk menilai keadaan
klien secara menyeluruh.
b. Diharapkan tenaga kesehatan menginterpretasikan data dengan tepat untuk
mengidentifikasi diagnosa atau masalah dan kebutuhan.
c. Diharapkan tenaga kesehatan mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensia/mungkin timbul agar dapat diantisipasi penangananya
d. Diharapkan tenaga kesehatan mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera sehinga tindakan dapat segera direncanakan untuk dilakukan tindakan
konsultasi atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kondisi
klien
e. Diharapkan tenaga kesehatan mampu menyusun rencana asuhan secara
menyeluruh dengan tepat dan rasional sesuai langkah-langkah sebelumnya
f. Diharapkan tenaga ksehatan mampu melaksanakan asuhan yang telah
direncanakan dengan memperhatikan efisiensi dan tindakan yang aman.
g. Diharapkan tenaga kesehatan mampu melakukan evisiensi pelaksanaan rencana
asuhan.

2. Tujuan Khusus
Diharapkan tenaga kesehatan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan yang
meliputi:
a) Mampu melakukan anamnesa subyektif dengan pengumpulan data pada ibu post
partum dengan Vaginitis
b) Mampu Melakukan pemeriksaan Obyektif terhadap ibu post partum dengan
Vaginitis
c) Mampu Melakukan dan menentukan diagnosa terhadap ibu post partum dengan
Vaginitis
d) Mampu melakukan dan menentukan perencanaan dan mempu mengefaluasi ibu
post partum dengan vaginitis.
e) Mampu menyari penyebab dan cara mengatasi dari penyakit vaginitis. C.

2
C. Manfaat
1. Bagi Penulis Dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat dimeja
perkuliahan,terutama yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas
vaginitis.
2. Bagi Lahan Dapat mengefaluasi kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Vaginitis

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka
memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah
mukosa vagina lembab. Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa
berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri,jamur serta virus yang bisa
dengan mudah hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan penyakit,seperti
yang terdapat di daerah vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis. Vaginitis
(colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
parasit atau jamur (Manuaba. 2001). Vaginitis adalah suatu peradangan pada
lapisan vagina.
Vaginitis dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka
perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan
getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Vaginitis di sebabkan
oleh jamur dan bakteri akibat tidak bersihnya genetalia,gejala pada vaginitis
biasanya di sertai keluar cairan vagina atau keputihan yang abnormal,di katakan
abnormal karena keputihan tersebut sangat berlebihan berbau dan terjadi iritasi di
sekitar vagina,vaginitis bisa juga di sebabkan bawaan pada saat bersalin karena
kurangnya keseterilan dari alat atau dari handscoon si penolong yang kurang
seteril.
Sedangkan Vaginosis bakterialis diketahui kemudian sebagai infeksi superfisial
pada vagina yang menyertai keadaan menghilangnya laktobasili yang normal dan
disertai oleh pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme lain dalam konsentrasi
yang tinggi.
· Vaginosis bakterial didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal pada
ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian
konsentrasiLactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi
bakteri anaerob yang tinggi, terutama Bacteroides sp., Mobilincus sp.,Gardnerella
vaginalis, dan Mycoplasma hominis Jadi vaginosis bakterial bukan suatu infeksi

4
yang disebabkan oleh satu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan
pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.
· Vaginosis Bakterial memperlihatkan bukti bahwa penyakit ini terjadi akibat
pertumbuhan hebat bakteri normal vagina. Gangguan keseimbangan pertumbuhan
bakteri ini menyebabkan terjadinya fluor albus yang sangat berbau.
· Vaginosis Bakterial adalah penyebab utama dari fluor albus akan tetapi jarang
tanpa disertai keluhan lain. Vaginosis bakterial terjadi akibat digantinya
mikroflora vagina normal yang “healthy” ( terutama dari jenisLactobacillus
jensenii dan Lactobacillus crispatus ) oleh sekelompok mikroorganisme.
· Bakterial vaginosis adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus Spp
penghasil hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan flora normal vagina
dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi (contoh : Bacteroides Spp,
Mobilincus Spp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis). Jadi, bakterial
vaginosis bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh suatu organisme, tetapi
timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang
berkolonisasi di vagina.

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Vulva
· Vulva merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri
atas mons pubis, labia (labia mayora dan labia minora), klitoris, daerah ujung luar
vagina dan saluran kemih.
· Mons pubis : gundukan jaringan lemak yang terdapat dibagian bawah perut,
Daerah ini dapat dikenali dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis.
Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa.
· Labia: Lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar mons pubis.Terdiri
dari dua bibir, yaitu labium mayora (bibir luar) merupakan bibir yang tebal dan
besar dan labium minora (bibir dalam), merupakan bibir yang tipis
yang menjaga jalan masuk ke vagina.
· Klitoris : merupakan organ kecil yang terletak pada pertemuan antara ke dua
labia minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sebesar kacang polong, penuh

5
dengan sel syaraf sensorik dan pembuluh darah. Organ mungil ini sangat sensitif
dan berperan besar dalam fungsi seksual.
2. Vagina
Vagina merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan
berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan
merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan
menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan vagina
bisa melebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujung yang terbuka,
vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal dengan istilahselaput dara.
Bentuknya bisa berbeda-beda antara tiap wanita. Selaput ini akan robek pada saat
bersanggama, kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dsb.
Ekosistem vagina normal sangat kompleks, flora bakterial yang predominan
adalah laktobasili (95%) ,disamping itu terdapat pula sejumlah kecil (5%) variasi
yang luas dari bakteri erobik maupun anerobik. Ekosistem vagina yang normal
mengandung 105 sampai 106 /gr dari sekresi vagina; sedangkan pada vaginosis
bakterialis terjadi peningkatan sangat besar yaitu mencapai 109 – 1011/gram
sekresi.
Bakteri yang normal di vagina :
Genus Laktobasilus merupakan kuman yang mampu memproduksi sejumlah
asam laktat dari karbohidrat sederhana, dengan demikian menciptakan suasana
asam yang mampu mematikan kuman lain yang tidak berspora.Secara morfologik,
kuman ini berbentuk batang positif Gram, dan tidak bergerak. Pada isolasi primer
bersifat mikroaerofilik, atau anaerob (tumbuh baik pada keadaan sedikit sekali
oksigen atau tanpa oksigen). Bakteri ini pada dasarnya bersifat non patogen (tidak
berbahaya).
Sekret normal vagina :
- Berwarna jernih atau putih keruh
- Berwarna kekuningan ketika mengering di pakaian
- pH < 5,0
- terdiri dari sel-sel epitel yang matur
- sejumlah normal leukosit
- tanpa adanya jamur Trichomonas dan tanpa clue cell

6
C. ETIOLOGI
Bakteri yang menyebabkan vaginosis bakterialis adalah :
· Gardnerella vaginalis
· Bakteri batang anerob gram negatif yang termasuk dalam genera
- Prevotella
- Porphyromonas dan Bacteroides
- Peptostreptococcus sp
- Mycoplasma hominis
- Ureaplasma urealyticum dan seringkali Mobiluncus sp
Bakteri anerob inilah yang memproduksi ensim-ensim yang menimbulkan bau
amis tajam pada keadaan vaginosis bakterialis, (Thomason 1991).
· Bacteroides sp
· Mycoplasma hominis
Faktor resiko terjadinya Vaginosis Baterial :
1. Pasangan seksual yang baru.
2. Merokok.
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD).
4. Pembilasan vagina yang terlampau sering, menyebabkan menurunnya jumlah
laktobaksil penghasil hidrogen peroksida yang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan dari bakteri lain khususnya yang berasal dari bakteri anerobik.
5. Vagina yang terlalu sering dalam keadaan lembab dan jarang mengganti
celana dalam.

D. PATOFISIOLOGI
Ekosistem seimbang pada vagina didominasi oleh bakteri Lactobacillus yang
menghasilkan asam organik, seperti :
Asam laktat, seperti organic acid lanilla
a) Berfungsi untuk memelihara pH dibawah 4,5 (antara 3,8 - 4,2), dimana
merupakan tempat yang tidak sesuai bagi pertumbuhan bakteri khususnya
mikroorganisme yang patogen bagi vagina.

7
a. Peroksida (H2O2)
Merupakan mekanisme Lactobacillus untuk hidup dominan daripada bakteri
obligat anaerob.
b. Bakteriosin
Suatu protein dengan berat molekul rendah yang menghambat pertumbuhan
banyak bakteri khususnya Gardnerella vaginalis.
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka organisme yang
berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. albicans
pada kasus infeksi monolia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada
kasus vaginitis non spesifik.
Berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala.
Pada mekanisme lainnya, organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan
bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Nisseria
gonorrhoea dapat menimbulkan gejala . Gejala yang timbul bila hospes
meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan
menarik leukosit serta melepaskan prostaglandin dan komponen respon
peradangan lainnya.
Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan
vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis atau C. albicans. Organisme tertentu
yang menarik leukosit, termasuk T. vaginalis, menghasilkan secret purulen.
Diantara wanita dengan vaginitis non spesifik. Baunya disebabkan oleh
terdapatnya amina dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Histamin
dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainnya
dapat merusak sel-sel epitel dengan cara sama dengan infeksi lainnya.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Fluor albus yang amat berbau (bau amis)
2. Cairan vagina yang berlebih
3. Cairan vagina pada vaginosis bakterial biasanya encer (seperti susu encer) dan
berwarna keabu-abuan dan umumnya keluar pasca sanggama sehingga sering
mengakibatkan masalah dalam hubungan seksual terutama pada pria.
4. Disuria

8
5. Gatal sekitar vulva dan terasa seperti terbakar
6. Iritasi vagina
7. Namun terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
8. Dapat juga timbul kemerahan dan edema pada vulva
9. Nyeri abdomen

F. TES DIAGNOSTIK
1. Diagnosis vaginosis bakterialis ditegakkan bila 3 kriteria terpenuhi dari 5
kriteria dibawah ini (Majeroni,1998):
· Cairan vagina yang homogen (jumlah dan warnanya dapat bervariasi
· PH vagina > 4.5, dengan menggunakan phenaphthazine paper(nitrazine paper).
· Uji Amin (+)
Uji Amin (KOH whiff test) : Pemberian setetes KOH 10% pada sekret vagina
diatas gelas objek akan menghasilkan bau amis yang karakteristik ( fishy /
musty odor ), bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam
organik hasil alkalisasi bakteri anaerob
· Terdapat “clue cell” ( sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillusyang
padat)
> 20% pada preparat basah atau pewarnaan Gram.
Cara pemeriksaannya :
Pemeriksaan preparat basah;dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes
cairan NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutupi
dengan coverslip. Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan
kekuatan tinggi (400 kali) untuk melihat clue cells, yang merupakan sel epitel
vagina yang diselubungi dengan bakteri (terutama Gardnerella
vaginalis).Pemeriksaan preparat basah mempunyai sensitifitas 60% dan
spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells adalah penanda
bakterial vaginosis.
- Tidak adanya / berkurangnya laktobasil pada pewarnaan Gram.
- Skoring jumlah bakteri yang normal pada vagina atau vaginosis bacterial.

9
Gardnerella/
Lactobacilli Bacteroides Mobilincus sp
(4+) : 0
(3+) : 1 (1+) : 1
(2+) : 2 (2+) : 2
(1+) : 3 (3+) : 3 (1+)-(2+) : 1
(0) : 4 (4+) : 3 (3+)-(4+) : 2

Skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai intermediate; 7-10


dinyatakan sebagai vaginosis bakterial.
Kriteria diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan pewarnan Gram :
· derajat 1: normal, di dominasi oleh Lactobacillus
· derajat 2: intermediate, jumlah Lactobacillus berkurang
· derajat 3: abnormal, tidak ditemukan Lactobacillus atau hanya ditemukan
beberapa kuman tersebut, disertai dengan bertambahnya jumlah Gardnerella
vaginalis atau lainnya.

2. Uji H2O2 :
Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas gelas
objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena adanya
sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis
deskuamatif, sedangkan pada vaginosis bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal
tidak bereaksi.

G. KOMPLIKASI
Dapat mudah terjadi :
1. Postpartum endometritis
2. Selulitis tumpul vagina pasca histerektomi
3. Peradangan Panggul pasca kuretasi
4. Plasma sel endometritis
5. Vaginosis bakterialis juga berhubungan dengan keberadaan fetal fibronectin
yang terbukti meningkatkan kejadian korioamnionitis dan neonatal sepsis.

10
6. Terjadi peningkatan risiko terjadinya persalinan kurang bulan, kontraksi
prematur atau kelahiran dengan BBLR
7. Lebih mudah terjadi infeksi Gonorrhoea dan Klamidia
8. Meningkatkan kerentanan terhadap HIV dan infeksi penyakit menular
seksual lainnya.

H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Topikal:
- Clindamycin (krim vagina) 5 gram waktu tidur, selama 7 hari
- Metronidazol gel 5 gram bid waktu tidur selama 7 hari.
- Tetrasiklin intravagina 100 mg, 1 x sehari.
- Triple sulfonamide cream (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid 3,7% dan
Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari selama 10 hari, tapi akhir-akhir ini dilaporkan
angka penyembuhannya hanya 15 – 45 %.
2. Pengobatan Oral :
- Metronidazol 500 mg selama 7 hari atau 2 gram dosis tunggal,
keberhasilan penyembuhan lebih dari 90%. Metronidazol dapat menyebabkan
mual dan urin menjadi gelap. Jika pengobatan ini gagal, maka diberikan
ampisilin oral (atau amoksisilin) yang merupakan pilihan kedua dari
pengobatan,keberhasilan penyembuhan sekitar 66%.
- Clindamycin 300 mg bid selama 7 hari, kaberhasilan penyembuhan sekitar
94%.
Aman diberikan pada wanita hamil. Sejumlah kecil klindamisin dapat
menembus ASI, oleh karena itu sebaiknya menggunakan pengobatan
intravagina untuk perempuan menyusui.
- Amoksilav (500 mg amoksisilin dan 125 mg asam klavulanat) 3 x sehari
selama 7 hari. Cukup efektif untuk wanita hamil dan intoleransi terhadap
metronidazol.
- Tetrasiklin 250 mg, 4 x sehari selama 5 hari.
- Doksisiklin 100 mg, 2 x sehari selama 5 hari.
- Eritromisin 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari.
- Cefaleksia 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari.

11
I. PENCEGAHAN
1. Jangan memakai celana dalam dari bahan sintetis atau celana ketat.
2. Pakailah selalu celana katun.
3. Jangan memakai panty-liner setiap hari.
4. Sesudah mandi keringkan daerah vulva dengan baik sebelum berpakaian.
5. Cebok dari depan ke belakang setiap berkemih/b.a.b dapat membantu
mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari rectum.
6. Kurangi mengkonsumsi gula-gula, alkohol, coklat atau kafein dalam diet
sehari-hari.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Anamnesis :
- Keluhan utama
- Keluhan tambahan
- Riwayat penyakit : pernah mengalami penyakit pada kelaminnya atau
tidak?
- Adanya keputihan
- Banyaknya cairan vagina yang keluar
- Bau
- Konsistensinya
- Warna
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : cairan vagina yang keluar meliputi, warna, konsistensi, jumlah
dan baunya.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksan pH dengan phenaphthazine paper (nitrazine paper).
b. Uji Amin (KOH whiff test)
c. preparat basah atau pewarnaan Gram
d. Uji H2O2

12
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan banyaknya sekret yang
keluar pada vagina dan adanya rasa gatal.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan banyaknya bakteri yang
berkembang dalam vagina.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyebab dan prognosis penyakit.

c. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan banyaknya sekret yang
keluar pada vagina dan adanya rasa gatal.
Tujuan : rasa nyaman meningkat dan rasa gatal berkurang atau
hilang.
Intervensi :
a. Amati sekret yang keluar dari vagina (warna, konsistensi, jumlah, dan
baunya ).
Rasional : sekret vagina dapat menandakan suatu kelainan atau
keabnormalan yang terjadi pada vagina.
b. Mengganti celana dalam pasien jika lembab ataupun kotor, sebaiknya
untuk sering diganti.
Rasional : jika celana dalam lembab atau kotor dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang abnormal dalam vagina.
c. Menjelaskan pada pasien untuk mengeringkan bagian genital bila basah
atau sehabis BAK atau BAB, misal mengelap dengan tissue atau
handuk yang bersih.
Rasional : untuk menjaga bagian genital tetap kering.
d. Berikan obat topikal sesuai indikasi, misal :
- Clindamycin (krim vagina)
- Metronidazol gel
- Tetrasiklin intravagina
- Triple sulfonamide cream

13
2. Resiko infeksi berhubungan dengan banyaknya bakteri yang
berkembang dalam vagina.
Tujuan : agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut.
Intervensi :
a. Bersihkan alat genetalia dengan teknik aseptik.
Rasional : agar alat genetalia terjaga kebersihannya dan tidak
mengganggu ekosistem normal pada vagina.
b. Lakukan pemeriksaan sekret vagina yang diamati dengan preparat
basah atau pewarnaan Gram.
Rasional : untuk mengetahui jumlah bakteri abnormal yang
berkembang dalam vagina.
c. Berikan antibiotik oral sesuai indikasi, misal :
- Metronidazol
- Clindamycin
- Amoksilav
- Tetrasiklin
- Cefaleksia
- Eritromisin
- Doksisiklin

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Vaginitis adalah peradangan yang terjadi karena perubahan keseimbangan
normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah
munculnya cairan yang berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta
menimbulkan bau kurang sedap. Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (
organ kelamin luar wanita ). Sedang vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva
dan vagina. Vagina dikatakan tidak normal apabila jumlah cairan yang keluar
sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang
keluar secara tidak normal memiliki tekstur lebih kental dibandingkan cairan yang
normal dan cairan vagina atau keputihan yang tidak normal cenderung berwarna
kuning seperti warna keju, kuning kehijauan bahkan kemerahan.
Sebenarnya di dalam vagina terdapat 95 % bakteri baik dan 5 % bakteri
jahat atau bakteri pathogen. Agar ekosisterm di dalam vagina tetap seimbang,
dibutuhkan tingkat keasaman ( pH balance ) pada kisaran 3,8 – 4,2. Dengan
tingkat keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan bakteri pathogen mati.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah jauh dari kata sempurna, maka dari itu
bagi pembaca yang mempunyai kritik dan saran yang bersifat membangun
kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bobak.(2004).Buku ajar keperawatan maternitas.Edisi 4.Jakarta :ECG

Edge,V.(1993) women’s health care.VSA:von hoffman press

Istikomah, Nurul. 2010. Asuhan keperawatan dengan klien vaginitis.


http://snizty.blogspot.com/2010/04/Asuhan-Keperawatan-dengan-klien-
html.di akses tanggal 18 Mei 2019 jam 20.00 wib.

Manuaba, Ida Bagus.(2001).Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan keluarga


berencana untuk pendidikan bidan, Jakarta:ECG

Padjajaran, Universitas.(1981). Ginekologi. Bandung:Elstar Offset

Sinklair,C.C.R.,Webb,J.B.(1992) Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan


untuk pemula. Jakarta:Binarupa Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai