Kabupaten Aceh Besar memiliki luas wilayah seluas 290.350,73 Ha. Sebagian besar
wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Secara administratif
Kabupaten Aceh Besar memiliki 23 kecamatan.
Keberadaan Kabupaten Aceh Besar sebagai pintu gerbang utama telah ditunjang sarana
transportasi yang cukup memadai seperti: Jalan Nasional Arteri Primer Banda Aceh – Medan
serta Jalan Kolektor Primer Banda Aceh – Meulaboh. Disamping itu, ditunjang pula prasarana
transportasi Bandar Udara Internasional Iskandar Muda di Blang Bintang, Pelabuhan Malahayati
di Krueng Raya. Disisi lain Kabupaten Aceh Besar berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh,
yang menyebabkan Kabupaten Aceh Besar sebagai penyangga dari Kota Banda Aceh,
diantaranya dalam kebutuhan perumahan.
Sejalan dengan potensi letak dan posisi Kabupaten Aceh Besar yang demikian strategis,
menjadikan Kabupaten Aceh Besar berpeluang tumbuh dan berkembang cepat. Lebih jelasnya
mengenai wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 2.1, dan Gambar
2.1.
Tabel 2.1
Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Besar
Luas Wilayah
Jumlah Administrasi Terbangun
Nama Kecamatan (%) terhadap (%) terhadap
Kelurahan/desa
(Ha) total (Ha) Luas
administrasi administrasi
Baitussalam 13 2.084,17 0,72% 1.174,23 56,34%
Blang Bintang 26 4.175,51 1,44% 641,02 15,35%
Darul Imarah 32 2.434,69 0,84% 1.329,98 54,63%
Panjang pantai wilayah Kabupaten Aceh Besar pasca tsunami berdasarkan pada Peta
Dasar Bakosurtanal Kabupaten Aceh Besar adalah 292,16 km. Pada wilayah perairan Kabupaten
Aceh Besar terdapat kawasan lindung laut berupa Taman Wisata Laut Lhoknga seluas ± 14,06
ha. Kawasan pesisir, perairan dan pulau yang harus dilindungi selain taman laut adalah kawasan
mangrove (bakau) di Kecamatan Lembah Seulawah, Baitussalam, Mesjid Raya, Peukan Bada, Pulo
Aceh, Lhoknga, Leupung dan Lhoong seluruhnya seluas 253 Ha.
Pulau-pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar yang berpotensi untuk
kegiatan perikanan laut, diantaranya pulau-pulau yang berpenghuni (ada penduduk). Pulau-
pulau tersebut adalah:
Pulau Breuh (Kec. Pulo Aceh);
Pulau Nasi (Kec. Pulo Aceh);
Pulau Teunom (Kec. Pulo Aceh);
Pulau Bunta (Kec. Peukan Bada).
B. Topografi
Kabupaten Aceh Besar memiliki klasifikasi kelerengan yang terbagi atas kelas kelerengan
yaitu : < 2%, 2-8%, 9-15%, 16-25%, 26-40%, 41-60% dan >60%. Berdasarkan gambaran
klasifikasi kelerengan tersebut, tampak didominasi oleh lahan berkelerengan >60% dengan
luasan yang mencapai 118.520,71 Ha atau sebesar 40,82% dari total luas wilayah kabupaten.
Tabel 2.3
Kondisi Kelerengan Kabupaten Aceh Besar
No. Klasifikasi Kelerengan Luas (Ha) Persentase (%)
1 < 2% 30.103,15 10,37
2 2 – 8% 3.957,47 1,36
3 9 – 15% 13.362,51 4,60
4 16 – 25% 17.485,60 6,02
5 26 – 40% 4.205,81 1,45
6 41 – 60% 102.715,42 35,38
7 > 60% 118.520,71 40,82
Jumlah 290.350,73 100,00
Sumber: RTRW Aceh Besar 2013
D. Fisiografi/Geomorfologi
Geomorfologi di Kabupaten Aceh Besar cukup bervariasi, hal ini terlihat dari bentuk
permukaan wilayah ini yang meliputi datar hingga bergunung. Kondisi wilayah ini didominasi
oleh wilayah berbukit dan bergunung.
F. Jenis Tanah
Terdapat 8 jenis tanah di Aceh Besar, yaitu : (1) Aluvial, (2) Andosol, (3) Komplek
Podsolik Coklat, Podsol, dan Litosol, (4) Komplek PMK dan Litosol, (5) Komplek Renzina dan
Litosol, (6) Latosol, (7) Podsolik Merah Kuning (PMK), dan (8) Regosol. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar 1.8.
G. Hidrologi
Potensi sumber daya air di wilayah Kabupaten Aceh Besar relatif cukup memadai,
dimana terdapat sejumlah aliran sungai. Beberapa daerah aliran sungai berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia. Salah satu sungai yang
relatif memiliki potensi sumber daya air yang cukup besar adalah Krueng Aceh, dengan debit air
rata-rata per tahun 30,86 m³/detik. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh ini ±
172.328,07 Ha, dimana bahagian DAS ini terdapat anak-anak sungai, diantaranya Krueng Jreu,
Krueng Indrapuri, Krueng Pangoh dan Krueng Seulimeum. Anak-anak sungai tersebut
mengalirkan kelebihan air hujan ke Krueng Aceh yang hulunya berasal dari pegunungan Bukit
Barisan. Hanya Krueng Seulimeum yang hulunya berasal dari Gunung Seulawah.
1. Wilayah Sungai
Arah dan pola aliran sungai yang terdapat dan melintasi wilayah Aceh dapat
dikelompokkan atas 2 pola utama, yaitu:
- Sungai-sungai yang mengalir ke Samudera Hindia atau ke arah barat;
- Sungai-sungai yang mengalir ke Selat Malaka atau ke arah timur.
Beberapa Daerah Aliran Sungai dikelompokkan menjadi satu Wilayah Sungai
berdasarkan wilayah strategis nasional dan lintas kabupaten. Pengelompokan ini didasari oleh
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia. Sesuai
dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia,
Kabupaten Aceh Besar terdapat 2 (dua) wilayah sungai yang masuk dalam kewenangan nasional
I. Curah Hujan
Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 yaitu mencapai 283,3 mm
dengan jumlah hari hujan 16 hari. Untuk lebih jelasnya mengenai curah hujan dan hari hujan di
Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2010 – 2013
Curah Hujan (millimeter) Hari Hujan
Bulan
2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013
Januari 149,4 152,5 91,7 283,3 12 15 9 16
Februari 112,9 82,3 78,4 136,1 9 14 11 15
Maret 105,4 223,5 99,5 89,7 16 17 10 8
April 219,5 142,3 78,6 106,2 16 13 9 12
Mei 53,5 58,8 98,4 131,1 8 11 15 13
Juni 190,1 19,8 41,0 167,2 17 5 5 13
Juli 89,1 55,6 28,0 83,8 19 8 9 9
Pemutakhiran Strategi Sanitasi II-8
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
Curah Hujan (millimeter) Hari Hujan
Bulan
2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013
Agustus 73,5 68,1 38,0 40,4 12 7 6 11
September 75,6 136,8 77,6 164,6 15 13 6 7
Oktober 116,5 41,8 177,2 56,6 9 16 15 11
November 461,0 164,4 199,1 149,8 25 12 12 16
Desember 334,0 123,4 150,2 214,8 18 20 18 20
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka Tahun 2014
B. Tsunami
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang disebabkan oleh pergeseran
badan air dalam volume yang amat besar, misalnya lautan. Istilah Tsunami berasal dari Bahasa
Jepang yang bisa diartikan sebagai "ombak besar di pelabuhan”. Kejadian tsunami di Aceh
pernah terjadi tahun 1797, 1891,1907 dan 2004. Kejadian tsunami 26 Desember 2004 meliputi
kawasan pesisir radius 5 km dari garis pantai dengan ketinggian di bawah 50 meter dari
permukaan laut Gempa ini berkekuatan 9,3 skala Richter. Wilayah yang cukup luas rawan
gelombang pasang adalah Kecamatan Peukan Bada, Baitussalam, Mesjid Raya, Lhoknga, Pulo
Aceh, Lhoong dan Leupung.
E. Rawan Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air
menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai
yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Air yang
tergenang berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat
ke daerah yang lebih rendah. Klasifikasi banjir untuk Aceh Besar berada pada Kecamatan Krueng
Barona Jaya, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Kuta Baro, dan
Kecamatan Darussalam.
H. Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang
berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Musim kemarau yang panjang akan
menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Klasifikasi kekeringan yang ada di
Kabupaten Aceh Besar, meliputi:
• Rendah: Kecamatan Pulo Aceh, Kecamatan Pekan Bada, Kecamatan Darussalam, Kecamatan
Baitussalam, Kecamatan Krueng Barona Jaya.
• Menengah: Semua kecamatan.
Proyeksi penduduk untuk 5 (lima) tahun kedepan dengan pertumbuhan penduduk rata-
rata 3,25% pada tahun 2014 adalah 456.549 jiwa. Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk,
jumlah penduduk lima tahun kedepan di Kecamatan Darul Imarah yaitu sebesar 59.684 jiwa.
Proyeksi kepala keluarga di Kabupaten Aceh Besar untuk 5 (lima) tahun kedepan dapat
dilihat pada Tabel 2.6. Pada tahun 2014 jumlah kepala keluarga adalah 109.296 KK, setelah
diproyeksikan, pada tahun 2020 jumlah Kepala Keluarga diperkirakan menjadi 128.133 KK.
Gambaran perhitungan proyeksi kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk dapat dilihat
pada Tabel 2.8 berikut.
Untuk jumlah Kepala Keluarga yang Miskin dapat dilihat di tabel 2.9 berikut.
Gambar 2.3
Grafik PDRB Kab. Aceh Besar Menurut Sektor Tahun 2013
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar secara keseluruhan dan secara tidak
langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Propinsi Aceh. Keadaan perekonomian di
Aceh menunjukkan terus terjadinya peningkatan selama empat tahun terakhir. Pertumbuhan
ekonomi baik dengan migas maupun tanpa migas masih menunjukkan angka positif sejak tahun
2010-2013. Pada tahun 2013 PDRB ADHK dengan migas tumbuh sebesar 4,18 persen, agak
melambat dari dua tahun sebelumnya yang secara berturut-turut tumbuh sebesar 4,84 persen
dan 5,14 persen. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang pada tahun
2013 melambat menjadi sebesar 5,36 persen, setelah pada tahun 2011 dan 2012 naik sebesar
5,69 persen dan 6,07 persen. Setelah selama dua tahun perekonomian tumbuh dengan cukup
Gambar 2.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar
Menurut Sektor Migas dan Non Migas
Sektor lainnya yang tumbuh cukup tinggi adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan yang tumbuh sebesar 6,78 persen. Sektor pertanian yang memiliki kontribusi
terbesar hanya mampu tumbuh sebesar 3,26 persen, sedangkan sektor listrik dan sektor
pengangkutan dan komunikasi masing-masing tumbuh sebesar 4,69 persen dan 4,68 persen.
Sektor yang masih tumbuh negatif seperti tahun-tahun sebelumnya adalah sektor pertambangan
dan penggalian yang turun sebesar 1,26 persen. Sekor industri pengolahan juga turun sebesar
3,52 persen, setelah 2 tahun sebelumnya tumbuh positif. Kedua sektor ini tumbuh negatif karena
terkait dengan menurunnya produksi migas.
A. Struktur Ruang
Didalam RTRW Nasional, Kabupaten Aceh Besar termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Di
Kabupaten Aceh Besar sendiri membagi sistem pusat kegiatan dalam beberapa kategori sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008, yaitu sebagai berikut :
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan di Kota Jantho, yang merupakan ibukota Kabupaten
Aceh Besar sehingga diprediksi akan melayani keseluruhan pusat-pusat pelayanan lainnya di
Kabupaten Aceh Besar khususnya untuk pelayanan pemerintahan.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Kabupaten Aceh Besar menetapkan PKLp adalah
Kecamatan Kuta Malaka dengan ibukota Kecamatan Samahani.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), di wilayah Kabupaten Aceh Besar ditetapkan di :
• PPK Lhoknga di Kecamatan Lhoknga;
• PPK Lambaro Angan di Kecamatan Darussalam;
• PPK Lampuyang di Kecamatan Pulo Aceh;
• PPK Indrapuri di Kecamatan Indrapuri;
• PPK Seulimeum di Kecamatan Seulimeum; dan
• PPK Lambaro di Kecamatan Ingin Jaya.
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), ditetapkan di :
PPL Lamtamot di Kecamatan Lembah Seulawah;
PPL Krueng Raya di Kecamatan Mesjid Raya;
PPL Blang Bintang di Kecamatan Blang Bintang;
PPL Lampeuneurut di Kecamatan Darul Imarah;
PPL Lhoong di Kecamatan Lhoong;
PPL Peukan Bada di Kecamatan Peukan Bada;
PPL Peukan Biluy di Kecamatan Darul Kamal;
PPL Cot Iri di Kecamatan Krueng Barona Jaya;
PPL Peukan Lam Ateuk di Kecamatan Kuta Baro;
PPL Kajhu di Kecamatan Baitussalam;
PPL Leupung di Kecamatan Leupung;
PPL Lampakuk di Kecamatan Kuta Cot Glie;
PPL Montasik di Kecamatan Montasik;
Gambar 2.5
Peta Struktur Ruang Kabupaten Aceh Besar
B. Kawasan Strategis
Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar
meliputi :
1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darussalam.
Cakupan KSN KAPET Bandar Aceh Darussalam yang berada di Kabupaten Aceh Besar
meliputi seluruh kecamatan yang ada kecuali Kecamatan Pulo Aceh. Hal ini ditegaskan
melalui Keputusan Gubernur Aceh No.139/297/2010 tentang Penyesuaian Wilayah Kerja
Badan Pengelola Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bandar Aceh Darussalam yaitu
meliputi seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, dan
Kota Banda Aceh. Pengembangan KSN KAPET Bandar Aceh Darussalam di Kabupaten Aceh
Kawasan Strategis Aceh di wilayah Kabupaten Aceh Besar, berdasarkan kelompok sudut
kepentingan pengembangannya sebagai berikut ini:
1. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Ekonomi.
Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan pusat
perdagangan dan distribusi Aceh atau ATDC (Aceh Trade and Distribution Center) Zona Pusat
(Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie dengan lokasi pusat
agro industri di Kabupaten Aceh Besar).
2. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Sosial Budaya.
Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Sosial Budaya yang terdapat di
Kabupaten Aceh Besar, meliputi :
a. Kawasan Cagar Budaya Peninggalan Kesultanan Aceh di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Aceh Besar, dari sudut pertumbuhan ekonomi,
meliputi :
1. KSK Kawasan Perkotaan Sekitar Kota Banda Aceh, terdiri atas Kecamatan Lhoknga,
Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Ingin
Jaya, Kecamatan Barona Jaya, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan
Darussalam, Kecamatan Baitussalam dan Kecamatan Mesjid Raya.
2. KSK Koridor Perkotaan Lambaro – Sibreh, merupakan kawasan yang saat ini sedang
mengalami percepatan pertumbuhan yang berada di Kecamatan Ingin Jaya dan Kecamatan
Sukamakmur.
3. KSK Agrowisata Saree, mencakup wilayah Kecamatan Lembah Seulawah dan sekitarnya yang
ditetapkan pemanfaatan ruangnya untuk mendukung sektor pariwisata berbasis kegiatan
pertanian, perkebunan, dan obyek wisata alam.
4. KSK Agropolitan Indrapuri, mencakup wilayah Kecamatan Indrapuri, Kecamatan Seulimeum,
sebagai sentra kegiatan agribisnis, peternakan dan pertanian, Kecamatan Kuta Malaka,
Kecamatan Kuta Cot Glie, Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Montasik, Kecamatan Lembah
Seulawah.
5. KSK Minapolitan Perikanan Laut Baitussalam – Mesjid Raya, meliputi Kecamatan Peukan
Bada, Kecamatan Pulo, Kecamatan Leupung, Kecamatan Lhoknga.
6. KSK Minapolitan Perikanan Darat Kota Jantho.
7. KSK Pembangunan Kota Baru Pemerintahan meliputi Kecamatan Kuta Malaka
8. Kawasan Terminal Tipe B di Gampong Suka Mulia Kecamatan Lembah Seulawah.
Kawasan Strategis ini menjadi kedepan menjadi pusat perdagangan dan pusat jasa di
Kabupaten Aceh Besar. Sebaran Lokasi Kawasan Strategis dapat dilihat pada Gambar 2.5
TWA Kuta
Malaka
Taman hutan 6.122,85 2,11 Tahura Pocut Meurah Sesuai dengan hasil
rakyat Intan di Lembah Seulawah tim terpadu
Kemenhut (Propinsi
Aceh)
Cagar budaya 3,09 0,001 Peninggalan kesultanan Sesuai dengan hasil
Aceh di Masjid Raya tim terpadu
Kemenhut (Propinsi
Aceh)
Sub jumlah 25.507,41 8,79
D Kawasan Kawasan rawan 27.109,80 Kec. Seulimeum, Masjid
rawan bencana erosi Raya, Puncak lereng G.
Seulawah dan wilayah
dengan kelerengan> 40%
Prosentase Terhadap
Luas
No Jenis Kawasan Sub Jenis Luas Wilayah Kabupaten Sebaran Lokasi Keterangan
(Ha)
(%)
Kawasan rawan 11.435,00 Kec. Ingin Jaya, Montasik,
banjir Darul Imarah, dan Kuta
Malaka
Kawasan rawan 16.509,00 Kec.Kuta Cot Glie, Kota
tanah longsor Jantho, dan Kuta malaka
Kawasan rawan 65.044,00 Kec. Seulimeum, Masjid
gunung berapi Raya, dan Lembah
Seulawah
Kawasan bahaya 16.422,00 Kec. Peukan Bada,
tsunami Baitusslam, masjid Raya,
Lhoknga, Pulo Aceh,
Lhoong, dan Leupung
Sub jumlah 136.519,80 47,02
E Kawasan Kebun plasma 694,54 KPN Leupung Berada dalam
lindung lainnya nutfah (KPN) kawasan hutan
produksi
Kawasan 2,00 Pusat Latihan Gajah (PLG) Berada dalam
pengungsian di Lembah Seulawah Taman Hutan
satwa Rakyat Pocut
Meurah Intan
Hutan dengan 183,28 Kawasan hutan pendidikan Berada dalam
tujuan khusus STIK kawasan hutan
produksi
Sub jumlah 1.866,95 0,64
LUAS KAWASAN LINDUNG 103.822,02 35,76
Prosentase Terhadap
Luas
No Jenis Kawasan Sub Jenis Luas Wilayah Kabupaten Sebaran Lokasi Keterangan
(Ha)
(%)
II. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan hutan Hutan produksi 40,02 Kec. Lhoong
terbatas
Hutan Produksi 67.998,71 Mesjid Raya, Darussalam,
Tetap Kuta Baro, Blang Bintang,
Montasik, Indrapuri, Kuta
Cotglie, Seulimeum,
Lembah Seulawah, Kota
Jantho
Hutan Produksi 4.368,52 Seulimeum, Montasik, Berada dalam
Konversi Lembah Seulawah, Kuta kawasan hutan
Baro, Kota Jantho, produksi tetap
Indrapuri, Blang Bintang
Hutan Rakyat 1.128,70 Pulo Aceh, Peukan Bada,
Lhoknga, Leupung, Lhoong,
Mesjid Raya, Seulimeum,
Lembah Seulawah
Prosentase Terhadap
Luas
No Jenis Kawasan Sub Jenis Luas Wilayah Kabupaten Sebaran Lokasi Keterangan
(Ha)
(%)
Kawasan Pertanian Lahan 23.054,48 Pulo Aceh, Peukan Bada,
Peruntukan Basah Lhoknga, Leupung, Lhoong,
Pertanian Darul Imarah, Darul Kamal,
Simpang Tiga, Mesjid Raya,
Baitussalam, Darussalam,
Kuta Baro, Kr.Br.Jaya, Ingin
Jaya, Blang Bintang,
Sukamakmur, Montasik,
Kuta Malaka, Indrapuri,
Kuta Cotglie, Seulimeum,
Lembah Seulawah, Kota
Jantho
Lahan Pertanian 14.202,55 Kota Jantho, Lembah Berada di dalam
Pangan Seulawah, Seulimeum, lahan basah
Berkelanjutan Kuta Cotglie, Indrapuri,
Montasik, Kuta Malaka,
Sukamakmur, Blang
Bintang, Leupung,
Lhoknga, Peukan Bada,
Simpang Tiga, Darul
Kamal, Darul Imarah, Ingin
Jaya, Kuta Baro,
Darussalam, Kr.Br.Jaya,
Lhoong, Mesjid Raya,
Baitussalam, Pulo Aceh
Pertanian Lahan 13.024,39 Pulo Aceh, Peukan Bada,
Kering Lhoknga, Darul Imarah,
Leupung, Mesjid Raya,
Darussalam, Darul Kamal,
Prosentase Terhadap
Luas
No Jenis Kawasan Sub Jenis Luas Wilayah Kabupaten Sebaran Lokasi Keterangan
(Ha)
(%)
Simpang Tiga, Kuta Baro,
Blang Bintang, Ingin Jaya,
Sukamakmur, Montasik,
Kuta Malaka, Kuta Cotglie,
Indrapuri, Seulimeum,
Lembah Seulawah, Kota
Jantho
Hortikultura 2.050,48 Tersebar di semua
kecamatan
Perkebunan 53.849,75 Tersebar disemua
kecamatan
Peternakan 409,27 Tersebar disemua
kecamatan
Kawasan Budidaya Air Seulimeum, Kuta Cotglie, Terintegrasi dengan
Peruntukan Tawar Lembah Seulawah, Pulo kawasan
Perikanan Aceh, Montasik, Kota pemukiman
Jantho, Baitussalam, perdesaan
Leupung, Lhoong,
Indrapuri
Budidaya Tambak 1.146,09 Peukan Bada, Seulimeum,
Air Payau Baitussalam, Mesjid Raya,
Leupung, Lhoong
Kawasan Kawasan 1.624,56 Tersebar di semua
Peruntukan Peruntukan kecamatan
Pertambangan Pertambangan
Kawasan 109,62 Tersebar di semua
Peruntukan kecamatan
Industri
Prosentase Terhadap
Luas
No Jenis Kawasan Sub Jenis Luas Wilayah Kabupaten Sebaran Lokasi Keterangan
(Ha)
(%)
Kawasan Tersebar di semua Terletak di lokasi
Peruntukan kecamatan pariwisata
Pariwisata
Kawasan Permukiman 7.378,14 Peukan Bada, Darul
Permukiman Perkotaan Imarah, Darul Kamal, Ingin
Jaya, Kr.Br.Jaya,
Baitussalam, Darussalam,
Kuta Baro, Blang Bintang,
Sukamakmur, Indrapuri,
Kota Jantho, Montasik,
Kuta Malaka, Lhoknga,
Seulimeum
Permukiman 4.987,44 Tersebar di seluruh
Perdesaan kecamatan
Kawasan Kawasan 291,51 Tersebar diseluruh Lokasi Polsek,
Peruntukan Pertahanan dan kecamatan Koramil, Polres,
Lainnya Keamanan Airud, TNI AD, TNI
AU, TNI AL
Kawasan 2.978,35 Kota Jantho, Seulimeum,
Transmigrasi Kuta Cotglie,
LUAS KAWASAN BUDIDAYA 186.528,71 64,24
2.2 Kemajuan pelaksanaan SSK
2.2.1 Air limbah domestik
Hingga saat ini Kabupaten Aceh Besar belum memiliki sistem pengelolaan air limbah
secara off-site. Sebagian besar masyarakat membuang limbah kakus (black water) ke dalam
septic tank yang tidak dirancang dan dibangun dengan baik sehingga tidak memberikan
pengolahan optimal terhadap limbah tersebut. Buangan dari septic tank ini sebagian besar
dialirkan ke saluran sehingga sangat berpotensi terjadinya pencemaran air. Dalam beberapa
kasus ada juga rumah tangga yang membuang secara langsung limbah kakus mereka ke saluran
air terbuka. Berdasarkan kenyataan ini, maka dapat diasumsikan bahwa septic tank ini
merupakan ancaman bagi kualitas air sumur dangkal yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat sebagai sumber air bersih disamping air bersih dari PDAM. Hampir semua air
limbah mandi, cuci dan masak (grey water) dibuang langsung ke saluran/drainase mikro
maupun ke saluran terbuka lainnya.
Berdasarkan hasil studi EHRA yang pernah dilakukan pada tahun 2011 diperoleh bahwa
sekitar 46,5% yang melaporkan menggunakan jamban ke tangki septic, sementara hanya sekitar
1,1% melaporkan tangki septiknya dibangun antara 5-10 tahun lalu. Dari sejumlah itu, mayoritas
atau sekitar 42,0% melaporkan bahwa tangki septiknya belum pernah dikosongkan sama sekali
sehingga mengidentifikasikan bahwa yang digunakan mereka bukan tangki septic melainkan
cubluk atau tangki yang tidak kedap udara alias merembes ke luar tangki. Pada tahun 2015, hasil
studi EHRA memperlihatkan bahwa masyarakat yang sudah memiliki jamban ke septic tank
sebesar 69,22% dan tangki septic tank dengan suspek aman sebesar 67,09%. Dapat dilihat
perbandingan bahwa terjadi peningkatan penggunaan jamban dengan suspek aman di
Kabupaten Aceh Besar. Dalam ketersediaan sarana dan prasarana, pada tahun 2011 Kabupaten
Aceh Besar belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). IPLT di Kabupaten Aceh
Besar baru dibangun pada tahun 2014 dan juga tersedia 2 (dua) truk penyedot tinja yang selama
beroperasional dalam melayani masyarakat. IPLT yang tersedia saat ini terletak di Kecamatan
Kota Jantho dan masih berfungsi secara optimal. Dari sisi penyediaan MCK++ diKabupaten Aceh
Besar telah tersedia sebanyak 35 Unit dengan melayani 746 KK, sedangkan IPAL belum ada.
Selama ini pengelolaan IPLT dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan dan
Kebersihan. Sedangkan untuk pembangunan MCK++ ditangani oleh Dinas Bina Marga dan Cipta
Karya. Berikut tabel dan gambaran sanitasi subsektor air limbah di Kabupaten Aceh Besar :
2.2.2. Persampahan
Secara umum pelayanan sampah belum terlayani dengan maksimal, hanya penanganan
sampah pasar kecamatan saja yang sudah dapat terlayani dan tidak semua dari 23 kecamatan
yang ada di Kabupaten Aceh Besar yang dapat terlayani. Hal ini dikarenakan wilayah kerja yang
sangat luas juga karena keterbatasan alat dan keterbatasan jumlah personil yang khusus
mengelola sampah dan juga belum didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang kurang
baik dalam pengelolaan sampah.
Mengenai kelakuan masyarakat terhadap pola hidup sehat di sektor persampahan,
berdasarkan data yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi tahun 2011 bahwa rumah tangga
yang membuang sampahnya dengan cara dibakar, yakni sebesar 88,78%. Sedangkan mereka
yang membuang ke lahan kosong sebesar 4,26%, sampah yang dibuang ke
sungai/kali/laut/danau, yakni 2,32%. Sementara pengelolaan sampah rumah tangga yang
diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS sebanyak 2,19%. Pengelolaan sampah yang dibuang
dan dikubur sekitar 1,50%, dan sampah yang dibiarkan saja mencakup 0,63%. Hasil Studi EHRA
yang dilakukan pada tahun 2015 di sub sektor persampahan diperoleh bahwa rumah tangga
adalah dengan cara di bakar sebanyak 87,32 %, di buang ke lahan kosong/kebun/hutan dan di
biarkan membusuk sebanyak 4.87%, di kumpulkan dan di buang ke TPS sebanyak 2.00%, di
buang ke sungai/kali/laut/danau sebanyak 0.91%, di biarkan saja sampai membusuk sebanyak
0.73%, di buang ke dalam lubang dan di tutup dengan tanah sebanyak 0.41%, sedangkan yang
paling sedikit dilakukan oleh responden adalah dikumpulkan oleh kolektor informal yang
mendaur ulang sebanyak 0.36%. untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dan diagram
sistem sanitasi berikut ini :
2.2.3. Drainase
Program drainase dimaksudkan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera
dalam lingkungan yang bebas dari genangan (RPIJM 2009-2013). Sampai saat ini Kabupaten
Aceh Besar belum memiliki data yang pasti mengenai aset itu jumlah keseluruhan saluran
drainase lingkungan yang pasti untuk dijadikan acuan dalam pengembangan program dan oleh
karenanya inventarisasi seluruh aset drainase akan menjadi bagian utama untuk diangkat
sebagai program yang akan ditindak lanjuti dalam periode renstra ini. Berdasarkan kondisi fisik
saluran drainase yang ada di Kabupaten Aceh Besar dirasakan belum optimal disebabkan oleh
Pemutakhiran Strategi Sanitasi II-38
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
beberapa faktor antara lain: endapan sampah pada saluran, saluran rusak, gorong-gorong
tersumbat, dimensi saluran tidak sesuai kebutuhan, elevasi saluran tidak baik, saluran irigasi
sekaligus sebagai drainase, dan kurangnya pemeliharaan. Kondisi eksisting sektor drainase di
Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini:
Tabel 2.15
Pelaksanaan Kemajuan SSK Sub Sektor Drainase
SSK Periode Sebelumnya SSK saat ini
Tujuan Sasaran Data dasar Status saat ini
Berkurangnya dokumen Kejadian banjir yang Rumah yang
luas genangan di perencanaan sistem terjadi sekali dalam mempunyai
Kabupaten Aceh drainase Kabupaten setahun 10,4%, drainase
Besar yang terintegrasi di beberapa kali dalam lingkungan/seloka
akhir tahun 2011 setahun 1,6%. n di sekitar rumah
luas genangan di Sedangkan yang 67,43%,
Kabupaten Aceh mengalami banjir sedangkan yang
Besar dengan sekali atau beberapa tidak ada drainase
memprioritaskan kali dalam sebulan sebesar 32,57%.
penanganan di sebesar 3,0 79% tidak pernah
wilayah permukiman rumah tangga yang mengalami banjir,
di akhir Tahun 2014 pernah mengalami 10% mengalami
kebanjiran sekitar banjir sekali
44,4% mengalaminya dalam setahun
secara rutin dalam Belum adanya
kurun waktu tertentu. master plan
Sementara, 54,7% drainase
rumah tangga Pengerjaan
melaporkan kejadian drainase masih
banjir tidak parsial
berlangsung rutin
Sumber Data: SSK 2011-2014 dan Hasil Analisis (2015)
Gambar 2.8
Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Kabupaten Aceh Besar
(A) (B) (C) (D) (E)
Pengumpulan &
Produk Input Pengangkutan / (semi) Pengolahan Daur Ulang dan/atau
User Interface Penampungan/Pengolahan
Pengaliran Akhir Terpusat Pembuangan Akhir
Awal
Langsung
dibadan Air
Urine
Air Pembersih
Air
Pengelontor
MCK
Buang ke IPLT
Sistem air limbah black water yang dihasilkan rumah tangga dengan user interface dari
WC baik WC jongkok dan WC duduk masuk ke tangki septik dan cubluk/plengsengan.
Dikarenakan belum ada pengolahan maka daur ulang pembuangan akhir langsung ke badan air.
Sedangkan tangki septik yang aman disedot dengan menggunakan truk tinja yang dibuang ke
IPLT dan diolah kemudian air olahan air limbah tersebut dibuang ke badan air. Diagram sistem
sanitasi dapat dilihat di Gambar 2.7. Tabel berikut juga menggambarkan kondisi dan
ketersediaan infrastruktur terkait air limbah :
Gambar 2.9
PETA cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik
di Kabupaten Aceh Besar
Secara kelembagaan, air limbah ditangai oleh 2 (dua) instansi yang terkait, yaitu Dinas
Bina Marga dan Cipta Karya, Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan (BLHPK)
dan Dinas Kesehatan. Dinas Bina Marga dan Cipta Karya melakukan kegiatan-kegiatan prasarana
yang langsung berkaitan dengan kebutuhan penanganan air limbah yang ada di masyarakat
seperti pembangunan MCK++ dan IPAL yang berskala kawasan serta pembanguna Sambungan
Rumah (SR). BLHPK Kabupaten Aceh Besar menangani prasarana dan sarana pengolahan air
limbah, seperti penyedotan tinja, pengolahan lumpur tinja (IPLT) dan peraturan yang terkait
dengan pengelolaan air limbah.
Peraturan daerah yang sudah ada terkait dengan air limbah adalah Qanun Kabupaten
Aceh Besar Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor
12 Tahun 2010 Tentang Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus. Sedangkan tentang
pengelolaan air limbah dan lain-lainnya belum dikeluarkan.
b. Persampahan
Sistem pengolahan sampah yang paling dominan di Kabupaten Aceh Besar adalah
dengan cara dibakar dan dibuang kelubang. Sampah rumah tangga yang belum dipisahkan
antara sampah organik dan unorganik dibuang ke kebun, dan ketempat lainnya, sedangkan
sebagian juga menguburnya di dalam tanah dan membakarnya. Gambaran sistem sanitasi sektor
persampahan digambarkan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.10
Diagram Sistem Sanitasi Sektor Persampahan
(A) (B) (C) (D) (E) (F)
Produk Input Daur Ulang /
Pengumpulan Penampungan (semi) Pengolahan
User Interface Pengangkutan Pembuangan
Setempat Sementara (TPS) Akhir Terpusat
Akhir
3R skala RT bahan 3R Daur Ulang
TRUK
TPS
Sampah
Non ITF
Pinggir Jalan Gerobak
Organik
TPA
Sungai
Dikebun
Sampah
Organik
Tabel 2.18
Timbulan sampah per kecamatan di Kabupaten Aceh Besar
Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah
Nama Kecamatan Wilayah Wilayah Wilayah Perkotaan Wilayah Pedesaan
Total
Perkotaan Perdesaan % M3/hari % M3/hari
Baitussalam 8.224 13.756 21.980 37,42 18,06 62,58 30,21
Blang Bintang - 10.734 10.734 - - 100,00 22,57
Darul Imarah 42.067 12.433 54.500 77,19 91,04 22,81 26,91
Darul Kamal - 7.493 7.493 - - 100,00 15,67
Darussalam 11.284 11.286 22.570 50,00 23,70 50,00 23,70
Indrapuri - 21.391 21.391 - - 100,00 44,49
Ingin Jaya 10.101 19.295 29.396 34,36 21,56 65,64 41,18
Kota Jantho 4.361 5.408 9.769 44,64 9,37 55,36 11,62
Krueng Barona Jaya 13.484 2.275 15.759 85,56 28,51 14,44 4,81
Kuta Baro 1.527 23.114 24.641 6,20 3,18 93,80 48,10
Kuta Cot Glie - 13.365 13.365 - - 100,00 27,90
Kuta Malaka - 6.311 6.311 - - 100,00 13,04
Lembah Seulawah - 12.162 12.162 - - 100,00 25,96
Leupung - 3.194 3.194 - - 100,00 6,68
Lhoknga 1.167 14.705 15.872 7,35 2,43 92,65 30,68
Lhoong 655 9.099 10.128 6,47 1,36 89,84 19,71
Mesjid Raya 2.178 21.197 23.375 9,32 4,59 90,68 44,66
Montasik - 19.606 19.606 - - 100,00 40,65
Peukan Bada Strategi Sanitasi
Pemutakhiran 10.279 9.125 19.404 52,97 22,24 47,03 19,74
II-47
Seulimeum Aceh Besar 2016-2020
Kabupaten 3.003 20.703 23.706 12,67 6,23 87,33 42,92
Simpang Tiga - 6.128 6.128 - - 100,00 12,73
Suka Makmur 624 14.433 15.057 4,14 1,29 95,86 29,95
Pulo Aceh - 4.575 4.575 - - 100,00 10,22
Total 108.954 281.788 391.116 233,56 594,08
Sumber : BLHPK, Hasil Analisis (2015)
Tabel 2.19
Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan
3R Volume sampah yg terangkut ke TPA
Nama Kecamatan Wilayah Wilayah
Total Wilayah Perkotaan Total
perdesaan perkotaan
(%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3)
Baitussalam - - - - - - 1,55 0,75 1,55 0,75
Blang Bintang - - - - - - - - - -
Darul Imarah - - - - - - 13,09 15,44 13,09 15,44
Darul Kamal - - - - - - - - - -
Darussalam - - - - - - 2,11 1,00 2,11 1,00
Indrapuri - - - - - - - - - -
Ingin Jaya - - - - - - 13,15 8,25 13,15 8,25
Kota Jantho - - - - - - 17,02 3,57 17,02 3,57
Krueng Barona Jaya - - - - - - 10,27 3,42 10,27 3,42
Kuta Baro - - - - - - 0,48 0,25 0,48 0,25
Kuta Cot Glie - - - - - - - - - -
Kuta Malaka - - - - - - - - - -
Lembah Seulawah - - - - - - - - - -
Leupung - - - - - - - - - -
Lhoknga - - - - - - 1,78 0,59 1,78 0,59
Lhoong - - - - - - - - - -
Mesjid Raya
Pemutakhiran -
Strategi Sanitasi - - - - - - - - -
II-48
Montasik Aceh Besar 2016-2020
Kabupaten - - - - - - - - - -
Peukan Bada - - - - - - 15,14 6,36 15,14 6,36
Seulimeum - - - - - - 1,03 0,51 1,03 0,51
Simpang Tiga - - - - - - - - - -
Suka Makmur - - - - - - 0,27 0,08 0,27 0,08
Pulo Aceh - - - - - - - - - -
Sumber : Hasil Analisis (2015)
Tabel 2.20
Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan
Kapasitas
Jumlah/luas Kondisi
/ daya
No Jenis Prasarana/Sarana Satuan total Ritasi/hari Keterangan**
Sumber Data : BLHPK (2015) tampung* Rusak Rusak
terpakai Baik
(M3) ringan Berat
1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak unit 40 1 1 25 15
- Becak/Becak Motor unit 25 1,5 1 20 5
- Kendaraan Pick Up unit 4 2 1 2 1 1
Tempat Penampungan Sementara
2
(TPS)
- Bak sampah
unit 18 3 1 10 8
(beton/kayu/fiber)
- Container unit 64 4 1 33 8 23
- Transfer Stasiun unit -
- SPA (Stasiun Peralihan Antara) unit -
3. Pengangkutan
- Dump Truck unit 16 4 16
- Arm Roll Truck unit 6 4 1 4 1 1
- Compactor Truck unit 1 6 1 1
4 Pengolahan Sampah
- Sistem 3R unit 2 -
- Incinerator unit 2
TPA/TPA Regional
Konstruksi:lahan
Pemutakhiran urug Sanitasi
Strategi II-49
1 2 Ha 48 Ha 1
saniter/lahan
Kabupaten Acehurug terkendali/
Besar 2016-2020
5 penimbunan terbuka
Operasional:lahan urug
saniter/lahan urug terkendali/
penimbunan terbuka
- Luas total TPA yg terpakai Ha 1,5 20 5 1
- Luas sel Landfill Ha 1 0,5 - 1
- Daya tampung TPA (M3/hari) 1,5 20 1
6 Alat Berat
Sumber Data : BLHPK (2015)
Gambar 2.11
Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan
c. Drainase Perkotaan
Gambar 2.12
Peta Lokasi Genangan
Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 kecamatan dan 604 desa terdiri dari berbagai
macam kondisi geografis yang berbeda. Kondisi geografis Kabupaten Aceh Besar terbagi dalam 2
(dua) wilayah yaitu wilayah pesisir yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 15 kecamatan
wilayah daratan rendah dan tinggi. Berdasarka geografis tersebut, karakteristik permasalahn
yang muncul juga berbeda dengan penanganan yang berbeda.
Kabupaten Aceh Besar yang terletak pada posisi sebagi jalur keluar dan masuk ke dan dari
ibukota propinsi menjadikan penduduk Kabupaten Aceh Besar juga menyebar tingkat
kepadatannya. Kepadatan penduduk yang tinggi terdapat di wilayah sekitar kecamatan-
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh dan di daerah pusat-pusat
pertumbuhan kota-kota baru. Di kecamatan yang berbatasan dengan Kota Banda Aceh dan
daerah pertumbuhan kota-kota baru juga menjadi daerah Central Bussiness Distrik (CBD)
dengan tingkat populasi penduduk juga tinggi. Fungsi wilayah tersebut yang semula sebagai
Gambar 2.13
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh gambaran bahwa Indeks Risiko Sanitasi (IRS) yang
menjadi permasalahan terbesar pada strata 0 yaitu masalah persampahan (47,4%) dan
Gambar 2.14
Peta Area Beresiko Sektor Air Limbah
IMPACT EXPOSURE
Tabel 2.22
Wilayah Area Berisiko Air Limbah
Area Beresiko Wilayah Prioritas Air Limbah
Lheu Blang
Lamreung
Garot
Lam Bheu
Riting
Lampanah Baro
Sinyeu
Seuot tunong
Tanjong
Weu
Resiko 3
Kemireu
Ie Alang Lamkeureumeuh
Neuheun
Lampisang
Lambaro Neujid
Kayee Adang
Meunasah Jeumpa
Lamteuba Droe
Blang Tingkeum
Lam Apeng
Meunasah Kulam
Resiko 4 Rabo
Lampisang Teungoh
Sumber Data : Hasil Analisis (2015)
Tabel 2.23
Pemutakhiran Strategi Sanitasi II-56
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
Permasalahan Prioritas disektor Air Limbah
Kabupaten Aceh Besar
No Permasalahan yang Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana
- BABS : 25,05%
Akses terhadap jamban yang tidak layak: 50,34%
-
(54.997 KK)
Jumlah truk tinja tidak memadai (hanya tersedia 2
-
unit)
- Praktek pengurasan tinja sangat rendah pertahun
yaitu sebesar 32,97%
- Kondisi IPLT tidak berfungsi optimal (ada kapasitas
idle)
- Tidak ada pengukuran kualitas efluen
- Belum memiliki Masterplan Pengelolaan Air Limbah
2. Aspek Non Teknis
- Belum adanya lembaga yang khusus menangani air
limbah
- Kemampuan daerah dalam pendanaan sektor air
limbah masih kurang
- Kesadaran masyarakat terhadap penggunaan tangki
septic aman masih kurang
Sumber Data : Hasil Analisis (2015)
Gambar 2.15
Peta Area Beresiko Sektor Persampahan
EXPOSURE
IMPACT
Tabel 2.24
Wilayah Area Berisiko Persampahan
Area Beresiko Wilayah Prioritas Persampahan
Lam Bheu
Kemireu
Neuheun
Miruek Lamreudeup
Tanjung Selamat
Lambaro
Resiko 4 Lamgapang
Suka Damai
Suka Mulia
Baet Meesago
Baet Lamphuot
Luthu Lamweu
Lamtanjong
Resiko 3 Meunasah Kulam
Gambar 2.16
Peta Area Beresiko Sektor Drainase
EXPOSURE
IMPACT
Tabel 2.27
Permasalahan Prioritas disektor Drainase
Kabupaten Aceh Besar
No Permasalahan yang Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana
- Perbandingan luas daerah tangkapan (catchment
area) dengan panjang saluran tidak memadai
- Aliran air di dalam saluran tidak lancar baik
disebabkan oleh penyempitan pada infrastruktur
drainase seperti culvert, maupun adanya saluran yang
tertutup/block oleh sedimentasi dan bekas bangunan
- Saluran banyak terjadi kerusakan dan pembangunan
saluran masih dilakukan secara parsial
- Pengembangan upaya pengurangan, pemilahan dan
pengolahan sampah dari sumbernya masih belum
terlaksana sesuai yang diharapkan
- Potensi masyarakat dalam pengelolaan sampah relatif
belum berhasil dikembangkan secara sistematis yang
terintegrasi