PENDAHULUAN
Definisi dari DDH tidak secara universal disepakati. Istilah DDH ditujukan bagi
pasien yang lahir dengan dislokasi atau panggul yang tidak stabil, yang dapat
menyebabkan displasia panggul. Perkembangan abnormal panggul termasuk
struktur tulang, seperti asetabulum dan femur proximal, termasuk labrum, kapsul,
dan jaringan lunak lainnya. Kondisi ini dapat terjadi kapan pun, dari konsepsi hingga
perkembangan tulang dewasa.
Istilah yang lebih spesifik digunakan untuk mendeskripsikan kondisi ini; (1)
subluxation, kaput femoris berada di asetabulum dan dapat mengalami dislokasi
parsial saat pemeriksaan; (2) dislocatable, pinggul dapat dislokasi seluruhnya
dengan manipulasi tetapi berada pada lokasi normal pada saat bayi istirahat; (3)
dislocated, pinggul berada dalam posisi dislokasi (paling parah)
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 2.1. Hip (coxal) bone – lateral view
4
Gambar 2.4. Persendian panggul – posterior view
5
2.2 Definisi
DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Dislocation of The
Hip. Dislokasi panggul kongenital adalah deformitas ortopedik yang didapat
segera sebelum atau pada saat kelahiran. Kondisi ini bervariasi dari
pergeseran minimal ke lateral sampai dislokasi komplit dari kaput femoris
keluar asetabulum.1,3
Ada tiga pola yang terlihat: (1) subluxation, kaput femoris berada di
asetabulum dan dapat mengalami dislokasi parsial saat pemeriksaan; (2)
dislocatable, pinggul dapat dislokasi seluruhnya dengan manipulasi tetapi
berada pada lokasi normal pada saat bayi istirahat; (3) dislocated, pinggul
berada dalam posisi dislokasi (paling parah).2,4
2.3 Epidemiologi
Developmental Dislocation of The Hip (DDH) merupakan fase
spektrum dari ketidakstabilan sendi panggul pada bayi. Pada keadaan
normal, panggul bayi baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit fleksi. 3
Ketidakstabilan panggul berkisar 5 – 20% dari 1.000 kelahiran hidup
dan sebagian besar akan menjadi stabil setelah 3 minggu dan hanya 1-2%
yang tetap tidak stabil. Dislokasi panggul kongenital tujuh kali lebih banyak
pada perempuan daripada laki – laki, sendi panggul kiri lebih sering terkena
dan hanya 1- 5% yang bersifat bilateral. Kelainan ini lebih banyak
ditemukan pada orang Amerika dan Jepang serta jarang ditemukan pada
orang Indonesia. 2,3,4
7
ekstensi lutut dan pinggul secara serentak mengakibatkan dislokasi
panggul selama perkembangan awal.2
2.5. Patologi
Panggul mungkin tidak stabil saat kelahiran, tetapi bentuknya masih
normal (McKibbin, 1970). Namun, kapsul sering tertarik secara berlebihan.
Selama masa kanak–kanak beberapa perubahan timbul, beberapa di
antaranya mungkin menunjukkan displasia primer pada asetabulum dan
/atau femur proksimal, tetapi kebanyakan di antaranya muncul karena
adaptasi terhadap ketidakstabilan menetap dan pembebanan sendi secara
abnormal.2
Kaput femoris mengalami dislokasi di bagian posterior tetapi dengan
ekstensi panggul, pertama – tama kaput terletak posterolateral dan
kemudian superolateral pada asetabulum. Soket tulang rawan terletak
dangkal dan anteversi. Kaput femoris yang bertulang rawan ukurannya
normal tetapi inti tulangnya terlambat muncul dan osifikasinya tertunda
selama masa bayi.2
Kaput teregang dan ligamentum teres menjadi panjang dan
hipertrofi. Di bagian superior, labrum asetabulum dan tepi kapsulnya dapat
didorong ke dalam soket oleh kaput femoris yang berdislokasi; libus
fibrokartilaginosa ini dapat menghalangi usaha reduksi tertutup terhadap
kaput femoris.2
8
Setelah mulai menyangga badan perubahan – perubahan ini lebih
hebat. Asetabulum dan colum femur tetap anteversi dan tekanan dari kaput
femoris menyebabkan terbentuknya suatu soket palsu di atas asetabulum
dan m. psoas, menimbulkan suatu penampilan jam pasir (hourglass). Pada
saatnya otot di sekelilingnya menyesuaikan diri dengan memendek. 2
2.6. Diagnosis
a. Manifestasi klinis
Keadaan ideal yang masih belum tercapai adalah mendiagnosis
setiap kasus pada saat kelahiran. Seharusnya setiap bayi yang baru
lahir diperiksa untuk mencari tanda- tanda ketidakstabilan panggul. Bila
terdapat riwayat dislokasi kongenital dalam keluarga, disertai
presentasi bokong, kita harus berhati – hati dan bayi mungkin terpaksa
diperiksa lebih dari sekali. Pada nenonatus terdapat beberapa cara
untuk menguji ketidakstabilan panggul.2
Apabila tidak terdeteksi saat baru lahir, ibu dapat menemukan
adanya panggul yang asimetri, a clicking hip, atau kesulitan dalam
menggunakan pampers karena keterbatasan abduksi. Pada dislokasi
unilateral lipatan kulit terlihat asimetris (skin fold) dan kaki sedikit
pendek (tanda Galeazzi) dan terputar ke arah eksternal; pada
perabaan, jempol pemeriksaan ketika meraba selangkangan mungkin
tidak meraba adanya kaput femur. Pada dislokasi bilateral terdapat
lebar perineum abnormal. Abduksi berkurang. 2
Keterlambatan berjalan bukan merupakan tanda utama.
Diagnosis dislokasi pada anak yang tidak dapat berjalan sampai usia
18 bulan dapat disingkirkan. Trandelenburg gait atau waddling gait
dapat menjadi tanda terjadinya dislokasi yang tidak terdeteksi.
9
Gambar 2.7. Dislokasi unilateral lipatan kulit terlihat asimetris (skin fold)
10
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaaan klinik untuk mengetahui dislokasi panggul
kongenital pada bayi baru lahir adalah:
a). Uji Ortolani
Dalam uji Ortolani, bagian medial paha bayi dipegang dengan ibu
jari dan jari – jari diletakkan pada trokanter mayor; pinggul difleksikan
sampai 90o dan diabduksi perlahan – lahan. Biasanya abduksi berjalan
lancar sampai hampir 90o. Pada dislokasi kongenital biasanya gerakan
ini terbatas. Saat tekanan diberikan pada trokanter mayor akan terdapat
suatu bunyi halus yang menandakan dislokasi tereduksi, dan kemudian
panggul berabduksi sepenuhnya (sentakan ke dalam). Jika abduksi
berhenti di tengah jalan dan tidak ada sentakan ke dalam, mungkin ada
suatu dislokasi yang tak dapat direduksi.2
Gambar 2.9. Gambar skematis uji Ortolani. Pemeriksaan ini dilakukan dengan jalan
mengembalikan kepala femur yang mengalami dislokasi kembali ke asetabulum.
Pertama-tama femur dipegang dalam keadaan fleksi di daerah midline. Kemudian femur
diabduksi secara perlahan sambil mendorong torakanter mayor dengan jari-jari ke arah
anterior.
11
Gambar 2.10. Gambar skematis nuji Barlow. Femur difleksikan kemudian dengan hati-
hati digeser ke arah midline. Setelah itu femur didorong ke arah posterior secara
perlahan. Bila terdapat dislokasi sendi panggul maka akan terasa kepala femur terdorong
keluar asetabulum.
12
Gambar 2.11. Gambar skematis pemeriksaan tanda Galeazi. Dalam keadaan berbaring
dan lutut dilipat, kedua lutut seharusnya sama tinggi. Bila terdapat dislokasi panggul,
maka lutut pada pada tungkai yang bersangkutan akan terlihat lebih rendah.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan biasanya agak sulit dilakukan karena pusat
osifikasi sendi baru tampak pada bayi umur 3 bulan atau lebih sehingga
pemeriksaan ini hanya bermanfaat pada umur 6 bulan atau lebih. 2,4
Rontgen Pelvis
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan indeks acetabuler,
garis horizontal Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata
dari Shenton.
Keterangan:
Garis Hilgenreiner adalah garis horizontal yang melintasi tulang
rawan tri-radiatum.
Garis Perkin adalah garis vertikal yang berjalan melalui aspek
lateral dari asetabulum. Tepi asetabulum pada bayi masih
merupakan tulang rawan sehingga tidak terlihat pada foto rontgen.
Indeks Asetabular (Sudut Hilgenreiner) Dibentuk oleh perpotongan
antara garis sepanjang atap asetabulum dengan garis Hilgenreiner.
Garis Shenton adalah garis yang melewati arkus antara tepi atas
foramen obturator dan bagian medial leher femur. Garis ini akan
terpotong bila terdapat dislokasi panggul.
13
Gambar 2.12. (a), (b), (c) Gambaran rontgen pelvis memperlihatkan Congenital Dislocation of
the Hip
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG pada bayi dilakukan untuk menggantikan
pencitraan panggul dengan foto rontgen. Pada bayi baru lahir,
asetabulum dan kaput femoris dihubungkan oleh tulang rawan,
sehingga pada foto polos biasa tidak terlihat. Dengan pemeriksaan
USG, meskipun penderita berusia di bawah 3 bulan, hubungan antara
kaput femoris dan asetabulum dapat diamati. 7,8,9
Persiapan pemeriksaan pada USG:
1. Persiapan pasien
Umur yang sesuai untuk melakukan pemeriksaan USG pada
bayi adalah di atas 6 minggu.
Bayi diposisikan secara supine (kaki bayi menghadap ke arah
pemeriksa).
Bayi boleh diposisikan secara dekubitus dengan meletakkan
bantal di punggungnya.
Jika bayi memakai popok, popok dibuka supaya dapat di
skaning secara coronal pada panggul.
Bayi diiringi oleh tua.
14
2. Teknik Skanning
Panggul bayi diskaning secara coronal dan transversal untuk
mengevaluasi panggul dalam posisi neutral, abduksi / adduksi
dan fleksi.
USG secara luas telah menggantikan radiografi untuk pencitraan
panggul neonatus. Pada saat kelahiran, asetabulum dan kaput femoris
merupakan tulang rawan sehingga tak kelihatan pada foto rontgen
biasa. USG nyata memberikan gambaran yang tepat mengenai tata
hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Diagnosis dapat ditegakkan apabila terdapat gambaran:
2.13. Gambaran USG panggu normal pada anak (kanan). Gambaran DDH (kiri).
2.7. Tatalaksana2
a. 3-6 bulan pertama
Tersedia USG. Setiap anak baru lahir dan infan yang memiliki resiko
tinggi atau diduga mengalami ketidakstabilan panggul diperiksa dengan
USG. Apabila terlihat gambaran panggul yang tereduksi dan terdapat garis
kartilago yang normal, maka tidak membutuhkan terapi, tetapi anak harus
15
tertap di observasi selama 3-6 bulan. Apabila ditemukan displasia
asetabulum atau ketidakstabilan panggul, panggul di bebat dengan posisi
fleksi dan abduksi. Dilakukan skaning berulang dengan USG sampai
diperoleh stabilitas dan gambaran anatomi yang normal atau keputusan
untuk melepaskan bebat karena akan dilakukannya tatalaksana yang lebih
agresif.
Tidak tersedia USG. Semua anak yang beresiko tinggi, positif pada
tes Barlow, dan tes Ortolani, dijadikan suspek DDH dan dipasang bantal
abduksi selama 6 minggu pertama. Anak yang mengalami ketidakstabilan
yang menetap di terapi dengan bebat abduksi sampai panggul menjadi
stabil dan pada gambaran x-tray atap asetabulum yang baik (biasanya
dalam 3-6 bulan).
Terdapat dua kelemahan pada metode ini: sensitivitas dan tes klinis
tidak cukup tinggi untuk memastikan ditemukannya semua kasus, dan
pada anak dengan panggul yang tidak stabil pada saat lahir, biasanya
dalam 2-3 akan stabil secara spontan. Lebih baik tidak memulai
pembebatan secepatnya kecuali apabila panggul sudah terdislokasi. Hal ini
dapat mengurangi resiko nekrosis epifisal yang dapat terjadi pada
pemasangan bebat neonatus. Oleh karena itu, jika panggul terdislokasi
tetapi biasanya tidak mengalami dislokasi, bayi tidak diterapi tetapi diuji
pengujian setiap minggu; apabila dalam 3 minggu panggul tetap tidak
stabil, pembebatan abduksi dilakukan. Apabila panggul sudah mengalami
dislokasi pada pemeriksaan yang pertama kali, dilakukan reduksi dan
pembebatan abduksi digunakan saat permulaan. Reduksi dipertahankan
sampai panggul stabil. Mungkin hanya memerlukan beberapa minggu,
tetapi kebijakan yang paling aman adalah penggunaan bebat hingga foto x-
tray memperlihatkan gambaran atap asetabulum yang baik.
Pembebatan. Tujuan dari pembebatan adalah untuk menahan
panggul agar tetap fleksi dan abduksi. Posisi yang ekstrim dihindari dan
panggul harus masih dapat bergerak sedikit dalam pembebatan. Bebat Von
Rosen’s adalah suatu bebat lunak yang berbentuk H. Bebat ini bermanfaat
dan mudah digunakan dan dilepaskan. Pelvic harness lebih sulit
digunakan tetapi lebih sulit digunakan tetapi memberikan kebebasan pada
anak untuk bergerak, sementara posisi masih dipertahankan.
16
Tiga aturan dalam pembebatan:
1. Panggul harus direduksi terlebih dahulu sebagaimana mestinya
sebelum dibebat.
2. Hindari posisi ekstrim
3. Panggul masih dapat digerakkan
17
Reduksi tertutup. Reduksi tertutup dapat digunakan pada anak
setelah usia 3 bulan. Dilakukan dibawah anastesi umum dengan
menggunakan arthrogram untuk mengkonfirmasi reduksi yang konsentrik.
Cara ini ideal tetapi mempunyai resiko rusaknya pasokan darah pada kaput
femoris dan menyebabkan nekrosis. Untuk mengurangi resiko neksrosis
avaskular, reduksi harus dilakukan berangsur-angsur dimana traksi
dilakuan secara vertikal pada kedua kaki. Secara berangsur-angsur
abduksi ditingkatkan hingga dalam 3 minggu, kedua kaki terentang lebar-
lebar. Manuver ini dapat mencapai reduksi konsentrik stabil dan dicek
dengan rontgen pelvis.
18
2.15. Pelvic harness
19
2.15. Osteotomi
20
yang tidak simetris. Oleh karena itu, biasanya dokter bedah menghindari
operasi pada usia diatas 6 tahun kecuali terasa nyeri yang amat sangat di
daerah panggul atau deformitas yang terjadi memang berat. Pasien yang
tidak diterapi dapat berjalan dengan tergoyang-goyang, atau bahkan tidak
menimbulkan gejala yang berarti.
2.8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin dapat terjadi, termasuk
redislocation, kekakuan panggul, infeksi, kehilangan darah dan
kemungkinan nekrosis paling berat dari kaput femur. Tingkat nekrosis
kaput femur bervariasi, pada penelitian ini rentang tingkat dari 0% sampai
73%. Banyak penelitian menunjukkan bahwa abduksi ekstrim, khususnya
dikombinasikan dengan ekstensi dan rotasi internal, menghasilkan nekrosis
avaskular yang lebih tinggi kecuali dikoreksi segera setelah lahir,
penekanan abnormal menyebabkan malformasi perkembanga tulang paha
dengan gaya berjalan pincang. Jika kasus kelainan panggul developmental
terlambat diobati, anak akan memiliki kesulitan berjalan yang dapat
mengakibatkan rasa sakit seumur hidup. Selain itu jika kondisi ini tidak
diobati posisi pinggul abnormal akan memaksa asetabulum untuk mencari
posisi lain untuk menampung kaput femur.2,7,8
2.9. Prognosis
Secara keseluruhan, prognosis terapi displasia panggul pada anak
sangat baik. Khususnya apabila displasia diketahui sejak dini dan
ditatalaksana dengan terapi tertutup. Apabila terapi tertutup tidak berhasil
dan reduksi terbuka diperlukan, prognosisnya menjadi kurang baik,
walaupun hasilnya terlihat memuaskan dalam jangka waktu pendek. 7
Prognosis pasien dengan displasia unilateral lebih baik dibandingkan
displasia bilateral. Displasia bilateral membutuhkan terapi yang lebih rumit
dan sering terjadi keterlambatan diagnosis. Angka kejadian nekrosis lebih
tinggi pada grup displasia bilateral, tetapi perbedaan ini disebabkan oleh
umur yang lebih tua dan derajat dislokasi panggul yang lebih besar
sebelum operasi. Hasil klinis setelah operasi pada anak dengan dislokasia
panggul bilateral lebih buruk karena hasil yang seringkali asimetris. 7
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, Dejong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2005
2. Apley Graham dkk. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi ke-7.
Jakarta: Widya Medika; 1995
3. Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue; 2003
4. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2008
5. Kumpulan Bahan Kuliah Blok 18 FK Unand Padang.
6. Kelainan pada Pelvis: Hip Dysplasia. Diunduh tanggal Oktober 2015 dari
www.google.com.
7. Prognosis dan dislokasi panggul kongenital diunduh tanggal Oktober 2015
dari
http://books.google.co.id/books?id=9yqqTP6teIC&pg=PA396&lpg=PA396&dq
=Prognosis+dislokasi+panggul+kongenital&source
8. Radiologi dislokasi panggul kongenital diunduh tanggal Oktober 2015 dari
http://books.google.co.id/books?id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA245&lpg=PA245
&dq=Radiologi+dislokasi+panggul+kongenital&source
9. Developmental Dislocation of the Hip diunduh tanggal Oktober 2015 dari
www.usp-neonatal-hips-winner.html
10. Perthes Disease diunduh tanggal Oktober 2015 dari www.ux-perthes.html
11. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006
22