SKRIPSI
OLEH :
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
SKRIPSI
Oleh :
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing Dr. Ir. Rahmanta.Ginting M.Si
NIP : 19465291978071001 NIP : 196309281998031001
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SKRIPSI
OLEH :
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah
perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula
(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif
(masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan
dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh
faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui alih fungsi lahan yang terjadi didaerah penelitian, Untuk
menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian, untuk
menganalisis laju alih fungsi lahan di daerah penelitian, untuk menganalisis
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam melakukan alih fungsi
lahan, untuk menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap produksi padi
sawah, untuk meramalkan proyeksi beberapa tahun kedepan luas lahan sawah dan
produksi padi sawah di daerah Penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu
secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan secara Accidental
(penelusuran), metode analisis data menggunakan metode uji beda rata-rata
menggunakan rumus t-hitung.
1987 dari Bapak Muhammad Samin dan Ibu Iin Saleh. Penulis merupakan anak
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Dharmawangsa Medan, dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Reguler
Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah
Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten
Deli Serdang, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
ABSTRAK..................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Deli Serdang.............................................................................................. 28
5. Laju Alih Fungsi Lahan Sawah Per Tahun Di Kabupaten Deli Serdang
6. Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan Untuk Produksi Padi Sawah ........... 33
8. Luas Lahan Padi Sawah Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2009 .......... 35
Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah
perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula
(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif
(masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan
dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh
faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui alih fungsi lahan yang terjadi didaerah penelitian, Untuk
menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian, untuk
menganalisis laju alih fungsi lahan di daerah penelitian, untuk menganalisis
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam melakukan alih fungsi
lahan, untuk menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap produksi padi
sawah, untuk meramalkan proyeksi beberapa tahun kedepan luas lahan sawah dan
produksi padi sawah di daerah Penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu
secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan secara Accidental
(penelusuran), metode analisis data menggunakan metode uji beda rata-rata
menggunakan rumus t-hitung.
jumlah petani menurun, tetapi secara absolut meningkat, sementara itu luas lahan
menyumbang devisa Negara dari sektor non migas, membuka kesempatan kerja.
ketahanan pangan. Alih fungsi lahan pertanian terus terjadi sampai tingkat
merasa tidak mendapat keuntungan ekonomis dari lahan itu (Lubis,A,E, 2005).
dan karena mekanisme pasar. Pada masa lampau yang terjadi adalah lebih banyak
karena dua hal yang terakhir, karena kurangnya pengertian masyarakat maupun
aparat pemerintah mengenai tata ruang wilayah, atau rencana tata ruang wilayah
baik kepada investor lokal maupun luar negeri dalam penyediaan tanahnya, maka
(Bambang.S,2005 )
lahan industri. Petani lebih memilih bekerja di sektor informal daripada bertahan
di sektor pertanian Daya tarik sektor pertanian yang terus menurun juga
kepemilikan lahan cenderung diikuti dengan alih fungsi lahan. Salah satu yang
penting dan diperlukan dalam penanganan masalah ini adalah data kecepatan alih
fungsi lahan per tahun. Dari data tersebut dapat diperkirakan dampak-dampak alih
akhir ini setiap tahunnya berlangsung terus. Data Sensus Pertanian 2003
menunjukkan terjadinya laju konversi lahan sawah yang sangat cepat. Selama
periode 2000-2002 konversi lahan sawah mencapai 563.000 hektar atau rata-rata
sekitar 188.000 hektar per tahun. Dengan luas sawah 7,75 juta hektar pada tahun
2002, pengurangan luas sawah akibat konversi lahan mencapai 7,27% selama 3
pemukiman. Luas lahan sawah berpengairan yang beralih fungsi pada tahun 2006
Sementara, lahan tadah hujan tak berpengairan yang sudah beralih fungsi tahun
2006 seluas 211.975 hektar dan sebanyak 193.454 hektar tahun 2007.
Untuk itu kita perlu meramalkan keadaan lahan padi sawah untuk
beberapa tahun kedepan. Hal ini diperlukan untuk dapat mengetahui dan
mengantisipasi agar laju fungsi lahan dapat diredam. Karena apabila terjadi laju
fungsi lahan yang teralu besar akan mengakibatkan berkurangnya jumah produksi,
Dari latar belakang diatas dapat dilihat identifikasi masalah sebagai berikut:
lahan ?
daerah penelitian?
sawah.
4. Untuk meramalkan proyeksi beberapa tahun kedepan luas lahan sawah dan
yang membutuhkan.
sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan
lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang
menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu
jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik
Semula fungsi utama lahan ialah untuk bercocok tanam padi, palawija,
lain sebagainya. Jika dalam setahun alih fungsi lahan terdata sekitar 4.000 hektar,
dalam lima tahun ke depan lahan produktif yang beralih fungsi mencapai 20.000
perkotaan.
kering.
datar.
merupakan sumber daya alam yang utama dalam produksi beras. Saat ini
nonpertanian. Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi
sawah baik secara terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan
tanama palawija. Dalam definisi inni tanah sawah mencakup semua tanah yang
mengenai alih fungsi, jika arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang
ada pada saat ini tidak ditinjau kembali. Oleh karena itu, total lahan sawah
beririgasi (7,3 juta hektar), hanya sekitar 4,2 juta hektar (57,6%) yang dapat
dipertahankan fungsinya dan sisanya sekitar 3,01 juta hektar (42,4%) terancam
pertanian dan nilainya, pendapatan usaha tani, dan kesempatan kerja pada
usahatani. Selain itu juga hilangnya pendapatan dan kesempatan kerja pada
kegiatan ekonomi yang tercipta secara langsung maupun tidak langsung dari
kegiatan usaha tani tersebut, misalnya usaha traktor dan penggilingan padi.
(Sumaryanto,dkk,1994).
fungsi lahan sawah. Upaya ini tidak memberikan hasil yang baik disebabkan
karena: (a) lahan sawah mudah untuk berubah kondisi fisiknya; (b) peraturan yang
himbauan dan tidak dilengkapi sanksi yang jelas; dan (c) ijin konversi merupakan
keputusan kolektif sehingga sulit ditelusuri pihak mana yang bertanggung jawab
atas pemberian ijin konversi lahan. Ketiga kelemahan tersebut pada gilirannya
pertanian
pertanian
tersier (jasa).
daerah, sudah tentu akan ikut mempengaruhi produksi padi di daerah tersebut.
Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan penduduk yang pada umumnya semakin
Model klasik dari alokasi lahan adalah model Ricardo (Ricardian Rent).
Menurut model ini, alokasi lahan akan mengarah pada penggunaan yang
menghasilkan surplus ekonomi (land rent) yang lebih tinggi, yang tergantung
pada derajat kualitas lahan yang ditentukan oleh kesuburannya serta kelangkaan
lahan. Menurut von Thunen nilai land rent bukan hanya ditentukan oleh
mengibaratkan pusat perekonomian adalah suatu kota yang dikelilingi oleh lahan
tersebut. Teori von Thunen mencoba untuk menerangkan berbagai jenis pertanian
dalam arti luas yang berkembang disekeliling daerah perkotaan yang merupakan
Alih fungsi lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara
ekonomi tumbuh dengan cepat sehingga sektor tersebut membutuhkan lahan yang
lebih luas. Apabila lahan sawah letaknya dekat dengan sumber ekonomi maka
manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena land rent persatuan
luas yang diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan
sawah. Hal ini terjadi karena land rent persatuan luas yang diperoleh dari aktivitas
Hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara
hubungan yang erat. Sektor tersebut berada pada kawasan strategis dengan land
rent yang tinggi, sebaliknya sektor yang kurang mempunyai nilai komersial nilai
rentnya semakin kecil. Economic rent sama dengan surplus ekonomi yang
merupakan kelebihan nilai produksi total diatas biaya total. Suatu lahan sekurang-
Hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara
hubungan yang erat. Sektor tersebut berada pada kawasan strategis dengan land
rent yang tinggi, sebaliknya sektor yang kurang mempunyai nilai komersial nilai
rentnya semakin kecil. Economic rent sama dengan surplus ekonomi yang
merupakan kelebihan nilai produksi total diatas biaya total. (Winoto, 2005).
Untuk mencegah lebih banyak terjadi alih fungsi lahan untuk tahun-tahun
sebagai penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel
yang lalu dengan mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data
waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang, misalnya
Luas lahan padi sawah yang pada awalnya cukup luas akhir-akhir ini
makin menyusut. Lahan padi sawah yang luas sangat penting untuk memperoleh
hasil produksi yang maksimal. Namun seiring dengan alih fungsi lahan yang
terjadi maka luas lahan padi sawah semakin menurun. Laju alih fungsi lahan
merupakan salah satu akibat yang dapat menimbulkan berkurangnya luas lahan
padi sawah yang semula lahan padi sawah tersebut cukup luas namun karena
terjadinya laju alih fungsi lahan maka lahan tersebut semakin lama semakin
sebagai dampak negatif Alih fungsi sawah, seperti hilangnya potensi produksi
Muara dari semua itu adalah kesejahteraan masyarakat yang sulit meningkat. Alih
fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa
Dalam proses laju alih fungsi lahan ini juga dapat dipengaruhi oleh
merupakan faktor yang dipengaruhi oleh komoditi yang diusahakan tersebut yaitu
lainnya.
Luas lahan padi sawah yang semakin menurun juga berdampak terhadap
produksi padi sawah tersebut. Produksi padi sawah dengan luas lahan yang luas
tentu berbeda dengan produksi padi sawah dengan luas lahan yang semakin
masyarakat untuk kedepannya. Dengan data yang ada kita juga dapat
tahun kedepan. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran
mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang
akan datang.
terutama luas lahan padi sawah. Ini membuat terjadinya laju pergeseran luas lahan
yang semakin cepat terutama di sumatera utara ini. Karena adanya pergeseran luas
lahan pada padi sawah membuat terjadinya perubahan hasil produksi padi di tiap
tahunnya. Ini berbanding lurus apabila terjadi alih fungsi lahan padi sawah
menjadi lahan yang lain akan membuat produksi padi sawah akan menurun.
Produksi Padi
Positif Negatif
Keterangan
: Dampak
: Hubungan
2. Terjadi penurunan terhadap proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi
Kabupaten Deli Serdang dipilih dengan alasan bahwa Kabupaten ini adalah
merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi sentra produksi padi sawah di
Sumatera Utara.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kabupaten
di Provinsi Sumatera Utara
Luas Panen Produksi Rata-rata
No Kabupaten
Ha Ton Kw/Ha
1 Nias 14,271 54810 38.41
2 Mandailing Natal 42,801 194387 45.42
3 Tapanuli Selatan 68,981 323218 46.86
4 Tapanuli Tengah 28,192 117618 41.72
5 Tapanuli Utara 23,175 101085 43.62
6 Toba Samosir 22,633 100830 44.55
7 Labuhan Batu 57,769 259953 45.00
8 Asahan 17,098 77556 45.36
9 Simalungun 81,144 395424 48.73
10 Dairi 15,113 65968 43.65
11 Karo 13,067 56857 43.51
12 Deli Serdang 73,820 347766 47.11
13 Langkat 79,464 363309 45.72
14 Nias Selatan 8,822 34124 38.68
15 Humbang Hasundutan 13,408 58314 43.49
16 Pakpak Barat 1,690 7277 43.06
17 Samosir 7,115 31424 44.17
18 Serdang Bedagai 72,766 348806 47.94
19 BatuBara 33,193 150571 45.36
Jumlah 674,522 3,089,297 45.80
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka, 2008
(penelusuran). Metode accidental sample ini sample yang diambil dari siapa saja
yang kebetulan ada. Pengambilan sampel penelitian melalui metode ini adalah
dari petani padi sawah yang berada di Kabupaten Deli Serdang yang mengalami
alih fungsi lahan. Adapun jumlah petani yang dijadikan sampel dalam penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden
instansi terkait, seperti BPS Sumut, dan Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten
Deli Serdang dan Dinas Pertanian yang terkait di daerah penelitian ini.
Masalah (1),(2), dan (3) diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif
Untuk Masalah (4) atau Hipotesis (1) diuji dengan metode uji beda rata-rata
Kriteria Uji :
Menurut H.M.Yacob (2009), setelah persamaan garis trend yang linier tersusun,
kemudian dapat diramalkan garis trend linier untuk masa mendatang dengan
persamaan berikut :
Pt = Po (1+r) (t-o)
Defenisi
1. Alih fungsi lahan pertanian adalah peralihan fungsi lahan produktif dari
3. Luas Lahan pertanian adalah luas lahan sawah yang dipakai untuk
komoditi padi dimana termasuk lahan sawah teknis dan non teknis yang
Batasan Operasional
Utara.
serdang
4. Luas lahan pertanian dibatasi hanya pada lahan padi sawah saja.
kawasan pantai timur sumatera utara. Secara geografis Kabupaten Deli serdang
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri
Langkat.
Keadaan Penduduk
Tahun 2008 jumlah penduduk Deli Serdang sebesar 1.738.431 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 696 jiwa per Km2. Jumlah rumah tangga sebanyak
382.732 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh 5 jiwa,
Serdang berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5
pada tahun 2008 sebesar 1,738,431 Jiwa yang terdiri dari 870,289 laki-laki dan
868,142 perempuan, dari data tersebut dapat dilihat bahwa penduduk laki-laki
lebih banyak daripada penduduk perempuan. Data tabel diatas juga menunjukkan
588,035 jiwa (33,82%), 15-59 sebesar 1,132,519 jiwa (65,14%) dan 75 tahun
keatas sebesar 17,877 jiwa (1,02%) yang berarti jumlah penduduk produktif lebih
sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana
memadai.
1 Sekolah
a. SD 772
b. SLTP 213
c. SLTA 113
d. Sekolah Kejuruan 99
e. Madrasa ibtidaiyah 100
f. Madrasah Tsanawiyah 98
g. Madrasa Aliyah 32
2 Kesehatan
a. Puskesmas 32
b. Pustu 103
c. Rumah Bersalin 144
d. Rumah Sakit 14
3 Tempat peribadatan
e. Masjid 820
f. Musholla 892
g. Gereja 559
h. Kuil 15
i. Wihara 50
Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang dalam angka 2008
mulai Sekolah Dasar berjumlah 772 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama
berjumlah 213 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Atas berjumlah 113 unit, sekolah
kejuruan 99 unit bahkan ada sekolah yang bernuansa agama seperti Madrasah
mulai dari Ibtidaiyah hingga Aliyah sebanyak 230 unit. Status sekolah pun
beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di
setiap sudut dan pelosok Kabupaten Deli Serdang dengan kualitas yang beragam.
seperti Kabupaten Deli Serdang yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang
ada yaitu puskesmas 32 unit, Pustu 103 unit, Rumah Bersalin 144 unit, Rumah
sakit 14 unit.
Serdang yang besar dan beragam, dapat saling menerima diantara perbedaan yang
ada sehingga tetap saling menghormati, sarana peribadatan yang ada yaitu masjid
820 unit, musholla 892 unit, gereja 559 unit, kuil 15 unit dan wihara 50 unit.
dalam penelitian ini meliputi luas lahan, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan, produksi dan produktivitas yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Deli Serdang memiliki luas lahan Padi Sawah di daerah penelitian yaitu sekitar
0,87 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian termasuk
petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusahatani kacang
tanah.
Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian adalah 39,2 tahun. Ini
menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang masih
Kabupaten Serdang Bedagai adalah 20,5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian adalah 3,9 jiwa. Jumlah ini berpengaruh terhadap beban tanggungan
didaerah penelitian, lahan padi sawah beralih fungsi menjadi tanaman perkebunan
langsung, bawaan maupun fungsi negatif lahan sawah. Menurut Wibowo (1996)
tentang kerugian akibat alih fungsi lahan sawah yang berdampak negatif, tidak
dianggap sebagai suatu persoalan. Oleh karena rendahnya pengetahuan petani atau
mengalihfungsikan lahan.
Secara ekonomis, hasil produksi pertanian padi sawah memiliki harga jual
yang rendah dibandingkan dari komoditi pengganti. Sehingga petani padi sawah
pengganti.
pertanian adalah faktor utama dari semakin sedikitnya tanah pertanian. Selain
pangan dan menyediakan lapangan pekerjaan sebagai fungsi utama dari tanah
pertanian tersebut, maka dapat diartikan pula semakin berkurangnya tanah yang
hujan, pencegah banjir dan erosi dan pelindung atas lingkungan. Semakin
seringnya banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat yang disebabkan
pertanian menjadi tanah non pertanian ataupun penatagunaan tanah yang tidak
tepat.
Serdang sebesar 43% petani mengalih fungsikan lahan padi sawahnya menjadi
tanaman perkebunan yaitu tanaman kelapa sawit. Dengan mengganti lahan padi
padi sawahnya menjadi tanaman hortikultura. Sebesar 57% petani padi sawah
Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun
waktu sepuluh tahun dilihat dari persentase perubahan luas lahan sawah per
tahun. Tabel 5 menunjukkan luas lahan sawah dalam kurun waktu sepuluh tahun.
Tabel 5. Laju alih fungsi lahan sawah per tahun di Kabupaten Deli Serdang
tahun 1999 - 2009
Tahun Luas Lahan Perubahan Luas Lahan Sawah Persentase
Terhadap Tahun Sebelumnya
(Ha) (Ha) (%)
1999 156,564
2000 150,824 -5,830 -3.72
2001 149,424 -1,400 -0.92
2002 131,500 -17,924 -11.99
2003 141,622 10,122 7.7
2004 72,742 -68,880 -48.6
2005 69,892 -2,850 -3.91
2006 74,237 4,345 6.2
2007 74,355 118 0.15
2008 73,369 -986 -1.33
2009 74,736 1,367 1.8
Sumber : BPS – Kabupaten Serdang bedagai berbagai tahun terbit
lahan sawah. Tahun 1999 terjadi sedikit kenaikan luas lahan sawah namun
kembali menurun drastis hingga tahun 2002. Peningkatan luas lahan sawah
sawah terjadi pada tahun 2003, 2006,2007 dan 2009 namun peningkatan ini belum
mampu mengimbangi penurunan luas lahan yang terjadi sejak tahun 1999.
Tabel 5 menunjukkan laju alih fungsi lahan sawah tertinggi terjadi pada
tahun 2004 yaitu sebesar 48,6 % atau terjadi penunurunan luas lahan sawah
sebesar 68.880 Ha setahun. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah
lahan sawah terbesar atau laju alih fungsi terendah yakni sebesar 10.122 Ha atau
7.7 % yang terjadi pada tahun 2003. Secara keseluruhan, dari tahun 1998 sampai
2007 telah terjadi alih fungsi lahan sawah sebesar 81.914 Ha atau sekitar 52.29 %.
Laju alih fungsi lahan sawah ke sektor non pertanian maupun komoditi
selain padi sawah tentu akan dapat mengancam ketahanan pangan yang
dilakukan oleh Rahmanto, dkk (2002), ditinjau dari aspek produksi, kerugian
akibat alih fungsi lahan sawah di Jawa selama kurun waktu 18 tahun (1981-1998)
ton/tahun atau sebanding dengan jumlah impor beras tahun 1984-1997 yang
berkisar antara 1,5 - 2,5 juta ton/tahun. Hal tersebut mempertegas kenyataan
bahwa laju alih fungsi lahan yang terus terjadi ke sektor non pertanian maupun
mendatang. Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun
terjadi laju alih fungsi lahan sebesar 10.284 Ha atau sekitar 11.44 %. Indikasi alih
fungsi lahan tersebut apabila tidak diatasi maka tentu akan mengancam ketahanan
pangan di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu ada aspek regulasi pemerintah
Laju alih fungsi lahan yang terjadi merupakan dampak dari pergeseran
pusat perekonomian yang semakin meluas. Pusat perekonomian yang dalam hal
ini pusat kota yang semakin besar dan mulai menggeser sektor pertanian yang
umumnya berada dipinggir. Untuk menahan laju alih fungsi lahan yang semakin
cepat dan tidak bisa dicegah lagi maka hendaknya pemerintah serta masyarakat
untuk mengurangi permintaan lahan yang berlebihan dan tidak efisien, dan
Alih fungsi yang terjadi di daerah penelitian adalah bentuk pengalokasian usaha
menjadi salah satu alasan yang membuat petani mengalih fungsikan lahannya.
bahwa terjadinya laju alih fungsi oleh karena meningkatnya land rent secara
relatif. Meningkatnya land rent akan meningkatkan nilai tukar (term of trade)
berada di sekeliling pusat perekonomian. Dorongan dalam hal ini yakni berupa
lain. Dorongan lain yang menyebabkan meningkatnya laju alih fungsi yakni
Oleh karena itu laju alih fungsi lahan yang terus terjadi di Kabupaten Deli
Serdang dalam kurun waktu sepuluh tahun sejak 1999 – 2009 adalah 52,29 %
untuk penggunaan pertanian selain padi dan non pertanian seperti perumahan dan
infrastruktur.
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, hilangnya lahan sawah akibat di
manfaat tersebut. Alih fungsi lahan sawah yang cukup marak akhir-akhir ini dapat
menimbulkan dampak yang luas, tidak hanya pada berbagai aspek pembangunan
namun juga terhadap produksi padi sawah untuk kedepannya. Dampak alih fungsi
lahan padi sawah terhadap produksi padi sawah yang terjadi di daerah penelitian
Dari tabel 6. Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi produksi padi sawah
sebelum terjadinya alih fungsi lahan dan produksi padi sawah setelah adanya alih
fungsi lahan sebesar 0.000 ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
cukup signifikan antara produksi padi sawah sebelum terjadinya alih fungsi lahan
dengan produksi padi sawah setelah adanya alih fungsi lahan, karena nilai
diperoleh nilai t-hitung sebesar 14.538 dan dari tabel distribusi t didapat t-tabel
sebesar = 2.776 maka tidak terdapat perbedaan antara produksi padi sawah
sebelum terjadinya alih fungsi lahan dengan produksi padi sawah setelah adanya
alih fungsi lahan, karena t-hitung > t-tabel, (14.538 > 2.776)
Berdasarkan tabel.11 maka dapat dinyatakan bahwa dari alih fungsi lahan
terjadi dampak yang negative terhadap perubahan produksi padi sawah yang
berarti Ho ditolak dan H1 diterima dengan kata lain dengan terjadinya alih fungsi
terhadap lahan padi sawah maka produksi padi sawah akan menurun dari
tahun ke tahun. Hal itu menunjukkan berarti alih fungsi lahan padi sawah
Alih fungsi lahan yang terjadi khususnya pada lahan sawah pada
semakin sempit di Kabupaten Deli Serdang. Luas lahan yang sawah yang
Serdang.Tabel 7 akan menunjukkan luas lahan sawah dan produksi padi dalam
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari tahun 1999 - 2009 luas lahan sawah di
produksi padi yang cenderung menurun sejak tahun 1999 - 2009. Kenaikan luas
lahan memang terjadi tetapi kenaikan luas lahan sawah tersebut belum mampu
Demikian halnya dengan produksi padi sejak 1999 – 2009 peningkatan produksi
Luas lahan sawah Kabupaten Deli Serdang lima tahun mendatang atau tahun
2014 merupakan suatu hasil proyeksi luas lahan pada tahun sebelumnya. Luas
lahan padi sawah tahun 2014 diramalkan dari data luas lahan padi sawah selama
sepuluh tahun yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2009. Tabel 8 menunjukkan
luas lahan padi sawah Kabupaten Deli Serdang tahun 1999 hingga tahun 2009.
Tabel 8. Luas lahan Padi Sawah Kabupaten Deli Serdang tahun 1999 – 2009
Tahun Luas Lahan Perubahan Dari Proporsi Perubahan
Tahun Sebelumnya
(Ha) (Ha) (Ha)
1999 156,564
2000 150,824 -5,740 -0.0367
2001 149,424 -1,400 -0.0093
2002 131,500 -17,924 -0.12
2003 141,622 10,122 0.07697
2004 72,742 -68,880 -0.4864
2005 69,892 -2,850 -0.0392
2006 74,237 4,345 0.06217
2007 74,355 118 0.00159
2008 73,369 -986 -0.0133
2009 74,736 1,367 0.01863
Jumlah -0.5453
Rata-rata -0.0496
Sumber : Data diolah dari lampiran 2
mendatang atau tahun 2014 merupakan suatu hasil proyeksi produksi padi pada
tahun sebelumnya. Produksi padi sawah tahun 2014 diramalkan dari data produksi
padi sawah selama sepuluh tahun yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2009.
Proyeksi luas lahan sawah Kabupaten Deli Serdang Bedagai tahun 2014
seperti yang terlihat pada lampiran 5 yakni seluas 57,951 Ha. Terlihat bahwa
proyeksi luas lahan sawah cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun
sejak tahun 2010 sebesar -13,761 Ha. Dengan adanya pernyataan ini berarti
Tabel 9. Produksi Padi Sawah Kabupaten Deli Serdang tahun 1999 – 2009
Tahun Produksi Perubahan Dari Proporsi Perubahan
Tahun Sebelumnya
(Ton) (Ton) (Ton)
1999 795,325
2000 767099 -28,226 -0.0355
2001 749832 -17,267 -0.0225
2002 670097 -79,735 -0.1063
2003 722406 52,309 0.0781
2004 371331 -351,075 -0.4859
2005 358887 -12,444 -0.03351
2006 383540 24,653 0.0687
2007 386542 3,002 0.0078
2008 381955 -4,587 -0.0119
2009 389595 7,640 0.0200
Jumlah -0.5211
Rata-rata -0.04737374
Sumber : Data diolah dari lampiran 3
dari suatu hasil metode proyeksi yang dianalisis dengan menggunakan metode
ekstrapolasi/trend.
Proyeksi produksi padi Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 seperti yang
terlihat pada lampiran 5 yakni 305,609 Ton. Terlihat bahwa proyeksi produksi
padi cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun sejak tahun 2009 sebesar
-320,815 Ton. Dengan adanya pernyataan ini berarti hipótesis H1 diterima karena
pada kenyataan nya di daerah Deli Serdang pada 5 tahun kedepan mengalami
5.5 Faktor Penarik dan Faktor Pendorong Petani Dalam Melakukan Alih
Fungsi Lahan
pemicu yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan padi sawah yang
pertanian yang lebih menguntungkan. Selain itu juga ada faktor pendorong yang
menyebabkan alih fungsi lahan yaitu yang mendorong petani padi sawah
mengalih fungsikan lahan padi sawah mereka. Buruknya kondisi sosial ekonomi
Keterangan :
1. Irigasi
2. Input Produks i Sulit Diperoleh
3. Harga Input Produksi mahal
4. Tenaga Kerja
5. Serangan Hama
komoditi adalah 70% atau hampir seluruh responden yaitu 21 dengan alasan
irigasi yang tersedia tidak baik dan tidak menyediakan pengairan yang cukup bagi
komoditi mereka dengan komoditi lain. 37% atau 11 dengan alasan input produksi
sulit diperoleh, 37% atau 11 petani dengan alasan harga input produksi yang
mahal pada saat itu, 40% atau 12 petani dengan alasan tenaga kerja yang
digunakan padi komoditi pengganti lebih sedikit dibandingkan padi sawah, 67%
atau 20 orang dengan alasan serangan hama yang menyerang tanaman padi lebih
banyak dari pada komoditi pengganti sehingga petani mengganti komoditi mereka
lahannya untuk ditanami padi sawah. Tetapi masalah air juga menjadi kendala
banyak daerah belum ada irigasi yang memadai contohnya di Kecamatan Galang ,
disini irigasi tidak dapat di alirkan diseluruh desa sehingga petani menjadi
bermasalah dalam memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Irigasi juga terkadang
hanya ada dalam sekali musim tanam padi sawah saja, sehingga setelah panen
petani juga harus mengubah fungsi lahannya yang semula menjadi lahan padi
yang rumit juga mendorong petani untuk mennganti komoditinya dari padi sawah
menjadi komoditi lain. Tanaman padi bukan hanya sulit dalam teknik budi daya
nya juga dalam pemeliharannya karena banyak sekali hama dan penyakit yang
faktor penarik petani dalam mengalihfungsikan lahan padi sawah mereka menjadi
yang menyebabkan petani mengganti komoditi padi sawah dengan komoditi lain.
Keterangan :
1. Tehnik Budidaya
2. Harga Komoditi Pengganti Lebih Tinggi
padi sawah dan factor pendorong lainnya yaitu sebesar 70% atau 21 responden
menyatakan bahwa harga dari komoditi pengganti yang lebih tinggi menjadi
komoditi pengganti.
Kesimpulan
1. Alih fungsi yang terjadi di daerah deli serdang alih fungsi padi sawah
2. Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten deli serdang laju alih fungsi
nyata antara produksi padi sawah sebelum terjadinya alih fungsi lahan
4. Proyeksi luas lahan padi sawah maupun produksi terlihat di kabupaten deli
serdang bahwa proyeksi luas lahan dan produksi padi sawah cenderung
lahan padi sawah terjadi di daerah Deli Serdang yaitu irigasi yang tersedia
tidak baik dan tidak menyediakan pengairan yang cukup bagi daerah
tersebut.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :
Kepada pemerintah :
seperti pengairan yang baik dan ketersediaan input produksi yang cukup
Sumatera Utara.
14 Galang 4,818 5,087 4,954 4,438 3,872 566 3,265 1,978 1,946 2,002 2,063
15 Bangun Purba 969 928 1,327 1,016 1,044 307 365 418 312 365 365
16 Kotarih 1,605 1,546 1,218 1,322 1,486 0* 0* 0
*
0
*
0
*
0
*
17 Gunung Meriah 1,123 988 1,123 1,123 1,180 978 1,132 940 969 1,132 1,104
18 Biru-Biru 762 1,054 1,036 1,008 1,255 952 1,024 1,191 1,073 1,248 1,795
19 Patumbak 1,295 1,287 1,279 1,306 1,212 1,585 1,166 1,284 1,385 1,305 1,428
20 STM Hulu 1,093 1,104 1,093 1,093 1,076 1,064 1,076 1,167 1,167 1,332 990
21 Deli Tua 60 60 60 64 49 51 89 60 54 42 40
22 Pancur Batu 1,977 1,451 1,670 1,099 1,233 1,046 1,124 809 1,098 766 940
23 Namorambe 2,495 2,374 2,111 1,780 2,464 2,397 1,704 1,592 2,691 1,543 1,832
24 Sibolangit 1,783 1,825 1,328 1,470 1,394 1,144 1,394 1,394 1,538 1,919 1,976
25 Kutalimbaru 3,410 3,372 3,432 3,537 2,526 5,414 3,610 3,456 2,664 1,129 1,370
26 Sunggal 6,219 6,332 5,694 5,583 5,856 5,201 5,279 4,638 5,363 4,989 4,905
27 Hamparan Perak 8,510 11,560 13,407 9,683 10,812 12,835 7,884 12,694 9,764 10,751 10,222
28 Labuhan Deli 6,251 6,207 6,476 6,173 6,505 5,928 7,586 5,904 7,896 7,424 6,632
29 Batang Kuis 1,890 1,200 1,326 1,080 1,312 1,312 1,312 1,951 2,153 1,600 2,029
30 Percut Sei Tuan 10,215 9,596 9,213 7,124 9,228 8,186 8,608 8,635 8,876 9,688 10,167
31 Pantai Labu 8,018 7,048 7,407 4,216 6,461 6,253 6,336 7,870 7,158 7,529 8,443
32 Tanjung morawa 5,640 5,264 4,953 4,427 5,478 4,976 4,277 5,173 4,331 4,791 4,925
33 STM Hilir 1,346 1,359 1,346 1,490 1,297 1,610 1,139 1,283 1,370 1,440 1,715
Jumlah 156,564 150,824 149,424 131,500 141,622 72,742 69,892 74,237 74,355 73,369 74,736
Keterangan : * = Kecamatan Pemekaran