Penda Hulu An
Penda Hulu An
Gambar 1.1.
Kedudukan air sepanjang jalur arus sebelum dan sesudah
tembus air pada sumur produksi.
Sebelum dilakukan proses waterflooding maka diperlukan studi
pendahuluan yang meliputi:
1. Perolehan data-data
A. Sifat fisik batuan reservoar :
Permeabilitas rata-rata dalam berbagai luasan reservoar.
Data porositas dalam berbagai luasan reservoar.
Heterogenitas reservoar mengenai perubahan permeabilitas dalam setiap
ketebalan.
1 S w
0 , 0422 0 , 0770
K Wi
E R 54,898 Sw
0 ,1903
Pi Pa 0,2159
Boi oi
.....(5-50)
dimana:
Sw = saturasi air, fraksi
K = permeabilitas, mD
= porositas, fraksi
H = tebal formasi
μo = viskositas minyak,cp
μw = viskositas air, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, STB/BBL
Pi = tekanan reservoar mula-mula, psia
Pa = tekanan reservoar saat ditinggalkan, psia
Secara volumetris dapat pula ditentukan jumlah minyak yang dapat
dihasilkan oleh penginjeksian air yaitu berdasarkan persamaan:
S op S or
N pf 7758 Vsw Et ..............................................................
Bop Bor
(5-51)
dimana:
Npf = kumulatif produksi minyak, STB
Vsw = gross swept volume, acre-ft
Sop = saturasi minyak pada saat dimulai injeksi, fraksi
Sor = saturasi minyak pada saat akhir injeksi, fraksi
Bop = faktor volume minyak pada awal injeksi, BBL/STB
Bor = faktor volume minyak pada akhir injeksi, BBL/STB
Et = effisiensi total penginjeksian, fraksi
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pendesakan minyak oleh air
tergantung pada derajat keseragaman permeabilitas baik dalam arah horizontal
maupun arah vertikal. Ketidakseragaman ini menyebabkan daerah-daerah yang
memiliki permeabilitas rendah dilewati oleh air bahkan dapat menyebabkan
tembus air di sumur produksi yang lebih dini.
Idealisasi model prototipe dati reservoar pada umumnya dianggap
mempunyai ketidakseragaman dalam arah vertikal, sehingga reservoar terdiri dari
lapisan-lapisan yang mempunyai permeabilitas berbeda-beda.
Pendekatan dari penyelesaian persoalan performance dari reservoar yang
berlapis-lapis ini didasarkan pada penyusunan kembali lapisan yang mempunyai
harga permeabilitas berbeda-beda dengan bantuan metoda statistik. Ini berarti
bahwa kedudukan lapisa menurut model mungkin tidak sama dengan urut-urutan
lapisan menurut idealisasi reservoarnya, seperti diperlihatkan oleh gambar 1.4.
Gambar 1.4. Contoh Susunan Lapisa Berdasarkan Model (a) dan
Idealisasi Reservoar (b)
1.4. Pola Sumur Injeksi – Produksi
Pola sumur – sumur injeksi-produksi dikategorisasikan sesuai dengan
proyeksi di permukaan dari titk sumur menembus reservoar. Susunan sumur
injeksi-produksi dapat merupakan pola teratur dan titak teratur. Keteraturan pola
injeksi dan produksi dipengruhi oleh keteraturan dalam kedudukan sumur yang
dibor. Penempatan sumur injeksi relatif terhadap sumur produksi dipengaruhi oleh
arah permeabilitas utama.
Lingkungan terjadinya sedimentasi sifat isotropik dari batuan. Lingkungan
pengendapan channel menyebabkan penyusunan butiran endapan menghasilkan
permeabilitas yang dominan pada suatu arah tertentu (permeabilitas utama),
walaupun formasi itu dapat dianggap homogen. Mengingat hal itu, sebagai contoh
apabila formasi memiliki permeabilitas utama dalam arah utara-selatan, maka
penempatan sumur injeksi-produksi hendaknya tidak berarah utara-selatan. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi tembus air yang terlalu dini.
Selain itu, menurut M.Latil pemilihan pola sumur injeksi-produksi sangat
bergantung pada mekanisme pendorong reservoar serta volume hidrokarbon dan
kemiringan lapisan batuan yang akan didesak oleh air. Dari pertimbangan diatas
maka tata letak sumur injeksi-produksi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Injeksi dengan pola yang teratur dibedakan atas normal pattern flooding
dimana sumur-sumur produksi dan inverted pattern flooding yaitu sumur-sumur
injeksi dikelilingi oleh sumur-sumur produksi.
Pada umumnya injeksi berpola teratur diterapkan pada reservoar yang
mempunyai kemiringan (dip) kecil dengan daerah permukaan reservoar yang
cukup luas. Untuk mendapatkan effisiensi penyapuan yang merata, maka sumur-
sumur injeksi ditempatkan diantara sumur-sumur produksi. Jenis-jenis pola sumur
injeksi antara lain adalah: direct line drive, staggered line drive, five-spot, seven-
spot, nine spot dan lain-lain
Dimana:
Ev = Efisiensi penyapuan volumetrik
EP = Efisiensi penyapuan
Ei = Efisiensi invasi