Anda di halaman 1dari 11

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

KAJIAN TENAGA KERJA ASING


DI INDONESIA

PENDAHULUAN

Isu serbuan 10 juta Tenaga Kerja Asing asal Tiongkok menimbulkan spekulasi terkait
persoalan aktivitas mereka selama berada di wilayah Indonesia serta adanya disparitas
(perbedaan) jumlah Tenaga Kerja Asing antara Kementerian Hukum dan HAM (kisaran 31 ribu
orang) dengan Kementerian Ketenagakerjaan (sekitar 21 ribu) dari keseluruhan Tenaga Kerja
Asing di Indonesia. Dengan pendekatan kasus yang bersifat yuridis normatif, penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis tentang bagaimana pengaturan regulasi perundang-undangan
terkait Tenaga Kerja Asing dan mekanisme pengawasan dan pengendaliannya yang dilakukan
instansi terkait. Filosofi dasar penggunaan Tenaga Kerja Asing adalah sebagai serangkaian
upaya untuk meningkatkan investasi, alih teknologi dan alih keahlian kepada TKI, serta
perluasan kesempatan kerja, oleh karena itu investasi asing di Indonesia sepenuhnya ditujukan
untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hasil penelitian menunjukan belum optimalnya
implementasi peraturan terkait orang asing dan aktivitas mereka selama berada di wilayah
Indonesia, lemahnya koordinasi tim pengawasan orang asing dan terjadinya peningkatan
pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing.

Perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia


yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Dalam konsideran UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan
tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

Dalam perkembangan selanjutnya, maraknya Tenaga Kerja Asing (TKA) khususnya


yang berasal dari China yang masuk ke Indonesia menimbulkan persoalan terkait aktivitas
mereka selama berada di wilayah Indonesia. Bahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Menkumham) Yasonna H Laoly menegaskan bahwa isu serbuan 10 juta TKA asal China tidak
benar, karena jumlah TKA asal China yang tercatat di Indonesia melalui Kementerian
Ketenagakerjaan (Kemnaker) Republik Indonesia hanya berjumlah 21 ribu dari keseluruhan
TKA di Indonesia yang berada di kisaran angka 70 ribuan. Sedangkan terkait data yang tercatat
di Keimigrasian dimana terdapat 31 ribu TKA China, semua itu lantaran imigrasi turut mencatat
seluruh perlintasan para TKA China tersebut. Namun Kapolri Jenderal Tito Karnavian
mengatakan bahwa isu TKA tidak berizin asal China sudah selesai dan sudah diklarifikasi oleh
pihak kementerian dan instansi terkait sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemnaker) mencatat bahwa sepanjang tahun 2016 ada


74.183 TKA di Indonesia (per Novermber 2016). Dimana TKA asal China menjadi yang
terbesar, yakni sebanyak 21.271 TKA diikuti oleh Jepang sebanyak 12.490 TKA dan Republik
Korea sebanyak 8.424 TKA. Bahkan berdasarkan hasil pemeriksaan penggunaan TKA yang
dilakukan oleh Kemenaker di pusat dan daerah periode Januari 2016 s.d Desember 2016, dari 69
perusahaan yang diperiksa, maka ditemukan terjadinya pelanggaran TKA (pusat dan daerah)
sebanyak 1.324 orang (Tanpa IMTA = 794 orang, dan Penyalahgunaan Jabatan = 530 orang.

Sejak tahun 2011, jumlah TKA yang ada di Indonesia pun relatif berada di angka 70 ribu
tiap tahunnya. Tahun 2011 ada 77.307 TKA di Indonesia, tahun 2012 ada 72.427 TKA, tahun
2013 ada 68.957 TKA, tahun 2014 ada 68,762 TKA, dan tahun 2015 sebanyak 69.025 TKA.

FAKTOR MASUKNYA TKA KE INDONESIA

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan maraknya TKA khususnya dari Tiongkok,


antara lain:
1. Faktor keterbukaan investasi di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui saat ini
Indonesia sedang giat-giatnya membangun, dan ada program pemerintah dalam
rangka percepatan pembangunan sehingga untuk mendatangkan investor dalam
satu paket dengan tenaga kerjanya (mulai dari top manager sampai tenaga
buruhnya).
2. Faktor kebijakan bebas visa. Dengan dibukanya pintu masuk orang asing tanpa
visa (169 negara), maka banyak dari WN Tiongkok yang datang ke Indonesia,
dan berdampak pada peningkatan pelanggaran keimigrasian.
3. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal ini menyebabkan
terbukanya sekat antar negara (border less) dan meningkatnya kedatangan
TKA.17

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

Filosofi dasar penggunaan TKA adalah sebagai serangkaian upaya untuk meningkatkan
investasi, alih teknologi (Transfer of Technology) dan alih keahlian (Transfer of Skill) kepada
TKI, serta perluasan kesempatan kerja.18 Oleh karena itu investasi asing di Indonesia
sepenuhnya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai dengan
Konsideran UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu untuk memberikan
perlindungan terhadap tenaga kerja dengan menjamin hak hak dasar pekerja/buruh, kesamaan
kesempatan serta perlakuan non diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
usaha.

KEBIJAKAN TENTANG TKA


PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018

Dengan pertimbangan untuk mendukung perekonomian nasional dan perluasan


kesempatan kerja melalui peningkatan investasi, pemerintah memandang perlu pengaturan
kembali perizinan penggunaan tenaga kerja asing.

Atas dasar pertimbangan tersebut, pada 26 Maret 2018, Presiden Joko Widodo telah
menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing. Perpres ini berlaku setelah 3 bulan terhitung sejak tanggal diundangkan, 29
Maret 2018, oleh Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly di Jakarta

Dalam Perpres ini disebutkan, penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dilakukan oleh Pemberi
Kerja TKA dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu, yang dilakukan
dengan memperhatikan kondisi pasar tenaga kerja dalam negeri. Setiap Pemberi Kerja TKA,
menurut Perpres ini, wajib mengutamakan penggunaan tenaga kerja Indonesia pada semua jenis
jabatan yang tersedia. Dalam hal jabatan sebagaimana dimaksud belum dapat diduduki oleh
tenaga kerja Indonesia, jabatan tersebut dapat diduduki oleh TKA. pemberi kerja TKA pada
sektor tertentu dapat mempekerjakan TKA yang sedang dipekerjakan oleh Pemberi Kerja TKA
yang lain dalam jabatan yang sama. Jangka waktunya sampai masa kerja TKA berakhir sesuai
ketentuan kontrak kerja. Adapun jenis jabatan, sektor, dan tata cara penggunaan TKA
sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini diatur lebih lanjut dalam peraturan menteri.

Ditegaskan dalam Perpres ini, setiap Pemberi Kerja TKA yang menggunakan TKA harus
memiliki RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing) yang disahkan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk, dan memuat: a. alasan penggunaan TKA; b. jabatan dan/atau kedudukan
TKA dalam struktur organisasi perusahaan; c. jangka waktu penggunaan TKA; dan d.
penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan. Ketentuan
tersebut dikecualikan apabila mempekerjakan TKA yang merupakan: a. pemegang saham yang
menjabat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris pada Pemberi Kerja TKA; b. pegawai
diplomatik dan konsuler pada perwakilan negara asing; atau c. TKA pada jenis pekerjaan yang
dibutuhkan oleh pemerintah," bunyi Pasal 10 ayat (1) Perpres ini.

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

Untuk pekerjaan yang bersifat darurat dan mendesak, menurut Perpres ini, Pemberi Kerja TKA
dapat mempekerjakan TKA dengan mengajukan permohonan pengesahan RPTKA kepada
Menteri atau pejabat yang ditunjuk paling lama 2 (dua) hari kerja setelah TKA bekerja.
Selanjutnya, pengesahan RPTKA akan diberikan paling lama satu hari kerja setelah permohonan
diterima secara lengkap. Ditegaskan dalam Perpres ini, bahwa Pemberi Kerja TKA yang akan
mempekerjakan TKA menyampaikan data calon TKA kepada menteri atau pejabat yang
ditunjuk, yang meliputi: a. nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir; b. kewarganegaraan,
nomor paspor, masa berlaku paspor, dan tempat paspor diterbitkan; c. nama, jabatan, dan jangka
waktu bekerja; d. pernyataan penjaminan dari pemberi kerja TKA; dan e. ijazah pendidikan dan
surat keterangan pengalaman kerja atau sertifikasi kompetensi sesuai dengan syarat jabatan yang
akan diduduki TKA.

Menurut Perpres ini, Pemberi Kerja TKA wajib membayar dana kompensasi penggunaan TKA
yang dipekerjakan setelah menerima notifikasi, dan dilakukan melalui bank yang ditunjuk oleh
Menteri, yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pembayaran dana kompensesi
penggunaan TKA dan kewajiban memiliki RPTKA ini tidak diwajibkan bagi instansi
pemerintah, perwakilan negara asing, dan badan internasional yang mempekerjakan TKA.

Vitas untuk Bekerja

Dalam Perpres ini ditegaskan, setiap TKA yang bekerja di Indonesia wajib memiliki Visa
Tinggal Terbatas (Vitas untuk bekerja, yang dimohonkan oleh Pemberi Kerja TKA atau TKA
kepada menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia
atau pejabat yang ditunjuk, dengan melampirkan notifikasi dan bukti pembayaran.

"Permohonan Vitas sebagaimana dimaksud sekaligus dapat dijadikan permohonan Izin Tinggal
Sementara atau Itas," bunyi Pasal 20 ayat (1) Perpres ini.

Dalam hal permohonan pengajuan Itas (Izin Tinggal Terbatas) sekaligus dengan permohonan
Vitas, menurut Perpres ini, proses permohonan pengajuan Itas dilaksanakan Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri, yang merupakan perpanjangan dari Direktorat Jenderal
Imigrasi.

"Izin Tinggal bagi TKA untuk pertama kali diberikan paling lama 2 (dua) tahun, dan dapat
diperpanjang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," bunyi Pasal 21 ayat (3)
Perpres ini.

Ditegaskan dalam Perpres ini, setiap Pemberi Kerja TKA wajib menjamin TKA terdaftar dalam
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi TKA yang bekerja lebih dari 6 bulan dan/atau polis
asuransi di perusahaan asuransi berbadan hukum Indonesia

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

TIMPANG TINDIH
PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018

Diterbitkannya Peraturan Presiden No.20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing,
dalam beberapa hari terakhir mendapat sorotan dari sejumlah kalangan, karena selain Perpres
tersebut dinilai cacat formil dan materiil, juga menimbulkan dampak negatif yang langsung
dirasakan oleh tenaga kerja lokal.

Dampak buruk secara sosiologis menurut Sekjend OPSI (Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia),
Timboel Siregar berupa kecemburuan sosial antara tenaga kerja dalam negeri dengan tenaga
kerja kasar asing. Terlebih jika arus TKA tidak terkontrol, maka akan memperluas jurang
kesenjangan dan hanya menjadikan pekerja Indonesia sebagai penonton.

Timbul berpendapat bahwa Perpres No.20 Tahun 2018 cacat secara formil dan materiil, karena
melanggar Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan pelanggaran
tersebut semakin bertambah parah karena ketidakmaksimalan penegakan hukum terhadap TKA
illegal.

“Tujuan dari Perpres tersebut memang baik yaitu untuk mendorong proses investasi agar lebih
cepat. Namun, karena tidak adanya kajian akademik yang merupakan persyaratan pembuatan
Perpres, membuat aturan baru tersebut melanggar aturan yang diterbitkan sebelumnya, yaitu
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan Perundangan,”

Sedang dari sisi materi, tambah Dirjend OPSI ini, Perpres tersebut melanggar Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003. Karena itu Perpres tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing menurut
Timboel cacat formil dan cacat secara materiil.

Dampak negatif lainnya dari diterbitkannya Perpres No.20/2018 menurut Ketua Umum DPP
SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia), Muchtar Pakpahan adalah dapat berkurangnya
penyerapan tenaga kerja lokal sehingga bertentangan dengan prinsip yang selama ini digaungkan
oleh pemerintah, yaitu prinsip keadilan sosial.

“Terbitnya Perpres tersebut mendorong semakin banyaknya imigran gelap yang masuk ke
Indonesia, sehingga jurang ketidakadilan sosial akan semakin mengangah, karena jumlah
perusahaan semakin bertambah sementara buruh lokal ditinggalkan,”

Sorotan terhadap Perpres tentang Penggunaan TKA juga disampaikan Bhima Yudhistira,
ekonom dari Indef (Institute for Development of Economics and Finance). Menurutnya Perpres
No.20/2018 tidak dapat memberikan solusi terkait persoalan tenaga kerja asing, tapi justru
mengundang TKA untuk membanjiri Indonsia. Apalagi Ombudsman RI menyebutkan bahwa
TKA tersebut sebagian besar merupakan buruh kasar alias tidak memiliki skill.

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

“TKA yang legal saja sulit mengawasinya, jadi tidak heran TKA illegal dapat dengan mudah
masuk ke Indonesia,” ungkap Bhima. “Jadi ini bukan persoalan politisasisai, tetapi masalah
ekonomi.”

TKA illegal mnjadi semakin bertambah mudah masuk ke Indonesia disebabkan adanya Perpres
No.21 Tahun 2016 tentang kebijakan bebas visa yang bertujuan untuk meningkatkan sektor
pariwisata. Namun sayang, Perpres yang bertujuan untuk mendongkrak sektor pariwisata
tersebut justru dimanfaatkan oleh para TKA illegal.

ANALISIS PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018


Oleh Timboel Siregar (Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia)

Menurut Pemerintah kehadiran Perpres No.20 tahun 2018 memang untuk menarik investasi.
Selama ini ditengarai regulasi tentang TKA yang ada masih belum mampu mempermudah
masuknya TKA.

Terkait dgn masalah formil, mengacu pada UU No.12 tahun 2011 ttg tata cara pembuatan
peraturan perundangan, bahwa proses pembuatan Perpres 20 ini tidak sesuai dgn UU No.12
tahun 2011 tsb. Proses pembuatan tsb tidak melibatkan para stakeholder ketenagakerjaan seperti
SP SB, Apindo, Kadin dan atau para akademisi dan masyarakat lainnya. Lalu Perpres No. 20 ini
juga dibuat dengan sangat terburu buru dan tidak didasari pada adanya kajian akademik.
Keterlibatan stakeholder dan adanya kajian akademik merupakan salah satu persyaratan proses
pembuatan Peraturan Presiden.

Terkait dengan Materiil, saya menilai ada pasal2 di Perpres No. 20 ini bertentangan dgn UU No.
13 tahun 2003.

1. Pasal 9 Perpres No. 20 tahun 2018 menyatakan pengesahan RPTKA merupakan ijin
untuk mempekerjakan TKA. Ini artinya badan usaha yg ingin menggunakan TKA tidak
wajib lagi mengurus ijin. Padahal Penjelasan Pasal 43 UU No.13 tahun 2003 menyatakan
RPTKA merupakan persyaratan untuk mendapat ijin kerja. Bila membaca Penjelasan
Pasal 43 ini berarti RPTKA dan Ijin TKA adalah hal yg berbeda, dan RPTKA menjadi
syarat untuk mendapat ijin.nKalau di Pasal 9 Perpres no. 20 tsb RPTKA itu menjadi Ijin
TKA. Ini kan sudah tidak sesuai dengan Pasal 42 ayat 1 yg mewajibkan adanya Ijin, dan
Penjelas Pasal 43 yg membedakan RPTKA dan Ijin TKA. Hal ini berbeda dgn Perpres
no. 72 tahun 2014 ttg TKA khususnya Pasal 8 yang memang mensyaratkan RPTKA dan
Ijin Mempekerjakan TKA (IMTA).

Jadi dengan adanya pasal 9 Perpres no. 20 ini IMTA dihapuskan. Padahal RPTKA dan
IMTA adalah hal yang berbeda.

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

2. Di Pasal 10 ayat 1a Perpres 20 disebutkan pemegang saham yg menjabat sebagai direksi


atau komisaris tidak diwajibkan memiliki RPTKA (rencana penggunaan TKA),
sementara di Pasal 42 ayat 1 UU 13 tahun 2003 mewajibkan TKA termasuk komisaris
dan direksi harus memiliki ijin, dan di Pasal 43 ayat 1 diwajibkan memiliki RPTKA.
Yang tidak diwajibkan utk komisaris dan direksi hanyalah menunjuk tenaga kerja
Indonesia sbg pendamping dan pelatihan pendidikan (pasal 45 UU 13). Jadi Pasal 10 ayat
1a bertentangan dengan Pasal 42 ayat 1 dan Pasal 43 ayat 1 UU 13 tahun 2003.

3. Pasal 10 ayat 1c Perpres 20 menyatakan pemberi kerja TKA tidak wajib memiliki
RPTKA untuk mempekerjakan TKA yg merupakan TKA pada jenis pekerjaan yang
dibutuhkan Pemerintah. Dgn pasal ini berarti ada pengecualian bagi pemberi kerja TKA
untuk tidak mengurus RPTKA. Padahal bila membaca Pasal 43 ayat 3 yang dikecualikan
hanya bagi instansi pemerintah, badan badan internasional dan perwakilan negara asing.
Klausula Instansi Pemerintah berarti TKA yg bekerja utk instansi Pemerintah. Tapi Pasal
10 ayat 1c yg menyatakan tentang “Pekerjaan yang dibutuhkan Pemerintah” berarti
membuka ruang bagi TKA yg bekerja di luar instansi Pemerintah dgn tidak wajib
memiliki RPTKA. Saya menduga kuat hadirnya Pasal 10 ayat 1c ini dikhususkan utk
TKA yg terlibat dalam pengerjaan infrastruktur yang dibiayai dari pinjaman luar negeri.
Utang luar negeri khususnya darinTiongkok biasanya mensyaratkan pekerja tiongkok
mengerjakan infrastruktur yg dibiayai dari pinjaman luar negeri tsb. Jadi saya menilai
Pasal 10 ayat 1c bertentangan dengan Pasal 43 ayat 3 UU 13 tahun 2003.

Kalau pun pemerintah meyakini bahwa kehadiran Perpres 20 akan mempermudah masuknya
investasi maka saya menilai perpres 20 ini belum tentu akan menarik investasi secara signifikan
karena masuknya investasi dari luar negeri sangat ditentukan banyak faktor seperti infrastruktur,
pajak, korupsi dsb

SISI BURUK PERPRES TENTANG TENAGA KERJA ASING

Pertumbuhan ekonomi riil yang kurang optimal akan meredam prospek pertumbuhan
lapangan pekerjaan. Selain itu, upah riil yang stagnan di banyak negara juga mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi ini. Masalah kesempatan kerja yang semakin sempit bahkan tak mampu
lagi menampung pekerja yang bertambah setiap tahun. Ironisnya, ditengah kondisi seperti itu,
informasi yang beredar bahwa tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia cukup besar. Selain
akibat perlambatan ekonomi yang merupakan imbas kritis ekonomi global, tingginya
pengangguran di Negara ini merupakan dampak dari system kapitalisme yang di adopsi Negara.

Merujuk UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja asing adalah
warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Di dalam UU
ter-sebut, juga menegaskan keten-tuan bahwa setiap pengusaha dilarang memperkerjakan orang-
orang asing tanpa izin tertulis dari menteri atau pe-jabat yang ditunjuk.

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

di era MEA ini mobilisasi pekerja antar negara „dibuat‟ mudah. Sebab itulah tenaga kerja
asing pun bisa masuk ke Indonesia. da-lam pasal 102 Peraturan Pe-r-un-dang-undangan Tahun
2013 menyatakan dengan te-gas bahwa: tenaga kerja asing yang boleh bekerja di Indo-nesia
adalah tenaga ahli dan konsultan.

Kini Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani peraturan presiden (Perpres)
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Menurut analisis penulis,
kebijakan ini tidak bijak. Peraturan ini berpotensi besar pada melonjaknya jumlah TKA, sejalan
dengan meningkatnya aliran investasi dan pemberian utang dari Negara pendonor ke Negara ini.
Di sisi lain pemerintah tak memberikan pendungan kepada tenaga kerjanya sendiri.

Mengamati berbagai keputusan oleh pemerintah, seakan memberikan jaminan yang kuat
terhadap nasib buruh, maupun para pen-cari kerja di Indonesia khususnya. Namun dalam
prak-tiknya, masyarakat masih tertatih mencari kesana-kemari lowo-ngan pekerjaan. Baik itu
lulu-san SMA sederajat hingga Sarjana dirasa sulit untuk mendapatkan pe-kerjaan di negeri
sendiri.

Walhasil, penggunaan tenaga kerja asing mungkin saja memiliki dam-pak positif, jika
memenuhi prosedur dan persyaratan seba-gaimana yang telah diatur. Akan tetapi ada begitu
banyak dampak negatif, karena seperti yang kita tahu, terkadang aturan itu tidak sesuai dengan
praktiknya. Pemerintah tampaknya keliru dalam menganalisa akar masalah. Demi mendongkrak
investasi besar, bila investor mensyaratkan masuknya TKA maka itu dipermudah tanpa pikir
resikonya bagi rakyat sendiri. Padahal akar masalah investasi bukan pada adanya kendala bahasa
pada TKA yang akan masuk.

Sesungguhnya Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Jika pengelolaan


terhadap SDA benar, maka sesungguhnya, Indonesia tidak perlu mengundang investor asing
untuk mengeruk SDA Indonesia. Terlebih, membiarkan para investor mendikte kemauan mereka
kepada Indonesia. Ini sama saja menjadikan diri Indonesia sebagai jajahan bagi Negara-negara
investor.

Kebijakan pemerintah terkait upaya memperlancar investasi asing di Indonesia dengan


menghapus syarat wajib bahasa Indonesia bagi TKA merupakan kebijakan yang akan membunuh
tenaga kerja dalam negeri. Mereka akan tergeser dengan hadirnya TKA yang dipermudah
aksesnya oleh pemerintah. Inilah ciri khas rezim neoliberalisme yang lebih mementingkan asing
daripada rakyatnya sendiri

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

PROBLEMATIKA TENAGA KERJA ASING

Bertolak ukur pada dasar hukum yang telah di undang-kan oleh pemerintah, seakan memberikan
jaminan yang kuat terhadap nasib para pencari kerja di Indonesia. Tetapi apa yang terjadi dalam
praktiknya, mereka masih tertatih mencari kesana kemari lowongan pekerjaan. Baik itu lulusan
Sekolah Menengah Atas hingga Sarjana pun sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan di negeri
sendiri.

Penggunaan tenaga kerja asing memang memiliki dampak positif kepada perekonomian dan
perkembangan Indonesia jika memenuhi prosedur dan persyaratan sebagaimana yang telah
diatur. Tenaga kerja asing itu merupakan penambah devisa bagi negara, dan dapat memacu
semangat tenaga kerja Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya, agar
dapat bersaing dengan tenaga kerja asing. Akan tetapi di balik dampak positif, ada begitu banyak
dampak negatif, karena seperti yang kita tahu, terkadang aturan itu tidak sesuai dengan
praktiknya. Contohnya, masih banyak oknum yang mencari keuntungan dengan menyeludupkan
tenaga kerja asing itu ke Indonesia. Memperkaya diri sendiri dan golongan tanpa tahu begitu
banyak anak bangsa yang kelaparan.

Kemana lagi harapan bangsa Indonesia ini bertumpu jika tidak pada pemimpin pemerintahannya.
Berharap perlindungan dengan sayap kejujuran yang teduh adalah hal yang dirindukan saat ini.
Dalam persoalan penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia, pemerintah diharapkan dapat lebih
teliti dan fokus agar tidak ada lagi tenaga kerja asing ilegal yang dapat mencari keuntungan di
Indone-sia, dimana keuntungan itu merupakan hak warga negara Indonesia.Jika masalah tenaga
kerja asing telah mampu diatasi pemerintah, maka persoalan perekonomian Indonesia pun lebih
dapat di kontrol dan dijaga kestabilitasannya

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

KESIMPULAN DAN SIKAP

Salah satu tugas pemerintah dalam menghadirkan dirinya untuk rakyat adalah dengan mampunya
pemerintah menghadirkan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya.sehingga angka pengangguran
dan kemiskinan dapat ditekan sebaik mungkin. Namun pada kenyataannya, pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang berbentuk Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2018 tentang
penggunaan tenaga kerja asing. Dimana kehadiran Kebijakan ini bertimpang tindih dengan
undang – undang lainnya. Serta dengan pengawasan kebijakan yang tidak begitu baik, sehingga
niat awal dibentuknya kebijakan perpres ini yang semula bertujuan untuk menyerap tenaga kerja
ahli yang kemudian akan berpengaruh pada tingkat investasi asing di Indonesia malah pada
kenyataannya tidak terkontrol sehingga banyaknya TKA yang masuk secara illegal ke Indonesia.

Hal ini tentunya menciderai hak masyarakat Indonesia, dimana peluang lapangan kerja buat
tenaga kerja dalam negeri malah diambil oleh TKA sehingga masyarakat Indonesia tetap saja
kesulitan dalam mencari pekerjaan.

Menaggapi permasalahan yang ada ini, BEM KM INSTITUT STIAMI yang juga sebagai
Koordinator Isu EKonomi BEM SI dengan tegas menyatakan sikap, sebagai beikut :

1. Mendesak Pemerintah untuk mencabut Perpres No 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan


Tenaga Kerja Asing
2. Mendesak Pemerintah untuk tetap fokus dalam menjamin ketersediaan lapangan
pekerjaan untuk Tenaga Kerja Dalam Negeri sebagai wujud penjaminan kesejakteraan
Rakyat Indonesia
3. Mendesak Pemerintah untuk menindak tegas para Tenaga Kerja Asing yang saat ini
banyak berkeliaran secara illegal diberbagai lapangan pekerjaan yang tersebar di berbagai
wilayah di Indonesia

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KM INSTITUT STIAMI
KOORDINATOR ISU EKONOMI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SELURUH INDONESIA
Jalan :PangkalanAsem Raya No. 55, CempakaPutih,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta

REFERENSI KAJIAN

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3955013/jokowi-terbitkan-perpres-atur-
tenaga-kerja-asing-di-ri

file:///C:/Users/Fajar/AppData/Local/Temp/372-1670-2-PB.pdf

https://daimca.com/2018/04/28/apa-yang-salah-dari-perpres-tentang-penggunaan-tenaga-
kerja-asing/

https://jurnalintelijen.net/2018/04/24/catatan-siang-perpres-20-tahun-2018/

https://mediaumat.news/menyoal-peraturan-presiden-perpres-nomor-20-tahun-2018-
rakyat-untung-atau-buntung/

https://www.harianhaluan.com/news/detail/60261/problematika-tenaga-kerja-asing-di-
indonesia

Tembusan : Email :kolaborasijuang.bemstiami@gmail.com


1. Arsip Contact Person : 081297160826

Anda mungkin juga menyukai