Anda di halaman 1dari 8

DIH, Jurnal Ilmu Hukum

Pebruari 2015, Vol. 11, No. 21, Hal. 25 - 32

PEMBANGUNAN HUKUM INVESTASI DALAM PENINGKATAN


PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

Suradiyanto
Dosen Fakultas Hukum
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Made Warka
Dosen Tetap Fakultas Hukum
Untag Surabaya

Abstrak

Penanaman modal suatu asing, sangat memepunyai peran yang penting, mengingat suatu
Negara yang maju masing membutuhkan penanaman modal, apalagi suatau Negara yang
sedang berkembang. Pemerintah Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia, menggali
potensi daerahnya masing-masing dalam rangka melakukan promosi-promosi, sehingga
akan dapat menarik gaerah penanaman modal dalam berinvestasi. Menindak lanjuti
keinginan tersebut, maka Pemerintah Kabupaten/Kota masing-masing mengeluarkan
Peraturan Daerah (disebut Perda), dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), tanpa melihat kepentingan masyarakat serta dampak lainnya, Sasaran peningkatan
PAD adalah masyarakat dan investor pada umumnya. atas kewenangan daerah
Kabupaten/Kota, akhirnya berlomba-lomba mengeluarkan peraturan daerah (Perda) tanpa
memperhitungkan aspek-aspek lainnya, yang dapat menghambat penanaman modal di
wilayahnya masing-masing. Antara lain peraturan daerah tentang retribusi parkir, retribusi
penerangan jalan dan perizinan bidang industri perdagangan dan penanaman modal.
Keywords: Pembangunan Hukum Investasi, Peningkatan Penanaman Modal

PENDAHULUAN yang masuk pada tahun 1995, sebanyak


39,891.6 miliar AS, dengan jumlah proyek
Masa Orde Baru dimulai dari tahun 1967
sebanyak 782 proyek. Kemudian, pada tahun
sampai dengan tahun 1997. Jumlah investasi
1997 mengalami penurunan sebesar 6,102.8
asing yang ditanamkan oleh investor asing,
miliar dolar AS. Pada tahun 1997 ini, jumlah
dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1997
investasi yang masuk sebanyak 33,788.8
sebanyak 190,631,7 miliar dollar AS dan
miliar dolar AS, dengan jumlah proyek
jumlah proyek yang dibiayainya sebanyak
sebanyak 781 proyek. Masa reformasi dimulai
5.699 proyek. Jumlah investasi asing yang
sejak 1998 sampai dengan sekarang jumlah
diinvestasikan oleh investor asing pada tahun
investasi domestik yang ditanamkan oleh
1967 sebesar 210,6 juta dolar AS, dengan
investor domestik sebanyak Rp. 416,17 triliun,
jumlah proyek sebanyak 13 proyek. Namun,
dan jumlah proyek yang dibiayainya sebanyak
dalam perkembangannya, jumlah investasi
2,025 proyek. Sementara itu, jumlah investasi
yang masuk ke Indonesia, dari tahun ke tahun
asing yang telah diinvestasikan oleh investor
mengalami peningkatan yang signifikan.
asing sebesar 117,87 miliar dolar AS dan
Investasi asing yang masuk ke Indonesia pada
jumlah proyek yang dibiayai sebanyak 10.686
masa Orde Baru, yang paling banyak, yaitu

25
Suradiyanto; Made Warka

proyek. Investasi asing maupun investasi biaya tinggi dan tidak ekonomis di samping
domestik yang diinvestasikan di Indonesia juga banyak menyita waktu, yang pada
mengalami penurunan yang sangat signifikan akhirnya akan melemahkan daya saing
dari tahun ke tahun. Pada tahun 1997, jumlah Indonesia di pasar global. Adalah sangat
investasi asing yang ditanamkan di Indonesia wajar, apabila kita segera membenahi hal
sebanyak 33,816 miliar dolar AS, dan jumlah tersebut agar tidak semakin tertinggal oleh
proyek yang dibiayainya sebanyak 783 negara-negara tetangga. Pemerintah harus
proyek. Sementara pada tahun 2006, jumlah dapat membangkitkan kepercayaan calon
investasi asing yang ditanamkan di Indonesia investor agar mau menanamkan modalnya di
sebanyak 4,69 miliar dolar AS, dan jumlah Indonesia.
proyek yang dibiayainya sebanyak 801 Kepercayaan itu, sangat didambakan ka-
proyek. Apabila membandingkan kedua data langan investor terutama investor asing. Di
itu, jelaslah bahwa investasi asing yang samping memulihkan kepercayaan tersebut,
ditanamkan oleh investor asing telah meng- pemerintah juga harus melengkapi infrastruk-
alami penurunan sebesar 29,126 miliar dolar tur. Karena, tersedianya infrastruktur juga
AS. Jumlah investasi domestik yang diinves- merupakan syarat terciptanya investasi. Hal
tasikan oleh investor domestik pada tahun lain yang juga tidak kalah penting adalah
1997 sebanyak Rp. 119.872 triliun, dan jumlah masalah hubungan industrial atau masalah
proyeknya sebanyak 717 proyek. Sementara perburuhan yang ternyata memiliki kualitas
itu, pada tahun 2006, jumlah investasi tinggi serta kepastian hukum yang melindungi
domestik yang ditanamkan di Indonesia seba- eksistensi para investor. Menurut Indah
nyak Rp. 20,79 triliun, dan jumlah proyek Fitriani dikemukakan bahwa:
yang dibiayainya sebanyak 145 proyek. Persoalan utama dalam perijinan yang
Apabila dibandingkan kedua data itu, jelaslah banyak dikeluhkan pelaku usaha biasanya
bahwa investasi domestik yang ditanamkan mengacu pada proses ekspor impor komoditas
oleh investor domestik telah mengalami barang, proses pengurusan legalitas usaha
penurunan sebesar Rp. 99.082 triliun.1 yang membutuhkan persyaratan yang sangat
Upaya penyempurnaan pembangunan banyak dengan prosedur berbelit-belit dan
hukum di bidang investasi merupakan birokratis sehingga memakan waktu yang
program hukum secara nasional, mengingat lama serta membutuhkan biaya yang tidak
hukum di bidang investasi bukan hanya sedikit. Tidak berhenti sampai di sana,
pekerjaan pemerintah tetapi seluruh peme- seringkali bentuk perijinan yang dihasilkan
rintah baik pusat maupun daerah memiliki tidak efisien karena banyaknya regulasi yang
tangggungjawab untuk bersama-sama mencip- tumpang tindih (overlapping) antara instansi
takan sebuah budaya hukum dan budaya pusat dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah
ekonomi yang bagus. Iklim investasi bukan (SKPD) dan tidak berlaku secara nasional.2
hanya menjamin keuntungan bagi pengusaha Membahas hal tersebut di atas dapat
serta keberlanjutan pembangunan negara ditarik benang merah bahwa pembangunan
tetapi lebih dari pada itu investasi harus hukum di bidang investasi merupakan hal
berdampak kepada masyarakat baik kualitas yang sangat rumit dan kompleks, visi sebagai
secara ekonomi, sosial serta budaya. bangsa yang besar dalam hal pemanfaatan
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, sumber daya alam serta sumber daya manusia
ingin menarik lebih banyak investor asing agar yang lebih manusiawi dan berkeadilan mutlak
menanamkan modalnya di Indonesia, maka memerlukan hukum yang terekontruksi
mata rantai birokrasi harus dipersingkat. dengan cita serta lembaga sehingga menjadi
Karena, panjangnya birokrasi akan menjadi
2
Indah Fitriani, Makalah Evaluasi Atas Hambatan
1
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Investasi, Universitas Indonesia, disampaikan Sebagai
Indonesia, Jakarta, Penerbit PT. Raja Grafindo Anggota Satuan Audit Internal, 26 Februari 2008, hlm
Persada, 2008, hlm.1-3. 5.

26
Pembangunan Hukum Investasi Dalam Peningkatan Penanaman Modal Di Indonesia

sebuah sistem hukum yang bagus dan berdaya HASIL PENELITIAN DAN
saing. Melatarbelakngi dari hal tersebut di PEMBAHASAN
atas maka Pembangunan Hukum Investasi
1. Bentuk Penyempurnaan Pembangunan
Dalam Peningkatan Penanaman Modal di
Hukum Investasi di Bidang Pencadang-
Indonesia diangkat sebagai judul penelitian
an dan Pemanfaatan Tanah
ini.
Setiap investor yang akan melakukan
Rumusan Masalah investasi di Indonesia akan diberikan kemu-
dahan. Salah satu kemudahan itu adalah kemu-
Berdasarkan uraian pada latar belakang dahan dalam pemberian pelayanan dan/atau
permasalahan tersebut di atas, maka perma- perizinan hak atas tanah. Tanah meliputi
salahan hukum (legal issues) yang dikemu- permukaan bumi yang ada di daratan dan
kakan sebagai berikut: permukaan bumi yang berada di bawah air,
1. Bagaimana bentuk penyempurnaan pem- termasuk air laut. Hak atas tanah adalah hak
bangunan hukum investasi di Indonesia atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang
yang sesuai dengan tatanan global? berbatas, berdimensi dua dengan ukuran
2. Apakah hambatan penyempurnaan pem- panjang dan lebar. Hak atas tanah dalam
bangunan hukum investasi dalam upaya UUPA dibagi menjadi:
pelaksanaan strategi peningkatan pena- a. Hak Milik;
naman modal di Indonesia? b. Hak Guna Usaha;
c. Hak Guna Bangunan;
METODE PENELITIAN d. Hak Pakai;
Penelitian ini merupakan penelitian hukum e. Hak Gadai;
normatif. Penelitian hukum normatif dilaku- f. Hak Usaha Bagi Hasil;
kan untuk mengidentifikasikan konsep dan g. Hak Menumpang;
asas-asas hukum yang digunakan untuk h. Hak Sewa dan lain-lain.4
mengatur perekonomian, khususnya yang Dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 25
digunakan sebagai kerangka dasar dalam Tahun 2007 tentang Penanaman Modal di-
pengaturan investasi. Penelitian hukum nor- tentukan bahwa investor diberikan hak untuk
matif dipergunakan untuk membangun suatu menggunakan hak atas tanah yang terdapat di
kontruksi hukum dalam hal penyempurnaan wilayah Indonesia. Hak atas tanah yang dapat
pembangunan hukum investasi dalam pening- digunakan oleh investor untuk kegiatan inves-
katan penanaman modal di Indonesia. tasinya adalah:
Menganalisis sebuah sistem hukum tidak- a. Hak Guna Usaha (HGU);
lah mudah, penggunaan logika hukum dalam b. Hak Guna Bangunan (HGB);
penelitian ini merupakan hal yang harus c. Hak Pakai.5
dilakukan, yaitu mengarahkan fokus penelitian
ini utamanya untuk menyusun diskripsi, Hak-hak atas tanah tersebut hanya dapat
kriteria tentang pengevaluasian suatu argumen diperbaharui setelah dilakukan evaluasi bahwa
yang benar tentang hukum, dalam hal ini tanahnya masih digunakan dan diusahakan
adalah peraturan perundang-undangan penye- dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan
lenggaraan sistem investasi. Dalam hubungan tujuan pemberian hak. Ketentuan Pasal 22 ayat
ini, digunakan logika deduktif. Logika deduk- (3) ini sejalan dengan fungsi sosial tanah
tif digunakan untuk menarik kesimpulan dari sebagaimana ketentuan Pasal 15 Undang-
hal yang bersifat umum menjadi kasus yang Undang Pokok Agraria, Undang-Undang
bersifat individual.3 Nomor 5 Tahun 1960 yaitu bahwa tanah harus

4
Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008, Op. Cit, hlm. 313
3 5
Poedjawijatna, Logika Filsafat Berfikir, Jakarta, Pasal 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
PT.Rineka Cipta, 2004, hlm. 35 tentang Penanaman Modal

27
Suradiyanto; Made Warka

dipelihara dengan baik agar bertambah kesu- tatanan global berpedoman pada Keputusan
burannya serta mencegah kerusakannya.6 Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Pada dasarnya tidak semua perusahaan Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam
penanaman modal dapat diberikan hak atas Rangka Penanaman Modal Asing (PMA) dan
tanah, sesuai dengan jangka waktu di atas, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
namun perusahaan penanaman modal yang melalui Sistem Pelayanan Satu Atap dan
dapat diberikan hak atas tanah harus meme- Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
nuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam tentang Penanaman Modal, dan instansi yang
Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 berwenang untuk mengkoordinasi pelaksanaan
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Ada investasi di Indonesia adalah Badan Koor-
lima persyaratan pemberian hak atas tanah, dinasi Penanaman Modal (BKPM). Pertim-
yang dapat diberikan dan diperpanjang di bangan ditunjuknya BKPM sebagai satu-
muka sekaligus untuk kegiatan penanaman satunya instansi pemerintah yang menangani
modal, yaitu penanaman modal: kegiatan penanaman modal dalam rangka
a. Yang dilakukan dalam jangka panjang dan PMA dan PMDN adalah dalam rangka
terkait dengan perubahan struktur meningkatkan efektivitas dalam menarik
perekonomian Indonesia yang lebih investor berinvestasi di Indonesia. Oleh karena
berdaya saing; itu, dengan adanya pelayanan satu atap,
b. Dengan tingkat risiko penanaman modal diharapkan nantinya pelayanan terhadap
yang memerlukan pengembalian modal investor akan menjadi lebih cepat dibanding-
dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kan pelaksanaan sebelumnya. Sistem Pela-
kegiatan penanaman modal yang dilakukan yanan Satu Atap dimaksudkan bahwa penye-
risiko pengembalian investasi lama; lenggaraan penanaman modal terdiri atas
c. Tidak memerlukan area yang luas; kebijakan dan perencanaan pengembangan
d. Menggunakan hak atas tanah Negara; dan penanaman modal, promosi dan kerja sama
e. Tidak mengganggu rasa keadilan penanaman modal, pelayanan persetujuan,
masyarakat dan tidak merugikan perizinan dan fasilitas penanaman modal,
kepentingan umum.7 pengendalian pelaksanaan penanaman modal,
dan pengelolaan sistem informasi penanaman
Pemberian fasilitas hak atas tanah ini
modal. Pelayanan persetujuan, perizinan dan
adalah dimaksudkan untuk memberikan kemu-
fasilitas penanaman modal dalam rangka PMA
dahan kepada para investor untuk menanam-
kan investasinya di Indonesia. Jangka waktu dan PMDN dilaksanakan oleh BKPM, ber-
dasarkan pelimpahan kewenangan dari
penggunaan hak atas tanah itu sungguh sangat
Menteri/Kepala Lembaga Non Departemen
lama. Ini bertentangan dengan jangka waktu
yang membina bidang-bidang usaha penana-
yang ditetapkan dalam Undang-Undang
man modal yang bersangkutan melalui sistem
Nomor 5 Tahun 1960 dan Peraturan Peme-
pelayanan satu atap.
rintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai Atas Tanah. Dalam kedua ketentuan itu 2. Hambatan atau Kendala Peningkatan
telah ditentukan jangka waktu penggunaan hak Penanaman Modal di Indonesia
atas tanah. Seiring dengan prinsip otonomi daerah,
Penyempurnaan pembangunan hukum penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
investasi di Indonesia yang sesuai dengan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta kepentingan dan aspirasi
6
Dhaniswara K. Hardjono, Hukum Penanaman Modal, yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu
Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang penyelenggaraan otonomi daerah juga harus
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, menjamin keserasian hubungan antara daerah
Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2007, hlm. 141
dengan daerah lainnya. Artinya daerah mampu
7
Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun untuk meningkatkan kesejahteraan bersama
2007 tentang Penanaman Modal dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal

28
Pembangunan Hukum Investasi Dalam Peningkatan Penanaman Modal Di Indonesia

yang tidak kalah pentingnya adalah otonomi Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelengga-
daerah juga harus mampu memelihara dan raan Penanaman Modal Dalam Rangka
menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap Penanaman Modal Asing dan Penanaman
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Modal Dalam Negeri Melalui Sistem Pela-
dalam rangka mewujudkan tujuan negara. yanan Satu Atap. Dalam Pasal 3 menyebutkan
Pemerintah Pusat dinilai tidak serius dalam pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas
memberikan otonomi kepada daerah, karena penanaman modal sebagaimana dimaksud
pemerintah pusat tidak memberikan pedoman dalam Pasal 2 huruf c dalam rangka Pena-
yang cukup kepada daerah untuk menjalankan naman Modal Asing (PMA) dan Penanaman
otonominya, namun sebaliknya hampir semua Modal Dalam Negeri (PMDN) dilaksanakan
pendapatan pemerintah daerah ditarik peme- oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal
rintah pusat. Upaya-upaya pemerintah daerah (BKPM), berdasarkan pelimpahan kewe-
untuk mempromosikan investasi tidak seban- nangan dari Menteri/Kepala Lembaga Peme-
ding dengan pendapatan yang diraih. Sebagian rintah Non Departemen yang membina
besar ditarik oleh pemerintah pusat. bidang-bidang usaha penanaman modal yang
Dalam perjalanan waktu terjadi perkem- bersangkutan melalui sistem pelayanan satu
bangan dimana berbagai peraturan perundang- atap. Yang berwenang menyelenggarakan
undangan yang semula dimaksudkan dapat penanaman modal baik penanaman modal
mengatur berbagai peristiwa dan hubungan- asing dan penanaman modal dalam negeri
hubungan dalam kegiatan ekonomi masya- adalah Badan Koordinator Penanaman Modal
rakat ternyata justru menciptakan ketidak- (BKPM), yang merupakan instansi pemerintah
jelasan dalam peraturan perundang-undangan, yang menangani kegiatan tersebut, atas
baik dalam hubungan vertikal maupun hori- kewenangannya dapat dilimpahkan kepada
sontal, khususnya dalam penanaman modal. Gubernur/Bupati/Walikota dan atas kewe-
Dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara nangannya inipun dapat melimpahkan kewe-
Investasi/Kepala Badan Koordinator Penana- nangan pelayanan persetujuan, perizinan dan
man Modal Nomor 37/SK/1999, maka terjadi fasilitas penanaman modal kepada Badan
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Perse- Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mela-
tujuan dan Fasilitas serta Perizinan Pelaksana- lui sistem pelayanan satu atap. Keputusan
an Penanaman Modal Kepada Gubernur Presiden tersebut kembali kepada asas sentra-
Kepala Daerah Provinsi. Pasal 2 menyebutkan lisasi artinya semua pelayanan perizinan,
dengan pelimpahan kewenangan dimaksud persetujuan, dan pemberian fasilitas dalam
dalam Pasal 1 ayat (1) dan ayat (3), maka penanaman modal asing dan penanaman
penerbitan Surat Persetujuan, Surat Perse- modal dalam negeri disentralkan pada peme-
tujuan Fasilitas dan Perizinan Pelaksanaan rintah pusat/Ketua BKPM.8
Penanaman Modal dapat dilakukan oleh Jadi atas kewenangannya terjadi ketidak-
Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM atau jelasan hukum di bidang investasi secara
Gubernur Kepala Daerah Provinsi, dalam hal vertikal, jika dikaitkan antara Keputusan
ini Ketua BKPMD sesuai dengan permohonan Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koor-
yang diajukan calon penanaman modal kepada dinasi Penanaman Modal Nomor 37/SK/1999
Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM atau tentang pelimpahan kewenangan pemberian
Ketua BKPMD. Jadi kewenangan ada pada persetujuan dan fasilitas serta perizinan pelak-
Pemerintah Daerah Provinsi atau Ketua sanaan penanaman modal kepada Gubernur
BKPMD. Di Jawa Timur dikenal dengan kepala daerah Provinsi dan asas yang diper-
Badan Penanaman Modal (BPM), hal ini lakukan adalah desentralisasi, hal ini sangatlah
menganut asas desentralisasi, yang sejiwa berlawanan dengan Keputusan Presiden
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun Nomor 29 Tahun 2004 tentang penyelengga-
2014 tentang Pemerintah Daerah. Tetapi,
Keputusan Menteri tersebut dikaitkan dengan 8
Made Warka, Ketidaksinkronan Hukum Menghambat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Investasi, Surabaya, Untag Press, 2007, hlm. 70

29
Suradiyanto; Made Warka

raan penanaman modal dalam rangka pena- dan Penanaman Modal Dalam Negeri
naman modal asing dan penanaman modal (PMDN) melalui Sistem Pelayanan Satu
dalam negeri melalui sistem pelayanan satu Atap. Bentuk rekonstruksi terhadap
atap, dan ini menganut asas sentralisasi karena undang-undang penaman modal adalah
yang berkewenangan dalam penanaman modal dengan diterbitkannya Undang-Undang
baik penanaman modal asing maupun pena- Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
naman modal dalam negeri, atas kewenangan Modal yang didalamnya mengatur tentang
pemerintah pusat dilaksanakan oleh Badan penanaman modal dalam negeri dan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Maka penanaman modal asing. Instansi yang
dalam mengatasi tersebut dengan kembali berwenang untuk mengkoordinasi pelak-
pada asas Lex Superior Derogat Lex Inferior sanaan investasi di Indonesia adalah Badan
artinya undang-undang yang berlaku lebih Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
tinggi mengesampingkan undang-undang yang Pertimbangan ditunjuknya BKPM sebagai
lebih rendah. Maka yang berlaku adalah satu-satunya instansi pemerintah yang me-
Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 nangani kegiatan penanaman modal dalam
tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal rangka PMA dan PMDN adalah dalam
dalam rangka penanaman modal asing dan rangka meningkatkan efektivitas dalam
penanaman modal dalam negeri melalui sistem menarik investor berinvestasi di Indonesia.
pelayanan satu atap. Oleh karena itu, dengan adanya pelayanan
Dalam setiap aktifitas usaha dikenakan satu atap, diharapkan nantinya pelayanan
pajak dan retribusi daerah dengan tujuan yang terhadap investor akan menjadi lebih cepat
semata-mata meningkatkan Pendapatan Asli dibandingkan pelaksanaan sebelumnya.
Daerah (PAD) di masing-masing daerah Sistem Pelayanan Satu Atap dimaksudkan
Kabupaten/Kota dalam pembangunan daerah bahwa penyelenggaraan penanaman modal
masing-masing, selain itu terjadi suatu per- terdiri atas kebijakan dan perencanaan
tentangan antara ketentuan-ketentuan daerah pengembangan penanaman modal, promosi
Kabupaten/Kota yang satu dengan ketentuan dan kerja sama penanaman modal, pela-
daerah Kabupaten/Kota lainnya. Hubungan yanan persetujuan, perizinan dan fasilitas
tersebut terjadi secara horizontal terjadi penanaman modal, pengendalian pelak-
ketidakjelasan kewenangan pada peraturan sanaan penanaman modal, dan pengelolaan
daerah Kabupaten/Kota yang sederajat sub- sistem informasi penanaman modal. Pela-
stansinya saling bertentangan. yanan persetujuan, perizinan dan fasilitas
penanaman modal dalam rangka PMA dan
KESIMPULAN PMDN dilaksanakan oleh BKPM, ber-
dasarkan pelimpahan kewenangan dari
Berdasarkan uraian dalam tersebut di atas,
Menteri/Kepala Lembaga Non Departemen
berikut disajikan kesimpulan yang merupakan
yang membina bidang-bidang usaha
jawaban terhadap permasalahan dalam
penanaman modal yang bersangkutan mela-
penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:
lui sistem pelayanan satu atap.
a. Bentuk penyempurnaan pembangunan
b. Seiring dengan prinsip otonomi daerah,
hukum investasi di Indonesia yang sesuai
penyelenggaraan otonomi daerah harus
dengan tatanan global dimulai dengan
selalu berorientasi pada peningkatan kese-
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967
jahteraan masyarakat serta kepentingan dan
tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968
Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
juga harus menjamin keserasian hubungan
(PMDN), yang kemudian dilanjutkan
antara daerah dengan daerah lainnya.
dengan diterbitkannya Keputusan Presiden
Artinya daerah mampu untuk meningkat-
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penye-
kan kesejahteraan bersama dan mencegah
lenggaraan Penanaman Modal Dalam
ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak
Rangka Penanaman Modal Asing (PMA)

30
Pembangunan Hukum Investasi Dalam Peningkatan Penanaman Modal Di Indonesia

kalah pentingnya adalah otonomi daerah DAFTAR BACAAN


juga harus mampu memelihara dan
menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap Dhaniswara K. Hardjono, Hukum Penanaman
tegaknya Negara Kesatuan Republik Modal, Tinjauan Terhadap Pemberlakuan
Indonesia dalam rangka mewujudkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tujuan negara. Pemberian kewenangan luas tentang Penanaman Modal, Jakarta, PT
akan mengalami kegagalan, apabila Peme- Rajagrafindo Persada, 2007.
rintah Kabupaten/Kota semata-mata ber- Indah Fitriani, Makalah Evaluasi Atas Ham-
lomba-lomba meningkatkan Pendapatan batan Investasi, Universitas Indonesia,
Asli Daerah (PAD), tanpa melihat dampak disampaikan Sebagai Anggota Satuan
lainnya, hal mana sering menimbulkan Audit Internal, 26 Februari 2008.
ketegangan-ketegangan dalam pengelolaan
daerahnya masing-masing. Yang menjadi Made Warka, Ketidaksinkronan Hukum
sasaran peningkatan PAD adalah masya- Menghambat Investasi, Surabaya, Untag
rakat dan investor pada umumnya Press, 2007.
Berdasar pada kewenangan yang dimiliki Poedjawijatna, Logika Filsafat Berfikir,
masing-masing pemerintah daerah Kabupa- Jakarta, PT.Rineka Cipta, 2004.
ten/Kota mengeluarkan Peraturan Daerah Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi
(Perda). Dalam rangka meningkatkan Penda- di Indonesia, Jakarta, Penerbit PT. Raja
patan Asli Daerah (PAD), seperti dalam Grafindo Persada, 2008.
penentuan pajak dan retribusi dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Pene-
khusus dalam kewenangan pemberian perse- litian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
tujuan dan fasilitas serta perizinan pelaksanaan Singkat, Jakarta, PT. Raja Grafindo
penanaman modal. Atas kewenangan daerah Persada, 2003.
Kabupaten/Kota masing-masing, maka peme- www.matanews.com/jakartaheadlines/mon,
rintah Kabupaten/Kota berlomba-lomba me- Januari, 26, 29, at.11.17/Iklim Investasi
ngeluarkan peraturan daerah (Perda) tanpa Indonesia.
memperhitungkan aspek-aspek lainnya, yang
dapat menghambat penanaman modal di
wilayahnya masing-masing. Seperti adanya
peraturan daerah yang mengatur tentang
retribusi parkir, retribusi penerangan jalan dan
perizinan bidang industri perdagangan dan
penanaman modal

31
Suradiyanto; Made Warka

32

Anda mungkin juga menyukai