ITS Undergraduate 14761 Paper1 1pdf PDF
ITS Undergraduate 14761 Paper1 1pdf PDF
DIAN KRISTIYANTI
NRP 3106.100.124
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi, DEA.
Ir. Dyah Iriani W, MSc.
0
PERENCANAAN LAPANGAN PENUMPUKAN PETI KEMAS
DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG
Abstrak
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang pada umumnya dan lapangan penumpukannya pada
khususnya memiliki peran strategis dalam menunjang kegiatan arus lalu lintas transportasi angkutan laut
dan sebagai penggerak dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah Timur. Setiap
tahun pertumbuhan arus barang terutama dan Indonesia Bagian petikemasnya baik domestik maupun
internasional di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang mengalami peningkatan melebihi kapasitas yang
ada. Adapun proyeksi produktivitas bongkar muat peti kemas tahun 2004-2009, baik untuk ekspor, full
import, dan empty import akan selalu meningkat.
Sehingga perlu adanya pengembangan areal lapangan penumpukan untuk menampung arus
overflow dari muatan petikemas yang tidak tertangani di Pelabuhan Tanjung Emas seluruhnya.
Berdasarkan konsep Denah Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
lokasi yang diusulkan adalah di Pantai Utara Semarang, dimana pengembangan yang akan dilakukan
diantaranya adalah Reklamasi lapangan penumpukan seluas 5250 m2.
Namun permasalahan muncul dalam perencanaan ini.Yaitu kondisi tanah Semarang yang jelek
apalagi tanah terletak di laut dan kondisi gelombang yang besar dari Barat Laut.Hingga benar-benar
diperlukan perencanaan yang betul dengan dilakukan perbaikan tanahnya terlebih dahulu agar tidak
terjadi kegagalan struktur yang berakibat fatal.
Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mendapatkan desain Lapangan Penumpukan
Peti Kemas di Terminal Peti Kemas, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang kuat, stabil, dan
ekonomis agar perdagangan dan industri dapat berjalan aman, nyaman, lancar, cepat, efektif dan efisien.
Selain itu desain yang direncanakan tersebut bisa dilaksanakan di lapangan dan dengan biaya yang
optimum.
Dan berdasar analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa dengan luas lahan 105 m x 50 m
hanya dapat dilakukan pengembangan berupa satu blok peti kemas saja dengan pergerakan peti kemas
dan alat yang digunakan mengikuti kondisi eksisting.
Sedang untuk reklamasinya digunakan material timbunan dengan nilai sat 1.8 t/m³, nilai C nol,
dan sudut geser tanah 33º.Karena reklamasi dilakukan pada tanah dasar yang jelek maka dilakukanlah
perbaikan dengan menggunakan PVD dengan preload and surcharge.Adapun PVD yang digunakan
berdimensi 0.3 cm x 10 cm dipasang dengan spasi 1.5 meter dengan kedalaman -21.15 m LWS dengan
formasi segitiga.
Dan yang terakhir untuk perkerasan, area dibagi menjadi 3area.Area lapangan penumpukan, area
jalur RTGC, dan area lintasan chassis.Perencanaan berdasarkan Standard British Port Association,
1982 : The Structural Design of Heavy Duty Pavements for Ports and Other Industries.Untuk lapisan
surface digunakan flexible pavement menggunakan paving block berdimensi 20 cm x 10 cm x 10
cm.Sedang untuk desain lapisan base dan sub-base nya didesain berbeda untuk masing-masing area
sesuai tingkat kekritisannya.
1
BAB I yang sangat jelek (data terlampir) dan kondisi
PENDAHULUAN gelombang yang ada menjadi tantangan tersendiri
dalam perencanaan detailnya agar dapat diperoleh
perencanaan lapangan penumpukan yang kuat, stabil,
1.1 Latar Belakang dan ekonomis.Dan detail desain perencanaan
perluasan lapangan penumpukan inilah yang akan
Di masa kini dan mendatang, kontribusi kawasan dijadikan penulis sebagai bahan Tugas Akhir.
Jawa Tengah menjadi daerah yang sangat potensial
bagi para investor, artinya pertumbuhan industri dan
perdagangan akan makin ramai baik pada skala
nasional maupun internasional.Letak Jawa Tengah
yang strategis telah menyebabkan kawasan ini sangat
penting untuk menghubungkan propinsi-propinsi di
pulau Jawa, sehingga pada titik inilah peranan
transportasi laut menjadi sangat vital.
Begitu pula hinterland Pelabuhan Tanjung Emas
mencapai wilayah cukup luas dan daerah yang
memiliki potensi ekonomi yang tinggi yaitu meliputi
sebagian besar propinsi Jawa Tengah, termasuk
Yogyakarta dan pelabuhan Banjarmasin.Ketiga Gambar 1.1 Kondisi Dermaga dan Lapangan
kawasan ini merupakan jantung perdagangan antar Penumpukan TPKS Semarang
pulau Jawa dengan beragam pulau di Indonesia dan (Sumber : www.tpks.pp3.co.id)
juga akses terpenting bagi perdagangan
internasional.Jadi keberadaan pelabuhan Semarang ini
sangat strategis dalam meningkatkan laju perdagangan
wilayah hinterland dan pada akhirnya juga menjadi
tumpuan peningkatan perekonomian wilayah.
Salah satu fasilitas andalan Pelabuhan Tanjung
Emas adalah Terminal Peti Kemas dengan lapangan
penumpukannya yang merupakan pusat handling peti
kemas.Lapangan penumpukan ini mempunyai peranan
yang sangat penting bagi proses bongkar muat
barang.Dimungkinkan bahwa lapangan penumpukan
ini akan mengalami perluasan bila arus barang selalu
mengalami peningkatan.
Bila dilihat dari kecenderungan arus barang
melalui pelabuhan, setiap tahunnya mengalami
peningkatan, utamanya adalah dalam bentuk kemasan
(kontainer). Adapun proyeksi produktivitas bongkar Gambar 1.2 Kondisi Dermaga dan Lapangan
muat peti kemas tahun 2004-2008, baik untuk ekspor, Penumpukan TPKS Semarang
full import, dan empty import akan selalu meningkat, (Sumber : www.tpks.pp3.co.id)
dari 355009 TEUs di tahun 2004, 353675 TEUs di
tahun 2005, 370108 TEUs di tahun 2006, 385095
TEUs di tahun 2007, 373644 TEUs di tahun 2008, dan
356461 TEUs di tahun2009 (Sumber : Dinas
Perencanaan dan Administrasi TPKS Semarang). 1.2 Rumusan Permasalahan
Kondisi dermaga dan lapangan penumpukan TPKS Kebutuhan akan perluasan lapangan penumpukan
Semarang dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan sebagai akibat dari peningkatan arus peti kemas
Gambar 1.2. sedangkan kondisi tanah yang ada sangat jelek apalagi
Melihat kecenderungan tersebut, perlu adanya tanah tersebut terletak di laut sehingga diperlukan soil
perencanaan perluasan lapangan penumpukan di improvement agar perencanaan detail benar untuk
Terminal Peti Kemas Semarang yang mampu menghindari kegagalan struktur.
menampung terhadap arus kontainer dan kebutuhan
optimal peralatan bongkar muat peti kemas.Dimana
kondisi lapangan penumpukan di Terminal Peti
1.3 Tujuan
Kemas Semarang saat ini yang mempunyai luas ±17 Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah diharapkan
Ha (Sumber : Dinas Perencanaan dan Administrasi mampu merencanakan lapangan penumpukan dengan
TPKS Semarang) akan diperluas lagi demi memenuhi baik dan tepat serta sebagai bahan masukan yang
arus barang kontainer yang terus meningkat. sangat berguna bagi perencanaan lapangan
Namun masalah lain muncul dalam perencanaan penumpukan yang lainnya.
perluasan lapangan penumpukan ini.Kondisi tanah
2
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam Tugas Akhir ini antara
lain :
Data yang digunakan adalah data sekunder.
Lay out yang digunakan adalah lay out yang
diusulkan oleh PT. PELINDO III.
Melakukan evaluasi terhadap layout lapangan
penumpukan tersebut.
Perencanaan yang dilakukan berupa reklamasi
pada area reklamasi (siteplan terlampir) yang
akan digunakan sebagai lapangan penumpukan
yang baru dan perkerasan pada lantai kerja
lapangan penumpukan yang telah direklamasi. Gambar 1.4 TPKS Pelabuhan Tanjung Emas
Tidak menghitung RAB. Semarang
Metode perbaikan tanah yang digunakan adalah (Sumber : www.googleearth.com)
Preloading and Surcharge dengan kombinasi
penggunaan PVD.
1.6 Metodologi
Metodologi Tugas Akhir sebagaimana Gambar
1.5 Lokasi 1.5.
3
1.6.2 Dasar Teori Teori settlement :
Berupa studi literatur, yaitu mempelajari dan Settlement
menjelaskan tentang teori-teori, konsep, perumusan, Immediate Settlement
peraturan, dan standar yang akan dipakai dalam Tugas Primary Consolidation Settlement (Scp)
Akhir ini. Penambahan tegangan pada tanah ( P) akibat
timbunan
Waktu konsolidasi
1.6.3 Pengumpulan dan Analisis Data Tinggi timbunan
Pengumpulan data, data yang digunakan Preloading and surcharge
merupakan data sekunder yang didapat dari instansi Teori vertikal drain :
terkait atau hasil survey dari pihak lain. Menentukan kedalaman PVD
Dan data yang akan dianalisis meliputi : Menentukan waktu konsolidasi
Data hidrooseanografi : Perhitungan kenaikan daya dukung tanah akibat
o Data pasang surut digunakan untuk menentukan penurunan yang terjadi
pedoman untuk mengetahui elevasi muka air Teori sliding :
tertinggi dan terendah. Perhitungan stabilitas terhadap Sliding
o Data arus laut digunakan untuk mengetahui Stabilitas terhadap Puncture
kecepatan arus laut. Stabilitas terhadap Sliding Rotasional
Data topografi.
Data gelombang.
Data angin. 1.6.6 Perencanaan Perkerasan
Data bathymetri digunakan untuk mengetahui Pada perencanaan perkerasan dalam Tugas
kedalaman dasar laut. Akhir ini, areal lapangan penumpukan yang ada perlu
Data tanah untuk perencanaan reklamasi dan dikelompokkan sesuai tipe peralatan atau kendaraan
perencanaan perkerasan. Sebab dari data tanah yang akan melewati, juga intensitas lalu
dapat diketahui parameternya sehingga tahu lintasnya.Dengan pembagian ini akan tampak
karakteristiknya dan dapat diketahui daya kebutuhan tebal struktur bawah jalan yang sedikit
dukungnya. Data tanah itu berupa data N-SPT. berbeda satu area dengan area lain, sehingga dapat
dipastikan kebutuhan optimal masing- masing area.
4
Kegunaan dari peta bathymetri adalah untuk Kegunaan dari data pasang surut adalah
mengetahui kedalaman tanah dasar laut diukur dari untuk melengkapi kebutuhan penggambaran peta
posisi 0.00 m LWS. bathymetri (peta kontur kedalaman laut), dan
Analisis Data mengetahui posisi muka air laut absolut terendah dan
Hasil pengukuran dapat diplot secara manual pola pasang surutnya.Selanjutnya posisi air surut
atau diolah menggunakan komputer.Selanjutnya terendah berdasar pola pasang surut setempat
hasilnya dituangkan pada kertas gambar dengan digunakan sebagai acuan untuk penetapan elevasi
ukuran kertas sesuai kebutuhan (A0 atau A1) dan peta kontur tanah dan elevasi seluruh bangunan, sehingga
dibuat dengan skala tertentu umumnya skala 1:1000 kondisi kedalamn perairan dan elevasi posisi kering
atau 1:500. dari struktur dan wilayah darat dapat ditentukan.
Garis - garis kontur peta pantai digambar Analisis Data
untuk tiap interval -0,5 sampai -1,0 m LWS.Adanya
Analisa data pasang surut umumnya
berbagai benda yang menghalangi atau benda
menggunakan metode Dodson yang disempurnakan
berbahaya di dasar laut juga perlu ditandai.
dengan metode Admiralty.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini data Komponen penting yang perlu diketahui
bathymetri diperoleh dari PT. Pelindo III dan sudah sebagai hasil analisis data pasang surut adalah :
berupa data olahan. - LWS = Low water Spring = merupakan hasil
perhitungan level muka air rata-rata
terendah(surut), sering disebut juga MLWS (mean
2.1.2 Pasang Surut low water surface).
Pasang surut terjadi terutama karena - MSL = Mean Sea Level = adalah elevasi rata-rata
pengaruh posisi Bumi terhadap Bulan dan Matahari, muka air pada kedudukan pertengahan antara muka
sedang pengaruh bintang dan planet lain relatif lebih air terendah dan tertinggi.
kecil.Pada saat Bulan mengitari Bumi pada garis - HWS = High Water Spring = adalah elevasi rata-
orbitnya berada dalam jarak yang paling dekat dengan rata muka air tertinggi(pasang), disebut juga
Bumi akan menimbulkan posisi air pasang (High MHWS (mean high water surface).
water Spring=HWS), sebaliknya pada posisi terjauh
Dalam penulisan Tugas Akhir ini data pasang
menimbulkan air surut (Low Water Spring = LWS).
surut diperoleh dari Tugas Akhir Rifan, 2003 dari
Rangkaian pola pergerakan muka air laut ini bersifat
sumber Master Plan Pelabuhan Tanjung Emas
berulang-ulang dimana antara saat pasang dan saat
Semarang, Jawa Tengah.
surut berlangsung harian. Bila terjadi 1 kali pasang
dan surut dalam sehari sehingga dalam satu periode
berlangsung sekitar 12 jam 50 menit disebut sebagai 2.1.3 Angin dan Gelombang
pasang harian tunggal (diurnal), sedang bila terjadi 2
Data dapat diperoleh dari stasiun meteorologi
kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari disebut
terdekat atau dari bandar udara terdekat, bila
pasang harian ganda (semi diurnal). Apabila berdasar
diperlukan pengukuran langsung dapat digunakan
pengamatan jangka panjang terjadi campuran antara
peralatan Anemometer dan asesorisnya yang disurvey
kejadian diurnal dengan semi diurnal maka pada
selama minimal setahun terus menerus.
lokasi tersebut terdapat pola pasang surut campuran
Anemometer ini dapat mengukur arah
(mixed) baik dengan didominasi semi diurnal maupun
sekaligus kecepatan angin, dan asesorisnya berupa
diurnal.
recorder dengan pena yang menoreh kertas grafik.
Pengaruh posisi matahari terjadi pada pola
Cara pemasangan alat adalah dengan memasang pada
pasang surut dalam satu siklus panjangnya yang
posisi 10 meter diatas permukaan laut, dan dipasang
terjadi 1 bulan sekali atau 30 hari. Pada posisi
sepanjang tahun
Bulan ditengah antara Bumi dan matahari akan
terjadinya rangkaian pasang dan surut yang Kegunaan data angin adalah untuk menyusun
perbedaannya besar disebut Spring tide, sedang pada analisis gelombang, mengetahui distribusi arah dan
posisi Bumi diantara Bulan dan matahari akan kecepatan angin tepat di rencana lokasi pelabuhan atau
menghasilkan Neap tide, periksa Gambar 2.1 untuk di wilayah survey.
melihat rangkaian kejadian pasang surut. Analisis Data
Data yang diperoleh sudah terklasifikasi
sehingga pengolahan lebih lanjut lebih
sederhana.Umumnya data dipilah berdasar statistik
distribusi kecepatan dan arah angin serta
prosentasenya, atau dikenal dengan ‘wind rose’.
Ditambahkan pula analisis terhadap musim yang
mencakup arah dan kecepatan serta frekuensi kejadian
Gambar 2.1 Posisi Bumi, Bulan, dan Matahari pada interval waktu tertentu.
yang Mempengaruhi Pasang Surut
(Sumber : Iriani, 2000)
5
Dalam penulisan Tugas Akhir ini data angin 2.2 Definisi Lapangan Penumpukan
dan gelombang diperoleh dari Tugas Akhir Rifan,
Container yard atau lapangan penumpukan
2003 dari sumber Master Plan Pelabuhan Tanjung
adalah lapangan penumpukan peti kemas yang berisi
Emas Semarang, Jawa Tengah.
muatan FCL ( Full Container Load, yaitu seluruh isi
peti kemas milik seorang pengirim atau penerima
2.1.4 Arus muatan ) dan peti kemas kosong yang akan
Arus terjadi oleh beberapa sebab meliputi dikapalkan.Lapangan ini berada di daratan dan
adanya perbedaan muka dasar tanah di bawah air, permukaannya harus diberi perkerasan untuk bisa
perbedaan level permukaan air, perbedaan kerapatan mendukung peralatan pengangkat / pengangkut dan
/densitas air, dan perbedaan suhu air. beban peti kemas.
6
Teori vertikal drain. Harus bersih dan bebas dari bahan organis dan
Teori sliding. kotoran.
Metode pelaksanaan. Diameter butiran maksimum = 20 mm.
Persentase material berdiameter halus (< 0.08 mm)
2.5.1 Analisis Parameter Tanah adalah lebih kecil dari 20%.
Analisa parameter tanah dilakukan untuk Mempunyai relative density (Dr) timbunan
membuat stratigrafi parameter tanah di daerah yang minimum = 80% untuk zone di atas muka air pasang
akan direklamasi.Dasar yang digunakan untuk dan minimum = 60% untuk zone di bawah muka air
membuat stratigrafi tanah yaitu dengan menggunakan pasang.
pendekatan statistik sederhana. Koefisien permeabilitas (k) minimum = 1 x 10-5
Pendekatan statistik yang digunakan dalam m/s.
mengambil keputusan adalah berdasarkan besar
coefisien variasi (CV) dari suatu distribusi nilai 2.5.3 Konsep Perhitungan Tanah Dasar
parameter tanah. Dalam perhitungan material tanah dasar, ada
Beberapa rumus statistik yang digunakan adalah dua kondisi yang harus diperhatikan, yaitu :
sebagai berikut (ITS, 1998) : Short Term Condition
n
Standar Deviasi = STD [2.5] [2.5] yang berada di atas muka air tanah, dipakai
Sedangkan
n 1 harga berat volume tanah humid ( h). Pada kondisi
STD ini, perubahan bentuk tanah terjadi pada kondisi
Koefisien Variasi = CV x100% [2.6] [2.6]
U volume konstan (ΔV=0) dan air memegang peran
Dimana distribusi sebaran suatu nilai dapat diterima yang penting dalam perilakunya (Δu≠0).
jika harga koefisien variasi dari sebaran tersebut Long Term Condition
antara 10 – 20 %. Jika nilai sebaran tersebut >20 % Untuk material cohesive (lempung) dan semua kasus
maka harus dilakukan pembagian layer kembali. (short dan long term) pada material non cohesive
Pembagian layer tanah didasarkan atas (pasir dan kerikil), digunakan hasil percobaan drained
korelasi SPT pada Tabel 2.1 berikut : (C', '). Perhitungan di sini dilakukan dengan
memakai harga-harga tegangan efektif (σ') dan berat
Tabel 2.1 Korelasi n-SPT dengan Karakteristik Tanah volume tanah efektif ( ') untuk yang berada di bawah
Lainnya (J.E Bowles, muka air tanah. Untuk yang berada di atas muka air
1984) tanah, dipakai harga berat volume kering ( d) untuk
pasir dan kerikil, serta h untuk lempung. Pada
kondisi ini, tegangan air pori konstan selama
pembebanan (Δu=0 atau u konstan ), sedangkan
ΔV≠0.
Dalam kasus consolidation settlement, fenomena
ini tergolong long term condition, sehingga dipakai
harga-harga efektif ( ' = sat- w dan σ' = σ-
u).Sedangkan kondisi immediate settlement adalah
tergolong fenomena short term.
(Sumber : Wahyudi H, 1999)
7
Immediate settlement (penurunan langsung) Sehingga perhitungan settlement ini bertambah rumit
Merupakan pemampatan yang diakibatkan oleh bila fenomena terjadinya bersamaan dengan fenomena
perubahan elastis tanah tanpa adanya perubahan kadar keruntuhan timbunan (sliding). Untuk memudahkan
air. Perhitungan pemampatan segera ini umumnya biasanya diabaikan atau dianggap sama dengan nol.
didasarkan pada pemampatan yang diturunkan dari Seandainya terjadi penurunan, maka perhitungan
teori elastisitas. dianggap sebagai akibat adanya sliding.
Consolidation settlement (penurunan akibat beban)
Penurunan total dari tanah berbutir halus yang jenuh 2.5.4.2 Immediate Settlement
air adalah jumlah dari penurunan segera dan Giroud (1973), menyajikan sebuah metode
penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi masih sederhana untuk menghitung besarnya immediate
dapat dibagi lagi menjadi penurunan akibat settlement (Si) rata-rata dari suatu timbunan :
konsolidasi primer dan penurunan akibat konsolidasi
sekunder. Besarnya amplitudo/penurunan tanah total
h
menurut Das (1985) adalah :
S i q i i [2.8]
Ei '
St Si Scp S cs Slat [2.7] [2.7]
dimana :
Si = immediate settlement.
dimana : St = total settlement q = tegangan yang bekerja pada permukaan
Si = immediate settlement tanah (surcharge).
Scp = consolidation primer settlement hi = tebal lapisan tanah i.
Merupakan hasil dari perubahan E’ = modulus Oedometrik pada lapisan i = σi/ε1
volume tanah jenuh air sebagai diperoleh dari tes konsolidasi. Korelasi
akibat keluarnya air yang antara modulus YOUNG dengan modulus
menempati pori-pori tanah. Oedometrik :
Scs = consolidation secondary
2 2
settlement E E ' 1 [2.9]
Merupakan akibat dari perubahan 1
plastis tanah. E = modulus elastisitas dari Young
Slat= settlement akibat pergerakan - Lempung lunak,
tanah arah lateral. E = 1380-3450 KN/m2,μ = 0,15-0,25
- Lempung keras,
Pada perhitungan perencanaan ini, jenis E = 5865 -13800 KN/m2,μ = 0,20-0,50
pemampatan (settlement) yang diperhitungkan adalah - Pasir lepas,
immediate settlement dan consolidation primer E =10350-27600 KN/m2,μ = 0,20-0,40
settlement. Adapun alasan untuk tidak - Pasir padat,
memperhitungkan settlement lainnya adalah sebagai E = 34500-69000KN/m2,μ = 0,25-0,45
berikut. dimana μ = koefisien poisson
Consolidation secondary settlement
1. Besarnya Scs adalah lebih kecil jika dibandingkan
dengan Si, Scp, ataupun Slat.
2. Proses secondary settlement berlangsung sangat
lama.
3. Menurut definisi klasik mekanika tanah, proses
konsolidasi sekunder mulai bekerja setelah
berakhirnya konsolidasi primer (t100) yang dalam
hal ini ditandai dengan tegangan air pori konstan
(ΔU = 0) atau dengan kata lain deformasi di sini
berlangsung dalam kondisi tegangan konstan.
Namun bila ditinjau dari skala mikrospik,
ditemukan bahwa konsolidasi sekunder sudah
dimulai sebelum proses konsolidasi primer
selesai. Sehingga apabila dilihat dari aspek
korelasi mikro-makro, besarnya konsolidasi
sekunder ini menjadi tidak jelas.
Lateral settlement
Yaitu penurunan tanah di bawah timbunan sebagai
akibat adanya pergerakan tanah arah horizontal. Gambar 2.2 Grafik Perhitungan Tegangan Vertikal
Belum ada perumusan yang tepat untuk menghitung dalam Tanah (Grafik Osterberg)
settlement akibat pergerakan tanah lateral ini. Pada (Sumber :Wahyudi H, 1997 )
umumnya settlement ini terjadi di zone tepi timbunan.
8
2.5.4.3 Primary Consolidation Settlement (Scp) tanah tersebut terkonsolidasi secara normal (Normaly
Dalam Das (1985), settlement akibat consolidation Soil-NC soil).
konsolidasi tanah dasar dapat dihitung dengan Harga Cc dapat diperoleh dari korelasi-
menggunakan Persamaan sebagai berikut : korelasi yang terdapat pada Wahyudi (1999), yaitu:
untuk tanah terkonsolidasi normal (NC Soil) Cc = 0,009 (WL – 13)
(Biarez dan Favre) [2.13]
C p ' o p
S ci c log H i [2.10]
Cc = 0,007 (WL – 7)
1 eo po' (Renolded Clay Skempton) [2.14]
Cc = 1,15 (e0 – 0,35)
[2.10] (All Clay) [2.15]
untuk tanah terkonsolidasi lebih (OC Soil) Cc = 0,30 (e0 – 0,27)
apabila : p0 p pc (Inorganic Cohesive Soil) [2.16]
Cc = 0,0115 WN
Cs p o' p (Organic Soil, Peats, dll) [2.17]
S ci log Hi [2.11.1] Cc = 0,009 (WL – 10)
1 eo p 0' (Normaly Consolidated Clay) [2.18]
Cc = 0,75 (e0 – 0,50)
apabila : p0 pc p0 p (Soils with Low Plasticity) [2.19]
Cc = 0,156 (e0–0,0107)
(All Clays) [2.20]
C p' c C p' p
Sci s log ' c log o ' Hi [2.11.2] Cc = 0,50 Ip Gs [2.21]
1 eo po 1 e0 pc
dimana : WL = batas cair (%)
WN = kadar air natural lapangan
eo = angka pori awal lapangan
dimana :
Gs = specific gravity
Sci : pemampatan konsolidasi pada lapisan
tanah yang ditinjau, lapisan ke-i
Untuk nilai swelling index (Cs), menurut Wahyudi
Hi : tebal lapisan tanah ke-i
(1997) dapat diperoleh dari :
eo : angka pori awal dari lapisan tanah ke-i
Cc : indeks kompresi dari lapisan ke-i
Cs = 1/5 s.d 1/10 Cc [2.22]
Cs : indeks mengembang dari lapisan ke-i
Po’ : tekanan tanah vertikal efektif dari
suatu titik di tengah-tengah lapisan ke-
i akibat beban tanah sendiri di atas 2.5.4.4 Penambahan Tegangan pada Tanah (ΔP)
titik tersebut di lapangan (efektif Akibat Timbunan
overburden pressure) Beban luar yang bekerja di atas permukaan
Pc’ : efektif past overburden pressure, tanah akan mengakibatkan lapisan tanah di bawah
tegangan konsolidasi efektif di masa timbunan mengalami penambahan tegangan sebesar
lampau. ΔP. ΔP ini didistribusikan oleh massa tanah dimana
Keterangan tambahan : semakin dalam lapisan suatu tanah akan menerima
- tanah lunak di Indonesia umunya pengaruh ΔP yang semakin kecil.
dapat dianggap Besar penambahan tegangan ΔP untuk suatu
sebagai tanah agak terkonsolidasi beban luar yang berupa beban timbunan dapat
lebih, dengan harga : ditentukan dengan menurunkan persamaan Boussinesq
Pc = Po’ + f untuk beban trapesium.
[2.12]
F = fluktuasi terbesar muka air Besarnya ΔP pada kedalaman z adalah
tanah, dengan harga ΔP = Iz x q0n [2.23]
fluktuasi muka air tanah, q0 = H x timbunan [2.24]
Δp = penambahan tegangan dimana : Iz =faktor pengaruh yang merupakan fungsi
vertikal i titik yang ditinjau dari kedalaman z dan ukuran timbunan
(di tengah-tengah lapisan ke- a dan b.
i) akibat penambahan beban. q0 = beban timbunan.
H = tinggi timbunan.
Dengan melihat data tanah SPT pada
lampiran terlihat bahwa tanah di daerah zona Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menentukan
reklamasi dominan very soft clay, medium, dan stiff, faktor pengaruh I, yaitu :
sehingga dapat dipastikan bahwa tegangan overburden 1. Dengan bantuan Grafik Osterberg (Gambar 2.2)
pada saat ini adalah tegangan maksimum yang pernah Pada Gambar 2.2 terdapat nilai perbandingan
diterima oleh tanah tersebut atau dapat dikatakan terhadap kedalaman tanah yang ditinjau (z), yaitu
a/z dan b/z. Dimana nilai a adalah nilai lebar
9
kemiringan talud, sedangkan nilai b adalah nilai Cara menggunakan grafik tersebut adalah sebagai
lebar talud itu sendiri. berikut:
2. Dengan bantuan persamaan dalam Das Harga H (Hdr) yang telah diketahui sebelumnya
(1990).(Gambar 2.3) diplotkan pada koordinat horisontal (arah-x paling
kanan) kemudian dari titik tersebut ditarik garis
I= (1/π x [{(B1+B2)/B2}(α1+α2)}-B1/B2(α2)] [2.25] [2.25] ke atas sampai memotong garis derajat
vertikal
konsolidasi (U%) yang diinginkan. Setelah itu, dari
dimana : titik potong tersebut ditarik garis horisontal ke kiri
sampai memotong garis vertikal Cv yang sebelumnya
α1 = tan-1 {(B1+B2)/z} - tan-1 (B1/z)
telah diplotkan dan ditarik garis vertikal ke atas. Titik
(radian) [2.26] [2.26]
perpotongan itu kemudian dibaca kearah koordinat Y
bagian kiri (yang merupakan harga t (lama waktu
α2 = tan-1 (B1/z) (radian) [2.27] [2.27]
konsolidasi)).
B1 = ½ lebar timbunan Parameter Tanah untuk Lamanya Penurunan
B2 =panjang proyeksi horisontal kemiringan Konsolidasi
1.Faktor Waktu
timbunan Faktor waktu (Tv) merupakan fungsi dari derajat
konsolidasi (U%) dan bentuk dari distribusi
tegangan air pori (u) di dalam tanah (aliran satu
Karena nilai I ditinjau di tengah-tengah dari arah atau dua arah).
lebar timbunan, maka untuk timbunan yang simetris Untuk tegangan air pori yang homogen hubungan
nilai I yang diperoleh harus dikalikan 2 kalinya. Tv dan U seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tv H dr
2
t [2.28] [2.28]
Cv
Lamanya penurunan (t) tersebut diatas dapat pula
dicari berdasarkan cara grafis pada Gambar 2.3 yang
disajikan oleh J.P BRU (1983) di buku Wahyudi
(1997).
Catatan : mois = bulan
ans = tahun
H yang dimaksud adalah Hdr
10
dimana H = tebal total lapisan compressible
Hi = tebal lapisan compressible lapisan-i
Cvi = harga Cv lapisan-i
Gambar 2.4 Korelasi Grafis antara Cv, t, u, dan Hdr (J.P 2.5.4.6 Tinggi Timbunan
BRU, 1983)
Tinggi timbunan ini dibedakan menjadi
(Sumber : Wahyudi H, 1997)
tinggi timbunan kritis, tinggi timbunan rencana dan
tinggi timbunan pada saat pelaksanaan. Adapun
penjelasan adalah sebagai berikut :
2.Panjang Aliran Drainage
Jika tebal lapisan compressible adalah H, maka Tinggi timbunan kritis
panjang aliran drainage adalah Hdr, dimana : Ketinggian kritis adalah tinggi maksimal dari
Hdr= ½ H, bila arah aliran air selama proses timbunan yang mampu didukung tanah dasar agar
konsolidasi adalah dua arah (ke atas dan ke tidak sliding. Tinggi timbunan ini di dapat melalui
bawah) analisa stabilitas dengan menggunakan program Bantu
Hdr= H, bila arah drainage adalah satu arah (ke komputer “stable”.
atas atau ke bawah). Hal ini terjadi bila di
atas atau di bawah lapisan compressible Tinggi timbunan rencana
merupakan lapisan yang kedap air. Ketingggian timbunan ini adalah tinggi final
dari permukaan tanah timbunan yang akan
3.Koefisien Konsolidasi Vertikal (Cv) direncanakan.
Koefisien konsolidasi vertikal (Cv) diperoleh dari
grafik korelasi antara besarnya penurunan tanah Tinggi timbunan pada saat pelaksanaan
dengan waktu (t) berdasarkan hasil konsolidasi Tinggi timbunan pada saat pelaksanaan fisik
oedometric test atau bisa juga menggunakan tabel tidaklah sama dengan tinggi timbunan rencana. Jadi
korelasi antar partikel tanah seperti pada tabel misalnya tinggi timbunan rencana adalah 3 meter,
korelasi yang terdapat pada Gambar 2.4. maka tinggi timbunan total pada saat pelaksanaan
penimbunan haruslah lebih tinggi lagi, yaitu dengan
Apabila lapisan tanah homogen dan mempunyai memperhatikan adanya penurunan tanah asli soil
beberapa nilai Cv, maka harga Cv yang digunakan settlement yang akan terjadi sebagai akibat adanya
dalam perencanaan adalah harga Cv rata-rata timbunan tersebut. Penentuan dari tinggi timbunan
(ABSI, 1965). final pada saat pelaksanaan fisik (dengan
memperhatikan adanya settlement), dapat dihitung
H [2.29] dengan (Mochtar, 2000) :
CVrata rata
H1 H 2 H
... i q final q[ H inisial S c sat S c sat w [2.30]
C v1 C v 2 C vi 2
9 q final ( Sc.( timb w sat timb ))
H inisial ]
timb [2.31]
H akhir i H awal i S ci [2.32]
11
2.5.4.7 Preloading dan Surcharge banyak. Preloading dengan sistem counter weight
Preloading dan Surcharge dengan beban seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.
bertahap
Preloading dan Surcharge secara bertahap
dilakukan ketika tanah dasar memiliki daya dukung
yang tidak cukup kuat. Pemberian beban yang tinggi
dan besar menyebabkan kelongsoran pada tanah Gambar 2.7 Pemberian Preloading secara Counter
tersebut. Pada preloading dengan beban bertahap, Weight
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian
timbunan rencana tergantung dari peningkatan daya Preloading dengan Vertical Drain
dukung tanah dasarnya. Penambahan beban setiap Sering dijumpai dalam perencanaan bahwa
lapisan beban preloading mengacu pada ketinggian preloading masih memerlukan waktu yang terlalu
yang masih mampu dipikul oleh tanah dasarnya agar lama (umumnya lebih dari 1 tahun) padahal proyek
tidak terjadi kelongsoran. tidak dapat menunggu selama itu. Untuk mempercepat
Penentuan penambahan tinggi timbunan pada konsolidasi, digunakan vertical drain. Cara ini
preloading sistem bertahap diuraikan sebagai berikut : diterapkan pada tanah dimana pemampatan terjadi
1. Menentukan besarnya tinggi timbunan kritis (Hcr), sebagian besar akibat konsolidasi primer (primary
yang mampu diterima oleh tanah dasar, consolidation).
menggunakan program stable. Vertical drain umumnya berupa tiang-tiang vertikal
2. Menentukan pentahapan penimbunan dengan yang mudah mengalirkan air (berwujud sand
memperhatikan drain/tiang pasir atau dari bahan geosintetis yang
a. kecepatan penimbunan di lapangan, misalnya : dikenal dengan "wick drain" atau juga dikenal sebagai
50 cm/minggu Prefabricated Vertical Drain (PVD) ). Tiang-tiang
b. tinggi timbunan rencana (H initial), bila H atau lubang-lubang tersebut "dipasang" di dalam tanah
initial < H kritis maka penimbunan dapat pada jarak tertentu sedemikian rupa sehingga
dilakukan setiap minggu tanpa penundaan. memperpendek jarak aliran drainase air pori (drainage
Tetapi bila H initial > H kritis path). Waktu yang diperlukan untuk mencapai derajat
dimana: ΔH = Hinitial-Hkritis maka penimbunan konsolidasi tertentu adalah fungsi dari tebal/panjang
harus diletakkan berdasarkan peningkatan lapisan aliran drainase (drainage path), yang akan
daya dukung lapisan tanah dasamya, dibahas lebih lanjut di subbab berikutnya.
kemungkinan dilakukan setiap minggu dengan
dibantu perkuatan tanah (misalnya dengan 2.5.5 Penggunaan Vertical Drain
bantuan bahan geotextile). Masalah utama dari adanya timbunan tinggi
3. Menghitung peningkatan daya dukung tanah adalah masalah konsolidasi atau penurunan pada tanah
(peningkatan Cu) lapisan tanah dasar akibat dasar.Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka
pemampatan. perlu adanya perencanaan perbaikan tanah dasar.
4. Menghitung H kritis baru (menggunakan program Penggunaan Vertikal Drain paling cocok atau sesuai
xstabl) dengan memasukkan harga Cu yang baru, untuk perbaikan tanah lempung kelanauan atau jenis
bila H kritis baru terlalu kecil maka pentahapan tanah yang compressible.
penimbunan harus ditunda.
5. Menghitung kembali untuk mengecek apakah
2.5.5.1 Menentukan Kedalaman PVD
perhitungan settlement dan tahapan penimbunan
sudah sesuai.Preloading secara bertahap dapat Besar kedalaman PVD (Prevabricated
dilihat pada Gambar 2.6. Vertical Drain) terpasang yang diperlukan untuk
mengatasi penurunan akibat konsolidasi tanah, dalam
Lapisan 4 perencanaan ini dipasang sampai kedalaman tanah
Lapisan 3 compressible yaitu n-SPT = 0-20 (lihat Gambar 2.8).
Lapisan 2
Lapisan 1
12
2.5.5.2 Menentukan Waktu Konsolidasi n2 3n 2 1
Penentuan waktu konsolidasi menurut Barron F n 2 2 ln n 2
[2.36]
(1948) dengan teori aliran pasir vertikal, n 1 4n
menggunakan asumsi teori terzagi tentang konsolidasi
linier satu dimensi. atau
n2 1
D 2
1 F n 2 2 ln n 3 / 4 2 [2.37]
t .F n . ln [2.33] [2.33] n 1 [2.30] 4n
8.Ch 1 Uh
dimana : t = waktu untuk menyelesaikan dimana : n = D/dw [2.38]
konsolidasi primer dw = diameter equifalen dari vertikal
D = diameter ekivalen dari lingkaran drain
tanah yang merupakan daerah
pengaruh dari PVD pada umumnya n > 20 sehingga dapat dianggap 1/n =
0 dan
dw
a b [2.42]
s s 0.866 S 2 ]
s s
2 .a b [2.43]
dw
s s 0.866 S
s s
BAND SHAPED PV DRAIN b
s a
0.866 S
13
F(n) =faktor hambatan disebabkan karena
jarak antara PVD Harga U v dicari dengan rumus (Casagrande( 1938)
Fr = faktor hambatan akibat gangguan pada dan Taylor(1948)) :
PVD sendiri
Fs = faktor hambatan tanah yang terganggu
disturbed [2.47]
Untuk Tv antara 0 s/d 60 % U v = 2 Tv x100% [2.47]
Uh = derajat konsolidasi tanah (arah
horisontal)
Harga Fr merupakan faktor tahanan akibat Untuk Tv > 60% U v = (100 - 10a )% [2.48]
adanya gangguan pada PVD sendiri dan dirumuskan
sebagai berikut (Hansbo, 1979) :
[2.41]
kh dimana : a = 1.781 Tv [2.49]
Fr .z.( L z ). [2.44] 0.933
qw
π = 3.14
dimana :
L = panjang drain Derajat konsolidasi rata-rata U dapat dicari
Kh = koefisien permeabilitas arah horisontal
dengan perumusan dari Carillo (dalam Mochtar, 2000)
dalam tanah yang tidak terganggu
:
(undisturbed)
qw = discharge capacity (kapasitas
discharge) dari drain (tergantung dari
jenis PVD-nya)
U
[2.50]= [1-(1 - U h)(1 - U v )]x100% [2.50]
D2 1
t .2.F (n) . ln [2.46]
8.Ch 1 Uh
dimana :
t = waktu yang diperlukan untuk
Gambar 2.11 Grafik Korelasi untuk Mencari
mencapai U h Diameter dan Jarak antar PVD (LCPC,
D = diameter lingkaran 1981 dalam Wahyudi, 1997)
F(n) = faktor hambatan disebabkan karena
jarak antara PVD Cara menggunakan grafik tersebut adalah sebagai
Ch = koefisien konsolidasi tanah horisontal berikut :
Langkah pertama yang dilakukan adalah
Uh = derajat konsolidasi tanah (arah mengeplot harga Ch (Cr) dalam grafik, kemudian dari
horisontal) titik tersebut tarik garis ke arah kanan sampai
memotong waktu tunggu yang diinginkan. Kemudian
tarik kembali garis dari titik tersebut ke bawah
14
sampai memotong derajat konsolidasi arah horisontal kh
(Uh) yang telah dihitung sebelumnya. Langkah - = 3,0 to 15 varved clays and other
terakhir adalah membuat garis horisontal dari titik kv
perpotongan terakhir ke arah kiri sampai memotong deposits containing
diameter ekivalen PVD (d). Diameter pengaruh (D) embeded and more or
diperoleh dengan menarik garis vertikal kebawah dan less countinous
membaca skala yang tertera pada koordinat D permeable layers.
tersebut.
2.5.5.3 Perhitungan Kenaikan Daya Dukung
Parameter Ch diperoleh dari korelasi bawah ini. Tanah Akibat Penurunan yang Terjadi
kh
Ch = Cr = xCv [2.51] [2.51]Besarnya kenaikan daya dukung tanah dapat
kv dihitung dengan menghitung kenaikan kekuatan geser
undrained yang dapat dicari dengan menggunakan
Atau menggunakan persamaan :
persamaan (Mochtar, 2000) :
kh untuk
Ch = [2.52] [2.52]harga Plastisitas Indeks, PI tanah < 120 %.
mv x w Cu (kg/cm2) = 0.0737 + ( 0.1899 – 0.0016 PI ) σ P’
[2.53]
untuk harga Plastisitas Indeks, PI tanah > 120 %.
dimana : kh = koefisien permeabilitas Cu (kg/cm2) = 0.0737 + ( 0.0454 – 0.00004 PI ) σ P’
horisontal [2.54]
kv = koefisien permeabilitas vertikal
w = berat jenis air dimana : harga σ P’ dalam kg/cm2
U
mv = coefficient of volume change / P/
/
P o / . o/ [2.55]
kh o
secara umum nilai
kv
untuk soft clay adalah
/0 = tegangan overburden
sebagai berikut :
2.5.6 Perhitungan Stabilitas terhadap Sliding
kh
- = 1,2 + 0,2 no evidence of layering Di dalam melaksanakan penimbunan reklamasi,
kv tidak diperkenankan penimbunan dilakukan sekaligus.
(partially dried clay Apabila timbunan rekiamasi tersebut terlalu tinggi,
has completely maka akan muncul permasalahan baru, yaitu longsor
uniform appearence) atau sliding (lihat Gambar 2.12.a,b,c). Salah satu
kh solusi yang digunakan untuk mencegah agar timbunan
- = 1,0 to 1,5 no or only slightly itu tidak longsor adalah pelaksanaan penimbunan
kv tanah dilakukan secara bertahap. Untuk itu tinggi
developed macrofabric timbunan maksimum yang masih tergolong aman
(e.g : sedimentary terhadap sliding harus dicari.
clays with
discontinous lense and 2.5.6.1 Stabilitas terhadap Puncture
layer of more
permeable soil) Stabilitas terhadap Puncture pada prinsipnya
sama dengan perhitungan daya dukung pondasi
kh dangkal di kondisi short term (kondisi yang paling
- = 2,0 to 5,0 slight layering (e.g:
kv kritis). Faktor keamanan (F) untuk kasus di atas adalah
sedimentary clays with (Wahyudi. H,1997) :
occasional silt
dustings to random silt F
kekua tan penahan
2 .Cu [2.56]
lenses) kekua tan penggerak .H t
kh
- = 2,0 to 4,0 fairly well to well Bila timbunan reklamasi adalah relatif sangat
kv lebar bila dibandingkan dengan tebal lapisan
developed macrofabric compressible (Wahyudi. H,1997), maka :
(e.g : sedimentary
clays with Cu.Nc
discoventinous lenses F [2.57]
and layers of more .H t
permeable material)
15
, Ht = berat volume dan tinggi
timbunan reklamasi,
Cu = cohesi undrained (harus
dikoreksi dahulu dengan faktor
koreksi dari Bjerrum, 1973 : μ,
sehingga Cu design = μ.Cu
lapangan) (lihat Gambar 2.14)
Nc = koefisien daya dukung yang
tergantung dari B/h (Mandel
dan Salenςon, 1969), dengan :
B = lebar timbunan dan h tebal
compressible soil (lihat
Gambar 2.13)
Gambar 2.14 Koefisien Korelasi μ untuk Cu
Lapangan, Ip (Indeks Plastis) (Bjerrum, 1973)
(Sumber : Wahyudi H, 1997)
F
A R
.R
P.d
[2.58]
BC.C u .R
F 1,3 1,5 [2.59]
P.d
[2.59]
dengan :
BC = panjang bidang gelincir B s/d C di
compressible soil,
R = jari-jari bidang gelincir rupture sirkular,
P = jumlah atau resultante gaya penggerak
akibat timbunan,
d = jarak antara P dengan sumbu titik putar 0.
16
2.5.7 Berat Batuan dan Dimensi Tanggul sebagai 2.5.7.4 Elevasi Puncak Tanggul
shore protection Elevasi puncak breakwater terhadap LWS,
Tanggul ini digunakan untuk melindungi tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor :
reklamasi sehingga tidak lepas ke laut bebas akibat Pasang surut
serangan gelombang dan arus.Untuk menanggulangi Strom Surge Elevation
terjadinya scouring di kaki tanggul maka di kaki Wave Run-Up
tanggul di pasang berm.Sebelum itu di bawah atau di Daerah bebas
balik batu dipasang filtercloth berupa Geotextile non Settlement
woven sehingga air tetap bisa mengalir tetapi tidak
untuk material reklamasi.Untuk perhitungan tanggul Jadi elevasi puncak tanggul adalah
laut digunakan "Hudson Formula". merupakan penjumlahan harga-harga dari faktor-faktor
di atas.
2.5.7.1 Armour Layer
Bentuk Hudson Formula dalam buku
Wahyudi (1997) didapatkan untuk armour layer 2.5.8 Metode Pelaksanaan
adalah sebagai berikut : Urutan pelaksanaan reklamasi adalah sebagai
berikut :
.r.H s Pekerjaan persiapan
W [2.60] [2.60]Meliputi pekerjaan : perijinan lokasi baik
K D .D 3 .Cotg
lokasi reklamasi atau lokasi quarry, mobilisasi
peralatan, pemasangan rambu-rambu dan patok
dimana : batas areal reklamasi, rambu-rambu untuk posisi
W = berat Armour (ton) areal quarry pengerukan.
r = berat jenis Armour (2,50 ton/m3)
Hs = tinggi gelombang significant (m) A
KD = koefisien kerusakan, kerusakan yang dapat
diterima berkisar 0 - 5 %.
D = berat jenis relatif batu = (r-w) / w
w = berat jenis air iaut (1,025 ton/m3)
= sudut kemiringan tanggul
Pembersihan lapangan
2.5.7.3 Tebal Lapisan
Sebelum reklamasi dilaksanakan perairan
Tebal masing-masing lapisan dapat dihitung pantai perlu dibersihkan dari bahan-bahan
dengan perumusan Hudson dalam buku Wahyudi organik dan anorganik berupa sampah kota,
(1997)di bawah ini : bangkai pohon, kapal karang, dan lain
sebagainya.
W Pekerjaan pengerukan
t m.K . .1 / 3 [2.62] [2.62]
r Yaitu Trailing Suction Hopper Dredger
(TSHD), alat ini berfungsi mengeruk material
untuk lebih aman maka yang perlu diperhatikan adalah dari dasar laut.Sedangkan jika material berupa
tebal masing-masing lapisan minimum 2 kali diameter pasir lepas maka pengambilannya bisa langsung
batu dan berat jenis batu harus 2,5 ton/m'1. dengan sistem penyedotan.
17
Pemasangan tanggul bawah Pekerjaan penimbunan reklamasi
Sand bag (karung pasir) berupa karung PVC Merupakan kegiatan penuangan material ke
kapasitas 50 kg diisi penuh dengan pasir dan area yang akan direklamasi. Metode
ditata sepanjang perairan yang penuangannya menggunakan underwater fills,
ditentukan.Pemasangan awal dapat dilakukan yaitu suatu metode penimbunan di bawah air
berdasarkan area yang akan terlebih dahulu yang dapat dilakukan dengan metode hydraulic
direklamasi. Pemasukan pasir ke dalam karung atau dengan sistem membuang material
harus menggunakan mesin, sedangkan timbunan tersebut langsung di dalam air.
penempatannya di laut hanya dapat dilakukan
secara manual. Sand bag ini berguna untuk Pemasangan vertikal drain
melindungi material timbunan dari terjangan Vertikal drain dipasang untuk mempercepat
gelombang dan otomatis akan mengurangi jalannya air tanah untuk keluar ke permukaan.
pencemaran laut. Lembaran vertikal drain ditanam ke dalam tanah
dengan menggunakan alat pancang dilengkapi
dengan bentuk mender khusus.
2 Sand Bag
1
Vertikal
Drain
18
2.6 Perkerasan Lapangan Penumpukan
Pavement direncanakan untuk menyediakan
permukaan yang cukup kuat menahan beban lalu
lintas, landasan yang stabil - kuat - cukup halus dan
tahan terhadap segala cuaca. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut maka seluruh bagian struktur
perkerasan baik lapisan subgrade, base, dan
permukaan harus mampu menerima beban yang akan
diterima.
Gambar 2.21 Sebaran Beban pada Flexible Pavement
2.6.1 Tipe Perkerasan
Terdapat dua jenis perkerasan, yaitu flexible
dan rigid (kaku).Flexible pavement terdiri dari lapisan
aspal permukaan relatif tipis diatas lapisan
aspal/bituminous base.Rigid pavement terdiri dari
lapisan beton.
Kedua jenis perkerasan harus didukung lapisan
base dari jenis tanah atau batuan yang stabil setebal
sekitar 60 cm dan lapisan tanah sub grade yang sudah
dipadatkan.
Perbedaannya adalah pada distribusi beban dari
permukaan ke lapisan di bawahnya.Pada lapisan
flexible penyebaran beban terpengaruh karakteristik
sistem lapisan di bawahnya. Gambar 2.22 Sebaran Beban pada Rigid Pavement
Sedang lapisan rigid dengan modulus elastisitas
tinggi akan menyebarkan tegangan akibat beban ke
2.6.2 Struktur Perkerasan di Pelabuhan
area yang lebih luas pada lapisan sub grade.Dan akibat
beban besar yang mampu ditanggung lapisan rigidnya Perbandingan jenis perkerasan :
sendiri maka terjadinya variasi kekuatan sub grade
tidak banyak memepengaruhi kekuatan struktur Tabel 2.3 Perbandingan Jenis Perkerasan
perkerasan ini (lihat Gambar 2.21 dan Gambar
2.22).
Lapisan perkerasan paling atas harus mampu
menahan abrasi dan dampak lalu lintas, perubahan
kondisi cuaca, kondisi lapisan tanah dan air di bawah
permukaan yang jelek dan berubah-ubah, dan
pengaruh merusak lain.
Kondisi perkerasan mengacu pada beberapa
faktor tersebut menjadikan adanya terminologi Tipe perkerasan : flexible pavement
klasifikasi perkerasan : "Heavy Duty Pavement", Jenis material permukaan paling tepat : Concrete
"Medium Duty Pavement", atau "Light Duty Block (Paving Block)
Pavement".
19