Anda di halaman 1dari 5

J. Sains Tek., Agustus 2004, Vol. 10, No.

Pengaruh Temperatur pada Korosi Baja (Steel) dalam Larutan


Elektrolit Mengandung Karbon Dioksida (CO2)

Simon Sembiring
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung
Jl. S. Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

Abstract

Studies of temperature influences of steel corrosion were performed in a carbon dioxide


(CO2) containing aqueous solution. The corrosion products (scales) forming on the steel
surface were identified by x-ray diffraction (XRD) analysis as FeCO3 and Fe3C. These
compound were found to increase with increasing temperature. The weight loss
increases with increasing exposure time, while the higher temperature of corrosion
process was higher corrosion product on the steel surface.

Keywords: Corrosion, x-ray Diffraction

Pendahuluan Boltzman dan PCO2 = Tekanan parsial


CO2.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi
terjadinya korosi, diantaranya ling- Persamaan 4 memungkinkan keterlibatan
kungan, campuran logam dll. Khususnya variabel-variabel lain seperti laju aliran
korosi pada besi di dalam larutan larutan, inhibitor, mikrostruktur baja.
elektrolit yang mengandung karbon Untuk mengamati pengaruh salah satu
dioksida sudah banyak diteliti secara variabel terhadap laju korosi, semua
komprehensif. De Waard and Milliams variabel lain dianggap konstan.
(1975) menyimpulkan bahwa mekanisme Persamaan 4 hanya berlaku bila korosi
korosi oleh karbon dioxida terjadi dengan dikontrol oleh produk korosi yang terjadi
cara katalis melalui reduksi asam pada permukaan baja dalam keadaan
karbonat (H2CO3) dan reaksi-transfer stabil. Hasil penelitian sebelumnya
muatan sebagai berikut1. menunjukkan bahwa temperatur korosi
yang berbeda menghasilkan reaksi anoda
Anoda : 2CO2 + 2H2O → 2H2CO3 (1) dan katoda berbeda5. Hal ini sudah
Katoda: HCO3- + 2e → H2 +CO3 (2) diamati bahwa Fe3C (iron carbide) bukan
Fe+2 + CO3- → FeCO3 (3) hasil dari proses korosi namun
merupakan produk (scale) yang berasal
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa dari baja sebagai katoda. Produk korosi
laju korosi meningkat dengan semakin yang dihasilkan oleh karbon dioksida
meningkatnya konsentrasi ion adalah FeCO3, yang kelarutannya
bikarbonat2,3. Beberapa persamaan sudah menurun dengan turunnya temperatur dan
dikembangkan secara empiris hubungan meningkat dengan kenaikan tekanan
antara laju korosi dengan tekanan partial CO26.
CO2, temperatur, dan pH larutan4,5 yang
dapat dituliskan dalam bentuk persamaan: Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
Laju Korosi: memperoleh gambaran pengaruh
temperatur tehadap korosi yang dapat
(R) = C pH1.33 PCO20.67 e-Q/kT (4) dimodifikasi untuk meningkatkan
dengan, C = Konsentrasi, Q = energi ketahanan baja terhadap korosi dan
aktivasi, T = suhu absolut, k = Konstanta pengaruhnya terhadap pembentukan
produk korosi (scales) pada permukaan

©2004 FMIPA Universitas Lampung 103


S. Sembiring, Pengaruh temperatur

baja yang terkorosi oleh karbon dioksida dalam furnace selama 2 jam. Baja yang
(CO2). telah mengalami pemanasan siap untuk
dimasukkan ke dalam reaktor yang berisi
Metode Penelitian larutan elektrolit dan karbon dioksida
dengan volume total 500 ml dengan
Proses Korosi waktu korosi 10 jam, 20 jam, 30 jam dan
40 jam. Larutan elektrolit yang digunakan
Bahan baja (steel) yang digunakan pada campuran 3% NaCl dan 100 mg/L
penelitian ini adalah baja dengan H2CO3. Penimbangan berat yang hilang
spesifikasi API X-52 (American dilakukan dengan menggunakan micro-
Petroleum Institute) dengan kadar besi balance yang memiliki ketelitian ± 10-4 g.
99,99 % berat. Perlakuan panas dengan
temperatur yang berbeda pada baja yang Karakterisasi
akan mengalami proses korosi dapat
dilihat pada Tabel 1. Ukuran dimensi baja Sampel baja yang telah mengalami proses
yang dipotong dengan electric discharge korosi dikeluarkan dari wadah dan siap
wire (EDW) adalah 20 mm panjang, 20 untuk dikarakterisasi untuk mengetahui
mm lebar dan 5 mm tebal. Sebelum struktur deposit yang terbentuk pada
proses korosi dilakukan maka terlebih permukaan sampel. Karakterisasi korosi
dahulu permukaan baja digosok (polish) dilakukan dengan metode x-ray
dengan kertas pasir ukuran 500 grit, diffraction (XRD), a Siemens D500
kemudian dicuci dengan etanol dan diffraktometer dengan kondisi seperti
dikeringkan. Baja siap untuk dipanaskan ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Perlakuan Panas terhadap Baja

Sampel Suhu Pemanasan (°°C) Suhu Proses korosi (°°C)


1 350 30
2 400 50
3 500 60
4 - 70

Table 2. Kondisi Karakterisasi Pola Diffraksi dengan XRD

Kategori Kondisi
Instrumen Siemens D-500
Radiasi Cu-anode tube [type Fk60-04 CU] pada 40 kV and 30 mA, dengan
panjang gelombang CuKα = 1.5418 Å,

Optik Incident beam divergence = 1°, Scatter slits divergence = 1°


Soller slits divergence = 1°
Detektor NaI detektor
Waktu 2θ = 20-70°
Step size, 0.04°
Pencacahan per step, 1detik

104 ©2004 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains Tek., Agustus 2004, Vol. 10, No. 2

Hasil dan Pembahasan mikrostruktur dengan terdeteksinya pro-


duk korosi FeCO3 (Gambar 3). Penga-
Kehilangan berat (weight loss) baja untuk matan ini menyimpulkan secara tidak
kondisi perlakuan panas meningkat langsung bahwa FeCO3 mengendap pada
dengan naiknya suhu pemanasan permukaan baja dalam keadaan belum
(Gambar 1a, 1b dan 2), mengindikasikan jenuh sehingga tidak mampu sebagai
bahwa besi yang terlarut merupakan pelindung terhadap korosi selanjutnya.
proses utama khususnya pada awal Perbedaan kehilangan berat semakin
periode waktu proses korosi selama 10 berbeda nyata dimulai pada awal priode
jam. Hasil ini menunjukkan bahwa waktu 20 hingga 40 jam proses korosi,
semakin tinggi suhu pemanasan baja dan kehilangan berat semakin meningkat
semakin menurun berat yang hilang. Pada dengan naiknya temperatur proses korosi.
periode waktu 20 jam berat yang hilang
semakin meningkat akibat pengaruh dari

(a)

(b)
Gambar 1. Kehilangan berat baja sebagai fungsi waktu pada temperatur proses korosi (a)30 °C
dan (b) 50 °C.

©2004 FMIPA Universitas Lampung 105


S. Sembiring, Pengaruh temperatur

Gambar 2. Kehilangan berat baja sebagai fungsi waktu pada temperatur proses korosi 60 °C

Gambar 3. XRD untuk baja yang terkorosi, CuKα α = 1.542 Å dengan temperatur proses korosi,
30 °C, 50 °C, 60 °C dan 70 °C. Dengan symbol F = Fe (besi), S = FeCO3 (siderite), C =
Fe3C (cementite) dan Ca = CaCO3 (calcite)

Gambar 3 menunjukkan hasil pola FeCO3 dan Fe3C meningkat dengan


struktur diffraksi sinar-x yang terbentuk naiknya temperatur. Pengendapan FeCO3
pada permukaan baja yang terkorosi terjadi akibat konsentrasi ion Fe dan ion
dengan variasi temperatur proses korosi CO3- melebihi batas kejenuhan secara
30 0C, 50 0C, 60 0C dan 70 0C. Struktur termodinamika. Hasil ekperimen ini
dari produk korosi yang terdeteksi adalah menunjukkan bahwa pada temperatur
besi (Fe), cementite (Fe3C), siderite yang lebih rendah, pengendapan
(FeCO3) dan calcite (CaCO3). Struktur memerlukan waktu yang lebih lama.
CaCO3 terbentuk berasal dari larutan Pengamatan ini didukung oleh hasil XRD,
yang digunakan. FeCO3 adalah produk bahwa produk korosi FeCO3 pada
korosi utama yang terjadi akibat interaksi temperatur 30 °C semakin rendah dan
ion Fe dengan ion CO3-, sementara Fe3C pada temperatur 70 ° C FeCO3 semakin
akibat terlarutnya Fe dan berinteraksi tinggi (Gambar 3).
dengan carbon (C) yang merupakan
bahan campuran baja. Produk korosi

106 ©2004 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains Tek., Agustus 2004, Vol. 10, No. 2

Kesimpulan Scales on Steels in a CO2-Saturated


NaCl Brine, Corrosion, 47, 122-127.
• Produk korosi yang terbentuk pada
permukaan baja adalah FeCO3 dan 4. Ogundele, G.I. and White, W.E. 1986.
Fe3C. Some Observations on Corrosion of
• Produk korosi yang terbentuk pada Carbon Steel in Aqueous Envi-
permukaan baja meningkat dengan ronments Containing Carbon Dioxide,
naiknya temperatur. Corrosion, 42, 71-78.
• Kehilangan berat meningkat dengan
naiknya suhu pemanasan baja. 5. Ikeda, A., Ueda, M., Mukai, S., 1985.
CO2 Behavior of Carbon and Cr
Daftar Pustaka Steels, in Advances in CO2
Corrosion, Vol 1, Houston, TX:
1. De Waard, C. and Milliams, D.E. NACE p.39.
1975. Carbonic Acid Corrosion of
Steel, Corrosion, 31, p177-181. 6. Hausler, R.H. 1985. Laboratory In-
vesti-gations of the CO2 Corrosion
2. Jasinski, R. 1987. Corrosion of N80- Mechanism as Applied to Hot Deep
Type Steel by CO2/Water Mixtures, Gas Wells, Corrosion-85, Annual
Corrosion, 43, p214-218. Conference and Corrosion Show -
National Association of Corrosion
3. Palacios, C.A. and Shadley, J.R. Engineers. Paper 47 (17 pages).
1991. Characteristics of Corrosion

©2004 FMIPA Universitas Lampung 107

Anda mungkin juga menyukai