PENDAHULUAN
yang diabsorpsi dari suatu produk obat dan tersedia pada site aksi. Studi ini
penting dilakukan untuk zat aktif yang telah disetujui oleh FDA. Hal ini
didasarkan bahwa FDA harus menyetujui keamanan dan efektivitas obat terlebih
tubuh termasuk pada mukosa saluran cerna atau dari tempat-tempat tertentu
dalam organ ke aliran darah atau sistem pembuluh limfe. Obat dari aliran darah
telah mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya. Oleh karena itu,
digunakan secara intravasal atau tidak langsung digunakan pada tapak kerjanya
(Mutschler, 1991).
golongan analgetik non narkotik. Obat ini bekerja pada sistem saraf pusat
benruk sediaan tunggal maupun kombinasi dengan obat lain salam sediaan obat
1
1.2 Tujuan percobaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan
2.1.1 Parasetamol
Sinonim : Asetaminofen
BM : 151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
2.2.1 Absorbsi
tubuh termasuk pada mukosa saluran cerna atau dari tempat-tempat tertentu
dalam organ ke aliran darah atau sistem pembuluh limfe. Obat dari aliran darah
telah mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya. Oleh karena itu,
3
digunakan secara intravasal atau tidak langsung digunakan pada tapak kerjanya
(Mutschler, 1991).
seperti absorbsi, distribusi, dan ekskresi tidak mungkin dapat terjadi tanpa suatu
bahwa semua membran sel tersusun dengan cara yang sama, yaitu satuan
menunjukkan bahwa struktur membran pada berbagai jaringan itu berbeda satu
Singer, membran terdiri dari pulau-pulau lipid dan protein yang saling terkait
atau melekat diatasnya dan membentuk mosaik. Protein yang terdapat pada
membran akan membentuk pori dalam lapisan rangkap lipid. Oleh karena itu
menerus yang dinamik dan tidak statik. Dalam penetrasi, terdapat dua struktur
membran yang secara kualitatif berbeda mendasar: pertama lapisan lipid untuk
pengambilan bahan-bahan yang bersifat lipofil, kedua; pori yang berisi penetrasi
Difusi pasif sesuai dengan hukum Fick bahwa transpor senyawa berbanding
dan koefisien difusi. Difusi pasif berbanding terbaling dengan tebal membran
dan tidak bisa dihambat oleh senyawa analog dan melalui blokade metabolisme.
4
peranan penting karena pengambilan bahan ke dalam organisme yang paling
larut dalam lemak dan senyawa yang terionisasi sempurna dengan bobot rendah
dalam bagian sel. Pada proses difusi ini, diperlukan suatu pembawa
terfasilitasi adalah afinitas dari zat yang ditranspor terhadap pembawa. Pada saat
setelah terjadi penetrasi, senyawa dilepaskan dari pembawanya. Pada sisi luar
ditranspor, yang disebut jyga sebagai substrat dan kompleks substrat pembawa.
Menurut pembentukan kompleks, terdapat gaya dorong pada sisi luar dan sisi
Difusi terfasilitasi dan difusi sederhana tidak dapat dihambat oleh racun
metabolisme karena di sini tidak ada energi yang dibutuhkan. 3) Transpor aktif.
Suatu senyawa harus mendaki gunung melalui membran yaitu melawan landaian
proses ini dapat dihambat secara kompetitif dengan senyawa yang struktur kimia
miripdan secara non kompetitif oleh racun metabolisme. Beberapa obat yang
berdekatan secara kimia, asama amino, berbagai gula, dan asam nukleat
terjadi pada pinositosis yaitu tetesan-tetesan airan kecil diambil dari saluran
cerna dan pada fagositosis yaitu pengambilan partikel padat dari saluran cerna.
5
Pada persorpsi bagian-bagian padat, seluruh sel, antar sel, yakni antara sel-sel
Hubungan antara dosis dan respon yang efektif tidak hanya dipengaruhi
oleh jumlah obat yang diberikan dan efek farmakologis obat, tetapi dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor ini didasarkan pada sifat fisik dan kimia
dari obat. Kurva level darah yang dicapai secara cepat maupun lambat
dipengaruhi oleh rute pemberian, bentuk sediaan, laju difusi, penetrasi dan
tahap awal untuk mencapai aksi onset, laju absorbsi, ketersediaan, dll yang
terjadi pada semua obat melalui berbagi rute pemberian kecuali pemberian
suposituria, implan dan suspensi intra muskular, akan ditemukan pada sistem
intrabena yang dapat masuk ke dalam sirkulasi sistemik dengan cepat. Setelah
6
proses disolusi terjadi, obat-obat akan berdifusi ke tempat penyerapan seperti
semua rute pemberian, obat harus melewati membran lipoid barier yang
ketersediaanhayati suatu zat aktif atau obat. Teknik-teknik yang berbeda yang
ini juga untuk membuktikan cara pelepasan dan laju pelepasan obat
(Devissaguet, 1993).
pelarutan dan memberikan penilaian yang salah. Selain volume cairan, pH dan
kekuatan ion cairan juga dapat berpengaruh. Hal tersebut berpengaruh pada
2.2.3 Parasetamol
golongan analgetik non narkotik. Obat ini bekerja pada sistem saraf pusat
7
prostaglandin. Parasetamol telah digunakan secara luas oleh masyarakat dalam
benruk sediaan tunggal maupun kombinasi dengan obat lain salam sediaan obat
flu. Namun, efek toksik yang mungkin terjadi juga tinggi yaitu menimbulkan
2011).
dalam pencernaan dimana kadar serum puncak diperoleh dalam 30-60 menit.
Waktu paruh kira-kira 2 jam. Pada dosis normal dapat bereaksi dengan gugus
sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis yang besar akan
dengan luas, maka perlu dikaji toksisitasnya. Pada dosis terapi, salah satu
membentuk asam merkapturi yang bersifat non toksik dan diekskresikan melalui
dan menjadi toksik untuk hati. Oleh karena itu, terapi untuk menstimulasi
8
2.2.3 Spektrofotometri Ultraviolet dan Tampak (Visibel)
tampak dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Jarak
linear pada satu titik ke titik disebelahnya pada gelombang yang berdekatan
panjang (L) yang dinyatakan dalam centimeter (cm). Frekuensi adalah jumlah
gelombang yang melewati suatu titik dalam saruan waktu. Dimensi frekuensi
adalah seper waktu dan satuan yang digunakan adalah perdetik (Gandjar, 2017).
senyawa. Pada spektroskopi UV dan Vis, diperoleh data dengan bentuk panuang
radiasi yang seberkas dikenakan pada larutan sampel. Radiasi yang diserap
intensitas sinar yang diserap dengan syarat tidak ada penyerap lainnya.
Intensitasi radiasi sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas
(Gandjar, 2017).
Sedangkan untuk mengukur jumlah atau banyak unsur yang diteliti untuk
9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
pengaduk, bola karet, benang wol, erlemeyer 250 ml (pyrex), gelas ukur, kapas,
labu tentukur 25 ml (iwaki pyrex), maat pipet, neraca analitik, pipet volume 2
alat bedah, sirkulator, serbet, spuit 3 mL, stopwatch, sumpit besi, tabung oksigen
3.2 Bahan
kelinci.
3.4 Prosedur
hingga 5000 ml
natrium hidroksida 0,2 N dan cukupkan dengan aquadest bebas CO2 hingga 5L
10
- Pembuatan larutan dapar fosfat pH 7,4
3.4.2 Pembuatan larutan paracetamol dalam dapar fosfat pH 5,8 dan 7,4
Diencerkan hngga 250 ml. Dipipet 20 ml dari LIB 1, diencerkan hingga 100 ml.
Dipipet masing-masing 1; 1,25; 1,5; 1,75; 2; 2,25; 2,5 ml dari LIB II, lalu
Kelici
dengan larutan dapar fosfat. Dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi
larutan obat paracetamol. Dialiri oksigen. Dipipet larutan yang ada di dalam
usus terbalik pada menit ke 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60 sebanyak 1 ml. Setiap
visible.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi Parasetamol pH 5,8
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 0,895
4 1,301
5 1,397
6 1,309
7 1,493
8 1,552
9 1,602
10 1,720
4.1.2 Data Hasil Absorpsi Parasetamol pada Usus Terbalik Kelinci (Dapar
Fosfat pH 5,8)
Waktu (menit) Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 -0.1707 0.136
5 0,1775 0.167
10 0,1011 0.161
20 0,2007 0.170
30 0,4302 0.190
40 0,2130 0.171
50 0,4151 0.189
60 0,5135 0.198
4.1.3 Data Hasil Absorpsi Parasetamol pada Usus Terbalik Kelinci (Dapar
Fosfat pH 7,4)
Waktu (menit) Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 0,0164 0.153
5 1,2550 0.264
10 1,3369 0.271
20 2,0607 0.336
30 3,1818 0.436
40 3,1327 0.432
50 5,6330 0.655
60 3,4413 0.459
4.2 Perhitungan
4.2.1 Kurva Kalibrasi Paracetamol dapar fosfat
a
XY ( X . Y ) / n
X 2 ( x ) 2 / n
21,42 − (49)(3,006/8)
=
371 − (49²/8)
3,0083
=
70,875
= 0,0424
12
Persamaan Regresi
y = ax + b
b = y-ax
b= 0,37575 - 0.0424 (6,125)
b= 0,11605
Jadi, persamaan regresi y = 0.0424 x + 0,11605
r
XY ( X . Y ) / n
( X 2 ( X ) / n)( Y ( Y )
2 2 2
/ n)
3,0083
=
3.4321
r = 0,8765
4.2.2 Konsentrasi
Absorpsi paracetamol pada usus terbalik kelinci (dapar fosfat pH 7,4)
Persamaan regresi; Y = 0.0424X + 0,11605
Menit 0
0,153 = 0.0424X + 0,11605
X = 0,8714 ppm
= 0,8714 x 10-3mg/ 10-3L
0,8714 mg/L
= = 0,0057 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 5
0,264 = 0.0424X + 0,11605
X = 3.4893 ppm
= 3.4893 x 10-3mg/ 10-3L
3.4893 mg/L
= = 0,0230 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 10
0,271 = 0.0424X + 0,11605
X = 3.6544 ppm
= 3.6544 x 10-3mg/ 10-3L
3.6544 mg/L
= = 0,0241 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 20
0,366 = 0.0424X + 0,11605
X = 5.1875 ppm
= 5.1875 x 10-3mg/ 10-3L
5.1875 mg/L
= = 0.0343 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 30
0,436 = 0.0424X + 0,11605
X = 7.5459 ppm
13
= 7.5459 x 10-3mg/ 10-3L
7.5459 mg/L
= = 0,0499 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 40
0,432 = 0.0424X + 0,11605
X = 7.4516 ppm
= 7.4516 x 10-3mg/ 10-3L
7.4516 mg/L
= = 0,0492 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 50
0,655 = 0,089390X + 0,151611
X = 12.7110 ppm
= 12.7110 x 10-3mg/ 10-3L
12.7110 mg/L
= = 0,08401 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 60
0,459 = 0.0424X + 0,11605
X = 8.0884 ppm
=8.0884 x 10-3mg/ 10-3L
8.0884 mg/L
= = 0.0535 mmol/L
151,16 gr/ mol
Konsentrasi Sisa Paracetamol Obat = 2 mmol/g (Dapar Fosfat pH 7,4)
Menit 5 = 2 – 0,0230 = 1,977 mmol/L
Menit 10 = 1,977 – 0,0241 = 1,9529 mmol/L
Menit 20 = 1,9529 - 0,0343 = 1.9186 mmol/L
Menit 30 = 1,9186 - 0,0449 = 1,8687 mmol/L
Menit 40 = 1.8687 - 0,0492= 1,8195 mmol/L
Menit 50 = 1,8195 - 0,0840 = 1,7355 mmol/L
Menit 60 = 1,7355 - 0,0535= 1,682 mmol/L
Absorpsi paracetamol pada usus terbalik kelinci (dapar fosfat pH 5,8)
Persamaan regresi; Y = 0,0057X – 0,13785
Menit 0
0.136 = 0,0057X – 0,13785
X = -0.3245 ppm
= -0.3245 x 10-3mg/ 10-3L
−0.3245 mg/L
= = 0,0021467mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 5
0.137 = 0,0057X – 0,13785
X = -0.1491 ppm
14
= -0.1491 x 10-3mg/ 10-3L
−0.1491 mg/L
= = 0,00098637mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 10
0.161 = 0,0057X – 0,13785
X = 4.0614 ppm
= 4.0614x 10-3mg/ 10-3L
4.0614 mg/L
= = 0,02686 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 20
0.170 = 0,0057X – 0,13785
X = 5.6403 ppm
= 5.6403 x 10-3mg/ 10-3L
5.6403 mg/L
= = 0,0373 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 30
0.190 = 0,0057X – 0,13785
X = 9.1491 ppm
9.1491 x 10-3mg/ 10-3L
9.1491 mg/L
= = 0,0605 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 40
0.171 = 0,0057X – 0,13785
X = 5.8157 ppm
= 5.8157 x 10-3mg/ 10-3L
5.8157 mg/L
= = 0,0384 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 50
0.189 = 0,0057X – 0,13785
X = 8.9736 ppm
= 8.9736 x 10-3mg/ 10-3L
8.9736 mg/L
= = 0,0593 mmol/L
151,16 gr/ mol
Menit 60
0.198 = 0,0057X – 0,13785
X = 10.5526 ppm
= 10.5526 x 10-3mg/ 10-3L
10.5526 mg/L
= = 0,0698 mmol/L
151,16 gr/ mol
15
Menit 10 = 1,9991 – 0,0263 = 1,9723 mmol/L
Menit 20 = 1,9723 – 0.0373 = 1,935 mmol/L
Menit 30 = 1,935 - 0,0605 = 1,8745 mmol/L
Menit 40 = 1,8745 - 0,0384 = 1,8361 mmol/L
Menit 50 = 1,8361- 0,009566 = 1.7768 mmol/L
Menit 60 = 1.7768 – 0.0698 = 1,707 mmol/L
4.3 Pembahasan
Absorbsi suatu obat merupakan suatu pengambilan obat dari permukaan
tubuh termasuk pada mukosa saluran cerna atau dari tempat-tempat tertentu
dalam organ ke aliran darah atau sistem pembuluh limfe. Obat dari aliran darah
telah mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya. Oleh karena itu,
digunakan secara intravasal atau tidak langsung digunakan pada tapak kerjanya
(Mutschler, 1991).
Dalam percobaan kali ini, dilakukan uji in vitro pada duodenum terbalik
kelinci dengan pengaruh lingkungan pH yang berbeda yaitu pH 7,4 dan 5,8
sangat berguna untuk mengestimasi first-pass metabolism dari obat dalam sel
epitel intestinal.
0,0424X + 0,11605.
halus terbalik kelinci dalam medium dapar fosfat dengan pH 5,8 dan pH 7,4.
16
Pada medium dapar fosfat pH 5,8 diperoleh konsenterasi paracetamol sisa
dapar fosfat pH 7,4 diperoleh sebesar 1,682 mmol/L. Dari hasil tersebut dapat
pH 5,8.
antara lain kelarutan obat. Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air,
laju pelarutan sering kali merupakan tahap yang paling lambat, oleh karena itu
Tahap yang paling lambat didalam suatu rangkaian proses kinetik disebut
laju degradasi antara lain pH, dapar, suhu, media reaksi dan adanya bahan
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
dibandingkan pH 5,8.
5.2 Saran
inframerah
18
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. (1992). Kumpulan Bacaan Wajib Mahasiswa Biofarmasi. Medan: USU
Press. Halaman 5
Naid, T., Kasim, S., Pakaya, M. (2011). Penetapan Kadar Parasetamol dalam
Tablet Kombinasi Parasetamol dengan Kofein Secara Spektrofotometri
UV-Visibel. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 15(2). Halaman 77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Flowsheet
-Larutan NaCl 0,9% fisiologis
Natrium Klorida
19
← Ditimbang sebanyak 45 gram
← Dilarutkan dalam air suling hingga 5000 ml
Larutan NaCl 0,9% fisiologis
Serbuk Paracetamol
20
←Dilarutkan sebanyak 0,24 gr dalam medium dapar
fosfat
←Dicukupkan dengan dapar fosfat sampai 800ml.
Larutan Obat Paracetamol
21
3. Labu Ukur 4. Pipet Tetes
5. Spuit 6. Spektrofotometer
22