(Dianjurkan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal Dengan Dengan Dosen Pembimbing Yosi.M. Wijaya, S.Kep,. Ners, M.S
(Dianjurkan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal Dengan Dengan Dosen Pembimbing Yosi.M. Wijaya, S.Kep,. Ners, M.S
Oleh :
30120115005
1.Pengertian
Jadi meningioma adalah tumor jinak yng terjadi pada meningen. Lokasi tumor
yang sering diantaranya pada area basis frontal (olfactorygroove), tuberculum sella,
sphenoid wing atau di area fossa posterior.
2.Anatomi Fisiologi
Duramater
Duramater adalah lapisan terluar dari tiga lapisan meninges yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang. Duramater terdiri dari dua lapis yaitu lapisan endosteal
(menyatu dengan tengkorak sebagai endostium) dan lapisan meningeal (duramater
yang sesungguhnya yang mudah dilepaskan dari tulang kepala).
Arachnoid
Struktur arachnoid mirip jaring laba-laba, tipis, dan transparan. Bentuk tersebut
memberikan efek bantalan pada sistem saraf pusat. Arachnoid terdiri dari jaringan
fibrosa, serabut kolagen. Arachnoid yang menutupi otak disebut arachnoidea
encephali, sedangkan arachnoid yang menutupi sumsum tulang belakang disebut
arachnoid spinalis. fungsi arachnoid ada dua. Yaitu sebagai alat bantu peredaran
cairan serebrospinal dan sebagai peredam otak dari guncangan
Piamater
Piamater (sering disebut piameter) adalah lapisan paling dalam dan paling halus dari
meninges yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Piamater yang berisi
cairan serebrospinal bersifat seperti bantal yang melindungi otak bersama dengan
lapisan meningeal lain. Kebanyakan tumor meningioma tumbuh dari arachnoid yang
dapat menekan piamater. Meningioma cenderung tumbuh perlahan-lahan dan
gejalanya mungkin akan muncul beberapa tahun setelah pembentukan awal tumor
tersebut.
Sphenoidalis
Klasifikasi Meningioma
1)Grade I: Meningioma tumbuh dengan lambat. Pada grade I, tumor tidak
menimbulkan gejala, pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI
secara periodic.
2)Grade II: Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang
lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.
Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
3)Grade III: Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma
malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari
1 % dari seluruh kejadian meningioma.
3.Etiologi
Trauma
Menurut penelitian oleh Philips (2002), resiko kejadian meningioma meningkat pada
klien dengan resiko kejadian meningioma. Pada beberapa kasus ada hubungan
langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga
disimpulkan bahwa penyebab timbulnya kanker tersebut adalah trauma.
Kehamilan
Meningioma, dapat timbul pada akhir kehamilan, hal ini dapat dijelaskan atas dasar
adanya hidrasi otak yang meningkat pada saat akhir kehamilan.
Radiasi Ionisasi
Proses neoplastik dan perkembangan tumor akibat paparan radiasi disebabkan oleh
perubahan produksi base-pair dan kerusakan DNA yang belum diperbaiki sebelum
replikasi DNA. Penelitian pada orang yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki menemukan bahwa terjadi peningkatan insiden meningioma yang
signifikan (Calvocoressi & Claus, 2010).
Genetik
Umumnya meningioma merupakan tumor sporadik yaitu tumor yang timbul pada
klien yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan penderita tumor otak jenis
apapun. Sindroma genetik turunan yang memicu perkembangan meningioma hanya
beberapa dan jarang. Meningioma sering dijumpai pada penderita dengan
Neurofibromatosis type 2 (NF2), yaitu kelainan gen autosomal dominan yang jarang
dan disebabkan oleh mutasi germline pada kromosom 22q12 (Smith, 2011).
Hormon
4.Patofisiologi
5.Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, semakin bertambah bila batuk atau
membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial: pandangan kabur, mual,
muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori
6. Gangguan alam perasaan
6.Komplikasi
a. Edema serebral
b. Syok hipovolemik
c. Hydrocephalus
d. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
e. Gangguan perfusi jaringan
7. Tes Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik
a.Foto polos
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos.
Diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi
sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran
pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai
darah ke tumor.
b.CT-Scan
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak
meningioma. Tampak gambran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum
kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogeny pada foto kontras.
Tumor juga memberikan gambaran komponen cystic dan kalsifikasi pada beberapa
kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan
cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.
c.MRI
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung
pada lokasi tumor berada.
d.Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e.Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
f.Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
8.Penatalaksanaan
Pembedahan
Kemoterapi
Angiografi preoperative
Rencana preoperatif
1.Pengkajian
a. Biodata klien Berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, NamaSuami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, TanggalPengkajian.
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, seperti adakah riwayat jatuh, atau
angota keluarga yang menderita meningioma.
d.Pemeriksaan Fisik
1)Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15,
disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif,
perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese. Nervus cranialis dapat
terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau
perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
2) Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga
terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa
berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi,
wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi
sputum pada jalan napas.
3)Blood
4) Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak
akibat tumor pada otak. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,
vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila
perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus
cranialis, maka dapat terjadi :
Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria, sehingga
kesulitan menelan.
5)Bladder
pada post craniotomy sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
6)Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia).
7)Bone
Pada klien dengan meningioma sering datang dalam keadaan parese,paraplegi. Pada
kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi
spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena
rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal
selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
2.Diagnosa Keperawatan
-Pre operasi
-Intra operasi
-Post Operasi
-Pre operasi
Kriteria hasil: Tanda vital stabil (TD: 120/80-140/90 mmHg, Nadi:60-100 x/mnt,
RR: 16-24x/mnt), tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK (pupil edema,muntah
proyektil, nyeri kepala ), orientasi baik.
Intervensi:
c)Pantau /catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar
GCS.
d)Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi terhadap
cahaya.
f)Pantau intake dan out put, turgor kulit dan membran mukosa.
Kriteria hasil: pola nafas efektif dibuktikan dengan status pernapasan, status ventilasi,
dan pernapasan tidak terganggu), GDA dalam batas normal (pH:7.35-7.45, PCO2:
35-45, HCO3: 21-26), tidak terjadi sianosis.
Intervensi:
b) Pantau dan catat kompetensi reflek gag/menelan dan kemampuan pasien untuk
melindungi jalan napas sendiri. Pasang jalan napas sesuai indikasi.
c)Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miirng sesuai indikasi.
d) Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif bila pasien sadar.
f)Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara tambahan
yang tidak normal misal: ronkhi, wheezing, krekel.
i)Berikan oksigen.
Kriteria Hasil :
Intervensi:
-Intra operasi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda syok akibat perdarahan yang berlebihan
Intervensi:
a)Siapkan kantong darah sesuai golongan darah pasien untuk transfusi klien
b) Siapkan suction pump atau kassa untuk menekan perdarahan agar perdarahan tidak
lebih banyak.
- Post Operasi
1)Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek
hormonal,distensi kandung kemih/abdomen.
Kriteria hasil :
Intervensi :
a)Kaji nyeri dengan PQRST, catat lokasi, karakteristik, beratnya skala (0-10).
b)Kontrol lingkungan yang dapat berkontribusi terhadap nyeri seperti suhu,suara, dll.
Tujuan : tidak terjadi infeksi dan tidak adanya tanda-tanda infeksi, suhu tubuh
Intervensi :
c)Pertahankan lingkungan aseptik dalam melakukan tindakan ganti balut luka post
operasi craniotomy.
d)Batasi pengunjung bila perlu.
4.Evaluasi
- Pre Operasi
3)Ansietas berkurang.
-Intra Operasi
1)Perdarahan minimal
-Post Operasi
1)Nyeri berkurang
1. Pengertian Craniotomy
Jadi, craniotomy adalah proses operasi untuk mengetahui adanya kerusakan otak dan
untuk mengetahui cara memperbaiki kerusakan pada otak.
2. Indikasi
3. Komplikasi
a.Edema cerebral
b.Syok Hipovolemik
c.Hydrocephalus
d.Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
e.Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan
ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan
tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini.
f.Infeksi-Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
memperhatikan aseptic dan antiseptic.
4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk membantu menentukan lokasi tumor yang tepat, sebuah deretan pengujian
dilakukan.
b.MRI membantu mendiagnosis tumor. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas Tumor
yang kecil, alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor
didalam batang otak dan daerah hipofisis.
5. Penatalaksanaan
https://edoc.site/laporan-pendahuluan-post-craniotomy-pdf-free.html