Anda di halaman 1dari 4

ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

A. Pengertian Elastisitas
Anda pasti pernah bermain karet gelang, ketika Anda menarik antara
ujung satu dengan ujung lain pada karet gelang tersebut kemudian
melepaskannya maka karet gelang akan kembali kebentuk semula. Begitu
juga ketika Anda menaiki sepeda motor, ketika melewati sebuah lubang atau
jalan yang tidak rata Anda tidak merasakan guncangan yang kuat. Hal ini
diakibatkan karena adanya shockbreaker (Gambar 1.1a) yang berfungsi
mengurangi guncangan sepeda motor sehingga pengguna tetap merasa
nyaman ketika berkendara. Shockbreaker akan segera kembali kebentuk Gambar 1.1a
semula sesaat setalah motor melewati jalan yang tidak rata. Benda atau bahan Shockbreaker pada
apabila bentuknya berubah ketika dikenai suatu gaya dan segera kembali sepeda motor
seperti semula bila gaya itu dihilangkan disebut benda elastis. Sementara itu,
benda yang apabila diberi gaya bentuknya berubah dan tetap bertahan
walaupun gaya dihilangkan disebut benda plastis atau benda tidak elastis,
contohnya plastisin, gelas plastik, dan kayu (Gambar 1.1b). Sifat elastis suatu
bahas disebut dengan elastisitas atau kelentingan.
Namun bagaimana jika gaya yang diberikan sangat besar misalnya
pada karet? Tentu karet tidak lagi kembali pada bentuk semula, akan tetapi
Gambar 1.1b
menjadi melar atau bahkan menjadi putus. Titik dimana gaya eksternal
Gelas plastik
menyebabkan bahan tidak lagi bersifat elastis disebut batas elastik atau batas
kelentingan. Sedangkan, titik ketika gaya eksternal menyebabkan bahan
patah disebut titik patah.

B. Tegangan, Regangan, dan Modulus Elastisitas


1. Tegangan
Pada Gambar 1.2a, seutas kawat dengan luas penampang 𝐴 mengalami
suatu gaya tarik F pada ujung-ujungnya. Akibat gaya tarik tersebut, kawat
mengalami tegangan tarik yang didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya
tarik F yang dialami kawat dengan luas penampangnya.
Gambar 1.2a
Tegangan diberi simbol 𝜎 (dibaca sigma). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
F
σ= (1.1)
A
Keterangan:
F : besar gaya tekan/tarik (N)
A : luas penampang (m2)
σ : tegangan (N/m2)
Tegangan pada suatu benda degan jenis yang sama akan berbeda jika benda tersebut memiliki
luas penampang yang berbeda. Benda yang memiliki luas penampang lebih kecil akan mendapatkan
tegangan yang besar, sedangkan benda yang memiliki luas penampang besar lebih besar akan
mendapatkan tegangan yang lebih kecil. Semakin besar gaya yang diberikan pada pegas, maka
semakin besar pula tegangannya.
2. Regangan
Regangan (𝜀) adalah perbandingan antara pertambahan
panjang batang dengan panjang mula-mula. Sebuah pegas memiliki
panjang awal x0 , kemudian diberi gaya sebesar F ke bawah
sehingga mengalami pertambahan panjang sebesar ∆x (Gambar
1.2b), maka regangan pada pegas tersebut secara matematis adalah,
∆x
ε= (1.2) Gambar 1.2b
x
Keterangan:
ε : regangan strain (tanpa satuan)
∆x : pertambahan panjang (m)
x : panjang mula-mula (m)
Semakin besar gaya yang diberikan untuk manarik pegas ,semakin besar tegangan yang dialami
pegas, artinya semakin besar pertambahan panjangnya sehingga semakin besar pula regangannya.

3. Modulus Elastisitas
Besarnya regangan yang terjadi akibat adanya tegangan pada suatu benda tergantung dari
besarnya gaya yang bekerja dan jenis bahan dari benda tersebut. Menurut Hooke, perbandingan antara
tegangan dan regangan suatu benda disebut modulus Young atau modulus elastisitas benda tersebut.
Secara matematis ditulis
F
σ A Fx
E= = = (1.3)
ε ∆x A∆x
x
Keterangan:
E : modulus Young (N/m2 atau Pascal)
Berikut adalah tabel modulus elastisitas berbagai jenis bahan.
Bahan Modulus Elastisitas
Aluminium 0,7 × 1011 𝑁/𝑚2
Kuningan 0,91 × 1011 𝑁/𝑚2
Tembaga 1,1 × 1011 𝑁/𝑚2
Gelas 0,55 × 1011 𝑁/𝑚2
Besi 0,91 × 1011 𝑁/𝑚2
Timah 0,16 × 1011 𝑁/𝑚2
Nikel 2,1 × 1011 𝑁/𝑚2
Baja 2 × 1011 𝑁/𝑚2
Tungsten 3,6 × 1011 𝑁/𝑚2

Semakin besar modulus elastisitas suatu bahan berarti semakin kuat suatu bahan untuk tidak
merenggang ketika mengalami tegangan. Dari tabel terlihat bahwa modulus elastisitas baja lebih besar
daripada aluminium, sehingga dapat dikatakan bahwa baja lebih kuat dari aluminium. Oleh karena itu
baja banyak digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan, misalnya pada pembuatan gedung dan
jembatan.
C. Hukum Hooke

Robert Hooke pada tahun 1666 mrngatakah bahwa jika gaya tarik tidak melampaui batas
elastisitas pegas, pertambahan panjang pegas akan berbanding lurus dengan gaya tariknya. Pernyataan
ini dikenal sebagai hukum Hooke. Secara matematis pernyataan diatas dapat ditulis
Fp = −k∆x (1.4)

Keterangan:
Fp : gaya pemulih (N)
Δx : penambahan panjang pegas (m)
K : konstanta pegas (N/m)

 Tanda negatif pada hukum Hooke menunjukkan bahwa gaya pemulih pada pegas selalu berlawanan arah
dengan arah simpangan pegas.
 Konstanta pegas (k) merupakan karakteristik yang dimiliki suatu pegas yang menyatakan ukuran kekakuan
pegas tersebut. Pegas yang lebih kaku memiliki nilai k yang besar, sedangkan pegas yang lunak memiliki
nilai k kecil.

Sifat pegas yang dinyatakan oleh Robert Hooke tidak hanya terbatas pada pegas yang direnggangkan
saja, namun termasuk juga pegas yang dimampatkan. Dalam kondisi tersebut selama tidak melampau batas
elastisitasnya, pegas akan kembali kedalam bentuk setimbangnya.

Pegas pada kondisi setimbang berarti bahwa pegas dalam


kondisi tidak dikenai gaya sama sekali (Gambar 1.3a). Pada saat
pegas direnggangkan atau diberi gaya tarik yang arahnya ke kanan,
maka pegas akan melakukan gaya yang arahnya berlawanan dengan
gaya tarik yang diberikan (Gambar 1.3b). Begitu pula sebaliknya,
ketika pegas dimampatkan atau diberi gaya tekan yang arahnya ke
kiri, maka pegas akan melakukan gaya yang arahnya ke kanan
(Gambar 1.3c).

Gambar 1.3 (a) Pegas dalam


kondisi setimbang (b) Pegas
dalam kondisi direnggangkan
(c) Pegas dalam kondisi ditekan
D. Susunan Pegas
Beberapa pegas dapat dirangkai menjadi beberapa bentuk susunan yaitu susunan pegas seri,
paralel, dan campuran.

1. Susunan Pegas Seri


Pegas yang disusun secara seri berbentuk memanjang seperti pada gambar berikut ini,

Pada susunan pegas seri seperti pada gamabar 1.4a pegas mendapatkan
gaya tarik kebawah oleh beban yang besarnya sama. Pegas yang berada paling
dekat dengan beban akan medapat gaya tarik kemudian pegas tersebut akan
menarik pagas yang berada di atasnya sehingga pegas akan mengalami
pertambahan panjang masing-masing sebesar x.
Dengan menerapkan hukum Hooke konstanta pegas total dapat ditulis
dengan persamaan;
∆x = x1 + x2 + x3
F F F F
= + + Gambar 1.4a
k k1 k 2 k 3
Karena gaya yang bekerja besarnya sama, maka persamaan konstanta pegas Susunan pegas seri
dapat ditulis
1 1 1 1
= + +
k k1 k 2 k 3

2. Susunan Pegas Paralel


Pegas yang disusun secara seri berbentuk melebar seperti pada gambar
berikut,
Pada susunan pegas paralel seperti pada gamabar 1.4b pegas
mendapatkan gaya tarik kebawah oleh beban yang menyebabkan
pertambahan panjang besarnya sama untuk masing-masing pegas. Total gaya
yang bekerja pada susunan pegas paralel dapat dituliskan sebagai berikut
Gambar 1.4b
F = F1 + F2 + F3 Susunan pegas
paralel
Dengan menerapkan hukum Hooke konstanta pegas total dapat ditulis dengan persamaan;

F = F1 + F2 + F3
k p ∆X = k1 X1 + k 2 X 2 + k 3 X3

Karena pertambahan panjang masing-masing pegas besarnya sama, maka persamaan konstanta
pegas pada susunan paralel adalah

k p = k1 + k 2 + k 3 + ⋯ + k n

Anda mungkin juga menyukai