Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN II
ANALISIS ANION

KELOMPOK III:

ANA MARLIANA 24030111130043


DIANA NUR AL LATIEF 24030111130032
DEVI SASKIA PUTRI 24030111130054
PRABOWO AGIA WICAKSONO 24030111130025
ROSIHAN AZWAR 24030111130042

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
Abstrak

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Analisis Anion” dengan tujuan dapat
mengidentifikasi anion-anion dalam larutan dan padatan ‘unknown’ dengan
menggunakan metode pemisahan ‘kemikalia cair’ yang didasarkan pada kelakuan ion-ion
yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip yang digunakan
adalah reaksi spesifik dan selektif ion. Metode dalam percobaan ini adalah pemisahan
‘kemikalia cair’. Hasil dari sample known NaCl + AgNO3  AgCl + HNO3 terbentuk
endapan , menjadi panas dan timbul gas. KBr + AgNO3  AgBr + HNO3 terbentuk
endapan , menjadi panas dan gas. KI +AgNO3  AgI + HNO3 terbentuk endapan hitam,
panas, baud an gas. Pada hasil unknown sample 3 + AgNO3 terbentuk endapan putih
setelah ditambah HNO3 timbul gas, panas dan endapan tidak larut. Pada sample 3 +
Ba[CH3COO]2 terbentuk endapan putih + HCl endapan larut maka sampel 3 merupakan
ion Br-. Pada sampel 4 + AgNO3 terbentuk endapan + HCl maka endapan larut, saat
sampel 4 ditambah Ba[CH3COO]2 terbentuk endapan putih + HCl endapan tidak larut,
menunjukkan sampel 4 mengandung ion SO4. Sampel 6 di uji dengan test 3 dengan +
AgNO3 tidak terbentuk endapan dan timbul warna coklat, saat sampel 6 ditambah
Ba(CH3COO)2 terbentuk endapan dan larutan berwarna kuning kemudian ditambah HCl
endapan larut dan warna menjadi orang maka sampel 6 adalah ion CrO4-. Sampel 5 di test
dengan test 5 dengan ditambah H2SO4 + FeSO4 terbentuk cincin coklat maka ion yang
terbentuk adalah NO3-.
PERCOBAAN IV

ANALISIS ANION

I. TUJUAN PERCOBAAN
Dapat mengidentifikasi anion-anion dalam larutan dan padatan ‘unknown’
dengan menggunakan metode pemisahan ‘kemikalia cair’ yang didasarkan pada
kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Kualitatif


Dalam analisa kualitatif ada 2 macam uji yaitu reaksi kering dan basah.
Reaksi kering dapat ditetapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah digunakan
untuk zat dalam larutan.
Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan dapat digunakan untuk analisis
semimikro dengan hanya identifikasi kecil. Uji ini benar-benar memberikan
informasi yang bermanfaat dalam waktu yang singkat. Teknik yang berbeda
digunakan untuk reaksi basah dalam analisis makro, semimikro, mikro.

( Vogel,1985 )

2.2 Metode Pengendapan


Kelarutan zat adalah jumlahnya jika dilarutkan pada pelarut yang di
ketahui beratnya dan zat tersebut mempunyai kesetimbangan dengan pelarut itu.
Larutan lewat jenuh adalah larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih besar
dibanding dalam keadaan setimbang pada suhu tertentu. Kelarutan bertambah
dengan bertambahnya temperatur. Pengendapan dilakukan dengan larutan encer
yang ditambahkan pereaksi perlahan-lahan dengan pengadukan yang teratur.
Endapan terbentuk dengan larutan itu menjadi terlalu jenuh dengan zat
yang bersangkutan. Kelarutan endapan sama dengan konsentrasi molar dari
larutan jenuhnya.

( Vogel,1985)

2.3 Kemikalia cair


Kemikalia cair merupakan salah satu metode pemisahan pada analisis
kation maupu anion yang didasarkan pada perilaku ion-ion yang berbeda ketika
suatu larutan anion atau kation direaksikan dengan reagen-reagen tertentu.

(Vogel, 1985)

2.4 Selektif ion


Adalah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan/ion-ion yang berbeda-
beda, misalnya bila ion Cl- ditambahkan kation, maka dapat terjadi endapan.
Reaksi ini tidak spesifik, sebab yang dapat mengendap dengan Cl- itu tidak
hanya satu macam kation, tetapi tiga macam, yaitu Ag+, Pb+, Hg+, ( lebih, bila
diperhatikankation-kation lain yang kurang lazim misalnya Cu+.Pt4+, Tl+).
(Harjadi, 1990)
2.5 Reaksi spesifik

Pada dasarnya ada 2 macam reaksi yang penting dalam analisis yaitu
a. reaksi spesifik yaitu reaksi khas atau reaksi spesifik untuk bahan tertentu.
b. reaksi sensitif yaitu mampu menunjukan bahan yang hanya ada sedikit
sekali.
(Harjadi, 1990)
2.6 Hasil kali kelarutan
Larutan jenuh suatu garam yang juga mengandung garam tersebut yang
tak larut, dengan kelebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap
hukum massa dapat diberlakukan, misalnya: jika endapan perak klorida ada
dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya, maka kesetimbangan yang
terjadi:
AgCl Ag+ + Cl-
Reaksi diatas merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada dalam fase
padat, sedangkan ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase tersebut. Teapan
kesetimbangan dapat ditulis sebagai:

K
Ag  Cl 
 -

AgCl
Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tidak berubah dan karenanya dapat
dimasukkan ke dalam suatu tetapan baru. Ksp dinamakan hasil kali kelarutan:


Ksp  Ag   Cl 

Jadi dalam larutan perak klorida, pada suhu dan tekanan konstan, hasil
kali konsentrasi ion perak dan ion klorida adalah konstan.
Untuk larutan jenuh suatu elektrolit Ava , Bvb yang terion menjadi ion-ion vaAm-
dan vbBn-
Ava Bvb
Hasil kali kelarutan [K] dapat dinyatakan sebagai:

   B 
Ksp  A m
va n  vb

Sehingga dapat dinyatakan bahwa dalam larutan jenuh suatu elektrolit


yang sedikit larut, hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap
suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipangkatkan dengan
bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion yang dihasilkan oleh
disosiasi dari suatu molekul elektrolit.

(Vogel, 1985)

2.7 Pencucian Endapan

Pencucian endapan bertujuan untuk menghilangkan kontaminasi (zat-zat


pengotor) pada permukaan endapan. Pencucian endapan menggunakan larutan
elektrolit kuat yang mengandung ion sejenis yang sama dengan endapan agar
kelarutan endapan berkurang. Larutan harus mudah menguap agar endapannya
mudah untuk ditimbang. Larutan pencuci dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Larutan yang dapat mengurangi kelarutan dari endapannya


2. Larutan yang dapat mencegah hidrolosis garam dari basa lemah atau asam
lemah
3. Larutan yang dapat mencegah terbentuknya koloid yang mengakibatkan
dapat lolos pada kertas saring

(Vogel, 1985)

2.8 Reaksi Pembentukan Kompleks


Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi
yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion kompleks dari suatu atom
(ion) pusatnya dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat itu. Jumlah
relatif komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri
yang sangat tertentu. Meskipun ini tidak dapat ditafsirkan dalam bentuk atau
lingkup konsep valensi yang klasik.
(Vogel, 1985)

2.9 Analisis Anion


2.9.1 Klorida

Kebanyakan klorida larut dalam air, merkurium klorida, perak


klorida, yang ini sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi mudah larut
dalam air panas atau mendidih, CuCl, BiOCl, SbOCL, HgOCl tak larut
dalam air. Kepekaan 1,5 mg Cl¯ (batas konsentrasi 1 dalam 30.000) dan
0,3 mg Cl¯ (batas konsentrasi 1 dalam 150.000).

(Vogel, 1985)
2.9.2 Bromida

Kelarutan Ag, Hg, Cu, tak larut dalam air. Timbel bromide sangat
sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air mendidih. Semua
bromide lainnya larut. Kepekaan 2 mg Br2 (batas konsentrasi 1 dalam
25.000).

(Vogel, 1985)

2.9.3 Iodida

Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan


bromida.Perak,merkurium (II), tembaga (I) dan timbel iodide adalah
garam-garam yang sedikit larut. Kepekaan 2 mg I2 (batas konsentrasi 1
dalam 20.000).

(Vogel, 1985)

2.9.4 Nitrat

Semua nitrat larut dalam air, nutrat dari merkurium dan bismuth
menghasilkan garam basa setelah diolah dengan air.Garam-garam ini larut
dalam asam nitrat encer. Kepekaan 0,05 mg Nitrat dengan batas
konsentrasi 1 dalam 1 juta.

(Vogel, 1985)

2.9.5 Sulfat

Sulfat dari barium, stronsium dan timbale praktis tidak larut dalam
air. Sulfat dari merkurium (II) dan kalsium larut sedikit dan kebanyakan
sulfat dari logam-logam sisanya larut.

(Vogel, 1985)
2.9.6 Kromat

Kromat logam biasanya adalah zat-zat padat warna yang


menghasilkan larutan kuning bila larut dalam air. Asam mineral encer,
yaitu ion-ion hydrogen, kromat, berubah menjadi dikromat.

(Vogel, 1985)
2.10 Sebuah Metode Kromatografi Ion Sederhana untuk Analisis Anion
Anorganik dalam Rumput Laut yang dapat Dimakan
Yang menarik dari rumput laut adalah lingkungan hidupnya,
elemen yang terkandung didalamnya yang diantarnya sangat penting
untuk tubuh. Fraksi mineral dapat menjelaskan sampai dengan 40%
berat kering dari beberapa rumput laut, namun dalam beberapa kasus
mineralisasi dari rumput laut dicatat bahkan lebih tinggi dari lahan
tanaman dan produk hewani.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis anion
anorganik yang terdapat dalam rumput laut. Prinsip dari penelitian
ini adalah mengkarakterisasi rumput laut oleh klorida dan sulfat.
Metode yang digunakan pada penelitiannini adalah metode sensitive
kromatografi, metode ini diterapkan untuk analisis anion anorganik
dalam rumput lautcoklat dan merah.
Hasil yang diperoleh adlah rumput laut coklat dikarakterisasi oleh
konten klorida lebih tinggi hingga 33,7%-36,9% sedangkan rumput
laut merah yang ditandai dengan sulfat yang lebih tinggi (45%-
75%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ion yang sederhan, cepat,
dan sensitive untuk metode kromatografi anion penentu individu
dalam rumput laut yang dimakan. Klorida dan sulfat adalah anion
utama dalam rumput laut coklat dan merah. Metode kromatografi
menunjukkan presisi, akurasi yang baik, sensivitas dan kurangnya
gangguan bila diterapkan pada analisis anion rumput laut.
(Eva Gomez-Ordonez, 2010)

2.11 Prediksi Pembusukan Klorin dalam Air Massal Menggunakan Model


Orde Kedua Paralel: Sebuah Pengembangan Solusi Analisis
Percobaan yang berjudul Prediksi Pembusukan Klorin dalam Air
Massal Menggunakan Model Orde Kedua Paralel: Sebuah
Pengembangan Solusi Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan
sistem distribusi pembusukan klorin dalam air massal. Prinsip dari
percobaan ini adalah pembusukan klorin. Metode yang digunakan
dalam percobaan ini adalah model reaksi orde kedua paralel. Hasil
yang diperoleh yaitu analisis menggunakan orde kedua paralel
tersebut sangat akurat untuk prediksi perilaku pembusukan klorin
pada semua sampel. Kesimpulan dari percobaan ini yaitu bahwa
desinfektan yang mengandung klorin dapat dibusukkan
menggunakan model orde kedua paralel.
(Jabari, 2011)
2.12. Analisis Atmosfer Pemasukan Nitrat ke Dalam Temperatur
Ekosistem Hutan dari Pengukuran Rasio Isotop Δ17O
Penelitian terbaru telah menunjukka bahwa atmosfer N deposisi
memiliki fungs penting dalam siklus N hutan ekosistem. Ini
menunjukan bahwa teroksidasi atmosfer N senyawa (misalnya: nitrat
organik, HNO3) dan N yang mengandung aerosol dapat disetorkan
ke biosfer dan digunakan sebagai sumber nutrisi. Karena siklus dan
N terjalin dalam ekosistem darat, basah dan deposisi kering atmosfer
N juga mungkin memiliki signifikan berdampak pada ekosistem
pertukaran bersih dari karbon, khususnya dalam sistem N terbatas.
Namun, ada laporan yang saling bertentangan dalam literatur
mengenai besarnya dampak ini bahwa deposisi atmosfer N tidak
dapat menjelaskan penyimpana C tambahan temperatur dan hutan.
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan jumlah nitrogen
atmosfer yang terkandung didalam ekosistem hutan sebagai dampak
ekologis dari kenaikan antropogenik nitrogen. Metode yang
digunakan dalam percobaan ini adalah kontribusi atmosfer. Prinsip
dalam percobaan ini adalah perhitungan rasio isotop Δ17O. Hasil
yang didapat dalam percobaan ini adalah rata-rata 9% dari tanah
mengandung NO3- yang mana nitrogennya berasal dari nitrogen
atmosfer yang tidak diproses secara langsung. Kesmpulan yang
didapat adalah kontribusi atmosfer nitrat dapat ditunjukkan dengan
pengukuran komposisi nitrat Δ17O dan hasilnya didiskuskan pada
siklus nitrogen isi hutan.
(Costa, 2011)
2.13. A Simple Ion Chromatography Method For inorganic Anion
Analysis in Edible Seaweeds
Sebuah, baru yang sederhana, cepat dan sensitif metode
kromatografi ion (IC) metode, untuk analisis simultan dari fluoride,
klorida, nitrit, bromida, nitrat, fosfat dan sulfat dalam makanan
rumput laut dikembangkan dan dilaporkan untuk pertama kalinya.
Validasi metode analisis dipelajari dalam hal linearitas, sensitivitas,
presisi dan akurasi. Semua kurva kalibrasi standar menunjukkan
korelasi yang sangat baik antara area anion puncak dan konsentrasi
(r> 0,999). Batas deteksi dan kuantitasi berkisar antara masing-
masing 0,002-0,05 mg / L dan 0,01-0,1 mg / L, dan menunjukkan
sensitivitas tinggi dengan metode ini. Deviasi standar relatif nilai
pengulangan dan antar-hari presisi untuk anion standar dengan yg
sampel sama kurang dari 2%. Anion pemulihan berkisar 97-113%
untuk klorida dan 87-105% untuk sulfat, masing-masing dan
menunjukkan akurasi yang cukup baik dari metode ini. Metode yang
diterapkan adalah metode kromatografi ion (IC) untuk analisis anion
anorganik dalam rumput laut dimakan coklat dan merah. Hasilnya
rumput laut coklat dikarakterisasi oleh kandungan klorida lebih
tinggi hingga 33,7-36,9%, sedangkan rumput laut merah yang
ditandai dengan kandungan sulfat yang lebih tinggi (45-57%).
Kandungan sulfat dalam rumput laut terkait dengan adanya
polisakarida sulfat biologis. Metode yang dikembangkan baik
berlaku untuk analisis mineral anion di makanan rumput laut dan
kesesuaian menunjukkan dan keandalan digunakan dalam sampel
makanan lain yang penting gizi.
(Esther, 2010)

2.14. Analisa Bahan


2.14.1. AgNO3
Sifat fisik: Padatan kristal tidak berwarna, titik leleh
59C, titik didih 97C, densitas 1,82.
Sifat kimia: Larut dalam asam nitrat encer,reagen
analitik.
(Daintith, 1994)
2.14.2. H2SO4
Sifat fisik: cairan jernih tidak berwarna, tidak
berbau, agak kental, higroskopis, bersifat korosif,
asam kuat, titik leleh -10C, titik didih 315-338C,
densitas 1,8.
Sifat kimia: digunakan sebagai katalis, merupakan
asam kuat.
(Basri, 1996)
2.14.3. HNO3
Sifat fisik: Asam anorganik, tidak berwarna, tidak
berbau, agak kekuningan, bersifat korosif, densitas
1,89, titik leleh -4,1C, titik didih 83C.
Sifat kimia: sebagai oksidator.
(Basri, 1996)
2.14.4. HCl
Sifat fisik: tidak berwarna, berbau tajam, titik didih
84,9C
Sifat kimia: larut dalam pelarut air, termasuk asam
kuat, dilarutkan dengan mereaksikan NaCl dengan
H2SO4 pekat.
(Basri, 1996)
2.14.5. Aquades
Sifat fisik: berat molekul18. Densitas 1,08, titik
leleh 0C, titik didih 100C.
Sifat kimia: bersifat polar dan sebagai pelarut
universal.
(Basri, 1996)
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur
3. Gelas beker
3.1.2 Bahan
1. AgNO3
2. Aquades
3. Ba(C2H3O2)2
4. HCl
5. FeSO4
6. HNO3
7. H2SO4

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Prosedur I

10 tetes larutan Cl-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Penambahan 5 tetes AgNO3
Penambahan 5 tetes HNO3
Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2
Penambahan 5 tetes HCl
Penambahan 5 tetes FeSO4
Penambahan 5 tetes H2SO4

Larutan putih Endapan orange

Hasil
10 tetes larutan I-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Penambahan 5 tetes AgNO3

Larutan Endapan kuning

Hasil

10 tetes larutan SO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Penambahan 5 tetes AgNO3
Penambahan 5 tetes HNO3
Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2

Larutan keruh Endapan putih

Hasil
10 tetes larutan NO3-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Penambahan 5 tetes AgNO3
Penambahan 5 tetes HNO3
Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2
Penambahan 5 tetes HCl
Penambahan 5 tetes FeSO4
Penambahan 5 tetes H2SO4

Larutan putih Endapan kuning

Hasil

10 tetes larutan CrO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Penambahan 5 tetes AgNO3
Penambahan 5 tetes HNO3
Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2
Penambahan 5 tetes HCl
Penambahan 5 tetes FeSO4
Penambahan 5 tetes H2SO4

Larutan putih Endapan kuning

Hasil
3.2.Prosedur II

Lar. Unknown I Lar. Unknown II Lar. Unknown III Lar. Unknown IV Lar. Unknown V

Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Penambahan 5 tetes AgNO3
Penambahan 5 tetes HNO3
Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2
Penambahan 5 tetes HCl
Penambahan 5 tetes FeSO4
Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Endapan putih Endapan putih Endapan putih Endapan putih Endapan putih

Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil


IV. DATA PENGAMATAN
Larutan Known

Ion Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5


yang
diuji Kenampak H2SO AgNO3 HNO3 Ba(C2H3O HCl Khusu
an padatan 4 2)2 s Uji
pekat Nitrat

Cl- Larutan Putih Putih Putih Putih Putih Putih


bening keruh keruh keruh makin makin makin
keruh keruh keruh
dan
endapa
n
orange

I- Larutan Larut Larutan Larutan Larutan Laruta Laruta


bening an kekuning kekuning kekuninga n putih n putih
benin an dan an dan n dan keruh keruh
g endapan endapan endapan dan dan
kuning kuning kuning endapa endapa
n putih n putih

SO42 Larutan Larut Sedikit Sedikit Mulai Laruta Endap


-
bening an keruh keruh keruh n putih an
benin putih
g

NO3- Larutan Larut Agak Putih Makin Endap Endap


bening an keruh keruh keruh an an
benin putih kuning
g dan
larutan
putih

CrO4 Larutan Larut Endapan Endapan Kuning Endap


2-
kuning an merah merah keruh an
kunin bata bata kuning
g
Larutan Unknown

Ion yang Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5


diuji
Kenampaka H2SO4 AgNO3 HNO3 Ba(C2H2O HCl Khusus
n padatan pekat 2)2 Uji
Nitrat

Unknown Larutan Larutan Larutan Endapan Endapan Endapan Endapan


1 bening bening kekuningan kekuningan putih putih putih
dan
endapan
kuning

Unknown Larutan Larutan Larutan Larutan Endapan Endapan Larutan


2 bening bening putih putih dan putih putih keruh
endapan sedikit sedikit dan
putih endapan
sedikit putih

Unknown Kuning Kuning Kuning Putih keruh Larutan Larutan Larutan


3 keorangean keorangean muda Putih susu Putih putih
dan susu dan susu dan
endapan endapan endapan
orange putih makin
banyak

Unknown Larutan Larutan Putih keruh Makin Putih Endapan


4 bening bening keruh keruh kuning

Unknown bening Bening keruh Keruh keruh putih Endapan


5 putih

V. HIPOTESIS

Percobaan yang berjudul “Analisis Anion” dengan tujuan untuk


mengidentifikasi anion-anion dalam larutan dan padatan ‘unknown’ dengan
menggunakan metode pemisahan ‘kemikalia cair’ yang didasarkan pada
kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-reagen
tertentu. Prinsip yang digunakan adalah reaksi spesifik dan selektif ion.
Metode dalam percobaan ini adalah pemisahan ‘kemikalia cair’. Hasil
percobaan menunjukkan anion pada sampel larutan known dan unknown
dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode pemisahan kemikalia cair
yang didasarkan pada kelakuan ion yang berbeda-beda ketika direaksikan
dengan reagen-reagen tertentu. Anion yang teridentifikasi dalam sampel
larutan unknown yaitu, sampel 1 mengandung anion I-, sampel 2
mengandung anion Cl-,sampel 3 mengandung anion SO4-.

VI. PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul “Analisis Anion” ini yang bertujuan untuk
mengidentifikasi anion-anion dalam larutan dan padatan ‘unknown’ maupun
‘known’. Metode yang digunakan adalah pemisahan kemikalia cair yang
didasarkan pada kelakuan-kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan
dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip yang digunakan yaitu didasarkan pada
reaksi spesifik dan reaksi selektif ion. Reaksi spesifik yaitu penambahan suatu
bahan atau reagen yang hanya dapat bereaksi dengan satu ion tertentu. Sedangkan,
reaksi selektif ion adalah penambahan suatu bahan atau reagen yang bereaksi atas
sekelompok ion yang berbeda-beda.
Dalam mengidentifikasi anion-anion yang ada pada sample, maka dilakukan
beberapa test untuk mengujinya, baik itu larutan ‘unknown’ ataupun ‘known’. Test
yang pertama yaitu penampakan padatan, test kedua yaitu penambahan reagen
H2SO4 pada sampel yang bertujuan untuk pengujian anion, pada test ketiga
dilakukan penambahan AgNO3 pada sample yang bertujuan untuk mengendapkan
beberapa anion yang mungkin akan mengendapkan dalam bentuk garam dengan
kation Ag+. Kemudian ditambahankan HNO3 jika terdapat endapan. Test keempat
yaitu penambahan reagen Ba(C2H3O2)2 yang bertujuan untuk mengendapkan anion
kelompok barium kalsium. Kemudian penambahan HCl untuk uji definitifnya..
Test kelima yaitu uji khusus untuk anion nitrat. Pada uji ini untuk mengidentifikasi
nitrat digunakan reagensia yang lain daripada yang digunakan pada umunya karena
garam-garam nitrat sangat mudah larut.
Larutan known
I- (iodida)
Pada percobaan ini anion yang di identifikasi adalah ion I-. Larutan KI
berwarna bening. Kemudian KI direksikan dengan H2SO4 larutan tetap bening,
kemudian ditambahkan dengan AgNO3 dan warna larutan menjadi putih
kekuningan dengan endapan berwarna kuning. Penambahan AgNO3 berfungsi
untuk mengendapkan anion kelompok perak.
Reaksi : KI + AgNO3 AgI(s) + KNO3
( Vogel,1985 )
Endapan ini terbentuk karena larutan AgI lewat jenuh terhadap
penambahan AgNO3. Selain itu karena hasil kali konsentrasi ion-ionnya lebih besar
daripada Ksp AgI.
Kemudian endapan AgI ditambah dengan HNO3 untuk memastikan anion
yang ada dalam sampel dan endapan tidak dapat larut. Endapan AgI tidak dapat
larut dengan penambahan HNO3 karena penambahan ion sejenis (NO3-) yang
menyebabkan larutan lewat jenuh. Selain itu Ksp AgI lebih kecil daripada Ksp
AgNO3 sehingga AgNO3 membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengendap
(endapan AgI tetap ada).
Reaksi : AgI(s) + HNO3 AgI(s) + H2O + NO3-
( Vogel,1985 )
Setelah dilakukan penambahan HNO3 kemudian dilakukan
penambahan Ba(C2H3O2)2 dan HCl, larutan berwarna putih keruh dan terdapat
endapan putih, begitu juga ketika dilakukan uji khusus nitrat, samprl tidak
mengalami perubahan, yaitu larutan tetap putih keruh dan terdapat endapan putih.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat anion I-.

SO42-
ion SO42- diidentifikasi dengan menggunakan tes 4. larutan sampel yang
mengandung ion SO42- awalnya berwarna bening. kemudian ditambahkan H2SO4
pekat tetap berwarna bening. fungsi penambahan H2SO4 adalah untuk
mengasamkan larutan sampel. ditambahkan AgNO3, sampel tetap bening. AgNO3
berfungsi untuk mengendapkan anion golongan perak. karena tidak ada anion
golongan perak dalam sampel, maka tidak dihasilkan endapan. kemudian
ditambahkan HNO3 yang berfungsi untuk uji definitif untuk memastikan anion
golongan perak yang ada pada sampel. lalu ditambahkan Ba(C2H3O2)2 muncullah
perubahan yang ditandai dengan larutan yang menjadi keruh dan mulai muncul
sedikit endapan putih.
Ba2+ + SO42-  BaSO4 
(Vogel, 1985)
Endapan BaSO4 terbentuk karena hasil kali konsentrasi ion-ion Ba2+ dan SO42-
lebih besar daripada Ksp BaSO4. Ksp BaSO4 adalah 9,2 x 10-11. Larutan BaSO4
lewat jenuh terhadap penambahan Ba(C2H3O2)2 sehingga terbentuk endapan.
dengan penambahan Ba2+, kelompok anion kalsium-barium terendapkan
sehingga larutan sampel ini positif mengandung ion SO42-.

CrO42-
Anion CrO42- ini diidentifikasi dengan test 4. larutan CrO42- yang berwarna
kuning direaksikan dengan Ba asetet yang bertujuan untuk mengendapkan kromat
dari barium kromat. Setelah itu penambahan Ba asetat kuning dan ada endapan
kuning. Warna kuning pada Larutan CrO42- terjadi karena CrO42- merupakan ion
kompleks berwarna. CrO42- berwarna karena Cr adalah logam transisi yang
mempunyai konfigurasi elektron pada orbital d. Warna yang timbul karena orbital
d yang menyerap spektrum cahaya yang menyerap warna.
Reaksi:
CrO42- + Ba2+ → BaCrO4 ↓
( Vogel, 1985 )
Setelah itu ditambahkan HCl yang bertujuan untuk uji devinitif dan untuk
menguatkan identifikasi bahwa terdapat ion CrO42- pada sample. Selain itu HCl
bertujuan untuk melarutkan endapan. Endapan terbentuk karena larutan telah
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan dan hasil kali konsentrasi ion-ion telah
terlampui harga kali kelarutannya atau dapat ditulis Qc>Ksp. Saat setelah
penambahan HCl, endapan yang terbentuk yaitu endapan putih. Hal ini
menunjukkan adanya reaksi terhadap HCl, karena [ BaCl ] < [BaCrO4]. Berarti
sample terbukti ion kromat.
Reaksi:
BaCrO4 + 2HCl → BaCl2 ↓ + H2Cr2O4
( Vogel, 1985 )

Nitrat

Untuk mengidentifikasi adanya ion nitrat dalam larutan sample, digunakan test
3 yaitu dengan penambhan reagen AgNO3. Warna dari larutan sample yaitu bening
dan setelah ditambahkan AgNO3 menjadi putih keruh dan terdapat endapan putih.
Fungsi penambahan AgNO3 untuk mengendapkan Cl- sebagai AgCl, reaksinya:

Ag+ + Cl- AgCl (putih)


( Svehla, 1985 )

Kemudian tambahkan HNO3 larutan lebih jernih, kemudian ditambahkan Ba


asetat larutan menjadi putih keruh kemudian diambahkan HCl terbentuk endapan
ptuih, lalu tambahkan FeSO4 dan H2SO4 terbentuk endapan kuning.

Cl- (klorida)
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya ion Cl- dalam
larutan sampel. Larutan NaCl 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi, warna
larutan sampel adalah bening, setelah ditambahkan H2SO4 menjadi putih keruh.
Kemudian ditambahkan AgNO3. Fungsi penambahan AgNO3 untuk
mengendapkan anion golongan perak. Warna setelah ditambahkan yaitu masih
tetap putih keruh. Seharusnya, pada saat setelah penambahan AgNO3 di dalam
larutan terdapat endapan berwarna putih. Namun, pada percobaan tidak
didapatkan endapan berwarna putih. Hal tersebut mungkin disebabkan karena
konsentrasi AgNO3 yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak menjenuhkan
larutan.
Reaksi : NaCl2 + AgNO3 AgCl(S) + NaNO3
( Vogel,1985 )
Endapan AgCl dapat terbentuk karena hasil kali konsentrasi ion-ion Ag+
dan Cl- lebih besar daripada Ksp AgCl. Ksp AgCl adalah 10-12. Larutan AgCl
lewat jenuh terhadap penambahan AgNO3 sehingga terbentuk endapan. Tetapi
dalam percobaan, karena konsentrasinya terlalu kecil, maka Ksp AgCl tidak
melampaui Ksp AgNO3.
Setelah itu, larutan ditambah dengan HNO3 yang berfungsi untuk uji
definitif untuk memastikan anion yang ada pada sampel. Warna larutan setelah
penambahan HNO3 tetap sama, yaitu putih keruh. Kemudian, larutan
ditambahkan Ba(C2H3O2)2. Hailnya warna larutan berubah menjadi putih makin
keruh. Setelah itu dilakukan penambahan HCl dan warna yang dihasilkan masih
sama seperti setelah penambahan Ba(C2H3O2)2 yaitu putih yang sangat keruh.
Pada tahap terakhir, dilakukan uji khusus nitrat, yaitu larutan ditambahkan
dengan reagen H2SO4 dan FeCl3. Hasilnya adalah warna larutan putih sangat
keruh dan terbentuk endapan berwarna orange. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
anion dalam sampel ini adalah Cl-.
Larutan unknown
Larutan Unknown I
Pada percobaan ini anion yang di identifikasi belum diketahui jenis
ionnya . Larutan unknown berwarna bening. Kemudian larutan unknown itu
direksikan dengan H2SO4 larutan tetap bening, kemudian ditambahkan dengan
AgNO3 dan warna larutan menjadi kekuningan dengan endapan berwarna kuning.
Penambahan AgNO3 berfungsi untuk mengendapkan anion kelompok perak.
Reaksi : KI + AgNO3 AgI(s) + KNO3
( Vogel,1985 )
Endapan ini terbentuk karena larutan AgI lewat jenuh terhadap
penambahan AgNO3. Selain itu karena hasil kali konsentrasi ion-ionnya lebih besar
daripada Ksp AgI.
Kemudian endapan AgI ditambah dengan HNO3 untuk memastikan anion
yang ada dalam sampel dan endapan tidak dapat larut. Endapan AgI tidak dapat
larut dengan penambahan HNO3 karena penambahan ion sejenis (NO3-) yang
menyebabkan larutan lewat jenuh. Selain itu Ksp AgI lebih kecil daripada Ksp
AgNO3 sehingga AgNO3 membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengendap
(endapan AgI tetap ada).
Reaksi : AgI(s) + HNO3 AgI(s) + H2O + NO3-
( Vogel,1985 )
Setelah dilakukan penambahan HNO3 kemudian dilakukan
penambahan Ba(C2H3O2)2 dan HCl, terdapat endapan putih, begitu juga ketika
dilakukan uji khusus nitrat, samprl tidak mengalami perubahan, yaitu terdapat
endapan putih.

Larutan Unknown II
Sampel larutan berwarna bening. ditambahkan H2SO4, sampel tetap bening.
Fungsi penambahan H2SO4 adalah untuk mengasamkan larutan. kemudian
ditambahkan AgNO3 berubah menjadi putih. Kemudian ditambahkan larutan HNO3
membentuk endapan putih serta timbul gas dan panas. Hal ini menunjukan hasil
positif adanya ion perak. fungsi penambahan AgNO3 untuk mengendapkan anion,
HNO3 berfungsi untuk uji definitif untuk menguatkan adanya ion perak dalam
larutan sampel II ini. Endapan terbentuk karena harga Qc > Ksp dan larutan telah
melewati titik jenuh.
Cl- + AgNO3  AgCl (s) + NO3-
AgCl (s) + HNO3  endapan putih yang tidak larut.
(Vogel, 1985)
Endapan AgCl terbentuk karena hasil kali konsentrasi ion Ag+ dan Cl-
melampaui Ksp AgNO3. Pada penambahan HNO3, Ksp AgCl lebih kecil dari Ksp
AgNO3 sehingga endapan putih tidak larut.
Kemudian sampel ditambahkan Ba(C2H3O2)2 tidak terjadi perubahan yang
signifikan, tetap ada endapan putih. Lalu ditambahkan HCl yang berfungsi untuk
uji definitif endapan larut.
Cl- + Ba(CH3COO)2 BaCl2 + CH3COO-
BaCl2 + HCl endapan larut
( Vogel,1985 )
-
Anion Cl dapat terendapkan oleh Barium asetat menjadi endapan putih
BaCl2. Endapan terbentuk karena larutan kelewat jenuh dan hasil kali konsentrasi
ion-ion BaCl2 melampaui Ksp Barium asetat.
Kemudian ditambahkan FeSO4 dan H2SO4 sampel tidak berubah tetap
endapan putih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan unknown II
mengandung ion Cl-.

Larutan Unknown III


Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis ion yang
terdapat pada larutan sampel unknown 3. Sampel unknown mula-mula berwarna
kuning keorangean. Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat, warna masih tetap sama
yaitu kuning keorangean. Kemudian dilakukan penambahan AgNO3, warna larutan
menjadi kuning muda. Kemudian ditambahkan larutan HNO3 dan warna tetap
putih keruh. Fungsi penambahan AgNO3 yaitu untuk mengendapkan
anion,sedangkan HNO3 berfungsi untuk uji definitif yaitu untuk menguatkan
adanya ion perak pada sampel.
Pada test 4, sampel 3 yang berwarna bening direaksikan dengan Barium
asetat. Warna larutan tersebut menjadi putih susu dan terdapat endapan berwarna
orange. Kemudian dilakukan penambahan HCl dan endapan yang terbeentuk
adalah berwarna putih dengan larutan berwarna putih susu. Pada tahap terakhir,
dilakukan uji khusus nitrat yaitu dengan penambahan reagen H2SO4 dan FeCl3.
Hasilnya adalah larutan tetap berwarna putih susu dengan endapan putih yang
semakin banyak.
Berdasarkan test yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sampel mengandung anion Cl- karena menunjukkan hasil positif terhadap anion Cl-.
Reaksi:
Cl- + Ba(CH3COO)2 BaCl2 + CH3COO-
BaCl2 + HCl endapan larut
( Vogel,1985 )
Anion Cl- dapat terendapkan oleh Barium asetat menjadi endapan
orange BaCl2. Endapan terbentuk karena larutan kelewat jenuh dan hasil kali
konsentrasi ion-ion BaCl2 melampaui Ksp Barium asetat.

Larutan Unknown IV

Test 3

Pada test 3 sampel larutan yang berwarna bening ditambahkan AgNO3


terbentuk larutan putih. Kemudian ditambah HNO3 masih larutan putih

Penambahan AgNO3 berfungsi untuk mengendapkan anion golongan perak


dan penambahan HNO3 berfungsi untuk uji definitif untuk menguatkan adanya
anion golongan perak pada sampel.

Sampel tidak termasuk dalam golongan perak karena pada uji definitif pada
penambahn HNO3 endapan tidak larut.

Reaksi:

SO42- + 2 Ag+ Ag2SO4 (s)

Ag2SO4 (s) + HNO3  endapan tidak larut + panas + gas

Test 4

Pada test 4 sampel larutan yang berwarna putih ditambahkan Barium


asetat terbentuk endapan putih, kemudian ditambahkan HCl, endapan putih tidak
larut. Penambahan Barium asetat berfungsi untuk mengendapkan anion golongan
kalsium-barium-besi. Sedangkan penambahan HCl berfungsi untuk uji definitif
anion golongan kal-bar-si.
Sampel termasuk dalam golongan anion kal-bar-si karena sampel
tersebut terendapkan oleh Barium asetat dan tidak larut dalam HCl, maka dapat
disimpulkan bahwa anion yang terkandung dalam sampel adalah ion SO42- karena
anion tersebut mempunyai selektifitas ion yaitu pada penambahan HCl endapan
tidak dapat larut.

Reaksi:

SO42- + Ba2+  BaSO4 (s)

BaSO4 (s) + HCl  endapan tidak larut

Larutan unknown V

Pada larutan unknown V berupa sampel larutan bening. Pada test 2 saat
penambahan H2SO4 larutan tidak memberikan perubahan apapun, dan tetap berupa
larutan bening. Setelah itu dilanjutkan pada test 3 dengan pennambahan AgNO3
dan larutan HNO3, larutan berubah menjadi sedikit keruh pada penambahan larutan
ini, namun tidak menghasilkan suatu endapan. Pada test 4 ditambahkan larutan
Ba(C2H3O2)2 dan larutan. Pada test ini warna larutan berubah menjadi putih dan
tidak ada endapan yang terbentuk. Lalu, pada test akhir FeSO4 terbentuk sebuah
endapan berwarna putih. Diidentifikasi larutan unknown V merupakan air keran,
sehingga reaksi pengendapan yang terjadi hampir tidak ditemukan dan hanya
ditemukan larutan yang keruh pada saat penambahan AgNO3. Hal ini disebabkkan,
kemungkinan terkandungnya Cl- dalam larutan sehingga saat bereaksi dengan Ag+
akan membentuk endapan garam AgCl. Tetapi dalam larutan tidak terbentuk
endapan dan hanya berupa larutan yang keruh saja. Hal ini disebabkan oleh air
keran yang mengandung banyak pengotor pengotor didalamnya baik itu berupa
unsur logam atau sebagainya. Sehingga Cl- yang ada dalam air keran tersebut
kadarnya hanya sedikit dikarenakan posisinya yang hanya sebagai pengotor
sehingga endapan tak terbentuk dan hanya terbentuk larutan yang keruh.
VII. PENUTUP
7.1. Kesimpulan

1. Untuk mengidentifikasi anion dalam larutan unknown dapat


digunakan metode pemisahan kemikalia cair yang didasarkan
pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan
reagen-reagen tertentu.
2. Anion yang teridentifikasi dalam sampel larutan unknown
yaitu :
a. Sampel 1 mengandung anion I-
b. Sampel 2 mengandung anion Cl-
c. Sampel 3 mengandung anion SO4-
d. Sampel 4 mengandung aquades
e. Sampel 4 mengandung anion air keran

7.2. Saran
Penggunaan reagen harus dilakukan secara efisiensi dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Sarjoni, 1996, Kamus Kimia, Jakarta, Rineka Cipta


Daintith, John, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Jakarta, Erlangga
Petruci, Ralph, 1992, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT
Kalman Media Pustaka, Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 22 November 2012

Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3

Ana Marliana Diana Nur Al Latief Devi Saskia Putri


24030111130043 24030111130032 24030111130054

Praktikan 4 Praktikan 5

Prabowo Agia Wicaksono Rosihan Azwar

24030111130025 24030111130042
Menyetujui,

Dewiana
J2C009

Anda mungkin juga menyukai