Oleh :
TANTI SULISTIANI
NIM : 201402105
i
SKRIPSI
Oleh :
TANTI SULISTIANI
NIM : 201402105
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur selalu saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmay,
ridho yang telah memberikan karunia yang luar biasa, sehingga saya dapat
1. Kedua orang tuaku yang selama ini telah memberikan motivasi, perhatian,
nasihat, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil serta doa
kita semua.
Keperawatan 8B tercinta. Kita masuk bersama dan semoga kita lulus juga
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Nim : 201402105
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Tanti Sulistiani
NIM 201402105
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Email : tanti.sulis14@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
vii
ABSTRAK
Tanti Sulistiani
viii
ABSTRACT
Tanti Sulistiani
ix
DAFTAR ISI
x
2.3 Konsep Diare........................................................................................ 38
2.3.1 Definisi Diare .............................................................................. 38
2.3.2 Etiologi Diare .............................................................................. 39
2.3.3 Manifestasi Klinis Terhadap diare .............................................. 40
2.3.4 Faktor Resiko Diare Pada Bayi ................................................... 40
2.3.5 Patogenesis.................................................................................. 41
2.3.6 Epidemiologi Penyakit Diare ...................................................... 42
2.3.7 Penatalaksanaan Diare ................................................................ 44
2.3.8 Pencegahan Diare ....................................................................... 45
2.4 Teori Lawrence W. Green .................................................................... 45
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................... 47
3.2 Hipotesis............................................................................................... 48
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 49
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................ 49
4.3 Teknik Sampling .................................................................................. 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 52
4.6 Instrumen Penelitian............................................................................. 53
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 53
4.8 Lokai dan Waktu Penelitian ................................................................. 54
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 54
4.10 Teknik Analisa Data............................................................................. 55
4.9.1 Pengolahan Data ......................................................................... 55
4.9.2 Analisa Data ................................................................................ 58
4.11 Etika Penelitian ................................................................................... 59
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 60
5.2 Pembahasan .......................................................................................... 67
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 83
6.2 Saran ..................................................................................................... 83
Daftar Pustaka .................................................................................................. 85
Lampiran
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
Kretin Neurologic : Pertumbuhan Cebol
Microtoise : Alat Ukur Tinggi Badan
Nutritional Satus : Status Gizi
On Demand : Keinginan Bayi
Oralfecal : Mulut
Overweight : Kegemukan
Protuberantia Occipitalis : Kepala Belakang
Rotavirus : Rotavirus
Salmonella : Bakteri Samonela
Self Limiting Disease : Penyakit Yang Sembuh Dengan Sendirinya
Sigella : Bakteri Sigela
Skoring : Skor Atau Nilai
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
KATA PENGANTAR
Gizi Dan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Posyandu Balita Wilayah
Mulia Madiun.
Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati
2. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
xviii
6. Retno Widiarini, S.KM., M.Kes sekalu dewan penguji dalam memberikan
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik
skripsi ini.
Peneliti
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
pada usia 24 bulan. Periode emas pada kehidupan anak dapat tercapai
optimal apabila ditunjang dengan asupan nutrisi tepat sejak lahir dalam
dua tahun pertama (Mufida, 2015). Menurut Pemerintah RI 2012, Air Susu
Ibu (ASI) sebagai satu-satunya nutrisi bayi sampai usia enam bulan
kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan
atau mengganti dengan makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin,
dan mineral. Persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat ASI
2016).
mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-
1
24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI (Wahyuni,
bayi yang makin meningkat karena bayi membutuhkan zat-zat gizi yang
bayi yang masih berumur beberapa hari atau kurang dari 6 bulan seperti
memberikan nasi tim, biskuit, pisang, dll. Hal ini akan berdampak
terhadap kejadian infeksi yang tinggi seperti diare, infeksi saluran napas,
alergi hingga gangguan pertumbuhan. Selain itu asupan nutrisi yang tidak
yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih
banyak dari biasanya, bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali
sehari buang air besar, konsistensi encer dan bercampur lendir, serta
hanya bagi kesehatan bayi semata, melainkan juga bagi proses tumbuh
Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2016
terjadi 3 kali KLB diare yang tersebar di 3 provinsi yaitu Nusa Tenggara
Profil Kesehatan Jawa Timur 2015 Kasus Diare di Jawa Timur dalam
2
kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir cenderung meningkat, dimana pada
tahun 2013 mencapai 118,39 %, dan sedikit menurun pada tahun 2014
tahun. Penderita Diare di Kota Madiun tahun 2016 untuk semua umur
pada balita yaitu sebanyak 20% dari 843 per 1.000 dari jumlah balita yang
bahwa persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang
23,8% (2010) menjadi 34,3% (2013). Jumlah balita di Kota Madiun pada
Baduta di Kota Madiun tahun 2016 sebanyak 5.058 anak, dari 3.759 anak
yang ditimbang, yang hasilnya Bawah Garis Merah sebesar 0,5% atau
3
Banjarejo sebanyak 11 anak (Dinkes, 2016). Jumlah 11 anak yang
sekarang, maka dari itu pemantaun asupan gizi yang diberikan perlu
diperhatikan. Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi
yang perlu lebih diperhatikan pada kelompok bayi dan balita. Hasil
pengukuran status gizi (PSG) Kemenkes 2016 dengan indeks BB/U pada
balita 0-23 bulan mendapatkan persentase gizi buruk sebesar 3,1%, gizi
Pencernaan makanan selain ASI dalam saluran cerna bayi (0-6 bulan)
pankreas belum disekresi dalam 3 bulan pertama dan hanya terdapat dalam
tidak sempurna pada bayi dapat mengganggu penyerapan zat gizi lain dan
Pemberian MP-ASI terlalu dini juga akan mengurangi konsumsi ASI, dan
bila terlambat akan menyebabkan bayi kurang gizi serta pemberian makan
4
saluran cerna/diare serta meningkatnya resiko terkena infeksi, akibatnya
adalah resiko utama dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi.
sudah mulai kuat sejak usia empat bulan. Bayi yang mengonsumsi ASI,
makanan tambahan dapat diberikan setelah usia enam bulan. Selain cukup
Dan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Posyandu Balita
Pendamping ASI (MP-ASI) Dini Dengan Status Gizi Dan Kejadian Diare
5
1.3 Tujuan Penelitan
MP ASI dini dengan status gizi dan kejadian diare pada bayi usia 0-6
bulan.
Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Posyandu Balita Wilayah Kelurahan
6
1.4 Manfaat Penelitian
Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Posyandu Balita Wilayah
dengan Status Gizi dan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan,
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) Dini pada Bayi Usia 0- 6
Bulan.
pentingnya makanan pendamping untuk bayi pada umur yang tepat dan
7
sebagai arahan untuk mensosialisasikan pemberian ASI secara eksklusif
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak
usia 6-24 bulan, guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI
tambahan yang diberikan kepada bayi pada usia kurang dari 6 bulan selain
9
Jadi kesimpulannya Makanan Pendamping ASI adalah makanan
dan minuman yang diberikan kepada bayi berusia 6-24 bulan untuk
Menurut Molika (2014) Pada usia 6 bulan atau lebih ASI saja
sudah tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, usia pemberian
MP-ASI diantaranya :
1. Melengkapi zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang
energi tinggi.
1. Makanan Lumat
tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat
10
2. Makanan Lunak
Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan kentang
puri.
3. Makanan Padat
Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
2. Bersih dan aman, yaitu tidak ada pathogen (tidak ada bakteri penyebab
kimia yang berbahaya atau toksin, tidak ada potongan tulang atau
6. Disukai anak.
7. Mudah disiapkan.
11
2.1.5 Cara Pemberian MP-ASI
biskuit yang diencerkanpakai air atau susu. Kenalkan pula bubur susu
dijus, kemudian buah yang dihaluskan atau dijus. Sayur dan buah yang
Perkenalkan dengan tekstur yang lebih kasar (semi padat) yaitu bubur
tim saring. Seandainya bayi menolak atau muntah, di coba terus karena
tahapan ini harus dilaluinya. Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih
lumat 2 kali sehari. Jenis sayur dan buah ynng disarankan: asparagus,
wortel, bayam, sawi, bit, lobak, mangga, blewah, timun suri, peach.
Bisa juga ditambahkan daging ayam, daging sapi, hati ayam, hati sapi,
secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur
12
selingan satu kali sehari, pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi
1. MP-ASI diberikan sedikit demi sedikit, misalnya 2-3 sendok pada saat
beras yang baik adalah yang berasal dari beras pecah kulit yang lebih
karena rasa buah lebih manis lebih disukai bayi, sehingga jika buah
bayi untuk menolak sayur yang rasanya lebih hambar. Sayur dan buah
13
5. Hindari penggunaan garam dan gula. Utamakan memberikan MP-ASI
dengan rasa asli makanan, karena bayi usia 6-7 bulan fungsi ginjalnya
sapi atau ikan yang dibuat sendiri, serta bisajuga ditambahkan berbagai
pemberian MP-ASI, namun cukup satu persatu saja. Berikan dulu 2-4
tertentu.
9. Telur bisa diberikan kepada bayi kepada bayi sejak umur 6 bulan,
10. Madu sebaiknya diberikan pada bayi usia lebih dari 1 tahun karena
14
Yang harus diperhatikan dalam menentukan MP-ASI sebagai berikut:
1. Umur bayi
untuk itu diperlukan bahan ekstra. Lebih muda usia seorang anak maka
lebih banyak zat makanan yang diperlukan untuk tiap kilogram berat
badannya.
Berat badaan yang lebih maupun kurang dari pada berat badan rata-
sebaik-baiknya.
3. Suhu lingkungan
4. Aktifitas
15
5. Keadaan sakit
berlebihan daripada asam amino dan lagi pula suhu tubuh meninggi,
disarankan karena:
1. ASI dapat tergantikan oleh cairan atau makanan lain yang kualitas
steril.
1. Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara menyiapkan
makanan yang kurang bersih juga karena pembentukan zat anti oleh
16
2. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi
akibat usus bayi yang masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh
protein asing.
KEP (Kurang Energi Protein) dan dapat terjadi sugar baby atau
tinggi.
4. Produksi ASI menurun, karena bayi yang sudah kenyang dengan MP-
17
3) Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih
ASI.
6) Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit
1) Obesitas
2) Hipertensi
gangguan / hipertensi.
18
3) Arterioskeloris
iskemik.
4) Alergi makanan
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini
dorongan agar bayi mau makan, tetapi jangan memaksa nya untuk
makan, ajak bayi untuk bicara, dan pertahankan kontak mata. Pada
19
3. Jagalah kebersihan dalam setiap makanan yang disajikan. Terapkan
berikanlah air susu lebih sering) dan dorong anak untuk makan
terpenting adalah kesiapan bayi untuk mulai menerima nya. Berikut adalah
20
tanda – tanda yang dapat diperhatikan pada bayi yang menunjukkan
tersebut.
1. Faktor Predisposisi
1) Usia
cara berfikir, bertindak dan emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa
lebih muda. Usia ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi ibu. Usia
ibu yang terlalu muda saat hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis
laktasi yang lebih baik daripada yang berumur lebih dari 30 tahun.
21
2) Pendidikan
cenderung memberikan susu botol lebih dini dan ibu yang mempunyai
3) Pengetahuan
status gizi ibu dan balitanya juga baik. Pengetahuan ibu berhubungan
dan risiko pemberian makanan pada bayi kurang dari enam bulan
usia di bawah enam bulan tanpa mengetahui risiko yang akan timbul.
22
kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan
2012).
4) Pekerjaan
makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Pekerjaan
ibu bisa saja dilakukan di rumah, di tempat kerja baik yang dekat
maupun jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering memberikan
pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah terbiasa (Nauli, 2012).
5) Pendapatan
23
yang diterima, yang jika dibandingkan dengan pengeluaran, masih
2. Faktor Pendorong
1) Pengaruh Iklan
3. Faktor Pendukung
24
Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan
makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya,
jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada ibu yang
memiliki bayi usia kurang dari enam bulan, maka pada umumnya ibu
mau patuh dan menuruti nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu
2) Dukungan Keluarga
membersihkan rumah.
25
2.2 Konsep Status Gizi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Adapun kategori dari status gizi
dibedakan menjadi 3 yaitu gizi lebih, gizi baik, dan gizi buruk (Mardalena,
2017).
menurut jenis dan beratnya keadaan gizi misalnya gizi lebih, gizi baik, gizi
diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan
pada tubuh bayi yang diakibatkan dari keseimbangan antara asupan zat
penilaian status gizi yaitu penilaian status gizi langsung dan penilaian
status gizi tidak langsung. Penilaian status gizi langsung terdiri dari
26
gizi tidak langsung terdiri dari survei, konsumsi makanan, statistik vital,
1. Berat Badan
persyaratan alat ukur berat di antaranya adalah alat ukur harus mudah
mudah dibaca, cukup aman jika digunakan, dan alat selalu dikalibrasi.
27
timbangan detecto, bathroom scale (timbangan kamar mandi),
2. Tinggi Badan
yang terjadi akibat dari asupan gizi. Oleh karena itu tinggi badan
dalam waktu yang lama sehingga sering disebut akibat masalah gizi
kronis. Istilah tinggi badan digunakan untuk anak yang diukur dengan
berbaring (belum bisa berdiri). Anak berumur 0–2 tahun diukur dengan
Kelebihan alat ukur ini adalah memiliki ketelitian 0,1 cm, mudah
panjang badan).
28
3. Lingkar kepala
syaraf anak dan pertumbuhan global otak dan struktur internal. Bayi
laki-laki yang baru lahir ukuran ideal lingkar kepalanya adalah 36 cm,
dan pada usia 3 bulan menjadi 41 cm. Sedangkan pada bayi perempuan
menjadi 40 cm pada usia 3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan bertambah
bulan.
4. Umur
akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai penentuan umur yang
29
tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan
untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun.
Oleh karena itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, yang artinya sisa
perubahan besar, jumlah, ukuran dan fungsi sel, jaringan, organ tingkat
individu yang diukur dengan ukuran panjang, berat, umur tulang, dan
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
(lingkungan).
asupan protein dan energi (karbohidrat dan lemak). Metode ini memiliki
objektif, siapa saja bisa dilatih mengukur, relatif murah, hasilnya mudah
sampel besar tepat, akurat, dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu,
30
bisa untuk skrining, dan mengevaluasi status gizi. Selain dari keunggulan,
ada pula kelemahannya antara lain tidak sensitif dan spesifik mengukur
suatu zat gizi, bisa dipengaruhi faktor diluar gizi misalnya penyakit, bisa
terjadi pengukuran.
tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala dll. Setiap indeks
lain:
1. BB/U
ascites, harus tahu jelas tanggal lahir, sering salah dalam pengukuran.
2. TB/U
3. BB/TB
31
seumuran, sulit dilakukan pada balita, alat ukur 2 macam, lebih
4. LLA/U
2.2.5 Z Score
berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan
presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur menggunakan alat ukur
panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB/PB anak balita
disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan
BB/TB. Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan
32
2.2.6 Kategori Status Gizi
status gizi balita terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu
sendiri, yang meliputi status kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran
33
penyakit infeksi, seperti kwashiorkor atau marasmus sering didapatkan
gizi yaitu 11 faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor
2. Tingkat Pendapatan
bergizi
3. Pemeliharaan kesehatan
34
olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit
pencegahan penyakit.
Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada
emosional.
antara lain:
1) Kwarshiorkor
35
penggelembungan pada bagian tubuh dan organ dalam (hati).
kronik.
2) Marasmus
tidak lentur dan mudah berkerut, wajah seperti orang tua, cengeng
dan mudah rewel, sering diare kronik atau konstipasi, berat badan
hanya sekitar 60% dari seharusnya, rambut tipis, kusam dan mudah
patah bahkan tercabut tanpa rasa sakit, dinding perut menegang dan
3) Marasmik-Kwarshiorkor
36
jika edema hilang pada pengobatan awal, penderita akan tampak
GAKY ini meliputi kurang intake yodium, nutrisi, kondisi air dan
37
4. Obesitas
anak-anak sebagai berikut anak yang setiap menangis sejak bayi diberi
padat, anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi, anak
(Marimbi, 2010).
bertambahnya frekuansi buang air besar dari biasanya hingga 3 kali atau
lebih dalam sehari. Dengan ungkapan lain, diare adalah buang air besar
air dalam tinja lebih banyak daripada biasanya (normal 100-200 ml per
jam tinja) atau frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang
air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair disertai dengan
38
frekuensi yang lebih dari biasanya. Bayi dikatakan diare apabila sudah
lebih dari 3x buang air besar sedangkan neonatus dikatakan diare apabila
ditandai dengan pengeluaran tinja yang yang tidak normal dan konsistensi
tinja yang mencair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari.
(etamuba coli, salmonella, dan sigella) , atau parasit (cacing dan jamur).
Akan tetapi, tidak sedikit diare yang disebabkan oleh faktor alergi
dan terjadinya diare. Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya diare
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain, seperti
39
ekonomi, dan makanan serta minuman yang di konsumsi juga
Menurut Fida dan Maya (2012) selain terjadi perubahan pada tinja,
1. Muntah
3. Panas
antara lain :
40
4) Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum
saat bayi berumur 6 bulan. Pada bayi yang berumur 0-6 bulan rentan
2.3.5 Patogenesis
1. Gangguan ostimotik
41
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
2. Gangguan sekresi
yang akan terjadi peningkatan sekresi air, dan eletrolit yang berlebih ke
dalam rongga usus, sehingga terjadi peningkatan isi dari rongga usus
diare.
tercemar oleh feses dan/atau kontak langsung dengan feses penderita akan
dimaksud adalah :
42
1. Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh untuk waktu 4-6
bulan. Risiko untuk menderita diare berat beberapa kali lebih besar
pada bayi yang tidak diberi ASI dibandingkan dengan bayi diberi ASI
tidak bersih, maka akan terjadi kontaminasi kuman dan bila tidak
4. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses, air mungkin
43
kesehatan, padahal sebenarnya feses bayi mengandung virus atau
besar diare bisa sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dicegah
Untuk menghindari akibat yang fatal, orang tua dan ahli kesehatan harus
1. Rehidrasi
Ketika seorang anak mengalami diare, banyak cairan yang keluar ari
atau yang disebut rehidrasi. Pemberian cairan ini bisa melalui mulut
Saat anak menderita diare banyak zat yang dibutuhkan oleh tubuh
nutrisi yang memadai harus tetap diberikan agar anak memiliki energi
44
3. Pemberian obat seperlunya
mengatasi diare yang diderita oleh anak. Bahkan hal itu dapat
menginfeksi anak melalui 4 faktor yaitu food, feces, fly, finger. Oleh
karena itu, untuk mencegah agar penyakit ini tidak menyebar dan menular,
cara yang paling praktis adalah memutus rantai penularan tersebut. Faktor
penyakit diare.
dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku adan faktor
45
lingkungan. Untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan
sarana-sarana kesehatan.
46
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Keterangan :
: Diteliti : Berhubungan
: Tidak Diteliti : Pengaruh
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan
Status Gizi Dan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
47
Makanan Pendamping ASI adalah makanan dan minuman yang diberikan
kepada bayi berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh
kembang bayi. Pemberian MP-ASI dini disebabkan oleh 3 faktor yaitu: faktor
kesehatan dan dukungan keluarga. Selain itu, pemberian MP-ASI terlalu dini
status gizi, dan diare. Sehingga dari kerangka konsep diatas peneliti
menghubungkan pemberian MP-ASI dini dengan Status gizi dan Diare. Status gizi
tingkat pendapatan, pemeliharaan kesehatan, pola asuh keluarga, faktor yang perlu
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor perilaku dan faktor lingkungan.
3.2 Hipotesis
H1 : Ada Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan Status Gizi Pada Bayi
Madiun.
Bayi Usia 0-6 Bulan Posyandu Balita Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota
Madiun.
48
BAB 4
METODE PENELITIAN
kali pada suatu saat. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis
tentang hubungan pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP ASI)
dini dengan status gizi dan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Pada
independen dan variabel dependen yang dinilai satu kali dalam waktu yang
sama.
4.2.1 Populasi
Target populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita
Banjarejo.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita
49
1. Kriteria Inklusi
ASI dini.
2. Kriteria Ekslusi
3. Besar Sampel
Keterangan :
n = N : Jumlah populasi
n : Jumlah sampel
= = = 47 d : Tingkat signifikansi (p) 0,05
acak setelah semuanya terkumpul. Dalam penelitian ini kurun waktu yang
Banjarejo.
50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Semua Ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Posyandu Balita wilayah
Kelurahan Banjarejo yang berjumlah 53 bayi.
Teknik Sampling
Simple Random Sampling
Sampel
Sebagian Ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Posyandu Balita wilayah
Kelurahan Banjarejo yang berjumlah 47 bayi
Desain Penelitian
Cross Sectional
Pengumpulan data
Menggunakan Kuesioner, Pengukuran
Pengolahan Data
Editing, Coding, Data Entry, Scoring,
Tabulating, Cleaning
Analisis
Chisquare dengan α 0,05
Hasil Penelitian
Diuji untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan pemberian mp-asi dini
dengan status gizi dan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.
51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel terikat pada penelitian ini adalah status gizi dan kejadian
52
4.6 Instrumen Penelitian
berisi pertanyaan tentang kejadian diare seperti frekuensi BAB dan bentuk
< 0,05 maka item pertanyaan dinyatakan valid atau didasarkan pada nilai r,
dimana pertanyaan dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel pada taraf
cronbach dengan alat ukur kuesioner dikatakan reabel jika nilai alpha
cronbach ≥ 0,60. Berdasarkan uji reabilitas yang peneliti uji coba pada 15
responden ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang diberikan MP ASI
53
dini diperoleh nilai alpha cronbach (0.900) ≥ r tabel (0.60) berarti
berikut :
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari Stikes
peneliti.
consent.
54
9. Kuesioner diberikan kepada responden.
10. Kuesioner diisi dengan memberikan tanda (√) pada daftar pertanyaan.
angket.
12. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan memeriksa
kelengkapannya.
1. Editing
2. Coding
1. Data Umum
55
diberikan kode 3, perguruan tinggi diberikan kode 4, tidak
diberikan kode 5.
2. Data Khusus
1, tidak kode 2.
3. Data Entry
Data yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
4. Skoring
56
1) Hasil observasi kuesioner pemberian MP-ASI dini ada 15 soal
= 0. Total skor jika jawaban diberikan 1-15 dan jika jawaban tidak
2) Hasil lembar observasi status gizi ada 3 pilihan yaitu gizi buruk,
gizi kurang, dan gizi baik. Penilaian untuk lembar observasi diliat
buruk jika nilai Zscore = < -3,0; dikatakan gizi kurang jika nilai
Zscore = ≥ -3,0 s/d Zscore < -2,0; dikatakan gizi baik jika nilai
Zscore = ≥ -2,0.
dinilai= 0. Total skor jika jawaban Ya 1-2 dan jika jawaban Tidak
total skor 0.
5. Tabulating
tahapan ini data diperoleh untuk setiap variabel disajikan dalam bentuk
57
6. Cleaning
adalah :
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
dan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di posyandu balita wilayah
58
dan kejadian diare sedangkan p signifikan > 0,05 maka H0 diterima
atau hasil pengukuran tidak valid yang artinya tidak ada hubungan
kejadian diare.
1. Informed Concent
2. Anonimity
menulis kode pada pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disampaikan.
3. Confidentiallity
dikumpulkan.
59
BAB 5
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang
Hubungan pemberian makanan pendamping asi (MP-ASI) dini dengan status gizi
dan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah Kelurahan
Kota Madiun dengan sampel sejumlah 47 responden ibu yang memiliki bayi usia
0-6 bulan.
60
5.1.2 Data Umum
dibawah ini :
tahun, usia paling banyak 25 tahun, dengan usia terendah 19 tahun dan
61
Tabel 5.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di
Posyandu balita Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun
pada tanggal 14 – 25 Mei 2018.
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. SD 0 0
2. SMP 6 12,8
3. SMA 24 51,1
4. Perguruan Tinggi 17 36,2
5. Tidak Sekolah 0 0
Total 47 100,0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Posyandu balita
Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun pada bulan Mei 2018)
Mei 2018.
dibawah ini :
62
sebagian kecil ibu bekerja sebagai petani sebanyak 2 ibu (4,8%) di
Mei 2018.
(MP-ASI) Dini, status gizi pada bayi usia 0-6 bulan, kejadian diare pada
bayi usia 0-6 bulan, hubungan pemberian makanan pendamping asi (MP-
ASI) dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita
pendamping asi (MP-ASI) dini dengan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan
Mei 2018.
63
5.1.3.2 Status gizi pada bayi usia 0-6 bulan
Status gizi pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah
Kelurahan Banjarejo Kota Madiun dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi status gizi pada bayi usia 0-6 bulan di
Posyandu balita Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun
pada tanggal 14 – 25 Mei 2018.
No. Keadaan Status Gizi Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Gizi buruk 4 8,5
2. Gizi kurang 34 72,3
3. Gizi baik 9 19,1
Total 47 100,0
(Sumber : Lembar kuesioner responden di Posyandu balita
Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun pada bulan Mei 2018)
sebagian kecil dengan keadaan status gizi buruk sebanyak 4 bayi (8,5%)
dibawah ini :
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di
Posyandu balita Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun
pada tanggal 14 – 25 Mei 2018.
No. Kejadian diare Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Ya 39 83
2. Tidak 8 17
Total 47 100,0
(Sumber : Lembar kuesioner responden di Posyandu balita
Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun pada bulan Mei 2018)
64
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian mengalami
dengan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah
(MP-ASI) dini dengan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan dapat dilihat
65
dengan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah
dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita
(MP-ASI) dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan dapat
66
dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita
5.2 Pembahasan
Banjarejo Kota Madiun pada bulan Mei 2018 sebanyak 74,5% bayi yang
diberikan MP-ASI oleh ibunya, jumlah ini lebih besar dari yang tidak
pekerjaan dan pendapatan. Dari 74,5% bayi yang diberikan MP-ASI ibu
MP-ASI dini.
yang diberikan kepada bayi berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan
gizi dan tumbuh kembang bayi sering dengan bertambahnya usia bayi.
gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang semakin meningkat sejalan
tinggi.
67
Cara pemberian makanan pendamping asi (MP-ASI) menurut Molika
makanan yang padat atau di cincang halus atau makanan bertekstur semi
cair, bayi usia 6 sampai 9 bulan perkenalkan bayi dengan tekstur yang lebih
kasar (semi padat) yaitu bubur tim saring, pada umur 6 bulan alat cerna
sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi mulai diperkenalkaan dengan
dari seluruh total bayi di Indonesia. Dari hasil Pemantauan Ststus Gizi di
provinsi Jawa Timur khususnya di Kota Madiun sebanyak 27,4% bayi yang
dini. Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian faktor usia hasil terbanyak
adalah usia 25 tahun. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Yonatan
68
faktor usia hasil terbanyak pada usia 25 tahun. Sesuai dengan teori Menurut
bertindak dan emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki
emosi yang stabil dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Usia ibu yang
SMA sebanyak 24 (51,1%). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Yonatan
Nauli (2012) Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung
memberikan susu botol lebih dini dan ibu yang mempunyai pendidikan
formal lebih banyak memberikan susu botol pada usia 2 minggu dibanding
Kelurahan Banjarejo Kota Madiun pada bulan Mei 2018 tentang pemberian
ASI eksklusif sampai bayi berusia minimal 6 bulan, karena merasa ASI
bayinya belum kenyang jika diberikan ASI saja. Kebiasaan ibu memberikan
69
makanan kepada bayi saat berusia 2 bulan, dan makanan yang biasa
diberikan yaitu pisang yang dihaluskan, bubur tim, biskuit yang dihaluskan.
Oleh karena itu ibu-ibu sudah memberikan makanan pendamping air susu
ibu (MP ASI) dini pada usia bayi kurang dari 6 bulan. Hal ini menunjukkan
Banjarejo Kota Madiun pada bulan Mei 2018 menunjukkan hasil lebih besar
berpendapat bahwa sebagian besar ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
sudah memberikan MP-ASI dini pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
diberikan setelah usia enam bulan. Selain cukup jumlah dan mutunya,
pecernaan.
Oleh sebab itu peran kader posyandu, perawat dan tenaga kesehatan
yang lain diharapkan bisa memberikan pendidikan kesehatan pada ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan agar mereka paham dan mengerti tentang
70
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) tepat sesuai dengan
usianya yaitu 6 bulan. Selain itu upaya untuk mengatasi masalah pemberian
Dari hasil tabel 5.5 sebagian besar bayi dengan keadaan status gizi
kurang sebanyak 34 bayi, keadaan status gizi baik sebanyak 9 bayi dan
keadaan status gizi buruk sebanyak 4 bayi. Hal ini didukung dengan hasil
dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
badan menurut umur pada bayi usia 0-6 menunjukkan hasil 17 bayi (34%)
oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat
gizi oleh tubuh. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari berat badan, tinggi
ilmu gizi ada dua metode penilaian status gizi yaitu penilaian status gizi
langsung dan penilaian status gizi tidak langsung. Penilaian status gizi
penilaian status gizi tidak langsung terdiri dari survei, konsumsi makanan,
statistik vital, dan faktor ekologi. Antropometri sebagai indikator status gizi
71
dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter parameter terdiri dari
umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala dll.
yang dapat mempengaruhi tubuh manusia akibat status gizi kurang yaitu
Akibat kekurangan asupan gizi pada masa pertumbuhan, anak tidak dapat
waktu janin dan usia balita dapat berpengaruh pada pertumbuhan otak,
yang optimal pada usia 2-3 tahun, setelah itu menurun dan selesai
sebesar 54% terhadap kematian bayi dan balita. Hal ini menunjukkan bahwa
gizi mempunyai peran yang besar untuk menurunkan angka kesakitan dan
Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun pada bulan Mei 2018 tentang
status gizi pada bayi usia 0-6 bulan masih banyak bayi yang mengalami
status gizi kurang. Dari hasil wawancara peneliti, banyak ibu-ibu yang
memberikan makanan kepada bayi tidak sesuai dengan usia yaitu kurang
72
lapar. Makanan pendamping yang diberikan oleh ibu biasanya pisang yang
bayi usia muda yang tidak sempurna dapat mengganggu penyerapan zat gizi
dan tenaga kesehatan yang lain diharapkan ibu bisa memberikan pendidikan
kesehatan pada ibu yang memiliki bayi agar mereka tahu dan mengerti
Berdasarkan tabel 5.6 hasil distribusi Kejadian Diare pada Bayi Usia
0-6 Bulan terdapat 39 bayi yang mengalami kejadian diare. Jumlah ini lebih
besar dari yang tidak mengalami diare yaitu terdapat 8 bayi. Hal ini
pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Dengan Terjadinya Diare Di
mengalami diare sebanyak 24 bayi (57,1%) dan yang tidak mengalami diare
73
Diare adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan
pengeluaran tinja yang yang tidak normal dan konsistensi tinja yang
mencair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari. Menurut Fida dan
Maya (2012) beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya diare pada
atau obat tertentu, Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit
pendidikan, pekerjaan orang tua, usia anak, asupan gizi, sosial ekonomi, dan
penyebab diare.
Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun pada bulan Mei 2018 banyak
kenyang jika diberikan ASI saja. Oleh karena itu ibu-ibu sudah memberikan
makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) dini pada usia bayi kurang dari
ASI yang berlebihan atau diberikan lebih dari 3 kali sehari dapat
74
Berdasarkan penjelasan diatas maka peran kader posyandu, perawat
dan tenaga kesehatan yang lain bisa mencegah peningkatan kejadian diare
pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah Kelurahan Banjarejo
tentang penyakit diare dan bisa mengurangi kejadian diare pada bayi.
Dari hasil tabel 5.8 dapat dilihat bahwa hasil hubungan pemberian
makanan pendamping ASI dini dengan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan
nilai p=0,048 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1
dini dengan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah
Kelurahan Banjarejo Kota Madiun. Dari hasil penelitian sebagian besar dari
35 ibu yang memberikan MP-ASI ada 27 bayi dengan status gizi kurang,
ada 4 bayi dengan status gizi buruk. Kemudian dari 12 ibu yang tidak
memberikan MP-ASI ada 7 bayi dengan status gizi kurang, dan ada 5 bayi
dini yaitu bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini
75
terjadi akibat usus bayi yang masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh
menderita KEP (Kurang Energi Protein) dan dapat terjadi sugar baby atau
terpenting adalah kesiapan bayi untuk mulai menerima nya. Tanda – tanda
mengontrol kepala dengan baik, bayi dapat duduk dengan bersandar tanpa
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Risa Wargiana
(2013) tentang Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6
gangguan pencernaan seperti diare, sulit BAB, muntah, serta bayi akan
bayi dengan status gizi kurang, ada 4 bayi dengan status gizi buruk
76
mengalami gangguan sistem pencernaan dan gangguan pertumbuhan. Hal
ada 7 bayi dengan status gizi kurang, dan ada 5 bayi dengan status gizi baik.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak bayi yang mengalami status gizi
5.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar sebanyak 23 ibu bekerja hal ini
memengaruhi pola asuh ibu kepada bayi. Banyaknya ibu yang bekerja
untuk bayi. Kurangnya perhatian, kasih sayang ibu terhadap bayi berdampak
memberikan MP-ASI dini kepada bayi pada usia kurang dari 6 bulan.
gangguan kesehatan. Risiko ini ada yang langsung terjadi pada saat bayi
77
diberikan MPASI dini dan ada pula yang akan tampak setelah beberapa
lama kemudian yang disebut dengan risiko jangka panjang. Risiko jangka
atau minum ASI berkurang. Asupan ASI yang kurang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada bayi karena didalam ASI banyak terkandung zat
bahwa bayi usia 0-6 bulan hanya membutuhkan ASI saja karena
dibutuhkan oleh bayi. Pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dengan umur
dan kebutuhan bayi dapat menimbulkan dampak pada kesehatan dan status
gizi bayi. Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.
perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga
dewasa.
Oleh sebab itu masalah gizi pada dasarnya disebabkan oleh masalah
78
bulan. Setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan baru diberikan makanan
Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Posyandu Balita Wilayah Kelurahan
makanan pendamping ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6
pendamping ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di
penelitian sebagian besar dari 35 ibu yang memberikan MP-ASI ada 32 bayi
mengalami diare dan ada 3 bayi tidak mengalami diare. Kemudian dari 12
ibu yang tidak memberikan MP-ASI ada 7 bayi mengalami diare dan ada 5
bayi mengalami diare dan ada 3 bayi tidak mengalami diare yang
79
Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini mengakibatkan bayi
Kemudian untuk hasil penelitian dari ibu yang tidak memberikan MP-
ASI ada ada 7 bayi mengalami diare dan ada 5 bayi tidak mengalami diare.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak bayi yang mengalami diare tanpa
pada bayi adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor perilaku
antara lain ibu tidak menerapkan kebiasaaan cuci tangan pakai sabun
sebelum memberikan ASI, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita
/imunosupresi.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Lutfi Wahyuni
(2015) tentang pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Dengan
80
Terjadinya Diare Di Desa Pacet Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto
pencernaan bayi yang berusia kurang dari 6 bulan belum sempurna dan
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam rongga usus maka timbul diare. Sesuai menurut teori dari
yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
Dari hasil penjelasan diatas diare bisa terjadi karena ibu sudah
memberikan MP-ASI dini kepada bayi pada usia kurang dari 6 bulan.
Mereka tidak mengetahui salah satu dampak pemberian MP-ASI dini bisa
dini pada bayi saat usianya kurang dari 6 bulan, bayinya cenderung
dini pada bayi usia 0-6 bulan. Hal ini disebabkan karena pada bayi yang
berumur kurang dari 6 bulan, sistem pencernaannya masih lemah dan belum
81
asing atau makanan pendamping akan menyebabkan sistem pencernaan
mengalami gangguan.
Oleh sebab itu perawat dan tenaga kesehatan lain dapat melakukan
82
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
status gizi dan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita
dini.
gizi pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah Kelurahan
kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah
6.2 Saran
83
1. Bagi Masyarakat atau Ibu
bayi usia 0-6 bulan untuk lebih aktif mencari informasi tentang
pemberian MP-ASI yang sesuai dengan usia bayi. supaya tahu makanan
pendamping apa saja yang tepat dan benar untuk bayi serta dampak yang
usia 6 bulan.
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan refrensi dan sebagai
dengan status gizi dan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan dari segi
84
DAFTAR PUSTAKA
Chairani, S.K. 2013. Alasan Ibu Memberikan Makanan Pendamping ASI Dini
Dengan Pendekatan Teori Health Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013. http://www.
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26510/1/KIKI%20CHAI
RANI%20SAPUTRI-FKIK.pdf. (Diakses 17 Januari 2018).
Dinas Kesehatan Kota Madiun. 2015. Profil Kesehatan Kota Madiun. Madiun:
Dinas Kesehatan Kota Madiun.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN
SI_2015/15_Jatim_2015.pdf. (Diakses 15 Desember 2017).
Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak.. Jogjakarta: D-Medika.
85
. 2017. Buku saku pemantauan status gizi. Jakarta:
Direktorat Gizi Masyarakat.
Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mufida, L. 2015. Prinsip Dasar MPASI Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4, : 1646-1651.
Nauli, S.D. 2012. Hubungan Pemberian Mp-Asi Dini Dengan Kejadian Penyakit
Infeksi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya
Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/37415/Chapter%20II.
pdf?sequence=4&isAllowed=y. (Diakses 10 Januari 2018).
Pangesti, T.L. 2016. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(Mp Asi) Dini Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa
Suluk Kacamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Skripsi. Program Studi
Keperawatan. Stikes Bhakti Husada Mulia, Madiun.
Pemerintah RI. 2012. Peraturan Pemerintah RI: Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif. Departemen Kesehatan RI
Prawesti, D.R. 2016. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
Dini Dengan Status Gizi Pada Bayi Usia 1-6 Bulan Di Puskesmas Lembeyan
Kabupaten Magetan. Skripsi. Program Studi Keperawatan. Stikes Bhakti
Husada Mulia, Madiun.
Rifatul, N. 2012. Hubungan pola asuh gizi dan pengetahuan gizi ibu dengan
status gizi balita di Posyandu Melati Genuk Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-
gdl-ninarifatu-6584. (Diakses 21 Desember 2017).
Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta: Dunia Sehat.
86
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Wahyuni, L. 2015. Hubungan Pemberian Mp-Asi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Dengan Terjadinya Diare Di Desa Pacet Kecamatan Pacet Kabupaten
Mojokerto. http://ejurnaladhkdr.com/index.php/coba/article/download/67/59/
(Diakses 12 Desember 2017).
Wargiana, R. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi
Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten
Jember. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/519/375.
(Diakses 12 Desember 2017).
Wiyono, S., Harjatmo, P.T., dan Par’i, M.H. 2017. Penilaian Status Gizi.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/
PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf. (Diakses 20 Desemer 2017).
87
Lampiran 1
88
Lampiran 2
89
Lampiran 3
Dengan Hormat,
Nim : 201402105
Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan ibu untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi ibu
akan sangat kami jaga dan informasi yang kami dapatkan akan saya gunakan
untuk kepentingan penelitian ini.
Hormat Saya
Tanti Sulistiani
90
Lampiran 4
Nama :....................................................
Umur :....................................................
Alamat :....................................................
Madiun, ...........................2018
Peneliti Responden
91
Lampiran 5
KISI-KISI KUESIONER
92
14. Bayi ibu diberikan makanan pendamping
ASI berupa buah pepaya yang dihaluskan
15. Bayi ibu diberikan nasi tim yang
dihaluskan
Jawablah dan beri tanda centang ( √ ) pada pertanyaan dibawah ini yang
ibu anggap benar :
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah bayi ibu mengalami BAB yang
lebih dari 4x sehari
2. Apakah BAB bayi ibu encer
93
Lampiran 6
B. IDENTITAS IBU
No. Responden : ……..(Ditulis Peneliti)
Nama : .............................................................................
Alamat : …………………………………………………..
Umur : …………………………………………………..
Pendidikan : ...............................................................................
1. Tamat SD
2. Tamat SMP
3. Tamat SMA
4. Perguruan Tinggi
5. Tidak Sekolah
Pekerjaan : ................................................................................
1. Petani
2. Pedagang
3. Pegawai Negeri
4. Pegawai Swasta
5. Ibu Rumah Tangga
94
C. Pertanyaan Tentang Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP ASI)
95
14. Bayi ibu diberikan makanan pendamping
ASI berupa buah pepaya yang dihaluskan
15. Bayi ibu diberikan nasi tim yang
dihaluskan
Jawablah dan beri tanda centang ( √ ) pada pertanyaan dibawah ini yang
ibu anggap benar :
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah bayi ibu mengalami BAB yang
lebih dari 4x sehari
2. Apakah BAB bayi ibu encer
96
Lampiran 7
Correlations
SKOR
**
SOAL_1 Pearson Correlation .663
N 15
*
SOAL_2 Pearson Correlation .518
N 15
*
SOAL_3 Pearson Correlation .548
N 15
**
SOAL_4 Pearson Correlation .716
N 15
N 15
**
SOAL_6 Pearson Correlation .781
N 15
**
SOAL_7 Pearson Correlation .649
N 15
**
SOAL_8 Pearson Correlation .767
N 15
97
*
SOAL_9 Pearson Correlation .591
N 15
**
SOAL_10 Pearson Correlation .645
N 15
*
SOAL_11 Pearson Correlation .603
N 15
**
SOAL_12 Pearson Correlation .797
N 15
*
SOAL_13 Pearson Correlation .581
N 15
**
SOAL_14 Pearson Correlation .689
N 15
**
SOAL_15 Pearson Correlation .664
N 15
Sig. (2-tailed)
N 15
N %
Total 15 100.0
98
Case Processing Summary
N % Reliability Statistics
Excluded
a
0 .0 Alpha N of Items
99
Lampiran 8
100
101
Lampiran 9
Hasil Tabulasi Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Dini
Dengan Satus Gizi dan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Posyandu balita
102
15. Ny.H 21 SMA SWASTA By.Sh 5 7,3 P TIDAK BAIK TIDAK
16. Ny.B 31 S1 PEGAWAI By.At 4 6,2 P TIDAK BAIK YA
17. Ny.N 27 D3 SWASTA By.Y 5 6,3 L TIDAK KURANG TIDAK
18. Ny.J 25 S1 SWASTA By.R 3 5,5 L YA KURANG YA
19. Ny.Ly 19 SMA IRT By.Dh 4 4,5 P YA BURUK YA
20. Ny.Sum 27 SMA SWASTA By.Ar 6 6,1 L YA KURANG YA
21. Ny.Rh 26 SMA SWASTA By.As 5 6 P YA KURANG YA
22. Ny.D 33 S1 SWASTA By.M 6 8,9 P YA BAIK YA
23. Ny.G 26 D3 SWASTA By.Rh 4 5,1 L YA KURANG YA
24. Ny.M 24 SMA IRT By.N 4 5,8 L YA KURANG YA
25. Ny.B 29 SMA IRT By.J 3 4,2 L YA BURUK TIDAK
26. Ny.Se 29 SMA SWASTA By.Br 4 5,8 P TIDAK BAIK YA
27. Ny.W 31 S1 IRT By.A 5 6,4 P TIDAK BAIK YA
28. Ny.Sh 26 SMP SWASTA By.S 4 5,5 L YA KURANG YA
29. Ny.A 30 D3 SWASTA By.Th 4 5,2 P YA KURANG TIDAK
30. Ny.Fh 33 D3 PEDAGANG By.Ve 5 6,1 P YA KURANG YA
31. Ny.Syi 29 S1 SWASTA By.R 6 6,2 L YA KURANG YA
32. Ny.L 25 SMA IRT By.A 6 7,4 L YA KURANG YA
33. Ny.H 32 SMA IRT By.Cr 3 5,2 P TIDAK KURANG TIDAK
34. Ny.D 29 SMP PEDAGANG By.A 2 3,5 P YA KURANG YA
35. Ny.As 26 SMA IRT By.Dn 3 4 P YA BURUK YA
36. Ny.S 31 D3 SWASTA By.Ry 3 4,7 L TIDAK KURANG YA
37. Ny.C 35 S1 PEGAWAI By.Df 5 5,6 P TIDAK KURANG YA
38. Ny.P 30 S1 PEGAWAI By.G 5 6,5 L YA KURANG YA
39. Ny.S 28 SMA IRT By.B 6 6,3 L TIDAK KURANG TIDAK
40. Ny.Y 22 SMA IRT By.Y 1 3,8 P YA BAIK YA
41. Ny.Th 25 SMP PEDAGANG By.W 3 4,6 L YA BURUK YA
103
42. Ny.Su 31 SMP PETANI By.S 2 3,8 P YA KURANG YA
43. Ny.R 26 SMP PETANI By.E 1 3,1 P TIDAK KURANG YA
44. Ny.V 32 SMA SWASTA By.N 4 5,1 L YA KURANG YA
45. Ny.M 24 SMA SWASTA By.B 5 6,2 L YA KURANG YA
46. Ny.J 26 SMA SWASTA By.A 6 6,3 L YA KURANG YA
47. Ny.A 25 D3 SWASTA By.R 6 6,1 P YA KURANG YA
104
Lampiran 10
Statistics
PENDIDIKAN_IB PEKERJAAN_IB
USIA_IBU U U
N Valid 47 47 47
Missing 0 0 0
Mode 25 3 5
Range 16 2 4
Minimum 19 2 1
Maximum 35 4 5
USIA_IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
105
31 5 10.6 10.6 87.2
PENDIDIKAN_IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PEKERJAAN_IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
MPASI_DINI STATUS_GIZI
N Valid 47 47
Missing 0 0
106
Median 1.00 2.00
Mode 1 2
Range 1 2
Minimum 1 1
Maximum 2 3
50 1.00 2.00
75 2.00 2.00
MPASI_DINI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
STATUS_GIZI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
DIARE
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
107
Case Processing Summary
Cases
STATUS_GIZI
Total Count 4 34 9 47
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 47
108
Case Processing Summary
Cases
DIARE
YA TIDAK Total
Total Count 39 8 47
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 47
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,04.
109
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 47
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,04.
Symmetric Measures
N of Valid Cases 47
110
Lampiran 11
JADWAL KEGIATAN
Bulan
No Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pembuatan dan konsul judul
2. Penyusunan proposal
3. Bimbingan proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data awal
7. Eksperimental
8. Pengambilan data akhir
9. Penyusunan dan konsul skripsi
10. Ujian skripsi
111
Lampiran 12
112
Lampiran 13
DOKUMENTASI
113