Makalah Seminar TSH 2014 Ahmad Tarmiji
Makalah Seminar TSH 2014 Ahmad Tarmiji
Ahmad Tarmiji2
e-mail: a.tarmiji@yahoo.co.id
Abstrak
Tulisan ini dilatari oleh adanya berbagai permasalahan lingkungan yang sangat akut.
Persoalan ini tidak hanya mengancam keberadaan alam, tetapi juga kelangsungan
populasi manusia. Untuk menjawab permasalahan lingkungan itu, muncul wacana green
school sebagai alternative approach. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui-
menganalisa penerapan dan implikasi kurikulum pembelajaran berwawasan lingkungan di
sekolah dasar. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode riset kualitatif
dengan pendekatan kasus, di Sekolah Dasar yang menjadi pilot project PT. Astra dan
Kementerian Lingkungan Hidup. Teknik pengumpulan data menggunakan kajian
kepustakaan, dokumentasi, observasi lapangan, dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah hijau “green school” merupakan
alternative approach. Secara umum penerapan green school sudah terlaksana dengan
baik. Kurikulum di SDN Sungai Bambu Pagi dilaksanakan secara integrasi dan
monolitik. Sedangkan pelaksanaan kegiatan lingkungan hidup berbasis partisipatif dan
berbasis komunitas. Produk-produk ramah lingkungan yang telah dihasilkan dari
penerapan green school antara lain: kertas daur ulang, kompos, tali rapia, tas dari kardus
semen, dan apotik hidup.
Kata Kunci: green school, alternative approach, Sekolah Dasar, modernisasi ekologi
Pendahuluan
1
Mahasiswa Program Doktoral PS Sosiologi Pedesaan, Sekolah Pascasarjana IPB.oleh PS S3
Sosiologi Pedesaan IPB dan Forum Ekologi, Kebudayaan, dan Pembangunan, Departemen SKPM
FEMA IPB, Kampus IPB Dramaga. Tanggal 27 Januari 2014.
2
Mahasiswa Program Doktoral PS Sosiologi Pedesaan, Sekolah Pascasarjana IPB.
1
2
kelompok, dan antara kelompok dengan organisasi yang lebih besar (Adiwibowo,
2007).
Reorientasi nilai, etika, dan norma kehidupan, serta restrukturisasi
hubungan sosial tidak lepas dari campur tangan dua institusi, yaitu institusi
keluarga dan institusi pendidikan. Namun, pendidikan yang selama ini terformat
dengan sangat manis, cenderung menggunakan paradigma mekanistik yang dapat
memupuk sikap antroposentris. Dunia pendidikan formal di sekolah hanya
terbatas pada kurikulum yang mengagungkan aspek kuantitatif. Institusi keluarga
juga merupakan peranan penting dalam membangun moral dan etika anak.
Masalahnya, selama ini hubungan antara institusi keluarga dengan institusi
pendidikan masih dapat dikatakan kurang, padahal untuk dapat mengatasi masalah
yang kompleks tersebut diperlukan hubungan yang erat antara institusi keluarga
dan institusi pendidikan.
Melihat krisis ekologi yang terjadi, suatu alternatif pendidikan diterapkan
oleh sebagian pakar. Dengan dikembangkannya konsep sekolah hijau (green
school) yang mengedepankan proses pembelajaran yang berwawasan lingkungan.
Maka, lingkungan melalui pendekatan ini dimaknai sebagai ”laboratorium hidup”
yang dijadikan sebagai sarana pembelajaran. Green School akan memaksimalkan
potensi anak-anak, sehingga mereka bisa berpikir secara kreatif bagaimana
menciptakan lingkungan yang optimum. Isu lingkungan adalah isu terbesar saat
ini. Semua kurikulum bisa disinergikan dengan masalah lingkungan, dari
matematika dan ilmu pasti sampai bahasa Inggris dan kesenian. Pendidikan
lingkungan tidak hanya mengajarkan masalah lingkungan semata di dalam kelas,
tetapi juga memberikan keberanian pada siswa untuk mengeksplorasi lingkungan
yang ada di luar kelas.
Terkait konteks green school, salah satu sekolah yang saat ini melaksanakan
kurikulum ini ialah SDN 05 Sungai Bambu, Tanjung Priok Jakarta Utara. Sekolah
ini merupakan salah satu pilot project ESR PT. ASTRA Internasional dan
Kementerian Lingkungan Hidup. Berdasarkan latar belakang di atas, titik fokus
pembahasan ini akan mengacu kepada rumusan berikut: (1) Bagaimana
munculnya konsep green school sebagai alternative approach dalam memahami
persoalan krisis lingkungan? (2) Bagaimana penerapan pembelajaran berwawasan
lingkungan di SDN 05 Sungai Bambu, Tanjung Priok Jakarta Utara? dan
Bagaimana implikasi pembelajaran berwawasan lingkungan bagi peserta didik di
SDN 05 Sungai Bambu Tanjung Priok Jakarta Utara?
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui munculnya konsep green
school sebagai alternative approach dalam memahami persoalan krisis
lingkungan. (2) menganalisa penerapan pembelajaran berwawasan lingkungan di
SDN 05 Sungai Bambu, Tanjung Priok Jakarta Utara. (3) menganalisa implikasi
pembelajaran berwawasan lingkungan bagi peserta didik di SDN 05 Sungai
Bambu Tanjung Priok Jakarta Utara.
2
3
industrialisasi akan dapat diatasi, antara lain dengan apa yang disebut dengan
Corporate Environmental Responsibility(CER) melalui Model of Resources and
Risk Management. Modernisasi ekologi pada dasarnya adalah tanggapan terhadap
berbagai kritik terutama dari penganut ToP dan jawaban atas pertanyaan
mengenai solusi yang diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan risiko yang
melekat pada kegiatan industrialisasi. Berikut ini intisari Modernisasi ekologi.
Tabel 2.
Intisari Teori Modernisasi Ekologi
Metodologi Penelitian
3
4
4
5
sekolah yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya
dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan
kearifan budaya lokal.
Untuk memahami green school, setidaknya kita harus mengetahui prinsip-
prinsipnya. Pemahaman terhadap prinsip green school di antaranya: (1) nilai
dasar; (2) prinsip dasar; (3) wujud; (4) program; dan (5) manfaat (Percik, 2007: 5-
6).
1. Nilai Dasar
Konsep dan kegiatan yang dikembangkan bertumpu pada nilai-nilai luhur
kehidupan seperti kemanusiaan, kesetiakawanan, kejujuran, keadilan, dan
keseimbangan alam.
2. Prinsip Dasar
Prinsip dasar green school terdiri dari tiga aspek, pertama partisipatif, semua
warga sekolah dan masyarakat berhak memperoleh informasi yang memadai
dan terlibat dalam keseluruhan proses (perencanaan, persiapan, pelaksanaan
dan kontrol) sesuai tanggungjawab dan perannya. Kedua, berkelanjutan,
seluruh kegiatan memiliki manfaat dalam jangka panjang. Dan, ketiga,
menyeluruh. Seluruh warga sekolah selalu mempertimbangkan seluas-luasnya
aspek kehidupan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi,
sehingga dapat memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi
lingkungan.
3. Wujud
Green school “Sekolah Hijau” setidaknya harus memenuhi persyaratan (1)
memiliki kurikulum yang berwawasan lingkungan; (2) mempunyai rancang
bangun, penggunaan bahan dan pemeliharaan prasarana dan sarana
berdasarkan prinsip ramah lingkungan; (3) memiliki manajemen sekolah yang
berwawasan lingkungan; (4) program sekolah didukung oleh komunitas di
luar sekolah; (5) warga sekolah memiliki perilaku peduli lingkungan.
4. Program
Terdapat 5 (lima) bentuk program sekolah hijau yaitu (1) pengembangan
kurikulum berwawasan lingkungan; (2) peningkatan kualitas kawasan sekolah
dan lingkungan sekitarnya. Ini merupakan bagian dari upaya mendorong
warga sekolah dan komunitas sekitar untuk secara aktif melakukan upaya
meningkatkan kualitas lingkungan; (3) pengembangan pendidikan berbasis
komunitas. Sekolah tidak terlepas dari kehidupan nyata sehingga sekolah dan
komunitas merupakan satu kesatuan yang saling membutuhkan; (5)
pengembangan sistem pendukung yang ramah lingkungan. Program ini yang
banyak terkait dengan aspek AMPL seperti penghematan air, pengembangan
sistem sanitasi dan pengelolaan sampah; dan (6) pengembangan manajemen
sekolah berwawasan lingkungan. Manajemen sekolah diharapkan dapat
membangun filosofi dan budaya sekolah yang berwawasan lingkungan dan
ditunjang oleh sumber daya manusia yang mumpuni.
5. Manfaat
Beragam manfaat yang diharapkan dari green school di antaranya (1) warga
sekolah memiliki pemahaman terpadu mengenai lingkungan hidup; (2)
sekolah menjadi tempat belajar warga sekolah mengenai lingkungan secara
menarik dan mudah; (3) metode pembelajaran menjadi lebih dinamis; (4)
potensi diri siswa, kapasitas guru dan staf dalam aspek lingkungan meningkat;
5
6
(5) sekolah memiliki jaringan yang luas dan didukung oleh komunitas di luar
sekolah.
Di samping itu, SDN Sungai Bambu 05 Pagi juga merupakan sekolah yang
mengembangkan pembelajaran berbasis komunitas. Di mana kurikulum
pembelajaran diintegrasikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan
budayanya.
Realitas dan kondisi tersebut dapat dilihat dari visi dan misi SDN Sungai
Bambu 05 Pagi. Visi SDN Sungai Bambu 05 Pagi adalah “menciptakan kondisi
yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga
sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut
bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan. Sementara itu, misi sekolah antara lain:
1. Mewujudkan lembaga Sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
2. Mengembangkan norma-norma dasar yang antara lain: kebersamaan,
keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan sumber daya alam
3. Menciptakan partisipasi komunitas sekolah dalam manajemen sekolah
yang meliputi keseluruhan proses pembelajaran yang berkesinambungan.
Sekolah yang berada di kawasan Suwargo (Sungai Bambu, Warakas, dan
Papanggo) ini melaksanakan pembelajaran dari hari senin hingga jumat, dimulai
dari pukul 06.30 – 12.00. Untuk hari sabtu diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler.
6
7
Teks 1
Menanam Pohon
Holistik (Holism)
Penanaman tanaman obat memberikan pemahaman kepada peserta didik,
tentang proses penanaman yang bersifat organik. Penanaman dengan metode ini
akan mempertahankan kestabilan tanah, sehingga unsur hara tetap terjaga. Hal ini
yang menggambarkan bahwa green school menerapkan solusi yang bersifat tidak
linier.
Metode pembelajaran yang digunakan merupakan integrasi dari kurikulum
berwawasan lingkungan dengan kurikulum nasional yang diturunkan dalam
7
8
bentuk metode “spider web”. Metode ini merupakan sistem pembelajaran dengan
mengintegrasikan tema ekologis/lingkungan dalam semua mata pelajaran baik
IPA, IPS, PAI, dan mata pelajaran lainnya. Melalui metode pembelajaran yang
seperti yang mensinergikan dua bentuk kurikulum pembelajaran diharapkan
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, kompherensif,
aplikatif, sekaligus juga lebih “membumi dan mengakar”. Dengan metode ini,
peserta didik belajar tidak hanya mendengar dan menyimak penjelasan guru di
ruang kelas, tetapi juga dapat belajar sambil melihat, merasakan, dan mengikuti
keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Inilah esensi penting dari prinsip
holistik.
1. Sarana pendukung u/
pendidikan Berwawasan KEBIJAKAN
ekologi
Pengelolaan Lingkungan di
2.
- Visi/Misi
dalam & Luar kawasan
sekolah - Kebijakan Green School
- Kebijakan Kompetensi Guru
3. Penghematan S. Daya (listrik, - Kebijakan Penghematan SD
Air, kertas)
- Kebijakan Lingkungan bersih
4. Pelayanan makanan sehat -Kebijakan Alokasi Dana
Sistem pengelolaan sampah
5.
SARANA KEGIATAN
PENDUKUNG PARTISIPATIF
Keberlanjutan (Sustainibility)
Kegiatan bercocok tanaman obat, tanaman hias, daur ulang sampah yang
kemudian menghasilkan kertas dan kompos dalam uraian teks 1, merupakan
awalan dari kompetensi dalam menciptakan sikap kewirausahaan sosial dan
kemandirian di masa depan. Di sini peserta didik diajarkan untuk menghargai
proses, baik proses itu akan menghasilkan suatu keberhasilan ataupun kegagalan.
Harapannya, suatu saat nanti ketika mereka menjadi pelaku-pelaku di dunia
ekonomi mereka tidak hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
tanpa memperhatikan proses dan tidak bersifat kapitalis.
8
9
Keanekaragaman (Diversity)
Makna filosofis keanekaragaman dalam prinsip ekologi, bila melihat
ilustrasi teks 1 di atas terlihat pada penanaman pohon obat-obatan “apotik hidup”
yang bermacam-macam. Melalui proses itu, peserta didik belajar untuk
menghargai setiap perbedaan tanaman yang ditanam masing-masing kelas. Hal ini
berimplikasi terhadap pemahaman peserta didik mengenai setiap perbedaan yang
kerap muncul dalam keseharian mereka, terutama perbedaan latar sosial. Prinsip
green school “sekolah hijau” SDN Sungai Bambu 05 Pagi memandang
9
10
keanekaragaman sebagai hakikat dari keunikan individu yang harus diakui dan
dihargai, mereka juga meyakini bahwa keseragaman memang tidak seharusnya
terletak pada apa yang dikenakan dan disimbolisasikan, tetapi pada perilaku dan
sikap, serta semangat belajar, dan rasa ingin tahu.
Dalam hal manajemen pendidikan dan pembelajaran, sekolah hijau SDN
Sungai Bambu 05 Pagi menerapkan berbagai kegiatan yang merepresentasikan
kesadaran terhadap alam. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dalam format pentas
seni yang diselenggarakan oleh ekstrakurikuler yang ada.
Keseimbangan (equilibrium)
Makna keseimbangan dalam prinsip ekologi terkait konteks di atas dapat
dilihat dari pendidikan gender. Di SDN Sungai Bambu 05 Pagi sebagai sekolah
yang menyelenggarakan “pendidikan lingkungan pemberlakukan kesetaraan
antara peserta didik laki-laki dan perempuan ditempatkan secara sama. Selain itu,
guru berusaha untuk menyajikan materi yang nantinya dapat menyeimbangkan
antara otak kiri dan kanan. Dikotomi penyajian materi yang selama ini selalu
menitikberatkan pada otak neokorteks bergeser. Guru-guru menyadari bahwa hal
utama yang lebih penting dari kompetisi yang harus ditanamkan pada setiap anak
adalah berkooperatif. Anak diajarkan untuk meningkatkan kreativitas,
kedisiplinan, keberanian, kepercayaan diri, dan kepemimpinan sosial.
Untuk mencapai tujuan dari empat prinsip ekologi tersebut, maka proses
belajar yang dilakukan harus menyenangkan. Belajar di alam, secara naluriah
akan menimbulkan suasana nyaman dan damai, tanpa tekanan dan jauh dari
10
11
kebosanan. Dengan begitu akan tumbuh kesadaran pada peserta didik bahwa
belajar itu mengasyikkan dan sekolah pun identik dengan kegembiraan.
11
12
12
13
setuju bahwa bekerja berdasarkan skala prioritas merupakan bagian yang penting
dalam melakukan kegiatan.
Gambar 6. Suasana lingkungan sekolah
13
14
Pada saat sekolah melakukan pentas seni dan pekan karya, salah seorang
peserta didik mampu memanfatkan limbah sampah menjadi tali dan kertas.
Mampu menjelaskan khasiat tanaman obat, dst. Meskipun penemuan di atas
terbilang sederhana namun mampu mendorong peserta didik lain untuk
melakukan hal yang sama. Pada gilirannya ke depan budaya keingintahuan yang
mendalam akan menjadi suatu budaya dan merupakan bagian dari pembelajaran.
14
15
dan kemauan untuk mengolah limbah kertas misalnya, akan mampu menutupi
sebagian biaya yang harus dikeluarkan.
Penutup
Daftar Pustaka
15
16
16