Anda di halaman 1dari 18

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS LOW

BACK PAIN MYOGENIC DENGAN MODALITAS INFRARED,


TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN
WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD IR.SOEKARNO
SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
NUR TOFIK HIDAYAT
J100150032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS LOW BACK PAIN
MYOGENIC DENGAN MODALITAS INFRARED, TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN WILLIAM FLEXION
EXERCISE DI RSUD IR.SOEKARNO SUKOHARJO

Abstrak
Low Back Pain Myogenic adalah suatu kondisi dimana terjadi adanya kontraksi
otot yang berlebih pada punggung bawah karena kontraksi atau penggunaan otot
yang berulang-ulang sehingga otot mengalami ketegangan. Untuk mengetahui
manfaat dari penggunaan infrared, trancutaneus electrical nerve stimulation dan
william flexion exercise pada kasus Low Back Pain Myogenic. Setelah dilakukan
fisioterapi sebanyak 6 kali, terdapat penurunan nyeri gerak T0 : 5 menjadi T6 : 2,
adanya peningkatan pada lingkup gerak sendi (LGS) Lumbal gerakan flexi T0 : 7
cm menjadi T6 : 9 cm, ekstensi T0 : 3 cm menjadi T6 : 5 cm, side fleksi kanan T0
: 15 cm menjadi T6 : 18 cm, side fleksi kiri T0 : 13 cm menjadi T6 : 17 cm.
Pemberian intervensi infrared, transcutaneus electrical nerve stimulation dan
william flexion exercise dapat menurunkan nyeri, menambah lingkup gerak sendi
(LGS), meningkatkan aktifitas fungsional pada punggung bawah.

Kata kunci: Low Back Pain, infrared, transcutaneus electrical nerve stimulation,
william flexion exercise.

Abstract
Low Back Pain Myogenic is a condition in which there is excessive muscle
contraction in the lower back due to contraction or repetitive muscle use so that
muscle tension. To know the benefits of using infrared, trancutaneous electrical
nerve stimulation and william flexion exercise in the case of Low Back Pain
Myogenic. After physiotherapy 6 times, there was a decrease of motion pain of
T0: 5 to T6: 2, an increase in lumbar motion scope (LGS) Lumbal flexi motion
T0: 7 cm to T6: 9 cm, extension T0: 3 cm to T6 : 5 cm, side flexion dextra T0: 15
cm to T6: 18 cm, side flexion sinistra T0: 13 cm to T6: 17 cm. Infrared,
transcutaneous electrical nerve stimulation and william flexion exercise may
decrease pain, increase joint motion (LGS), increase functional activity in the
lower back.

Keywords: Low Back Pain, infrared, transcutaneous electrical nerve stimulation,


william flexion exercise.

1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Low Back Pain (LBP) merupakan masalah kesehatan dunia yang sangat
umum. Nyeri punggung merupakan nyeri muskuloskeletal yang banyak di
keluhkan oleh masyarakat. Nyeri punggung memang tidak menyebabkan
kematian, tetapi individu yang mengalaminya menjadi tidak produktif.
Nyeri punggung bawah banyak dikeluhkan oleh tenaga kesehatan dengan
prevalensi di negara barat 36,2-57,9% dan di negara asia 36,8-69,7%
(Perioperatif et al., 2015). Prevalensi pada kasus nyeri punggung bawah di
kumulatifkan menjadi 72,5% dan pada penderita kronis mencapai 5,1%
(Landry, Raman, Sulway, & Golightly, 2008).
Dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara ayat 80 Allah berfirman “Dan
apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku”. Dari firman Allah
tersebut kita bisa simpulan bahwa tiada suatu penyakit di dunia ini yang
tidak dapat disembuhkan oleh-Nya, maka obat dan tenaga kesehatan
hanyalah cara kesembuhan atau perantara, sedangkan kesembuhan hanya
datang dari Allah. Semujarap apapun obat dan tenaga kesehatannya,
namun jika Allah tidak menghendaki kesembuhannya, maka kesembuhan
itu juga tidak akan didapat [QS Asy Syu’ara: 80].
Infrared (IR) merupakan modalitas fisioterapi yang sering digunakan
untuk penanganan nyeri punggung bawah. Radiasi Infrared (IR) dapat
meningkatkan aliran darah dan melemaskan jaringan sehingga dapat
mengurangi nyeri dan memaksimalkan aktivitas fungsional (Ansari et al.,
2014).
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan
modalitas fisioterapi yang banyak digunakan untuk mengurangi nyeri
dengan merangsang saraf perifer melalui elektroda permukaan kulit pada
intensitas yang dapat di toleransi pasien (Van Middelkoop et al., 2011).
TENS banyak digunakan untuk mengurangi nyeri, biasanya digunakan
untuk kasus-kasus seperti trauma, insflamasi, cidera, dan nyeri punggung
bawah. TENS juga dapat digunakan untuk kasus nyeri yang sudah kronik

2
dan nyeri akut pada semua kondisi. TENS memiliki arus yang akan
dihantarkan ke permukaan kulit melalui elektroda. Aplikasi penggunaan
TENS pada punggung bawah dapat menghasilkan rangsangan fisiologis
dari jaringan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh langsung dapat terjadi pada daerah tingkat sel, jaringan,
segmental dan sistim (Ayu & Yuspita, 2016).
William Flexion Excercise diperkenalkan oleh DR. Paul Williams pada
tahun 1937. William Flexion Excercise merupakan terapi latihan atau
latihan fisik yang digunakan fisioterapi untuk mempertahankan dan
mengembalikan kesehatan fisik serta untuk menjaga sendi dan otot agar
tetap bergerak. William Flexion Exercise dapat mengurangi nyeri pinggang
bawah (Kusuma & Setiowati, 2015). William Flexion Exercise merupakan
bentuk latihan fisik untuk mengurangi penekanan pada elemen posterior
tulang belakang dan latihan ini dapat menjaga keseimbangan yang tepat
antara kelompok otot-otot fleksor dan ekstensor postural (Kumar &
Educational, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah Infrared (IR) dapat mengurangi nyeri dan merileksasikan
otot yang mengalami ketegangan atau muscle spasme?
2. Apakah Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat
mengurangi nyeri dan memberikan efek rileksasi pada otot yang
mengalami ketegangan?
3. Apakah William Flexion Exercise dapat mengurangi nyeri dan
memberikan efek rileksasi pada otot yang mengalami ketegangan
sehingga meningkatkan lingkup gerak sendi?
1.3 Tujuan
Tujuan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini adalah :

3
a. Tujuan umum
Mengetahui peran Fisioterapi untuk meningkatkan kondisi fisik dari
kasus Low Back Pain (LBP).
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui cara penatalaksanaan dari modalitas Infrared (IR)
dapat mengurangi nyeri dan merileksasikan otot yang mengalami
ketegangan pada kasus Low Back Pain (LBP).
2) Mengetahui cara penatalaksanaan dari modalitas Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat mengurangi nyeri dan
memberikan efek rileksasi pada otot yang mengalami ketegangan
pada kasus Low Back Pain (LBP).
3) Mengetahui cara penatalaksanaan dari modalitas William Flexion
Exercise dapat mengurangi nyeri dan memberikan efek rileksasi
pada otot yang mengalami ketegangan sehingga meningkatkan
kemampuan fungsional pada kasus Low Back Pain (LBP).
1.4 Manfaat
Dalam penulisan karya tulis ilmiah pada kasus Low Back Pain (LBP)
diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi Penulis
Manfaat yang diharapkan bagi penulis ialah menambah wawasan dan
pengetahuan tentang kasus Low Back Pain (LBP) serta
penatalaksanaan fisioterapi yang kemudian dapat diimplementasikan
pada pelayanan.
b. Bagi Institusi
Menambah wawasan dalam pemberian modalitas Infrared (IR),
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan William
Flexion Exercise untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan
otot, meningkatkan Range Of Montion (ROM), dan meningkatkan
kemampuan aktifitas fisik dan fungsional secara maksimal.

4
c. Bagi Masyarakat
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentag kasus Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung
bawah.

2. METODE
2. 1 Teknologi Intervensi Fisioterapi
a. InfraRed
InfraRed (IR) adalah alat fisioterapi yang memanfaatkan efek panas
dari sinar merah yang di pancarkan untuk melancarkan peredaran
darah dan menurunkan ketegangan pada otot. InfraRed mempunyai
panjang gelombang 1,5-5,6 mikron dan mempunyai radiasi mencapai
5,6-1000 mikron dan penetrasi 3,75 cm yang memberikan efek
pemanasan pada jaringan yang lebih dalam di daerah otot yang
cedera akan lebih efektif (Ervolino & Gazze, 2016). Salah satu untuk
mengatasi masalah nyeri adalah dengan terapi fisik yang merupakan
bagian dari rehabilitasi medis. Modalitas fisioterapi yang dipakai
adalah sinar infra merah yang memiliki panjang gelombang 750 μm
– 100 μm, frequensi 400THz - 3 THz, dan energi foton 12,4 meV -
1,7 eV. Menurut standart ISO 20473 infra merah di bagi menjadi
Near IR (NIR) panjang gelombang 0.78 – 3 μm, Mid IR (MIR)
panjang gelombang 3.0 – 50, dan Far IR (FIR) panjang gelombang
50-1000 (Nurcipto & Gandha, 2017).
b. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah salah
satu alat fisioterapi dengan menggunakan arus listrik untuk
menangani masalah muskuloskeletal. Nyeri merupakan masalah
yang banyak ditemui dalam muskuloskeletal. TENS sering di
gunakan untuk menangani masalah nyeri muskuloskeletal. Arus
yang dihasilkan dapat memberikan efek stimulasi pada serat otot,
nyeri masking, vasodilatasi dan hiperemia. Terapi menggunakan

5
TENS Pada tulang belakang lumbal selama 15 menit dengan
menggunakan dua elektroda, frequensi amplitudo termodulasi
tunggal, konvensional, 100 Hz di terapkan pada 60μs dan intensitas
sesuai dengan ambang batas individu tanpa menyebabkan rasa sakit
(Sayilir & Yildizgoren, 2017).
c. William Flexion Exercise
William Flexion Exercise adalah latihan fisik yang di gunakan
fisioterapi untuk mengatasi masalah muskuloskeletal yang terjadi di
daerah punggung bawah. Latihan ini di rancang untuk mengurangi
nyeri pinggang bawah dengan menguatkan otot-otot yang
memflesikan lumbo sakral spine, terutama pada otot-otot abdominal
dan otot gluteus macimus serta juga kelompok extensor punggug
bawah (Kusuma & Setiowati, 2015). Pengaruh dari terapi William
Flexion Exercise adalah merileksasikan otot sehingga semakin otot
itu relax dan tidak tegang maka otot tersebut dapat bergerak bebas
tanpa timbulnya rasa nyeri dan spasme pada otot punggung bawah
(Muhith & Yasma, 2014).
2. 2 Proses Fisioterapi
a. Pengkajian Fisioterapi
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Obyektif
b. Problematika Fisioterapi
Dari pemeriksaan tersebut didapatkan beberapa problematik
fisioterapi yang muncul sebagai berikut:
1) Impairment
a) Adanya nyeri pada punggung bawah
b) Adanya spasme pada otot erector spine
c) Penurunan lingkup gerak sendi pada trunk

6
2) Functional Limitation
Dari pemeriksaan didapatkan hasil yaitu pasien mengalami
gangguan saat tidur ke duduk, duduk ke berdiri dan duduk terlalu
lama.
3) Disability
Dari pemeriksaan didapatkan hasil yaitu pasien mengalami
keterbatasan saatbmelakukan aktivitas sebagai karyawan di bagian
kasir dan sebagai ibu rumah tangga.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pasien dengan nama Ny. W, umur 28 tahun dengan diagnosa medis Low
Back Pain Myogenic (LBP) mengeluh nyeri saat di tekan dan di gerakan,
pasien merasakan adanya kekakuan pada punggung bawah, serta
keterbatasan dalam beraktifitas. Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali
menggunakan modalitas infrared (IR), Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS), dan william flexion excercise, terjadi penurunan nyeri
saat di tekan dan bergerak, serta kekakuan pada punggung bawah
berkurang.
a. Hasil pemeriksaan nyeri dengan VAS

Setelah melakukan terapi sebanyak 6 kali dengan menggunakan


modalitas infrared (IR), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS), dan william flexion excercise, nyeri saat di tekan T0: 4 menjadi
T6: 0 dan saat bergerak T0: 5 menjadi T6: 2, adanya peningkatan pada
lingkup gerak sendi (LGS) Lumbal pada gerakan fleksi T0: 7cm menjadi

7
T6: 9cm, ekstensi T0: 3cm menjadi T6: 5cm, side fleksi dextra T0: 15cm
T6: 18cm, side fleksi sinistra T0: 13cm menjadi T6: 17cm.
b. Hasil pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) dengan Mid Line

Setelah melakukan terapi 6 kali dengan menggunakan modalalitas


Infrared (IR), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan
william flexion excercise, adanya peningkatan pada lingkup gerak sendi
(LGS) Lumbal gerakan fleksi T0: 7cm menjadi T6: 9cm, ekstensi T0:
3cm menjadi T6: 5cm, side fleksi dextra T0: 15cm T6: 18cm, side fleksi
sinistra T0: 13cm menjadi T6: 17cm.
Setelah melakukan terapi 6 kali dengan modalitas Infrared (IR),
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan william
flexion excercise, spasme pada otot erector spine berkurang.
3.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulis akan menyapaikan tentang pengaruh dari
modalitas Infrared (IR), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS), dan william flexion excercise dan apakah tujuan dari fisioterapi
tercapai dengan menggunakan modalitas Infrared (IR), Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan william flexion excercise.
a. Infrared (IR)
Infrared merupakan terapi dan dapat menghasilkan efek panas pada
jaringan. Efek panas yang dihasilkan dapat meningkatkan
metabolisme jaringan dan menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh
darah sehingga dapat melancarkan nutrisi yang masuk ke jaringan dan
pengeluaran zat sisa metabolisme yang menumpuk di jaringan,

8
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Pemberian infrared dapat
meningkatkan nilai ambang nyeri karena efek panas yang dihasilkan
dapat mengakibatkan vasodilatasi pembuluhdarah sehingga aliran
darah ke area terapi meningkat dan substansi dapat dikeluarkan dari
jaringan. Stimulus panas yang dihasilkan juga dapat menstimulus
ujung-ujung saraf perifer dan stimulasi yang terus menerus salah
satunya akan mengaktifkan nosiseptor serat besar (serabut saraf A-β).
Aktivasi serabut saraf A-β akan mengaktifkan neuron inhibisi seperti
asam amino inhibitory yaitu γ-amino butirat (GABA) dan
neuropeptida. Zat-zat tersebut kemudian akan terikat pada reseptor
aferen primer dan posterior horn celll dari spinal cord, sehingga akan
menghambat transmisi nosiseptif pre-sinaps. Hal ini dapat
menyebabkan impuls dari nosiseptif tidak diteruskan ke otak, namun
lebih banyak dimodulasi sehingga menyebabkan penurunan nyeri
(Gale, Rothbart, & Li, 2006).
b. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
TENS sering digunakan untuk mengatasi masalah nyeri, misalnya
pada kasus trauma, inflamasi, cidera, seperti wiplash injury dan nyeri
punggung bawah. TENS dapat menghasilkan arus yang akan
disampaikan ke permukaan kulit punggung bawah melalui elektrode,
sehingga menyebabkan tanggap rangsang fisiologi dari jaringan yang
bersangkutan baik sebagai akiban langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh langsung terjadi pada tingkat sel, jaringan, segmental
maupun sistim (Ayu & Yuspita, 2016). Penggunaan TENS terbukti
dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri punggung bawah dengan
penggunaan TENS berdurasi 330µ detik dan frekuensi 20 Hz (Facci,
Nowotny, Tormem, & Trevisani, 2011).
c. William Flexion Exercise
William flexion sering juga disebut sebagai latihan fleksi lumbal.
Program william flexion ini di kembangkan oleh Dr. Paul Williams
pada tahun 1937 untuk menangani pasien dengan nyeri punggung

9
kronis. Mayoritas pasien yang mengalami nyeri punggung memiliki
tulang degeneratif. Latihan ini dikembangkan pada pria di bawah usia
50 tahun dan wanita di bawah usia 40 tahun yang telah berlebihan
lordosis lumbal, x-ray menunjukan penurunan ruang disk antara
segmen tulang belakang lumbal (L1-S1) dan gejala kronis tetapi kadar
rendah. Tujuan dari melakukan latihan ini adalah untuk mengurangi
rasa sakit dan memberikan stabilitas batang yang lebih rendah dengan
secara aktif mengembangkan “perut, gluteus maximus dan otot
hamstring. Latihan ini akan mencapai keseimbangan yang tepat antara
fleksor dan kelompok ekstensor otot-otot postural (Voinea & Iacobini,
2014). Latihan william flexion di rancang untuk mengurangi nyeri
pinggang dengan memperkuat otot yang memfleksikan lumbo sacral
spine, terutama pada otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan
merenggangkan kelompok ekstensor punggung bawah (Kusuma &
Setiowati, 2015).
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali pada kasus low back pain
myogenic pada Ny. W didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Infrared dapat mengurangi nyeri dan ketegangan otot pada low back
pain myogenic.
b. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat
mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas otot.
c. William Flexi Exercise dapat mengurangi ketegangan otot dan
menambah lingkup gerak sendi dan meningkatkan aktifitas fisik dan
fungsional pasien.
4.2 Saran
Setelah melakukan terapi pada kasus low back pain myogenic, sebaiknya
fisioterapi memberikan saran :
a. Kepada pasien

10
Pasien harus memiliki kesungguhan yang besar untuk sembuh, agar
semangat untuk melakukan latihan, supaya keberhasilan dapat mudah
dicapai. Pasien juga disarankan agar melakukan latihan sendiri
dirumah seperti yang telah diberikan oleh terapis.
b. Kepada fisioterapi
Sebelum melakukan terapi, sebaiknya terapis mengawali dengan
pemeriksaan yang sesuai prosedure, dan dalam pengambilan diagnosa
harus benar, modalitas yang dipilih dan edukasi yang diberikan harus
sesuai prosedure dan dalam mengevaluasi setiap kali tetapi secara
rutin supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Ketika ingin
memberikan pelayanan, hendaknya melakukan pelayanan sesuai
prosedure yang ada, seperti pemberian dosis modalitas pada pasien
dengan modalitas :
1) Infrared (IR)
Pemberian infrared harus efektif, yaitu pemberian dosis selama
15 menit. Infrared dapat memberikan efek temporal summation,
sapital summation adalah beberapa impuls yang diberikan oleh
beberapa neuron dalam waktu yang sama (Katz et al., 2009).
2) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
Pemberian dosis pada Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
juga harus efektif, yaitu pemberian dosis selama 15 menit dengan
instensitas sesuai toleransi pasien. Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation dapat memberikan efek tanggap rangsang dari
jaringan yang bersangkutan (Ayu & Yuspita, 2016).
3) William flexion exercise
Pada pemberian latihan william flexion terapis harus memberikan
edukasi yang benar, sehingga pemberian latihan william flexion
dapat efektif dan dosis yang diberikan kepada pasien harus sesuai
prosedur supaya mendapatkan pengaruh yang signifikan pada
pasien. Pemberian dosis latihan william flexion yaitu 8 kali
pengulangan dalam setiap per-step latihan.

11
c. Kepada masyarakat
Sebaiknya masyarakat berhati-hati dalam melakukan aktifitas
terutama yang memiliki resiko cedera. Masyarakat sebaiknya selalu
mengontrol waktu jam bekerja karena jika masyarakat tidak bisa
mengontrol jam kerjanya maka keluhan yang dideritanya tidak akan
mengalami perubahan yang signifikan.

DAFTAR PUSTAKA
Allegri, M., Montella, S., Salici, F., Valente, A., Marchesini, M., Compagnone,
C., … Fanelli, G. (2016). Mechanisms of low back pain: a guide for
diagnosis and therapy. F1000Research, 5, 1530.
https://doi.org/10.12688/f1000research.8105.2
Andini, F. (2015). Risk factors of low back pain in workers, 4(1), 13–15.
Ansari, N. N., Naghdi, S., Naseri, N., Entezary, E., Irani, S., Jalaie, S., & Hasson,
S. (2014). Effect of therapeutic infra-red in patients with non-specific low
back pain: A pilot study. Journal of Bodywork and Movement Therapies,
18(1), 75–81. https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2013.05.014
Arya, R. K. (2014). Low back pain - signs, symptoms, and management. Journal,
Indian Academy of Clinical Medicine, 15(1), 30–41.
Ayu, S., & Yuspita, A. (2016). Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sebelas Maret, 6, 101–111.
Bird, M.-L., Callisaya, M. L., Cannell, J., Gibbons, T., Smith, S. T., & Ahuja, K.
D. (2016). Accuracy, Validity, and Reliability of an Electronic Visual
Analog Scale for Pain on a Touch Screen Tablet in Healthy Older Adults: A
Clinical Trial. Interactive Journal of Medical Research, 5(1), e3.
https://doi.org/10.2196/ijmr.4910
Ervolino, F., & Gazze, R. (2016). Far infrared wavelength treatment for low back
pain: Evaluation of a non-invasive device. Work, 53(1), 157–162.
https://doi.org/10.3233/WOR-152152
Facci, L. M., Nowotny, J. P., Tormem, F., & Trevisani, F. V. M. (2011). Effects
of transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) and interferential
currents (IFC) in patients with nonspecific chronic low back pain :
randomized clinical trial. São Paulo Medical Journal, 129(4), 206–216.
https://doi.org/10.1590/S1516-31802011000400003
Gale, G. D., Rothbart, P. J., & Li, Y. (2006). Infrared therapy for chronic low
back pain: A randomized, controlled trial. Pain Research and Management,
11(3), 193–196. https://doi.org/10.1155/2006/876920
Hoy, D., Bain, C., Williams, G., March, L., Brooks, P., Blyth, F., … Buchbinder,

12
R. (2012). A systematic review of the global prevalence of low back pain.
Arthritis and Rheumatism, 64(6), 2028–2037. https://doi.org/10.1002/art.34347
Hoy, D., Brooks, P., Blyth, F., & Buchbinder, R. (2010). The Epidemiology of
low back pain. Best Practice and Research: Clinical Rheumatology, 24(6),
769–781. https://doi.org/10.1016/j.berh.2010.10.002
Katz, Y., Menon, V., Nicholson, D. A., Geinisman, Y., Kath, W. L., & Spruston,
N. (2009). Synapse Distribution Suggests a Two-Stage Model of Dendritic
Integration in CA1 Pyramidal Neurons. Neuron, 63(2), 171–177.
https://doi.org/10.1016/j.neuron.2009.06.023
Kumar, M., & Educational, M. G. R. (2016). Effectiveness of William ’ S Flexion
Exercise in the Management of Low, (February).
Kusuma, H., & Setiowati, A. (2015). Pengaruh William Flexion Exercise
Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Penderita Low Back Pain.
Journal of Sport Sciences and Fitness, 4(3), 16–21.
Landry, M., Raman, S., Sulway, C., & Golightly, Y. (2008). Prevalence and risk
factors associated with low back pain among health care providers in a
Kuwait hospital. Spine, 4(2), 23–28. https://doi.org/10.5704/MOJ.1007.004
Maher, C., Underwood, M., & Buchbinder, R. (2017). Non-specific low back
pain. The Lancet, 389(10070), 736–747. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(16)30970-9
Muhith, A., & Yasma, A. N. (2014). Pengaruh Terapi William Flexion Exercise
Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto. Medica Majapahit, 6(1), 29–38.
Nilsson, E., Brisby, H., Rask, K., & Hammar, I. (2013). Mechanical compression
and nucleus pulposus application on dorsal root Ganglia differentially modify
evoked neuronal activity in the thalamus. BioResearch Open Access, 2(3),
192–198. https://doi.org/10.1089/biores.2012.0281
Nurcipto, D., & Gandha, G. I. (2017). Pengendalian Dosis Inframerah pada Alat
Terapi Menggunakan Pulse Width Modulation (PWM). Setrum: Sistem
Kendali-Tenaga-Elektronika-Telekomunikasi-Komputer, 6(2), 194–204.
Omidi-Kashani, F., Ebrahimzadeh, M. H., & Salari, S. (2014). Lumbar
spondylolysis and spondylolytic spondylolisthesis: Who should be have
surgery? An algorithmic approach. Asian Spine Journal, 8(6), 856–863.
https://doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856
Palsson, T. S., Hirata, R. P., & Graven-Nielsen, T. (2015). Experimental Pelvic
Pain Impairs the Performance During the Active Straight Leg Raise Test and
Causes Excessive Muscle Stabilization. Clinical Journal of Pain, 31(7), 642–
651. https://doi.org/10.1097/AJP.0000000000000139
Perioperatif, J. A., Patrianingrum, M., Oktaliansah, E., Surahman, E., Anestesi,

13
B., Sakit, R., & Mitra, U. (2015). Artikel penelitian. Jurnal Anastesi
Perioperatif, 3(1), 47–56. https://doi.org/10.15851/jap.v3n1.379
Rigoard, P., Blond, S., David, R., & Mertens, P. (2015). Pathophysiological
characterisation of back pain generators in failed back surgery syndrome
(part B). Neurochirurgie, 61(S1), S35–S44.
https://doi.org/10.1016/j.neuchi.2014.10.104
Sayilir, S., & Yildizgoren, M. T. (2017). The medium-term effects of diadynamic
currents in chronic low back pain; TENS versus diadynamic currents: A
randomised, follow-up study. Complementary Therapies in Clinical Practice,
29, 16–19. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2017.07.002
Shahvarpour, A., Henry, S. M., Preuss, R., Mecheri, H., & Larivière, C. (2017).
The effect of an 8-week stabilization exercise program on the lumbopelvic
rhythm and flexion-relaxation phenomenon. Clinical Biomechanics, 48, 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.clinbiomech.2017.06.010
Van Middelkoop, M., Rubinstein, S. M., Kuijpers, T., Verhagen, A. P., Ostelo, R.,
Koes, B. W., & Van Tulder, M. W. (2011). A systematic review on the
effectiveness of physical and rehabilitation interventions for chronic non-
specific low back pain. European Spine Journal, 20(1), 19–39.
https://doi.org/10.1007/s00586-010-1518-3
Voinea, A., & Iacobini, A. (2014). Williams ’ Program for Low Back Pain, VI(4),
210–214.
Winata, S. D. (2014). Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dari
Sudut Pandang Okupasi. Journal Kedokteran Meditek, 20(54), 20–27.

14

Anda mungkin juga menyukai