Pembinaan Kampus
Pembinaan Kampus
PEMBINAAN
Disusun oleh :
DBD perlu dikendalikan agar jumlah kasus tidak terus meningkat. Untuk melakukan
upaya pemberantasan penyakit menular, termasuk DBD, diperlukan suatu sistem surveilans
penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja Kabupaten/
Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar program dan sektor serta kerjasama
antara kabupaten/ Kota, Propinsi, Nasional dan Internasional.
Saat ini pengendalian terhadap vector adalah metode yang tersedia untuk pencegahan
demam berdarah.WHO sendiri terus mengembangkan strategi global untuk pencegahan dan
pengendalian DBD, degan prioritas utama memperkuat surveilans epidemiologi, mempercepat
pelatihan dan penerapan standar WHO terkait manajemen dan pedoman klinis DBD, promosi
perubahan perilaku pada tingkat individu, rumah tangga, dan masyarakat utukl meningkatkan
pencegahan dan pengendalian, serta penilitian pada pengenmbangan vaksin.
Pada wilayah Bambanglipuro setiap tahun dari periode 2013-2018 terdapat kasus suspek
DBD. Insidensi kasus suspek DBD mencapai jumlah tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebanyak
240 kasus. Terjadi penurunan kasus pada tahun 2018 yaitu menjadi 150 kasus. Sedangkan kasus
DBD tertinggi Selanjutnya pada tahun 2018 jumlah penemuan kasus suspek DBD mencapai 13
kasus.
1
Kasus DBD di Wilayah Puskesmas
Bambanglipuro Tahun 2013-2018
300
250
200
Jumlah
150
100
50
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kematian 0 0 0 0 0 0
Tersangka 20 127 143 217 240 150
DBD 13 29 17 105 44 13
40
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
2
PROGRAM KEGIATAN
Kajian:
Kajian:
3
nyamuk.
43%
57%
Kajian:
4
Dengue adalah 150 orang. Pasien yang terdiagnosa DBD sebanyak 13 orang.
Pasien tersebut 8 orang berasal dari Desa Sumbermulyo, 2 orang dari Desa
Sidomulyo dan, 3 orang dari Desa Mulyodadi. Upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit DBD bisa dilakukan melalui surveilans vektor yang diatur
dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, salah satunya kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara periodik oleh masyarakat.
5
6
7
8
REFLEKSI
Dari program kegiatan yang sudah dilaksanakan, kami mengamati bahwa masih banyak
masyarakat yang belum mengerti bagaimana pencegahan dan tanda gejala DBD. Banyak
masyarakat yang belum memahami apa makna dari 3M Plus. Selain itu, masyarakat mengetahui
bahwa pencegahan DBD hanya dilakukan dengan fogging. Dari penyuluhan yang sudah
dilakukan, memberi kesan bahwa masih didapatkan sikap kurang peduli terhadap lingkungan
yang sehat di masyarakat serta masih kurangnya upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah
penularan DBD lewat gigitan nyamuk. Sehingga pada kesempatan ini, kami memberikan
penekanan bahwa masalah DBD adalah masalah bersama, sebagai langkah pencegahan dan
pengendalian penularan penyakit DBD kami menitikberatkan pada usaha-usaha yang bisa
dilakukan masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar mulai dari rumah tempat tinggal,
misalnya menguras air di tempat-tempat penampung air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Serta mengubah mindset masyarakat yang selalu menghadapkan adanya fogging untuk lebih
mengupayakan langkah-langkah pencegahan tersebut di atas daripada menunggu adanya kejadian
DB.