Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Konsep Dasar Oligohidramnion
a. Definisi
Oligohidramnion adalah cairan amnion turun jauh diawal batas
normal dan kadang-kadang berkurang hingga beberapa ml cairan
kental. (Cunningham. Williams 2009)
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban sangat
sedikit yakni kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Insidensi 5-
8% dari seluruh kehamilan. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010)
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban
kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc (Sukrisno, 2010)
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc yang di perkirakan 5-8% dari
keseluruhan kehamilan.
b. Anatomi Fisiologi
Amnion normal mempunyai tebal 0,02-0,5 mm. Epithelium
normalnya terdiri dari selapis sel kuboid tak bersilia. Terdapat 5
lapisan yang terdiri dari (dari dalam ke luar) epithelium, membran
basal, lapisan kompakta, lapisan fibro-blas-tic dan lapisan spongiosum.
Amnion ruang yang dilapisi oleh selaput janin (amnion/korion) berisi
air ketuaban (liquar amnii) mula-mula ruang amnion merupakan
rongga kecil, kemudian mengelilingi seluruh janin. Akhirnya amnion
merapat pada chorin dan melekat dengannnya; Amnion ikut
membentuk selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion, mesoderm,
chorion, dan lapisan tipis dari desidua
Cairan amnion reaksinya alkalis dengan BD 1.0007-1.025 dan
berbau anyir, terdiri dari sebagian air, sedikit ureum, protein, asam
urin, gula, garam, dan enzim, juga terdapat bintik-bintik lemak yang

6
7

berasal dari anak (lanugo) dan sel-sel yang berasal dari kulit anak
maupun dari amnion.(Ai Yeyeh 2009: 26-28)
1) Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
2) Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
3) Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkunagan asam
basa (pH) dalam rongga amnion, untuk suasana lingkungan yang
optimal bagi janin.
4) Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan
intrauterin ( terutama pada persalinan )
5) Pada persalinan : memebersihkan/ melicinkan jalan lahir, dengan
cairan yang steril, sehingga melindungi bayi dari kemungkinan
infeksi jalan lahir.
c. Etiologi
Menurut (Sukrisno, 2010)
1) Absorpsi atau kehilangan cairan meningkat
2) Pertumbuhan amnion yang kurang baik
3) Kehamilan post term sehingga terjadinya penurunan fungsi
plasenta
4) Penurunan fungsi ginjal atau terjadinya kelainan ginjal bawaan
pada janin sehingga produksi urine janin berkurang
5) Penyakit yang diderita ibu seperti hipertensi, diabetes melitus,
lupus
d. Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi
secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan
yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital,
pertumbuhan janin terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan
postterm, insufiensi plasenta dan obat-obatan (misalnya dari golongan
antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling sering
8

menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih


dan kelainan kromosom (Prawirohardjo, 2010)
Pada insufisiensi palsenta oleh sebab apapun akan menyebabkan
hipoksia ajanin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Slah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urine berkurang dan terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urine berkurang dan terjadi
oligohidramnion (Prawirohardjo, 2010).
9

e. Pathway
Bagan 2.1 pathway oligohidramnion

Penyebab

a. Penyubat pada saluran Membran ketuban


kemih janin
b. Janin merelakan cairan
amnion pecah

Oligohidramnion

Bayi Ibu

a. Kelainan Hipoksia janin Insufisiensi KPD


kongetal plasenta
b. PJT
a. Terjadi
penurunan
aliran darah
ke ginjal
b. Produksi
urin
berkurang

Oligohidramnion

(Sukrisno, 2010)
10

f. Tanda dan gejala


Menurut Firman F (2009)
1) Rahim lebih kecil dari sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Bunyi jantung anak sudah terdengar sebelum bulan ke-5 dan
terdengar dengan lebih jelas (dengan stetoskop).
3) Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu dan sering berakhir
dengan partus prematurus
g. Komplikasi
Komplikasi terhadap janin, yaitu:
1) Bila terjadi pada pemulaan kehamilan maka janin akan menderita
cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa
terjadi foetus papyreceous yaitu seprti kertas kusut karena janin
mengalami tekanan dinding rahim bahkan kematian janin. Bisa
juga partus prematus.
2) Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat
bawaan seperti clubfoot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit
jadi kebal dan kering (lethrey apperance).
3) Jika terjadi pada saat menjalani persalinan, akan meningkat resiko
terjadinya komplikasi selama kelahiran, seperti tidak efektifnya
kontraksi rahim akibat tekanan di dalam rahim yang seragam
kesegala arah, sehingga proses persalinan akan melemah atau
berhenti. (Khumaira, 2012)

2. Konsep Dasar Seksio Sesarea


a. Definisi
Seksio sesarea adalah salah satu pembedahan guna melahirkan
anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. (Harry, Oxorn,
William, R.forte, 2010)
Seksio sesareaadalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus > 1000 gram atau
umur kehamilan lebih dari 28minggu (Bagus, 2010).
11

b. Indikasi Seksio Sesarea


Menurut Th. Endang Purwoastuti, (2015)
1) Proses persalinan yang lama atau kegagalan proses perslinan
normal
2) Detak jantung janin melambat
3) Adanya kelelahan persalinan
4) Komlikasi pre-eklamsia
5) Sang ibu menderita herpes
6) Putusnya tali pusar
7) Risiko luka parah pada rahim
8) Persalinan kembar
9) Sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
10) Kegagalan persalinan dengan induksi
11) Kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau ventouse)
12) Bayi besar
13) Masalah plasenta seperti plasenta previa, placenta abruption atau
placenta accreta
14) Kontraksi pada panggul
15) Sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan
perinium (oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit crohn)
16) Angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom
antibodi antifosfolipid
17) CFD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan
kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat)
18) Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
19) Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
c. Jenis-jenis seksio sesarea
Menurut Th. Endang Purwoastuti, (2015)
1) Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi.
Akan tetapi jenis ini sudah jarang dilakukan karena sangat beresiko
terhadap komplikasi
12

2) Sayatan mendatar dibagian atas dari kandung kemih sangat umum


dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan
risiko terjadinya perdarahan dan cepat penyembuhannya.
3) Histerektomi sesarea yaitu bedah sesarea diikuti dengan
pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana
pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat
dipisahkan dengan rahim.
4) Bentuk lain dari bedah sesarea seperti extraperitonleal SC atau
porro SC
d. Anesthesia spinal
Anasthesia spinal adalah suatu cara atau teknik pembiusan dengan
pemberian obatanasthesia melalui lumbal ke-3 dan ke-4, penyuntikan
subarachnoid dilakukan semantara pasien dalam posisi duduk sehingga
larutan anesthesia turun kebawah akibat gaya berat, lamanya pasien
duduk menentukan ketinggian anesthesia. Waktu lima menit sudah
cukup. Keuntungan cara ini menghasilkan anesthesi yang aman dan
baik khususnya pada persalinan yang sulit. Kerugiannya mengalami
nyeri kepala yang dapat menimbulkan gangguan berlarutr-larut.
(Sarwono, 2009).
Indikasi Anesthesia Spinal
1) Seksio Sesarea
2) Leparatomi
3) Dilatase dan kuratesa
4) Pengeluaran plasenta secara normal
Kontraindikasi Anesthesi Spinal :
1) Preeklampsia berat, eklampsia atau gagal jantung
2) Infeksi lokal
3) Perdarahan
4) Anemia berat
5) Hipovolemia
Untuk perawatan post SC dengan anesthesia spinal, upayakan
pasien tetap dalam keadaan berbaring datar minimal 6 jam, dan
13

menggunakan satu bantal pada kepalanya untuk mencegah sakit kepala


pasca spinal anesthesia. Pasien tidak boleh duduk atau mengedan
selama waktu tersebut (Sarwono, 2009)
e. Komplikasi
Menurut Sarwono (2015)
1) Infeksi puerperalis
Di tandai dengan bau busuk bada lochea dan peningkatan suhu
tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas
2) Perdarahan
3) Rupture uteri pada kehamilan selanjutnya

3. Konsep Dasar Post Partum


a. Definisi
Masa nifas (post partum) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti semula
pra hamil. Lama masa nifas itu adalah 6-8 minggu. (Rustam Muchtar,
2013)
Masa nifas (post partum) adalah dimulai saat plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sedia keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Ai Yeyeh
Rukiyah dan Lia Yulianti, 2012)
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
masa nifas (post partum) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan, sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas dan keluar dari
rahim serta berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti sebelum
hamil kira-kira 6 minggu.
b. Periode post partum
Masa post partum dibagi atas tiga periode :
1) Puerperium dini (periode immedite postpartum)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yaitu
masa segera setelah plasenta lahir sampai kepulihan dimana ibu
sudah diperbolhkan mobilisasi jalan, masa pulih dimana ibu telah
14

diperbolehakan berdiri dan berjalan-jalan. Pada masa ini sering


terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.
2) Puerperium Intermedial (Periode Early Postpartum 24 jam-
1minggu):
Masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu.
3) Remote purperium (periode late postpartum, 1 minggu-5 minggu):
Waktu yag diperlukan pulih dan sehat sempurna, terutama bila ibu
selama hamil maupun bersalin, ibu mempunyai komplikasi, masa
ini bisa berlangsung 3 bulan bahkan lebih lama sampai tahunan
(Rustam Mochtar, 2013)
c. Perubahan Fisiologis postpartum
Perubahan-perubahan yang terjadi yaitu:
1) Sistem reproduksi
a) Uterus
Pemeriksaan uterus dengan palpasi, menilai kontraksi, tinggi
fundus uteri setelah plasenta lahir 1-2 jari dibawah pusat.

Tabel 2.1Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Berat
Involusi TFU
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 1-2 jari
Hari ke-3 3 jari dibawah pusat
Hari ke-4 4 jari dibawah pusat
Hari ke-5 1/3 anatar simfisis ke pusat
1 minggu Pertengahan pusat &simfisis sukar 750 gr
Hari ke-10 diraba diatas simfisis
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr
(elisabeth siwi 2015)

b) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
c) Lochea
Lochea adalah cairan yang dikarenakan uterus melalui vagina
selama nifas. Banyaknya jumlah lochea yang keluar, warna dan
15

bau yang khas berubah dari hari ke hari dan berhenti dalam
waktu enam minggu. Jumlah pengeluaran lochea kira-kira 240-
270ml.
Tabel. 2.2 perubahan lochea normal pada pasien post partum
No Jenis lochea Karakteristik lochea waktu
1 Lochea lubra Berisi darah berwarna merah 1-2 hari
segar, jaringan sisa plasenta,
sel-sel desidua, lanugo dan
sisa mekonium
2 Lochea sanguilenta Berwarna merah kuning dan 3-7 hari
berlendir
3 Lochea serosa Berwarna kuning dan cairan 7-14 hari
tidak berwarna merah
4 Lochea alba Berwarna putih mengandung  14 hari
leukosit, sel desidua, sel
spitel, selaput lendir serviks
( sofian, 2013)
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut , kedua organ ini
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
e) Payudara
Setelah proses persalinan selesai, pengaruh hormone estrogen
dan progesterone terhadap hipofisis mulai menghilang.
Hipofisis mulai mensekresi hormone kembali yang salah satu
diantaranya adalah lactogenic hormone atau hormone prolaktin
f) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan tanda-tanda penting pada tubuh
yang dapat berubah bila tubuh mengalami gangguan atau
masalah. Artinya, bila suhu tubuh meningkat, maka nadi dan
penafasan juga meningkat dan sebaliknya. Tanda-tanda vital
yang berubah saat masa nifas adalah :
16

1) Suhu tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat
sekitar 0,5 ◦C dari keadaan normal (36◦C-37,5◦C), namun
tidak lebih dari 38◦C. Hal ini disebabkan karena
metabolisme tubuh pada saat proses persalinan. Setelah 12
jam post partum, suhu tubuh yang meningkat tadi akan
kembali seperti keadaan semula.
2) Nadi
Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit.
Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami
peningkatan. Setelah proses persalinan selesai frekuensi
denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas
biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110-
140 mmHg dan untuk diastole antara 60-80 mmHg. Setelah
partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan
pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami
peningkatan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih
dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
hipertensi atau pre eklampsia post partum.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali per
menit. Pada saat partus frekuensi pernafasan akan
meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk
tenaga ibu meneran/mengejan dan mempertahankan agar
persediaan oksigen ke janin terpenuhi. Setelah partus
selesai, frekuensi pernafasan akan kembali normal.
Keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu
dan denyut nadi (Dewi Maritalia, 2012)
17

2) Sistem Perkemihan
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan
cairan yang tertimbun dijaringan selama hamil. Diuresis pasca
partum, disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan
mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Pada
klien post SC akan menyebabkan keinginan berkemih menurun
akibat efek anesthesia sehingga dipasangnya kateter.
3) Sistem Gastrointestinal
Biasanya post SC mengalami penurunan tonus otot dan motalitas
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. BAB
biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah melahirkan karena efek
anesthesia. Hal ini dapat diatasi dengan ibu mulai melakukan
mobilisasi dini.
4) Sistem Integumen
Setelah melahirkan hyperpigmentasi pada wajah berkurang,
striaegravidarum pada abdomen dan bokong perlahan-lahan
memutih, areola mamae berwarna lebih gelap. Terdapat luka insisi
dan jahitan pada segmen bawah abdomen pada ibu yang partus
dengan seksio sesarea
5) Sistem Muskuloskeletal
Pada klien post SC terjadi kelemahan otot dan kesemutan pada
ekstremitas bawah karena efek anastesi, dan biasanya terpasang
infus, kaji adanya edema pada klien. (Aspiani, 2017)
d. Perubahan Psikologi post partum
Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologi yang nyata
sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering
menangis, lekas marah, sering sedih atau cepat berubah menjadi
senang merupakan manifestasi dari perubahan emosi yang labil.
Fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas yaitu :
18

1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus pada dirinya sendiri.
2) Fase taking hold
Berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu
timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawab merawat bayinya.
3) Fase letting go
Periode penerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. (Diyah,2013).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sesarea 3 Jam
Post Seksio Atas Indikasi Oligohidramnion
Proses keperawatan adalah cara sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
(yaitu kebutuhan dasar manusia) dengan mencakup 5 tahapan yaitu:
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
(Budiono 2015)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi
dan komunikasi data tentang klien mencakup 2 langkah yaitu
pengumpulan data dari sumber data primer (klien) dan sumber data
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) serta analisis data sebagai dasar
untuk menegakan diagnosa keperawatan (Chirestensen J. Paula, 2010).
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi : nama klien, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan, diagnosa medis,
nomor registrasi, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan alamat.
19

2) Identitas penanggung jawab


Meliputi : nama keluarga terdekat yang dapat segera dihubungi
(orang tua, wali, suami dan lain-lain), usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, agama, hubungan dengan klien, alamat.
3) Status Kesehatan
a) Keluahan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh
klien saat dilakukan pengkajian dikembangkan dengan rumusan
P, Q, R, S, T.
P: paliatif, yaitu segala sesuatu yang memperberat dan
memperingan keluhan utama. Pada klien post partum
dengan seksio sesarea rasa myeri disebabkan karena insisi
pada abdomen dan perdarahan pada uterus.
Q: Qualitatif, yaitu perasaan klien menggambarkan rasa nyeri
seperti teriris, tertusuk-tusuk dan lain-lain.
R: Regio, yaitu lokasi dan penyebaran keluahan utama pada
klien post partum dengan seksio sesarea, rasa nyeri
disebabkan karena insisi pada abdomen.
S: scale, yaitu skala dari keluhan utama, skala nyeri bisa
mengguanakan skala 0-10 dengan 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri
ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat, 10 syok.
T: Time, yaitu waktu terjadinya keluhan utama. Pada klien post
partum seksio sesarea nyeri dirasakan terutama jika klien
bergerak atau merubah posisi.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah riwayat tentang pertama
kali timbulnya keluhan sampai klien dirawat di rumah sakit
dan setelah dilakukan tindakan medis ataupun keperawatan.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami oleh klien. Apakah
klien pernah mengalami penyakit diabetes
mellitus (pada klien dengan DM proses penyembuhan luka
20

mejadi lebih lama), penyakit jantung dan riwayat operasi serta


kaji apakah pada kehamilan sebelumnya pernah mengalami
kejadian serupa.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah dalam keluarga klien ada yang memiliki
hipertensi, diabetes millitus, penyakit jantung dan lain-lain.
Ataupun yang ditularkan misalnya Tb Paru, Ispa.
4) Riwayat obsetri dan ginekologi
a) Riwayat obsetri
(1) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Persalinan dan nifas yang lalu, persalinan keberapa, riwayat
abortus atau P2,A0, umur kehamilan, jenis partus, penolong
partus, berat dan panjang bayi, masalah sebelum hamil
seperti hipertensi, bengkak, perdarahan, premature, kejang-
kejang dan lain-lain.
(2) Riwayat kehmilan sekarang
Kaji apakah klien memeriksa kehamilan ecara rutin atau
tidak, dimana dilakukan pemeriksaannya, adakah keluhan
saat hamil dan imunisasi yang didapat.
(3) Riwayat persalinan sekarang
Kaji tanggal melahirkan atau SC, jam, jenis persalinan,
jumlah perdarahan, jenis kelamin, berat bayi, panjang bayi
dan APGAR Score.
b) Riwayat ginekologi
(1) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi terdiri menarche, siklus haid, banyaknya
darah yang keluar sewaktu haid,teratur atau tidak tidaknya
haid, keluhan yang dirasakan pada saat haid dari pertama haid
terakhir serta taksiran persalinan.
21

(2) Riwayat persalinan


Kaji pada usia berapakah klien dan suami klien menikah, usia
pernikahan dan pernikahan dan pernikahan yang beberapa
bagi klien dan suami klien.
(3) Riwayat keluarga berencana
Kaji jenis alat kontrasepsi yang pernah digunakan oleh klien
sebelum hamil, waktu lamanya penggunaan, jenis alat
kontrasepsi yang akan digunakan setelah persalinan.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik ibu
(1) Keadaan umum
Tingkat kesadaran klien, tanda-tanda vital klien
diantaranya peningkatan tekanan darah, pernafasan, nadi,
suhu tubuh.
(2) Tanda-tanda vital
Pantau tekanan darah, suhu, nadi serta jumlah pernafasan
dalam satu menit.
(3) Sistem penglihatan
Pemeriksaan bentuk mata, adanya edema palpebra,
konjugtiva anemis atau tidak, seclera ikterik atau tidak, scle
pupil reflek cahaya, fungsi dan gangguan penglihatan.
(4) Sistem pendengaran
Pemeriksaan bentuk, keadaan canalis, adanya serumen dan
fungsi pendengaran.
(5) Sistem Wicara
Apakah klien dapat berkomunikasi dengan perawat, serta
keluarga atau tidak. Apakah klien dapat mengekspresikan
perasaanya kepada perawat atau tidak.
(6) Sistem pernafasan
Bentuk hidung, septum, frenkuensi pernafasan, bersihan
jalan nafas, auskultasi suara nafas, biasanya klien
mengeluh sesak.
22

(7) Sistem Kardiovaskuler


Pada klien post seksio sesaria dapat terjadi bradikardi atau
takikardi dikarenakan volume sirkulasi peningkatan
tekanan darah meningkat. Kaji frenskuensi nadi, beserta
irama nadi apakah teratur atau tidak, observasi tekanan
darah, pantau hasil pemeriksaan darah, kaji warna kulit,
temperature kulit, capillary refile, adanya udem atau tidak,
dan auskultasi bunyi jantung.
(8) Sistem hematologi jumlah Hb, Ht, Leukosit, serta
trombosit. Biasanya pada klien post seksio sesaria, nilai
leukosit meningkat, dikarenakan adanya luka sayatan atas
dilakukannya prosedur invasive. Kaji adanya pembesaran
hepar.
(9) Sistem Pencernaan
Kebersihan keadaan mulut, adanya mual, nyeri pada
epigastrium, auskultasi bising usus, fungsi pengecapan dan
menelan.
Sistem Endokrin
Kaji bau nafas klien, kaji apakah klien ada pembesaran
kelenjar tyroid.
(10) Sistem Perkemihan
Adanya kateter atau tidak, turgor kulit elastis, ketombe,
lesi, luka operasi pada abdomen, bentuk luka, letak luka,
keadaan luka dan kaji luka terhadap tanda-tanda infeksi)
rubor, dolor, kalor, fungsi laisa)
(11) Sistem integumen
Warna rambut, rontok atau tidak, turgor kulit elastis,
ketombe, lesi, luka operasi pada abdomen, bentuk luka,
letak luka, keadaan luka dan kaji luka terhadap tanda-tanda
infeksi (rubor, dolor, kalor fungsilaesa).
(12) Sistem Muskuloskeletal
Kaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah, kaji adanya
kelainan sendi. Pada ibu dengan seksio sesaria, terjadinya
23

perubahan sistem muskuloskeletal yaitu kelumpuhan pada


ekstremitas bawah akibat efek anestesi spinal.
(13) Sistem Kekebalan tubuh
Kaji adakah pembesaran kelenjar thyroid, pantauan suhu
tubuh klien, apakah terjadi hipertermi post operasi seksio
sesaria atau tidak.
(14) Sistem Reproduksi
(a) Payudara
Adanya pembengkakan atau tidak, serta kebersihan
payudara dan puting susu, puting susu menonjol,
sekitar putting san areola timbul pigmen, tidak ada
nyeri, terdapat kolostrum dan ASI keluar sedikit.
(b) Uterus
Pemeriksaan uterus dengan cara palpasi, pemeriksaan
posisi uterus, tinggi fundus uteri biasanya pada bayi
baru lahir setinggi pusat, hari pertama tinggi fundus
uteri yaitu dua jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik.
(c) Lokhea
Kaji warna, bau serta konsistensi lokhea. Lokhea hari
pertama adalah rubra berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, vernik kaseosa dan meconium.
a) Pemeriksaan fisik pada bayi
(1) Keadaan umum
Pemeriksaan kesadaran, berat badan, panjang badan,
tanda-tanda vital, AFGAR score.
(2) Kepala
Pemeriksaan bentuk kepala, lingkar kepala, warna
kepala, rambut dan distribusi rambut.
(3) Mata
Pemeriksaan bnetuk mata, edema kelopak mata,
reflek pupil terhadap cahaya.
(4) Telingga
24

Pemeriksaan bentuk, posisi puncak daun telingga.


(5) Hidung
Pemeriksaan adanya sillia dan secret, posisi septum,
bentuk hidung.
(6) Mulut
Pemeriksaan pada celah bibir dan langit-langit, dan
rooting refleks.
(7) Leher
Pemeriksaan adanya patah tulang klavikula, leher
yang memendek.
(8) Dada
Kaji apakah ada retraksi dada atau tidak, bentuk
dada simetris atau tidak, ukur panjang lingkar dada,
auskultasi bunyi nafas, dan irama nafas.
(9) Abdomen
Pemeriksaan bentuk, hernia umbilical dan tali pusat.
(10) Genetalia
Genetalia perempuan diperiksa labia minora dan
klitorisnya, adanya ampeforata hyme secret putih,
perdarahan vagina. Genetalia laki-laki diperiksa
apakah testis sudah berada pada kandung skrotum,
kemampuan untuk berkemih.
(11) Kulit
Periksa kulit, vernik kaseosa, lanugo, tekstur, turgor
kulit.
(12) Ekstremitas
Atas dan bawah: kaji tonus otot, periksa
kelengkapan jari tangan dan kaki, periksa kuku jari
tangan dan kaki apakah panjang atau tidak, periksa
adanya refleks menggegam pada jari tangan dan
kaki.
(13) Tonus
25

Ada atau tidak.


b) Pola aktivitas sehari-hari ibu
Pola aktivitas sehari-hari dikaji sejak sebelum hamil, saat
hamil, dan sekarang, (saat pengkajian).
a) Pola nutrisi
Frenskuensi makan, jenis makanan, makanan yang disukai,
makanan yang tidak disukai, makanan pantangan, alergi,
nafsu makan, porsi makan, jenis dan jumlah minum.
b) Pola eliminasi
Frenskuensi BAB dan BAK, warna, bau feses dan urin,
keluhan susah BAB dan BAK
c) Pola tidur
Waktu dan lamanya tidur, kebiasaan pengatar pada saat
tidur, kesulitan tidur.
d) Pola aktivitas dan latihan
Kegiataan dalam pekerjaan, olahraga, mobilisasi dini,
kegiataan diwaktu luang.
e) Kebersihan diri
Kebiasaan mandi, gosok gigi, keramas, dan vulva hygiene.
c) Aspek psikologis dan spritual
(1) Pola pikir
Pengkajian terhadap kehamilan, kehamilan diharapkan
atau tidak, jenis kealmin bayi yang diharapkan, rencana
merawat bayi dirumah dibantu oleh siapa, rencana
pemberian ASI dan imunisasi.
(2) Persepsi diri
Kegiataan klien berfokus pada bayi (fase Takin-In) ini
memfokuskan pada bayinya saja.
(3) Konsep diri
Klien akan merasakan perubahan bentuk tubuh, peran
bertambah sebagai seorang ibu. Klien merasa
26

identitasnya sebagai wanita karena telah melahirkan


sehingga harga dirinya juga meningkat.
(4) Hubungan atau komunikasi
Pengkajian terhadap kejelasan dalam bicara,
kemampuan mengekspresikan perasaan dan mengerti
orang lain, bahasa dan adat yang dianut secara
kesulitan komunikasi dalam keluarga.
(5) Sistem nilai dan kepercayaan
Pengkajian terhadap kekuatan sumber klien,
pandangan klien tentang adanya tuhan, agama,
kepercayaan, kegiataan, keagamaan.
(6) Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu tentang keperawatan bayi.
d) Theraphy
Pengobatan yang diperlukan biasanya antibiotic, vitamin,
analgetik, anti hipertensi jika diperlukan.
e) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang menunjang keadaan klien seperti
pemeriksaan laboratorium yang meliputi :Darah, Hb, Ht,
Leukosit, Trombosit.
6) Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan pengelompokan data yang
mencakup pola atau kecendrungan, membandingkan pola ini
dengan kesehatan yang normal dan menarik konklusi tentang
respon klien jika hubungan diantara pola-pola tersebut
teridentifikasi, maka daftar masalah yang ada atau kebutuhan yang
berpusat pada klien akan muncul (Ali,2010).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah keshatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensional. Diagnosis
27

keperawatan bertujuan untuk mengudentifikasi respons klien individu,


keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
(SDKI, 2017)
Diagnosa yang biasa muncul pada klien dengan dengan indikasi
oligohidramnion menurut teori adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik (luka operasi)
dibuktikan dengan klien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah dan sulit tidur.
b. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek agen
farmakologis (anastesi) dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dyspnea, gelisah.
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
dibuktikan dengan defekasi kurang dari dua kali seminggu,
pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristaltik usus menurun
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot dibuktikan dengan klien mengeluh sulit menggerakan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.
f. Defisit pengetahuan tentang (perawatan luka post op) berhubungan
dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan keperawatan
adalah prilaku atau aktivitas spesipik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI PPNI, 2017).
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik (luka operasi)
dibuktikan dengan klien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah dan sulit tidur.
Tujuan : tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil :
28

1) Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu


menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri)
2) Klien melaporkan nyeri berkurang
3) Klien tampak rileks
4) Skala nyeri berkurang 1-3 (nyeri ringan)
5) Klien tidak bersikap protektif pada saat bergerak
6) Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD: 110/70-120/80 mmHg N:80-100x/menit
RR: 16-20x/menit S: 36-37◦C

No Intervensi Rasional
1 Manajement nyeri Manajement nyeri
Observasi: Untuk mengetahui keadaan umum
Monitor tanda-tanda vital klien. Nyeri dapat meningkatkan
tekanan darah dan nadi pada klien
2 Identifikasi lokai, karakteristik, durasi, Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
frekuwensi, kualitas, dan intensitas durasi, frekuensi, kualitas, dan
nyeri cara mengatasi nyeri dan intensitas nyeri berguna dalam
identifikasi skala nyeri menentukan tindakan yang akan dipilih
untuk mengurangi nyeri dengan
mengetahui skala nyeri dapat
mengetahui tingkat nyeri yang klien
rasakan
3 Identifikasi respon nyeri non verbal Respon nyeri non verbal membantu
dan identifikasi faktor yang menilai ukuran/kedalaman nyeri.
memperberat dan memperingan nyeri Untuk menciptakan suasana yang dapat
mengurangi nyeri
4 Terapeutik: Memfasilitasi istirahat dann tidur klien,
Fasilitasi istirahat dan tidur membantu memaksimalkan waktu dan
kualitas istirahat dan tidur
5 Edukasi: Mengetahui penyebab, priode dan
Jelaskan penyebab, priode dan pemicu pemicu nyeri membantu klien
nyeri mengatasi nyeri secara mandiri
6 Ajarkan teknik non farmakologis untuk Budaya yang diyakini klien, sangat
mengurangi rasa nyeri mis, napas mempengaruhi respon nyeri klien
dalam dan distraksi ( membaca buku
menonton tv, mengobrol)
7 Kolaborasi : Analgetik merupakan zat kandungan
Kolaborasi pemberian analgetik, jika obat yang dapat mengurangi bahkan
perlu menghilangkan rasa nyeri juga bisa

b. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif


Tujuan : Resiko infeksi menurun
Kriteria hasil :
1) Luka kering dan bersih
29

2) Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi (dolor,


kolor, tumor, rubor, fungsio laesa)
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD: 110/70-120/80 mmHg N:80-100x/menit
RR: 16-20x/menit S: 36-37◦C

No Intervensi Rasional
1 Perawatan luka Demam setelah operasi hari ketiga
Observasi : dan takhikardi menunjukan adanya
Monitor tanda-tanda vital infeksi

2 Monitor tanda-tanda infeksi Untuk mengetahui perkembangan


infeksi pada luka, ditandai dengan
adanya tanda infeksi, kolor, dolor,
tumor dan fungio laesa
3 Terapeutik: Gerakan perlahan dapat
Leaskan balutan dan plester secara meminimalkan kerusakan area kulit
perlahan. Bersihkan dengan cairan dibawah plester, NaCl merupakan
NaCl atau pembersih nontoksik, cairan steril yang fisiologis untuk
sesuai kebutuhan dan pertahankan membersihkan luka.
perawatan luka Tekhnik steril mencegah terjadinya
penybaran infeksi
4 Aff infus dan aff kateter setelah 2 Untuk mengurangi penumpukan
hari post operasi mikroorganisme
5 Edukasi : Agar klien mampu mendeteksi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi adanya infeksi
6 Anjurkan mengonsumsi makanan Diet TKTP membantu proses
tinggi kalori tinggi protein perbaikan dan penyembuhan luka
7 Kolaborasi: Antibiotic berguna untuk
Kolabrasi pemberian antibiotic jika membunuh dan mengurangi bakteri
perlu yang menginfeksi luka
8 Perawatan pasca secsio sesarea Mengevaluasi hsil dan intevensi
Observasi: yang telah diberikan
Monitor respon fisiologis (mis: nyeri,
perubahan uterus, kepatenan jalan
napas dan luka)
9 Monitor kondisi luka dan balutan Keadaan luka dan balutan yang
kering, bersih mencegah terjadinya
perkembangan bakteri
10 Terapeutik: Mobilisasi diri berguna
Motivasi mobilitas diri secara mempercepat organ tubuh bekerja
bertahap dengan melakukan mika- seperti semula dan dapat
miki ( setelah 6 jam post operasi) memperbaiki sirkulasi darah ke
seluruh tubuh

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek agen


farmakologis (anastesi) dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dyspnea, gelisah.
30

Tujuan : Bersiham jalan nafas meningkat


Kriteria hasil :
1) Klien mudah untuk bernafas
2) Tidak ada bunyi napas tambahan (wheezing, gurgling, ronkhi)
3) Jalan napas tidak ada sumbatan
4) Mengeluarkan sekresi cairan efektif
5) Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (16-20 x/menit)
No Intervensi Rasional
1 Manajemen jalan napas Pola napas yang tidak adekuat
Observasi : mengindikasikan terjadinya gagal
Monitor pola napas (frekuensi, napas
kedalaman, usaha napas)
2 Monitor bunyi napas tambahan (mis: Bunyi napas tambahan seperti mengi,
gurgling, mengi, wheezing, ronkhi ronchi menunjukan adanya secret
kering) yang tertahan
3 Terapeutik : Membuat klien rileks dan
Posisikan semi fowler meminimalisir jika sesak datang
4 Berikan minum hangat Pengenceran secret untuk
meningkatkan pengeluaran
5 Berikan oksigen jika perlu Memenuhi kebutuhan oksigen yang
adekuat
6 Edukasi: Asupan cairan membantu
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari pengenceran secret untuk
jika tidak kontraindikasi meningkatkan pengeluaran
7 Ajarkan tekhnik batuk efektif Meningkatkan pengeluaran secret
yang tertahan
8 Kolaborasi: Membantu pengenceran secret untuk
Kolaborasi pemberian bronkodilator, meningkatkan pengeluaran
ekspektoran, jika perlu

d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja otot eliminasi


Tujuan : eliminasi fekal membaik
Kriteria hasil :
1) Bising usus normal (5-34x/menit)
2) Kluar flatus
3) Klien BAB 1x/hari
No Intervensi Rasional
1 Manajemen konstipasi Mengetahui keadaan klien serta
Observasi: sebagai acuan untuk merencanakan
Periksa tanda dan gejala konstipasi tindakan yang akan dilakukan
2 Periksa bising usus, karakteristik feses, Pengkajian dasar untuk mengetahui
konsistensi, bentuk, volume, dan warna) masalah bowel, bising usus kurang
dari normal atau tidak sama sekali
kemungkinan ada peristaltiki leus,
konstipasi, peritonitis atau obstruksi
3 Identifikasi faktor resiko konstipasi Diperlukan identifikasi agar dapat
( mis: obat-obatan, tirah baring, dan diet mengetahui intervensi apa yang tepat
rendah serat) untuk diberikan
4 Terapeutik: Serat mengikat air sehingga
Anjurkan diet tinggi serat meningkatkan berat dan ukuran feses.
31

Feses pun lebih mudah melewati anus


dan hal ini mengurangi terjadinya
sembelit
5 Edukasi : Pengetahuan klien tentang
Jelaskan etiologi masalah dan alasan masalahnya membuat klien tidak
tindakan khawatir dan dapat membantu dalam
keberhasilan tindakan
6 Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika Pemberian cairan yang adekuat dapat
tidak ada kontraindikasi mencegah konstipasi
7 Kolaborasi Obat pencahar berguna untuk
Kolaborasi pemberian obat pencahar, melumaskan feses, merangsang
jika perlu peristaltik, dan membantu
mengembahkan fungsi usus
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot dibuktikan dengan klien mengeluh sulit menggerakan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.
Tujuan : mobilitas fisik meningkat
Kriteria hasil :
1) Keadaan umum klien lebih baik
2) Klien dapat memenuhi ADL secara mandiri
3) Klien tidak tampak lemah

No Intervensi Rasional
1 Obsevasi: Identifikasi adanya nyeri atau
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik untuk mengontrol skala
keluhan fisik lainya nyeri dan menentukan tindakan
selanjutnya
2 Monitor kondisi umum selama Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi melakukan mobilisasi untuk
mengetahui perubahan kondisi klien
saat melakukan mobilitas
3 Terapeutik: Keluarga mempengaruhi keinginan
Libatkan keluarga untuk membantu klien dan motivasi untuk beraktivitas
pasien dalam menimgkatkan
pergerakan
4 Edukasi: Mobilisasi diri berguna mempercepat
Anjurkan melakukan mobilisasi dini organ tubuh bekerja seperti semula
dan dapat memperbaiki sirkulasi
darah ke seluruh tubuh
5 Edukasi: Membantu klien untuk dapat
Ajarkan mobilitas sederhana yang melakukan mobilisasi secara
harus dilakukan (mis.miring kanan sederhana
miring kiri, duduk di tempat tidur)

f. Defisit pengetahuan tentang (perawatan luka post op) berhubungan


dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah
32

Tujuan : pengetahuan klien tentang perawatan (luka


bekas operasi)
Kritria hasil :
1) Klien dapat melakukan perawatan post partum (senam nifas,
perawatan payudar, perawatan luka bekas operasi)
2) Klien mengerti dan dapat melakukan perawatan luka

No Intervensi Rasional
1 Edukasi perawatan luka Periode post partum dapat
Observasi : menjadi pengalaman yang positif
Indentivikasi kesiapan dan kemampuan bagi ibu bila membantu
menerima informasi mengembangkan pengetahuan ibu
2 Terapeutik Persiapan yang matang membantu
Sediakan materi dari media pendidikan memperlancar peroses
kesehatan penyuluhan media pendidikan
ysng tepat membantu materi
3 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai Untuk mengoptimalkan waktu
kesepakatan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan kesepakatan yang telah
dibuat
4 Berikan kesempatan untuk bertanya Untuk mengklaifikasi pemahaman
klien
5 Edukasi : Membantu klien untuk mengenali
Ajarkan perawatan luka, beri informasi cara perawatan tali pusat
yang berhubungan dengan perawatan
luka bekas operasi

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Mitayani, 2010).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien, tahapan ini untuk mengetahui sejauh mana tujuan
tercapai, tujuan evaluasi ini adalah untuk memberikan umpan balik
rencana keperawatan, melalui perbandingan pelayanan perawatan serta
33

hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu (Mistayani,


2010)

Anda mungkin juga menyukai