TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Konsep Dasar Oligohidramnion
a. Definisi
Oligohidramnion adalah cairan amnion turun jauh diawal batas
normal dan kadang-kadang berkurang hingga beberapa ml cairan
kental. (Cunningham. Williams 2009)
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban sangat
sedikit yakni kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Insidensi 5-
8% dari seluruh kehamilan. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010)
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban
kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc (Sukrisno, 2010)
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc yang di perkirakan 5-8% dari
keseluruhan kehamilan.
b. Anatomi Fisiologi
Amnion normal mempunyai tebal 0,02-0,5 mm. Epithelium
normalnya terdiri dari selapis sel kuboid tak bersilia. Terdapat 5
lapisan yang terdiri dari (dari dalam ke luar) epithelium, membran
basal, lapisan kompakta, lapisan fibro-blas-tic dan lapisan spongiosum.
Amnion ruang yang dilapisi oleh selaput janin (amnion/korion) berisi
air ketuaban (liquar amnii) mula-mula ruang amnion merupakan
rongga kecil, kemudian mengelilingi seluruh janin. Akhirnya amnion
merapat pada chorin dan melekat dengannnya; Amnion ikut
membentuk selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion, mesoderm,
chorion, dan lapisan tipis dari desidua
Cairan amnion reaksinya alkalis dengan BD 1.0007-1.025 dan
berbau anyir, terdiri dari sebagian air, sedikit ureum, protein, asam
urin, gula, garam, dan enzim, juga terdapat bintik-bintik lemak yang
6
7
berasal dari anak (lanugo) dan sel-sel yang berasal dari kulit anak
maupun dari amnion.(Ai Yeyeh 2009: 26-28)
1) Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
2) Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
3) Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkunagan asam
basa (pH) dalam rongga amnion, untuk suasana lingkungan yang
optimal bagi janin.
4) Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan
intrauterin ( terutama pada persalinan )
5) Pada persalinan : memebersihkan/ melicinkan jalan lahir, dengan
cairan yang steril, sehingga melindungi bayi dari kemungkinan
infeksi jalan lahir.
c. Etiologi
Menurut (Sukrisno, 2010)
1) Absorpsi atau kehilangan cairan meningkat
2) Pertumbuhan amnion yang kurang baik
3) Kehamilan post term sehingga terjadinya penurunan fungsi
plasenta
4) Penurunan fungsi ginjal atau terjadinya kelainan ginjal bawaan
pada janin sehingga produksi urine janin berkurang
5) Penyakit yang diderita ibu seperti hipertensi, diabetes melitus,
lupus
d. Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi
secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan
yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital,
pertumbuhan janin terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan
postterm, insufiensi plasenta dan obat-obatan (misalnya dari golongan
antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling sering
8
e. Pathway
Bagan 2.1 pathway oligohidramnion
Penyebab
Oligohidramnion
Bayi Ibu
Oligohidramnion
(Sukrisno, 2010)
10
Tabel 2.1Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Berat
Involusi TFU
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 1-2 jari
Hari ke-3 3 jari dibawah pusat
Hari ke-4 4 jari dibawah pusat
Hari ke-5 1/3 anatar simfisis ke pusat
1 minggu Pertengahan pusat &simfisis sukar 750 gr
Hari ke-10 diraba diatas simfisis
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr
(elisabeth siwi 2015)
b) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
c) Lochea
Lochea adalah cairan yang dikarenakan uterus melalui vagina
selama nifas. Banyaknya jumlah lochea yang keluar, warna dan
15
bau yang khas berubah dari hari ke hari dan berhenti dalam
waktu enam minggu. Jumlah pengeluaran lochea kira-kira 240-
270ml.
Tabel. 2.2 perubahan lochea normal pada pasien post partum
No Jenis lochea Karakteristik lochea waktu
1 Lochea lubra Berisi darah berwarna merah 1-2 hari
segar, jaringan sisa plasenta,
sel-sel desidua, lanugo dan
sisa mekonium
2 Lochea sanguilenta Berwarna merah kuning dan 3-7 hari
berlendir
3 Lochea serosa Berwarna kuning dan cairan 7-14 hari
tidak berwarna merah
4 Lochea alba Berwarna putih mengandung 14 hari
leukosit, sel desidua, sel
spitel, selaput lendir serviks
( sofian, 2013)
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut , kedua organ ini
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
e) Payudara
Setelah proses persalinan selesai, pengaruh hormone estrogen
dan progesterone terhadap hipofisis mulai menghilang.
Hipofisis mulai mensekresi hormone kembali yang salah satu
diantaranya adalah lactogenic hormone atau hormone prolaktin
f) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan tanda-tanda penting pada tubuh
yang dapat berubah bila tubuh mengalami gangguan atau
masalah. Artinya, bila suhu tubuh meningkat, maka nadi dan
penafasan juga meningkat dan sebaliknya. Tanda-tanda vital
yang berubah saat masa nifas adalah :
16
1) Suhu tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat
sekitar 0,5 ◦C dari keadaan normal (36◦C-37,5◦C), namun
tidak lebih dari 38◦C. Hal ini disebabkan karena
metabolisme tubuh pada saat proses persalinan. Setelah 12
jam post partum, suhu tubuh yang meningkat tadi akan
kembali seperti keadaan semula.
2) Nadi
Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit.
Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami
peningkatan. Setelah proses persalinan selesai frekuensi
denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas
biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110-
140 mmHg dan untuk diastole antara 60-80 mmHg. Setelah
partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan
pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami
peningkatan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih
dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
hipertensi atau pre eklampsia post partum.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali per
menit. Pada saat partus frekuensi pernafasan akan
meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk
tenaga ibu meneran/mengejan dan mempertahankan agar
persediaan oksigen ke janin terpenuhi. Setelah partus
selesai, frekuensi pernafasan akan kembali normal.
Keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu
dan denyut nadi (Dewi Maritalia, 2012)
17
2) Sistem Perkemihan
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan
cairan yang tertimbun dijaringan selama hamil. Diuresis pasca
partum, disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan
mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Pada
klien post SC akan menyebabkan keinginan berkemih menurun
akibat efek anesthesia sehingga dipasangnya kateter.
3) Sistem Gastrointestinal
Biasanya post SC mengalami penurunan tonus otot dan motalitas
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. BAB
biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah melahirkan karena efek
anesthesia. Hal ini dapat diatasi dengan ibu mulai melakukan
mobilisasi dini.
4) Sistem Integumen
Setelah melahirkan hyperpigmentasi pada wajah berkurang,
striaegravidarum pada abdomen dan bokong perlahan-lahan
memutih, areola mamae berwarna lebih gelap. Terdapat luka insisi
dan jahitan pada segmen bawah abdomen pada ibu yang partus
dengan seksio sesarea
5) Sistem Muskuloskeletal
Pada klien post SC terjadi kelemahan otot dan kesemutan pada
ekstremitas bawah karena efek anastesi, dan biasanya terpasang
infus, kaji adanya edema pada klien. (Aspiani, 2017)
d. Perubahan Psikologi post partum
Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologi yang nyata
sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering
menangis, lekas marah, sering sedih atau cepat berubah menjadi
senang merupakan manifestasi dari perubahan emosi yang labil.
Fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas yaitu :
18
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus pada dirinya sendiri.
2) Fase taking hold
Berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu
timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawab merawat bayinya.
3) Fase letting go
Periode penerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. (Diyah,2013).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sesarea 3 Jam
Post Seksio Atas Indikasi Oligohidramnion
Proses keperawatan adalah cara sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
(yaitu kebutuhan dasar manusia) dengan mencakup 5 tahapan yaitu:
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
(Budiono 2015)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi
dan komunikasi data tentang klien mencakup 2 langkah yaitu
pengumpulan data dari sumber data primer (klien) dan sumber data
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) serta analisis data sebagai dasar
untuk menegakan diagnosa keperawatan (Chirestensen J. Paula, 2010).
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi : nama klien, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan, diagnosa medis,
nomor registrasi, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan alamat.
19
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah keshatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensional. Diagnosis
27
No Intervensi Rasional
1 Manajement nyeri Manajement nyeri
Observasi: Untuk mengetahui keadaan umum
Monitor tanda-tanda vital klien. Nyeri dapat meningkatkan
tekanan darah dan nadi pada klien
2 Identifikasi lokai, karakteristik, durasi, Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
frekuwensi, kualitas, dan intensitas durasi, frekuensi, kualitas, dan
nyeri cara mengatasi nyeri dan intensitas nyeri berguna dalam
identifikasi skala nyeri menentukan tindakan yang akan dipilih
untuk mengurangi nyeri dengan
mengetahui skala nyeri dapat
mengetahui tingkat nyeri yang klien
rasakan
3 Identifikasi respon nyeri non verbal Respon nyeri non verbal membantu
dan identifikasi faktor yang menilai ukuran/kedalaman nyeri.
memperberat dan memperingan nyeri Untuk menciptakan suasana yang dapat
mengurangi nyeri
4 Terapeutik: Memfasilitasi istirahat dann tidur klien,
Fasilitasi istirahat dan tidur membantu memaksimalkan waktu dan
kualitas istirahat dan tidur
5 Edukasi: Mengetahui penyebab, priode dan
Jelaskan penyebab, priode dan pemicu pemicu nyeri membantu klien
nyeri mengatasi nyeri secara mandiri
6 Ajarkan teknik non farmakologis untuk Budaya yang diyakini klien, sangat
mengurangi rasa nyeri mis, napas mempengaruhi respon nyeri klien
dalam dan distraksi ( membaca buku
menonton tv, mengobrol)
7 Kolaborasi : Analgetik merupakan zat kandungan
Kolaborasi pemberian analgetik, jika obat yang dapat mengurangi bahkan
perlu menghilangkan rasa nyeri juga bisa
No Intervensi Rasional
1 Perawatan luka Demam setelah operasi hari ketiga
Observasi : dan takhikardi menunjukan adanya
Monitor tanda-tanda vital infeksi
No Intervensi Rasional
1 Obsevasi: Identifikasi adanya nyeri atau
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik untuk mengontrol skala
keluhan fisik lainya nyeri dan menentukan tindakan
selanjutnya
2 Monitor kondisi umum selama Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi melakukan mobilisasi untuk
mengetahui perubahan kondisi klien
saat melakukan mobilitas
3 Terapeutik: Keluarga mempengaruhi keinginan
Libatkan keluarga untuk membantu klien dan motivasi untuk beraktivitas
pasien dalam menimgkatkan
pergerakan
4 Edukasi: Mobilisasi diri berguna mempercepat
Anjurkan melakukan mobilisasi dini organ tubuh bekerja seperti semula
dan dapat memperbaiki sirkulasi
darah ke seluruh tubuh
5 Edukasi: Membantu klien untuk dapat
Ajarkan mobilitas sederhana yang melakukan mobilisasi secara
harus dilakukan (mis.miring kanan sederhana
miring kiri, duduk di tempat tidur)
No Intervensi Rasional
1 Edukasi perawatan luka Periode post partum dapat
Observasi : menjadi pengalaman yang positif
Indentivikasi kesiapan dan kemampuan bagi ibu bila membantu
menerima informasi mengembangkan pengetahuan ibu
2 Terapeutik Persiapan yang matang membantu
Sediakan materi dari media pendidikan memperlancar peroses
kesehatan penyuluhan media pendidikan
ysng tepat membantu materi
3 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai Untuk mengoptimalkan waktu
kesepakatan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan kesepakatan yang telah
dibuat
4 Berikan kesempatan untuk bertanya Untuk mengklaifikasi pemahaman
klien
5 Edukasi : Membantu klien untuk mengenali
Ajarkan perawatan luka, beri informasi cara perawatan tali pusat
yang berhubungan dengan perawatan
luka bekas operasi
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Mitayani, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien, tahapan ini untuk mengetahui sejauh mana tujuan
tercapai, tujuan evaluasi ini adalah untuk memberikan umpan balik
rencana keperawatan, melalui perbandingan pelayanan perawatan serta
33