Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
SEMESTER 5 GIZI
KELOMPOK 5
SELVI 17111101067
NOVRANKA LENETTE 17111101170
VIRGINIA I. KOESNADI 17111101178
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Dan berkat
rahmat dan karunia-Nya pula, kami dapat menyelesaikan makalah Analisi Gizi
Kesehatan Masyarakat Pesisir dan Kepulauan yang berjudul “Masalah Gizi
Obesitas pada Masyarakat Pesisir dan Kepulauan” yang dapat selesai seperti waktu
yang telah kami rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisi Gizi Kesehatan
Masyarakat Pesisir dan Kepulauan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam
penulisan kearah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
2.3.2 Perbandingan Prevalensi Obesitas Tahun 2013 dan Tahun 2018 ....... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak berlebih di
dalam tubuh. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko munculnya berbagai
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan stroke yang merupakan penyakit
penyebab kematian terbesar penduduk dunia.
Menurut WHO tahun 2014, secara umum kegemukan dan obesitas adalah
suatu kondisi abnormal yang ditandai oleh peningkatan lemak tubuh berlebihan,
umumnya ditimbun di jaringan subkutan, sekitar organ, dan kadang terinfliltrasi ke
dalam organ.
Saat ini prevalensi obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia, yang
mencapai tingkatan yang membahayakan. Penderita obesitas di Indonseia terus
bertambah dari tahun ke tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) 2018
menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia mengalami obesitas sebesar
21,8%. Prevalensi obesitas pada dewasa umur >18 tahun mengalami peningkatan
dari tahun 2013 (14,8%) menjadi 21,8% pada tahun 2018. Provinsi Sulawesi Utara
merupakan provinsi dengan prevalensi penduduk mengalami obesitas terbanyak.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian obesitas di antaranya
yaitu tingkat pengetahuan dan pekerjaan, asupan makanan, stress, aktivitas fisik,
kebiasaan makan yang salah diantaranya berlebihan, makan terburu-buru, tidak
sarapan pagi, waktu makan yang tidak teratur. Penyebab utama terjadinya obesitas
adalah ketidakseimbangan antara konsumsi berlebih dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energi (Almastier,2001). Bila energi yang masuk
berlebihan dan tidak diimbangi akan memudahkan seseorang menjadi gemuk.
Aktivitas fisik diperlukan untuk proses pembakaran energi tubuh.
Obesitas tidak hanya ditemukan pada penduduk dewasa, tetapi juga pada
anak-anak dan remaja. Meskipun jumlah orang yang menjalani diet atau melakukan
senam kebugaran bertambah, jumlah penderita obesitas terus meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian obesitas?
2. Apa saja yang menjadi penyebab terjadinya obesitas di wilayah pesisir dan
kepulauan?
3. Berapa prevalensi obesitas di setiap provinsi dan perbandingan prevalensi
obesitas antara tahun 2013 dan tahun 2018?
4. apa saja penyakit akibat obesitas?
5. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan obesitas di Kawasan pesisir
dan kepulauan?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian obesitas
2. Untuk menjelaskan penyebab terjadinya obesitas di Kawasan pesisir dan
kepulauan.
3. Untuk menjelaskan prevalensi obesitas di tiap provinsi dan perbandingan
prevalensi obesitas antara tahun 2013 dan tahun 2018
4. Untuk menjelaskan penyakit-penyakit akibat obesitas
5. Untuk menjelaskan cara mencegah atau menangani obesitas di Kawasan
pesisir dan kepulauan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Klasifikasi Obesitas
2.1.1 Pengertian Obesitas
Obesitas adalah suatu kondisi terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan
terhadap tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan etnisitas hingga pada
batas yang merugikan. Dalam praktik klinis dan riset epidemiologis, obesitas
paling sering didefinisikan sebagai indeks massa tubuh atau body mass index
(BMI), yaitu suatu ukuran yang dapat memperkirakan adipositas secara logis.
BMI diperoleh dengan membagi berat badan individu dalam satuan kilogram
dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (kg/m2) .
3
Rumus untuk menghitung IMT
4
Ada dua faktor penyebab langsung obesitas:
5
Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari
karbohidrat, kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energy
cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
2. Protein
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah
air. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu
sama lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang
tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel
dan jaringan tubuh.
Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung
pada jenis kelamin dan umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14%
asupan energi selama masa anak dan remaja (Suandi, 2003).
3. Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai
sumber energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas
yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolism,
memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital. Depkes RI
menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per
hari (Sayogo, 2006).
b. Faktor Kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
1. Hipotiroidisme
2. Sindroma Cushing
3. Sindroma Prader-Willi
4. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak
makan.
6
2.2.2 Penyebab tidak Langsung
a. Faktor Genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh
sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
Peran faktor genetik dapat dibuktikan oleh peningkatan prevalensi
obesitas dua kali lipat dalam decade terakhir pada individu dengan riwayat
obesitas. Faktor genetic berperan terhadap terjadinya obesitas sekitar 30-
40% dari seluruh kejadian obesitas (Hardinsyah & Supariasa, 2017).
b. Faktor Psikis
Apa yang ada di pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab
obesitas, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di
malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini
biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Pada sindrom makan di malam
hari adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan
makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk perilaku, berkontribusi besar terhadap
peningkatan obesitas. Masyarakat di daerah pantai sebagian besar adalah
nelayan yang banyak mengonsumsi makanan sumber protein hewani yang
berasal dari laut seperti ikan. Bahan pangan sumber protein pada daerah
pantai dapat terpenuhi setiap hari dengan baik. Hal ini dikarenakan karena
hasil laut yang juga dikonsumsi oleh keluarga sendiri.
Faktor lingkungan dipengaruhi oleh aktivitas dan pola makan orang
tua anak, misalnya pola makan bapak dan ibunya tidak teratur maka dapat
menurun pada anak dan aktivitas fisik yang tidak mendukung.
7
d. Faktor Biologis dan Demografi
1. Umur
Obesitas cenderung meningkat pada usia dewasa. Kasus obesitas pada
orang dewasa ditemukan sekitar 80-90% yaitu mulai golongan usia 20-64
tahun berisiko terkena obesitas. Hasil studi cross sectional yang dilakukan
oleh National Examination Survey (NHANES III) menunjukkan
peningkatan berat badan mulai usia 40 tahun. Prevalensi obesitas tertinggi
ditemukan pada rentang usia 20-60 tahun dan setelah 60 tahun menurun.
2. Jenis Kelamin
Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pada laki-
laki hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh produksi lemak tubuh pada
wanita lebih tinggi dan banyak tersimpan di daerah peripel seperti panggul
dibandingkan pria yang tersimpan di daerah perut. Secara fisik, wanita
memilki lemak yang lebih banyak daripada pria. Perbandingan lemak tubuh
antara 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita yang memilki
lemak lebih dari 30% dan pria yang memiliki lemak lebih dari 25%
dianggap telah mengalami obesitas (Popkins, 2012 dalam Hardinsyah &
Supariasa, 2017).
8
peningkatan pendapatan mengarah pada peningkatan daya beli terhadap
makanan, bertambahnya konsumsi makan.
Namun pada daerah pesisir yang dominan masyarakatnya sebagai nelayan
hanya akan mengonsumsi hasil laut seperti ikan setiap hari dan kebutuhan lain
seperti sayuran dan buah-buahan akan sulit didapatkan.
9
Gambar 1. Menyajikan kecenderungan prevalensi obesitas pada dewasa umur >18
tahun di tiap-tiap provinsi pada tahun 2018. Prevalensi tertinggi di Provinsi
Sulawesi Utara (30,2%) dan terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (10,3).
Gambar 2. Proporsi Berat Badan Lebih dan obese pada Dewasa >18 Tahun, 2007-
2018
10
kejadian obesitas mellitus 3-4 kali dibandingkan orang dengan IMT normal
(Adriani & Witjatmadi, 2014) .
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah diabetes
(penyandang diabetes mellitus) di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 25,2
juta orang. Jumlah ini akan diperkirakan terus meningkat pada tahun-tahun
yang akan datang. Diabetes sangat erat kaitannya dengan kegemukan atau
obesitas. Ini berarti orang yang mengalaimi obesitas akan memiliki resiko
yang besar terkena diabetes
2. Tekanan Darah Tinggi
Hubungan antara angka kejadian hipertensi dan berat badan meningkat
tajam sesuai peningkatan berat badan. Risiko terjadinya hipertensi
meningkat 1.6 kali untuk overweight dan menjadi 2,5-3,2 kali untuk obesitas
kelas 1 serta menjadi 3,9-5,5 kali untuk obesitas kelas 2 dan 3. Penurunan
berat badan juga dapat menurunkan tekanan darah (Adriani & Witjatmadi,
2014).
3. Stroke
Angka kejadian penyakit arteri coroner menunjukkan hubungan linear
bermakna dengan IMT. Obesitas kelas 1-3 menunjukkan risiko relatif,
umumnya antara 1,5-3 kali dengan risiko tertinggi pada obesitas kelas 3.
Stroke (cerebrovascular accident) juga berhubungan dengan obesitas.
Pola makan yang salah juga memicu terjadinya stroke usia muda.
Karena seringnya mengonsumsi makanan junk food yang tidak baik sebab
kandungan kolesterol tinggi. Kolesterol tidak baik bagi kesehatan, terutama
bila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah, dan mengenai pembuluh
darah otak bisa membuat seseorang stroke (Adriani & Witjatmadi, 2014).
4. Gangguan Jantung Dan Pembuluh Darah
Obesitas merupakan penyebabutama terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan
peningkatan beban kerja jantung, karena dengan bertambah besar tubuh
seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke
seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui,
terjadilah yang disebut gagal jantung. Tandatandanya, napas sesak dan
timbulnya bengkak pada tungkai. Pengidap obesitas juga seringmengalami
tekanan darah tinggi (hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat
jepitan timbunan lemak. Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja
11
memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada dinding bilik
jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat
timbulnya gagal jantung (Misnadiarly. 2010).
5. Gangguan Fungsi Paru-Paru.
Pada pengidap obesitas, timbunan ini dapat menekan saluran pernapasan.
Ini bisa menyebabkan terjadinya, henti napas saat tidur (sleep apnea).
Gangguan seperti ini lama-lama dapat menyebabkan gagal jantung juga dan
berujung dengan kematian (Misnadiarly. 2010).
6. Gangguan Persendian
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga
berat. Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan
peradangan persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri
pada sendi, diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga menjadi kaku tak bisa
digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup berjalan lagi
(Misnadiarly. 2010).
7. Gangguan Sistem Hormonal
Obesitas ternyata juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada
anak gadis, obesitas menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih
awal. Pada wanita dewasa, obesitas dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme), dan gangguan
siklus menstruasi. Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen
(lelaki) meningkat. Akibatnya terjadi hirsutisme (tanda maskulinisasi).
Misalnya jerawatan, distribusi bulu2 di wajah dan badan, bahkan mungkin
perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki. Pada wanita, obesitas
juga peningkatan risiko timbulnya batu empedu. Ini terjadi karena cairan
empedu menjadi lebih kental (Misnadiarly. 2010).
8. Meningkatkan Risiko Penyakit Ganas
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami
menopause, obesitas meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim
(endometrium) dan kanker payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan
dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan kanker usus besar
(kolorektal) (Misnadiarly. 2010).
9. Gangguan Psikologis
Orang dengan obesitas juga seringkali mengalami gangguan psikologis
berupa rasa rendah diri, keadaan depresi, bahkan bisa terkucil dari pergaulan
sosial. Terlebih lagi bila lingkungan di sekitarnya tidak memberi dukungan,
melainkan lebih banyak memperolok-olok kegemukannya (Misnadiarly.
2010).
Meningkatnya prevalensi obesitas di Indonesia akan membutuhkan budget yang
lebih besar jumlahnya untuk dapat mengatasi masalah obesitas tersebut. Namun,
dari berbagai informasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa obesitas akan dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan lainnya. Adapun kenyataannya
12
pada saat ini prevalensi obesitas meningkat, maka dapat diperkirakan hal ini berarti
akan meningkat pula penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang muncul
sebagai akibat dari obesitas (Adriani & Witjatmadi, 2014).
13
seperti sayuran dan buah-buahan. Namun, perubahan perilaku makan penduduk
tidak hanya memerlukan perhatian yang bersifat individu, tetapi juga peranan dari
lingkungan tempat penyedia makanan dan minuman.
Upaya untuk perbaikan lingkungan penyedia makanan dan minuman yang dapat
dilakukan dengan strategi meningkatkan akses makanan padat zat gizi dan
mengurangi akses makanan dan minuman yang padat kalori (Hardinsya &
Supariasa, 2017).
2. Strategi Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi, termasuk kegiatan yang
dilakukan saat bekerja, bermain, berolaraga, melakukan pekerjaan rumah tangga,
bepergian, dan terlibat dalam kegiatan rekreasi. Kenyataan saat ini, aktivitas fisik
masyarakat sebagian besar tergolong rendah. WHO menyatakan sekitar 31%
penduduk dewasa di dunia memiliki aktivitas kurang.
Strategi yang komprehensif untuk meningkatkan pengeluaran energi melalui
aktivitas fisik adalah dengan melakukan secara rutin aktivitas sehari-hari ditambah
dengan kegiatan latihan fisik atau olaraga minimal 1 kali seminggu selama 1 jam
atau 3 kali seminggu 20-30 menit (Hardinsya & Supariasa, 2017).
3. Mengatur Diet
14
meningkatkan aktivitas fisik dan mengatur pola makan sehari-hari yang memenuhi
standar diet yang sesuai untuk tingkat obesitas yang dialaminya obesitas. Adanya
jaminan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat juga memegang peranan
penting dalam mendukung dan memotivasi pasien obesitas. Jaminan kesehatan
mendorong pasien melakukan pemeriksaan atau mempertahankan kesehatan dan
berat badan ideal (Hardinsya & Supariasa, 2017).
5. Strategi Sekolah
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah obesitas merupakan masalah kesehatan yang paling mendesak, yang telah
menjadi epidemic global baik di negara maju maupun negara berkembang.
Menurut WHO (World Health Organizatition) tahun 2014, secara umum
kegemukan dan obesitas adalah suatu kondisi abnormal yang ditandai oleh
peningkatan lemak tubuh berlebihan, umumnya ditimbun di jaringan subkutan,
sekitar organ, dan kadang terinfliltrasi ke dalam organ.
Obesitas adalah penyakit gizi berupa akumulasi jaringan lemak secara
berlebihan di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh perilaku makan yang
berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan, aktivitas fisik yang rendah,
gangguan psikologis, laju pertumbuhan yang sangat cepat, genetic atau faktor
keturunan juga gangguan hormone. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian obesitas di antaranya yaitu tingkat pengetahuan dan pekerjaan, asupan
makanan, stress, aktivitas fisik, kebiasaan makan yang salah diantaranya
berlebihan, makan terburu-buru, tidak sarapan pagi, waktu makan yang tidak
teratur. Penyebab utama terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara
konsumsi berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi.
3.2 Saran
Bagi penderita obesitas sebaiknya memilih makanan yang baik dan sehat serta
sesuai dengan kecukupan tubuhnya, mengubah pola makan yang salah . Melakukan
aktivitas fisik secara teratur untuk menghindari penyakit-penyakit yang bisa
disebabkan oleh obesitas serta melakuka pemeriksaan kesehatan secara teratur.
16
DAFTAR PUSTAKA
17