Anda di halaman 1dari 14

A. FLUIDA STATIK.

Fluida merupakan istilah untuk zat cair. Zat cair adalah zat yang mengalirkan
seluruh bagian-bagianya ke tempat yang lain dalam waktu yang bersamaan. Zat
alir mencakup zat dalam wujud cair dan gas. Berdasarkan pergerakannya fluida
ada dua macam. Yaitu fluida dinamik dan fluida statik. Sebelum mempelajari
fluida dinamik perlu kita mempelajari fluida statis terlbeih dahulu. Fluida statik
adalah fluida yamg tidak bergerak. Contoh fluida statik misalnya: air di gelas, air
di kolam renang, dan air danau.

Gambar 1.1 Air dalam Gelas termasuk Fluida Statik.


Fluida menurut sifat-sifatnya di bedakan menjadi dua, yaitu:
1. Fluida ideal
Fluida ideal adalah fluida yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tidak kompresibel ( volumenya tidak berubah karena perubahan tekanan)
b. Berpindah tanpa mengalami gesekan ( viskositasnya nol)
2. Fluida Sejati
Fluida sejati memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kompresibel
b. Berpindah dengan menglami gesekan ( Viskositasnya tertentu)
Kita telah mempelajari konsep fluida statik dan ciri-ciri dari fluida ideal dan fluida
sejati. Untuk lebih memahami konsep fluida statik, berikut ini kita akan membahas
konsep kohesi dan adhesi.
1. Kohesi dan Adhesi
Mengapa setetes air yang jatuh di kaca bentuknya berbeda dengan air
yang jatuh di sehelai daun talas? Hal ini terjadi karena adanya gaya tarik-
menarik antarmolekul. Gaya tarik-menarik antar molekul ada dua macam,
yaitu gaya kohesi dan gaya adhesi. Gaya kohesi adalah gaya tarik-menarik
antarmolekul sejenis. Sedangkan gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik
antarmolekul yang tidak sejenis. Pada saat air bersentuhan dengan suatu benda
maka molekul-molekul bagian luarnya akan tarik-menarik dengan molekul
molekul luar benda tersebut. Setetes air yang jatuh di kaca bentuknya melebar
karena gaya kohesi antarmolekul air lebih kecil daripada gaya adhesi antara
molekul air dengan molekul kaca. Sedangkan setetes air yang jatuh di atas
daun talas bentuknya menyerupai bola karena gaya kohesi antarmolekul air
lebih besar daripada gaya adhesi antara molekul air dengan molekul daun
talas.
Gaya kohesi maupun gaya adhesi memengaruhi bentuk permukaan zat
cair dalam wadahnya. Misalnya dua buah tabung reaksi masing-masing
diisikan air dan air raksa. Apa yang terjadi? Permukaan air dalam tabung
reaksi berbentuk cekung yang disebut meniskus cekung. Sedangkan
permukaan air raksa dalam tabung reaksi berbentuk cembung disebut
meniskus cembung. Hal ini terjadi karena gaya adhesi antara molekul air
dengan molekul kaca lebih besar daripada gaya kohesi antarmolekul air.
Sedangkan gaya adhesi antara molekul air raksa dengan molekul kaca lebih
kecil daripada gaya kohesi antarmolekul air raksa. Meniskus cembung
maupun meniskus cekung menyebabkan sudut kontak antara bidang wadah
(tabung) dengan permukaan zat cair berbeda besarnya. Meniskus cembung
menimbulkan sudut kontak tumpul (> 90°), sedangkan meniskus cekung
menimbulkan sudut kontak lancip (< 90°).
Gambar 1.2 . a. Meniskus cekung. b. Meniskus Cembung
Gaya kohesi dan gaya adhesi juga berpengaruh pada gejala kapilaritas.
Sebuah pipa kapiler kaca jika dicelupkan pada tabung berisi air maka air dapat
naik ke dalam pembuluh kaca pipa kapiler. Sebaliknya, jika pembuluh pipa
kapiler dicelupkan pada tabung berisi air raksa maka air raksa di dalam
pembuluh kaca pipa kapiler lebih rendah permukaannya dibandingkan
permukaan air raksa dalam tabung. Naiknya air dalam pembuluh pipa kapiler
dikarenakan adhesi, sedangkan turunnya air raksa dalam pembuluh pipa
kapiler dikarenakan kohesi. Perhatikan gambar 1.3! Pada pembuluh pipa
kapiler yang berisi air permukaannya lebih tinggi karena gaya adhesinya lebih
kuat daripada gaya kohesinya. Sedangkan pada pembuluh pipa kapiler yang
berisi air raksa permukaannya lebih rendah karena kohesi air raksa lebih besar
daripada gaya adhesi antara air raksa dengan kaca.

Gmbar 1.3.Pipa Kapiler dalam tabung Air raksa.


2. Tegangan Permukaan
Gaya tarik-menarik antarmolekul zat cair tidak hanya menimbulkan gaya
kohesi dan gaya adhesi saja, tetapi juga dapat menimbulkan tegangan
permukaan. Tegangan permukaan adalah kecenderungan permukaan zat cair
untuk meregang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan
elastis. Molekulmolekul yang berada pada lapisan ini selalu berusaha
memperkecil luas permukaannya. Tegangan permukaan didefinisikan sebagai
perbandingan antara gaya tegangan permukaan dan panjang permukaan.

Keterangan:

γ : tegangan pemukaan (N/m)

F : gaya tegangan permukaan (N)

A : panjang permukaan (m)

Besarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh keadaan permukaan zat
cair, misalnya suhu. Semakin tinggi suhu zat cair semakin kecil tegangan
permukaannya. Hal inilah yang menyebabkan baju yang dicuci dengan air hangat
lebih mudah dibersihkan daripada baju yang dicuci dengan air dingin. Berikut ini
merupakan contoh tegangan permukaan pada beberapa benda.

a. Tegangan Permukaan pada Kawat yang Dibengkokkan


Sebuah kawat yang dibengkokkan apabila diletakkan di atas permukaan zat
cair tidak selalu tenggelam. Kawat tersebut dapat mengambang di atas
permukaan zat cair karena adanya gaya tegangan permukaan zat cair.
b. Tegangan Permukaan Zat Cair dalam Pipa Kapiler
Tegangan permukaan zat cair pada pipa kapiler dipengaruhi oleh adhesi dan
kohesi. Adhesi menyebabkan zat cair yang dekat dengan dinding naik.
Sedangkan kohesi menyebabkan zat cair yang ada di tengah ikut naik.
Naiknya zat cair dalam pipa diimbangi oleh berat air itu sendiri

3. Tekanan Hidrostatik
Setiap benda yang terletak pada suatu bidang akan melakukan tekanan pada
bidang tersebut. Zat cair yang berada di dalam suatu bejana juga melakukan
tekanan terhadap dasar bejana itu. Tekanan yang dilakukan zat cair demikian
disebut tekanan hidrostatik. Sebelum kita membahas tekanan hidrostatik lebih
lanjut, kita bahas dulu konsep tekanan secara umum sebagai berikut. Tekanan
adalah gaya per satuan luas yang bekerja pada arah tegak lurus suatu
permukaan. Dengan demikian, rumus tekanan adalah

𝐹
P=
𝐴
Keterangan:
P : tekanan (N/m2)
F : gaya (N)
A : luas permukaan (m2)
Gaya berat fluida F = w = m . g .
Jika m = ρ . V maka w = ρ . V . g .
Gambar 1.4.zat cair melakukan tekanan terhadap dasar bejana

Tekanan hidrostatik di dasar bejana

Maka:

Po menyatakan tekanan atmosfer di permukaan fluida.


Po = 1 atmosfer (1 atm) = 76 cm Hg = 105 N/m2.
Jika tekanan atmosfer di permukaan fluida diabaikan maka tekanan hidrostatik
di dasar bejana adalah:

...................... (1.1)
Tiap titik di dalam fluida tidak memiliki tekanan yang sama besar, melainkan
berbeda-beda sesuai dengan ketinggian titik tersebut dari suatu titik acuan.
Dasar bejana akan mendapat tekanan sebesar:

Jadi tekanan hidrostatik ( Ph ) dirumuskan:

.................... (1.2)
Keterangan:
Ph : tekanan hidrostatik (N/m2)
ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
h : tinggi (m)
Berdasarkan persamaan (1.2) maka tekanan hidrostatik dipengaruhi
oleh massa jenis fluida ( ρ ), percepatan gravitasi ( g ) dan kedalaman zat cair
diukur di permukaan ( h ). Tekanan hidrostatik tidak dipengaruhi oleh bentuk
bejana.
Dengan demikian tiap titik konversi satuan tekanan adalah: 1 atm = 76
cm Hg dan 1 atm = 105 N/m2 = 106 dyne/cm2. Tiap titik yang memiliki
kedalaman sama diukur dari permukaan zat cair akan memiliki tekanan
hidrostatik yang sama.
4. Hukum Pascal
Kita telah mempelajari konsep tekanan hidrostatik. Berdasarkan konsep
tersebut, besar tekanan yang dilakukan fluida pada dasar bejana tergantung
pada massa jenis, percepatan gravitasi, dan kedalaman fluida. Bagaimana sifat
tekanan hidrostatik fluida tersebut apabila ditempatkan pada pipa U. Kita akan
mempelajari konsep tersebut melalui hukum Pascal. Simaklah bunyi hukum
Pascal berikut!
Tekanan yang bekerja pada fluida di dalam ruang tertutup akan diteruskan
oleh fluida tersebut ke segala arah dengan sama besar.
Contoh alat yang berdasarkan hukum Pascal antara lain dongkrak
hidrolik, pompa hidrolik, dan alat pengangkat mobil. Perhatikan gambar 1.5!
Permukaan fluida pada kedua kaki bejana berhubungan sama tinggi. Bila kaki
I yang luas penampangnya A1 mendapat gaya F1 dan kaki II yang luas
penampangnya A2 mendapat gaya F2 maka menurut hukum Pascal berlaku:

........... (1.3)

Gambar 1.5. Pinsip bejana berhubungan dimanfaatkan pada mesin pengangkat


mobil
5. Hukum Utama Hidrostatik
Kamu tentunya memiliki botol air bukan? Mari kita isi botol tersebut dengan
air kira-kira setengah botol! Mula-mula botol kita letakkan pada permukaan
meja. Kita melihat bahwa permukaan air dalam botol adalah mendatar.
Sekarang botol kita miringkan, ternyata permukaan air tetap mendatar.
Mengapa demikian? Untuk memahami sifat permukaan air tersebut, berikut
ini kita bahas hukum utama hidrostatik. Perhatikan gambar 1.6 berikut.

Gambar 1.6. Skema hukum utama hidrostatik


Pada gambar 1.6 tersebut terdapat empat bejana yang berbeda bentuk dan
saling berhubungan. Ketika bejana-bejana tersebut diisi fluida statik yang
jenisnya sama ternyata dalam keadaan setimbang ketinggian fluida pada tiap
bejana sama. Berdasarkan konsep tekanan hidrostatik, tekanan pada
masingmasing dasar bejana adalah sama. Keadaan fluida seperti gambar 1.6
dikenal dengan hukum utama hidrostatik.
Hukum utama hidrostatik berbunyi:
Tekanan hidrostatik pada sembarang titik yang terletak pada bidang
mendatar di dalam wadah suatu jenis zat cair sejenis dalam keadaan
seimbang adalah sama.
Hukum utama hidrostatika juga berlaku pada pipa U (bejana berhubungan)
yang diisi lebih dari satu macam zat cair yang tidak bercampur. Percobaan
pipa U ini biasanya digunakan untuk menentukan massa jenis zat cair.
Berdasarkan tekanan hidrostatik maka kita dapat menentukan besar gaya
hidrostatik yang bekerja pada dasar bejana tersebut. Contoh penerapan hukum
utama hidrostatik misalnya pada penggunaan water pass . Hukum utama
hidrostatik tidak berlaku bila: a. fluida tidak setimbang, b. bejana diisi fluida
yang berbeda, c. salah satu bejana ditutup

Gaya Hidrostatik ( Fh )
Besarnya gaya hidrostatik ( Fh ) yang bekerja pada bidang seluas A adalah

...... (1.4)

Gambar 1.7 Gaya hidrostatik pada ketinggian h


6. Hukum Archimedes
Jika suatu benda berada dalam bejana yang terisi zat cair diam maka gaya-
gaya dengan arah horizontal akan saling menghapuskan sehingga resultan
gaya = 0. Sedangkan gaya-gaya dengan arah vertikal yang bekerja pada benda
antara lain gaya berat benda, gaya berat zat cair, gaya tekan ke atas (gaya
Archimedes), dan gaya Stokes. Di laboratorium sekolahmu tentunya terdapat
neraca pegas bukan! Perhatikan gambar 1.8!
Gambar 1.8 Zat cair memberikan gaya ke atas pada batu
Coba kamu gantungkan beban (misal bongkahan batu) pada ujung neraca
pegas! Amati berat beban tersebut. Setelah itu celupkan ke dalam air dengan
beban tetap tergantung pada neraca pegas! Amati lagi berat yang terbaca pada
neraca pegas! Bandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya! Ternyata F1
lebih besar dari F2 bukan! Mengapa ini terjadi? F2 lebih kecil dari F1 karena
balok mendapat gaya ke atas yang dilakukan oleh zat cair. Besarnya gaya ke
atas ini dirumuskan dalam Hukum Archimedes.

Hukum Archimedes menyatakan bahwa semua benda yang dimasukkan


sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mendapat gaya ke atas dari
zat cair tersebut sebesar berat zat cair yang dipindahkan.
Untuk memahami hukum Archimedes tersebut, perhatikan gambar 1.9 di
bawah!
Gambar 1.9 Volume zat cair yang terdesak sama dengan volume benda
Volume zat cair yang terdesak sama dengan volume benda yang tercelup =Vc.
Berat zat cair yang terdesak: wc = mc . g = ρc . Vc . g
Gaya ke atas FA sama dengan berat zat cair yang terdesak:
Jadi FA = wc FA = ρc . V c . g
Melanjutkan pembahasan kita mengenai hukum Archimedes, kita akan
mempelajari keadaan benda yang dimasukkan ke dalam zat cair.
Tiga keadaan benda yang berada dalam zat cair yaitu sebagai berikut.
a. Tenggelam
Perhatikan gambar berikut! Dalam keadaan setimbang Σ F = 0, sehingga

Benda tercelup seluruhnya maka Vb = Vc dari

Jadi, benda tenggelam dalam zat cair jika massa jenis benda ( ρb ) lebih
besar daripada massa jenis zat cair ( ρc ).

Gambar 1.10. Benda tenggelam


Keterangan:
ρb : massa jenis benda (kg/m3)
ρc : massa jenis zat cair (kg/m3)
w : berat benda di udara (N)
wc : berat benda di dalam zat cair (N)
FA : gaya ke atas (N)
Vb : volume benda (m3)
Vc : volume zat cair (m3)
b. Benda Terapung
Benda tercelup sebagian, volume zat cair yang terdapat ( Vc ) < volume benda ( Vb ).
Pada keadaan setimbang maka Σ F = 0.

Karena
Vc < Vb maka ρc < ρb

Gambar 1.11. Benda terapung


Jadi, benda terapung dalam zat cair jika massa jenis zat cair = massa jenis benda.
c. Benda Melayang
Benda tercelup seluruhnya dalam zat cair volume zat cair terdesak ( Vc ) =
volume benda ( Vb ). Pada keadaan setimbang Σ F = 0.
Karena
Vc = Vb maka ρc = ρb

Gambar 1.12 Benda melayang


Jadi, benda melayang dalam zat cair jika ρb = ρc
Contoh penerapan hukum Archimedes antara lain: jembatan ponton, kapal laut,
kapal selam, dan hidrometer.
( siswanto dan sukaryadi.2009: 150-157)
Daftar pustaka
Siswanto dan sukaryadi.2009.Kompetensi Fisika. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai