Anda di halaman 1dari 110

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


(RIP Undiksha)
2015 – 2045

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
Dokumen “Rencana Induk Pengembangan (RIP) Undiksha 2015-2045 (Revisi
Tahun 2017)” ini dapat disusun sesuai dengan periode kepemimpinan di Undiksha
dan merupakan acuan untuk pembuatan program kerja jangka pendek (satu tahun)
dan jangka menengah (lima tahun).
RIP Undiksha 2015-2045 (Revisi Tahun 2017) disusun berdasarkan
pemikiran: “Pilihlah pijakan yang tepat karena pijakan adalah titik awal dari
sebuah perjalanan untuk sampai ketujuan”. Berdasarkan pemikiran tersebut,
penyusunan RIP Undiksha 2015-2045 (Revisi Tahun 2017) dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan hati-hati, melalui proses analisis kondisi internal dan
eksternal kinerja layanan Undiksha dalam beberapa tahun terakhir dan prediksi
perubahan yang diperkirakan terjadi untuk masa yang akan datang. Dasar
pertimbangan lainnya adalah nilai-nilai utama yang menjadi tuntunan dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Adapun Penyusunan RIP Undiksha 2015-2045 (Revisi Tahun 2017) ini melalui
serangkaian rapat dan kerja tim penyusun secara keseluruhan.
Selanjutnya RIP Undiksha 2015-2045 (Revisi Tahun 2017) ini akan
digunakan sebagai acuan dalam membuat program kerja universitas sampai
dengan tahun 2045. Program kerja tahunan akan dievaluasi pada setiap akhir
tahun yang selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk penyempurnaan program
tahun berikutnya yang telah ditetapkan. Terwujudnya dokumen ini diharapkan
dapat memberikan layanan yang prima, menghasilkan lulusan berkualitas, dan
berdaya saing tinggi baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional.

Singaraja, 15 November 2017

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. i


HALAMAN IDENTIFIKASI .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Sejarah Undiksha (ini diambil di dokumen yang sudah ada) ............... 2
1.3 Dasar Hukum ....................................................................................... 3
1.4 Visi, Misi, Tujuan dan Motto ............................................................... 5
BAB II ANALISIS LINGKUNGAN
2.1 Analisis Internal ..................................................................................... 7
2.1.1 Kekuatan ....................................................................................... 7
2.1.2 Kelemahan .................................................................................... 14
2.2 Analisis Ekternal .................................................................................... 18
2.2.1 Peluang ......................................................................................... 18
2.2.2 Ancaman ....................................................................................... 21
2.3 Analisi SWOT ....................................................................................... 22
2.4 Isu-Isu Strategis .................................................................................... 26
BAB III ARAH PENGEMBANGAN (ROAD MAP)
3.1 Tahap I (2016-2020) : Undiksha Teaching University ......................... 28
3.2 Tahap II (2021-2025): Undiksha sebagai excellent teaching univers .... 28
3.3 Tahap III (2026-2030) Undiksha sebagai pre-research university ....... 29
3.4 Tahap IV (2031-2035) Undiksha sebagai research university ............ 30
BAB IV STRATEGI DASAR , KEBIJAKAN DASAR DAN INDIKATOR
4.1 Pengembangan Kelembagaan ................................................................ 33
4.2 Pengembangang Program Program Akademik menuju Lulusan
yang Bermutu ......................................................................................... 42
4.3 Pengembangan bidang Penelitian ........................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 51

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL
2.1 Daya Dukung Laboratorium di Undiksha ............................................ 10
2.2 Deskripsi Kekuatan dan Kelemahan Undiksha .................................... 24
2.3 Deskripsi Peluang dan Ancaman Undiksha ......................................... 25
2.4 Hasil Analisis Antar-Komponen SWOT .............................................. 27

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penjabaran pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya diikuti
dengan penyusunan dan regulasi produk hukum berikutnya yang terkait dengan
Pendidikan Tinggi yaitu Undang-Undang Pendidikan Tinggi No. 12/2012, dan
selanjutnya ditetapkannya Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) No. 44/2015
yang mengharuskan perguruan tinggi dalam pengelolaan kelembagaannya
berdasarkan sepuluh Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) yang terdiri dari:
standar kompetensi lulusan, standar isi pembelajaran, standar proses pembelajaran,
standar penilaian pembelajaran, standar dosen dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penelitian,
dan standar pengabdian kepada masyarakat.
Tujuan pendidikan nasional ialah untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, terampil, berdisiplin, beretos
kerja, professional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasman dan rohani
serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan nasional harus
menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan
semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa
dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi pada masa depan.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, maka perguruan tinggi sebagai
penyelenggara pendidikan tinggi harus dapat: 1) Menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional
yang dapat menerapkan mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian, 2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta pengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan tarap kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

1
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) sebagai salah satu institusi
pendidikan tinggi di Indonesia senantiasa berupaya untuk terus mengembangkan
dirinya agar tetap dapat berperan aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni serta turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.Untuk mencapai
tujuan tersebut, Undiksha telah menetapkan Rencana Induk Pengembangan (RIP)
2015–2045 sebagai landasan pengembangannya.
Dalam RIP Undiksha ini akan dijabarkan program-program strategis yang
perlu dilaksanakan, dengan memperhatikan kondisi internal Undiksha saat ini, di
mana terdapat kekuatan dan kelemahan, serta kondisi eksternal Undiksha yang
ditandai dengan berbagai isu penting yang dapat menjadi peluang maupun ancaman
untuk Undiksha dalam mencapai visinya sebagai universitas terpandang di Asia yang
dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Kebijakan
pengembangan merupakan bagian dari Strategi Jangka Panjang Undiksha untuk
mencapai visi sesuai RIP Undiksha.
Kebijakan ini juga merupakan elemen dari misi Undiksha untuk mewujudkan
Undiksha sebagai institusi pendidikandan lembaga penelitian yang terkemuka di
Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara menuju Undiksha sebagai World Class
University (WCU) di masa mendatang. Tujuan utama pengembangan adalah untuk
meningkatkan peran Undiksha dalam membangun riset ke depan dan berkontribusi
untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dalam skala nasional,
regional, dan internasional.
Dalam rangka melaksanakan mandat dan mewujudkan visi Undiksha
tersebut, disusun Rencana Induk Strategi (RIP)Undiksha yang inti substansinya
bersumber pada Tri Dharma Perguruan Tinggi dan mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), tahapan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Induk Pembangunan Pendidikan
Nasional, serta isu-isu strategis dan program pengembangan pendidikan tinggi.

1.2 Sejarah Undiksha


Perjalanan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), yang berdasarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2006 tanggal 11 Mei 2006
sangat terkait dengan sejarah pendidikan guru di Indonesia. Keberadaan tersebut

2
melalui perjuangan panjang yakni berawal dari kursus B-1 Bahasa Indonesia 1955
yang kemudian ditambah dengan kursus B-1 Perniagaan pada Tahun 1957. Kursus
tersebut pernah menjadi bagian dari FKIP Universitas Airlangga dan FKIP
Universitas Udayana. Sejalan kebijakan pemerintah, maka melalui SK Presiden
Nomor: 1 Tahun 1963, Tahun itu juga FKIP Universitas Udayana dilepas dan
diintegrasikan pada IKIP Malang, menjadi IKIP Malang cabang Singaraja. Namun
demikian, IKIP Malang cabang Singaraja hanya bertahan sekitar 5 Tahun karena
Tahun 1968 IKIP Malang cabang Singaraja kembali diintegrasikan ke Universitas
Udayana menjadi dua fakultas, yaitu Fakultas Keguruan (FKg) dan Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP). Selanjutnya, berdasarkan kebijaksanaan baru pemerintah dalam
penataan kembali universitas dan institut negeri Indonesia yang tertuang pada PP
Nomor: 5 Tahun 1980, PP Nomor: 27 Tahun 1981, dan SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor: 0174/0/1983, berdasarkan Keppres RI Nomor: 62 Tahun 1982
pada tanggal 12 Pebruari 1983, Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Udayana dilebur menjadi satu yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Udayana.
Perkembangan selanjutnya, berdasarkan surat Keputusan Presiden nomor: 8
Tahun 1993 tanggal 16 Januari 1993, secara resmi menyatakan perubahan FKIP
Universitas Udayana menjadi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Singaraja. Melalui perjuangan yang cukup berat untuk melaksanakan
rencana perluasan mandat dan melalui studi kelayakan tentang usulan perubahan
Institusi dari STKIP menjadi Universitas, akhirnya, berdasarkan Keputusan Presiden
nomor: 19 Tahun 2001 tanggal 5 Pebruari 2001 STKIP Singaraja disetujui berubah
menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP Negeri Singaraja).
Perkembangan besar di lembaga ini terjadi setelah diterbitkan Perpres Nomor: 11
Tahun 2006 yang mengubah status IKIP Negeri Singaraja menjadi Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha).

1.3 Dasar Hukum


Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk
Pengembangan (RIP) Undiksha Tahun 2016-2046 mengacu kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sebagai berikut.

3
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025;
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi;
12. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia;
13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
14. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun
2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
15. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 13 Tahun
2015 tentang Rencana StrategisKementerianRiset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019;
16. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 14 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Pendidikan Ganesha;
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Statuta Universitas Pendidikan Ganesha;
18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka
Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

4
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan
Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya; dan
19. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 32 Tahun
2016 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi.

1.4 Visi, Misi, Tujuan dan Motto


Arah pengembangan Undiksha selama kurun waktu 30 Tahun ke depan
dituangkan dalam RIP Undiksha Tahun 2015-2045 yang didasarkan pada rumusan
visi, misi, tujuan, dan motto Undiksha.

1. Visi Undiksha
Visi Undiksha adalah “Menjadi universitas unggul berlandaskan falsafah Tri
Hita Karana di Asia pada tahun 2045”.
Pencapaian visi tersebut ditandai oleh indikator lulusan yang bermutu dan berdaya
saing dalam pembangunan dan pasar kerja nasional dan internasional, memiliki
ketaqwaan, kemandirian, dan kecendekiawanan yang ditunjukkan antara lain oleh
sikap dasar menjunjung tinggi nilai-nilai humanis,sosio-religius, dankearifan
lingkungan.

2. Misi Undiksha
Misi Undiksha adalah sebagai berikut.
(1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang bermartabat untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif, kolaboratif, dan
berkarakter;
(2) Menyelenggarakan penelitian yang kompetitif, kolaboratif, dan inovatif untuk
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
(3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang kompetitif, kolaboratif,
akomodatif, dan inovatif.

5
3. Tujuan
Tujuan Undiksha adalah sebagai berikut.
1) Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan univertas lain dalam
mengisi pasar kerja;
2) Menghasilkan lulusan yang mampu bekerja secara bersama-sama atau dalam
bentuk tim di tempat kerja;
3) Menghasilkan lulusan yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, kemanusian,
dan kelestarian alam dalam menjalankan tugas;
4) Menghasilkan karya-karya penelitian yang mampu bersaing dengan karya-karya
penelitian yang dihasilkan oleh sivitas akademika universitas lain;
5) Menghasilkan karya-karya penelitian yang dilakukan secara bersama-sama
dengan sivitas akademika lainnya dan atau masyarakat, baik yang berasal dari
dalam maupun luar Undiksha;
6) Menghasilkan karya-karya penelitian yang memiliki kebaruan;
7) Menghasilan karya-karya pengabdian kepada masyarakat yang mampu bersaing
dengan karya-karya pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh
universitas lain;
8) Menghasilkan karya-karya pengabdian masyarakat yang dilakukan secara
bersama-sama antarsivitas akademika dan atau pegawai, baik yang berasal dari
dalam maupun luar Undiksha;
9) Menghasilkan karya-karya pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan atas
permintaan masyarakat; dan
10) Menghasilkan karya-karya pengabdian masyarakat yang memiliki kebaruan.

4. Motto
Motto Undiksha adalah dharmaning sajjana umerdhyaken widyaguna, yang
memiliki arti kewajiban orang bijaksana adalah mengembangkan ilmu pengetahuan
dan pekerti.

6
BAB II
ANALISIS LINGKUNGAN

Analisis Lingkungan bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi internal


(kekuatan dan kelemahan) dan kondisi eksternal (peluang dan ancaman). Analisis
kekuatan dan kelemahan menggambarkan kondisi internal yang dimiliki oleh
Undiksha, sedangkanndiksha. Data dan informasi tentang kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman menjadi dasar untuk melakukan analisis SWOT. Selanjutnya
hasil analisis SWOT digali isu-isu strategis dan kebijakan strategis, untuk
menyusun Rencana Induk Pengembangan Undiksha.

2.1 Analisis Internal


2.1.1Kekuatan
Melalui analisis diagnostik teridentifikasi sejumlah kekuatan yang dimiliki
oleh Undiksha, sebagai berikut.
1) Bidang Pendidikan dan Pengajaran
(1) Undiksha mengemban dua mandat (kependidikan dan nonkependidikan)
yang memungkinkan membuka dual degree dengan berorientasi pada
centers of excellences bidang kependidikan dan nonkependidikan, baik
vokasi, keahlian akademik, dan profesi. Hal ini sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan Undiksha yang dinyatakan dalam OTK dan Statuta.
(2) Tersedia sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Terutama tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang terakumulasi sejak berdirinya cikal-
bakal Undiksha pada Tahun 1962 sampai dengan Tahun 2015 yaitu 430
dosen tetap PNS dan 251 pegawai tetap PNS. Dengan jumlah total
mahasiswa total Tahun 2015 sebanyak 14.154 orang (sumber data pada
bagian akademik semester ganjil Tahun akademik 2014/2015) maka rasio
dosen: mahasiswa yaitu 1:33 mendekati ideal dan rasio pegawai: mahasiswa
sebesar 1:56 sedangkan rasio dosen pegawai adalah 1.7:1. Distribusi
kualifikasi akademik dosen yang berjumlah 430 orang adalah 15 orang
(3,49%) S-1, 305 orang (70,93%) S-2, dan 110 orang (25,58%) S-3. Rata-
rata beban kerja dosen adalah 14,1 SKS/semester. Sementara sebaran
kualifikasi pendidikan pegawai adalah 1 orang berpendidikan SD, 64 orang

7
berpendidikan SMA, 31 orang Diploma, 144 orang sarjana (S1) dan 7 orang
pasca sarjana (S2).
(3) Komitmen dosen dalam menjalankan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kesiapan dosen dalam membuat
perencanaan perkuliahan (SAP) serta rata-rata kehadirannya dalam
perkuliahan cukup tinggi (>85%). Beberapa dosen telah menerapkan
pembelajaran bilingual dan metode-metode pembelajaran inovatif.
Berdasarkan pengalaman, kualifikasi, kompetensi, dan komitmen dosen
yang cukup baik tersebut, maka untuk Tahun-Tahun berikutnya,
UNDIKSHA sangat dimungkinkan dapat mengembangkan program-
program unggulan sesuai dengan kebutuhan bangsa dalam pembangunan,
baik pembangunan daerah maupun berskala nasional, serta ikut dalam
persaingan ditingkat regional bahkan global. Potensi SDM Undiksha yang
cukup baik ini masih dapat dikembangkan lagi untuk berkontribusi pada
tingkat yang lebih tinggi yaitu di tingkat daerah, nasional, maupun
internasional. Kenyataan di atas (rasio dan kesiapan perkuliahan) dan
terjadinya asimilasi akademik antara pedagogical knowledge dan scientific
knowledge, sangat memungkinkan terjadinya pengelolaan proses
perkuliahan secara optimaldalam memberi peluang terjadinya kondisi
perkuliahan yang inovatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi. Situasi akademik tersebut akan mempengaruhi kualitas lulusan
(output) dan arah pencapaian outcome bagi para lulusan lembaga ke depan.
(4) Sarana dan prasarana pendidikan telah tersedia secara memadai. Undiksha
memiliki lokasi kampus dengan luas lahan 321.246 m2 yang tersebar di tiga
lokasi, yaitu: kampus di Kota Singaraja (Jalan Udayana, Jalan A. Yani)
seluas 155.970 m2, kampus di Desa Jineng Dalem Kecamatan Buleleng
seluas 141.278 m2, dan kampus di Kota Denpasar seluas 24.000 m2.
(5) Undiksha telah memperoleh sejumlah sarana penunjang pendidikan dan
pelatihan melalui berbagai hibah kompetisi pemerintah seperti program
PGSM, SEMIQUE, DUE-LIKE, SP4, PHK A2, PHK A1, PHK PGSD B,
TPSDP,Institutional Support Services (ISS), I-MHERE, dan INHERENT.
Sarana pendidikan yang dimiliki Undiksha meliputi sarana ICT dan

8
teleconference, buku-buku, fasilitas laboratorium MIPA, fasilitas
laboratorium komputer, fasilitas`laboratorium bahasa, ruang belajar multi
media, fasilitas audio visual, media pembelajaran, dan sarana penunjang
pendidikan lainnya. Menpora RI telah memberikan bantuan fasilitas
showroom olahraga dan peralatan pendukung proses pembelajaran
keolahragaan. Sarana dan prasarana penunjang pendidikan tersebut dapat
digunakan secara optimal guna meningkatkan kualitas PBM di UNDIKSHA.
(6) Daya dukung laboratorium pendidikan sudah memenuhi standar minimal.
Laboratorium pendidikan yang ada di UNDIKSHA adalah seperti pada
Tabel 3.1.

Tabel 2.1. Daya Dukung Laboratorium di Undiksha


Luasan Jumlah Rasio
Jurusan/Program
No Laboratorium/Work Mahasiswa Mahasiswa
Studi
shop/Studio (m2) (Jurusan) : Luasan
A Lab/studio/workshop
1. Pendidikan 450 298 1 : 1.5
Matematika
2. Pendidikan Fisika 498.4 372 1 : 1.3
3. Analis Kimia 195.6 36 1 : 5.4
4. Pendidikan Kimia 281.44 171 1 : 1.6
4. Pendidikan Biologi 736 199 1 : 3.8
5. Pendidikan Bahasa 180 722 1 : 0.2
Inggris
6. Pendidikan Seni 120 166 1 : 0.7
Rupa
7. Pendidikan Geografi 138.24 305 1 : 0.5
9. Pendidikan Sejarah 45.76 270 1 : 0.2
10. Pendidikan Ekonomi 138.24 527 1 : 0.3
11. PPKn 45.36 605 1 : 0.1
12 Akuntansi 116 337 1 : 0.3
13 Manajemen 200 105 1 : 1.9
Perhotelan
12. PKK 339.55 118 1 : 2.9
13. Elektronika 214.2 125 1 : 1.7
14. Penjaskesrek 811.08 1130 1 : 0.7
15. BK 128.63 281 1 : 0.5
16. PGSD 394.2 2863 1 : 0.1

9
Lanjutan Tabel 2.1.
Luasan Jumlah Rasio
Jurusan/Program
No Laboratorium/Work Mahasiswa Mahasiswa
Studi
shop/Studio (m2) (Jurusan) : Luasan
B Fasilitas Penunjang
1 UBK 12 - -
2 Perpustakaan 1550 11.308 1 : 0.14
3 Puskom 662 11.308 1 : 0.6
4 Unit Layanan 340 11.308 1: 0.3
Bahasa
Sumber : SIMAK BMN (Bagian Perlengkapan)
Fasilitas yang cukup memadai dengan dukungan tenaga pengelola yang
profesional sangat membantu terjadinya peningkatan kualitas akademik dan
kualitas pembelajaran baik yang bersifat teori, praktikum di laboratorium
maupun lapangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada kualitas output dan
mengarah pada predictable outcome yang berkualitas tinggi.
2) Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(1) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) memiliki
Rencana Induk Penelitian dan Pengabdian yang menguraikan Penelitian,
Pengabdian dan Tema-tema Unggulan yang merupakan dasar pengembangan
wawasan maupun pengelolaan penelitian dan pengabdian.
(2) LPPM yang dimiliki Undiksha telah mampu memenangkan peluang untuk
memperoleh danapenelitian baik melalui DRPMDiktimaupun dari berbagai
instansi terkait melalui kerjasama penelitian secara nasional maupun
internasional.
(3) Kekuatan penelitian Undiksha lima tahun terakhir dideskripsikan dengan
sebaran tema kependidikan 80%; ilmu dasar dan ilmu terapan 20%. Oleh
karena itu, Undiksha layak menjadi pusat pengembangan kependidikan di
samping juga pengembangan IPTEK yang berbudaya.
(4) Prestasi dosen Undiksha dalam memenangkan hibah penelitian merupakan
modal dasar dalam meningkatkan kualitas dosen serta mengembangkan
Undiksha dalam mengemban tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal ini
tercermin dari keterlibatan dosen PNS dalam melaksanakan penelitian dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, misalnya,

10
partisipasi dosen PNS yang terlibat dalam penelitian mencapai 353 orang
(71,81%) dari 432 orang dosen PNS yang ada.
(5) LPPM memiliki sistem informasi penelitian berupa SimLemlit Undiksha,
Sistem Sitasi, dan Sistem Penilaian Kinerja Penelitian yang tersambung
dengan SIMLITABMAS DIKTI.
(6) Secara kuantitas,jumlah dana kegiatan penelitian yang dikelola mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun pada Tahun 2014 jumlah judul yang
diterima sebanyak 92 judul dengan dana DIPA dan 31 judul dengan dana dari
DRPM DIKTI, jumlah dosen yang terlibat 261 orang, dan jumlah dana yang
diterima sebesar Rp. 2.511.250.000,00. Pada tahun 2015 terdapat 292 judul
yang didanai dari dana DIPA sebesar Rp. 4.204.943.000,- dan 69 judul
dengan dana dari DRPM sebesar Rp. 5.127.500.000,-. Peningkatan melonjak
terjadi pada tahun 2016 dengan total jumlah penelitian sebanyak 91 judul
yang diterima baik melalui dana desentralisasi dan dana kompetitif nasional
(DP2M) sebesar Rp 5.838.200.000,-
Capaian tersebut didorong oleh minat dan kapasitas dosen dalam bidang
penelitian sangat tinggi dengan bidang garapan yang semakin variatif. LPPM
telah menjadi anggota dari forum layanan Iptek bagi masyarakat (Flymas)
yang merupakan wadah kerja sama LPPM di seluruh Bali. Hal ini diyakini
juga mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas penelitian dosen.
(7) Prestasi Undiksha dalam bidang P2M juga dapat dilihat dari dimenangkannya
beberapa hibah di tingkat nasional seperti Iptek bagi Masyarakat (IbM),
Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK), Ipteks bagi Wilayah
(IbW), Hi-Link (dana DIKTI dan Pemda), dan KKN-PPM dan P2M lainnya
bekerja sama dengan pemerintah daerah di Bali. Peningkatan kuantitas dan
kualitas P2M masih memiliki peluang yang cukup besar dalam kurun lima
Tahun ke depan.
(8) Undiksha memiliki sejumlah dosen sebagai reviwer nasional dalam P2M.
(9) Sistem informasi yang terpadu dalam web LPPM sangat memadai untuk
menunjang administrasi kegiatan P2M.

11
3) Tata Kelola
Sistem tata pamong telah menjamin terwujudnya visi, terlaksananya misi,
tercapainya tujuan, berhasilnya strategi yang ditetapkan dengan lima pilar
berikut:(1) kredibel, (2) transparan, (3) akuntabel, (4) bertanggung jawab, (5)
adil. Selain itu, kepemimpinan perguruan tinggi juga memiliki karakteristik: (1)
kepemimpinan operasional, (2) kepemimpinan organisasi, (3) kepemimpinan
publik. Dalam hal ini visi dan misi telah dijabarkan dalam kegiatan operasional
universitas, tata kerja organisasi antar unit berjalan baik, dan berbagai kerja sama
juga telah diwujudkan.
Selain itu, Undiksha telah mengalami peningkatan kapasitas pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai dampak dari hibah-hibah kompetitif
baik yang diterima oleh Prodi/juruan maupun lembaga seperti: PGSM,
SEMIQUE, DUE-LIKE, SP4, PHK A2, PHK A1, PHK PGSD B, TPSDP,
Institutional Support Services (ISS), I-MHERE, dan INHERENT. Peningkatan
efisiensi internal UndikshaA telah memenuhi standar akuntansi instansi
pemerintah yang tertuang dalam laporan akuntansi instansi pemerintah (LAKIP).
Beberapa indikator membaiknya tata kelola Undiksha, terlihat dalam hal :
(1) Partisipasi dosen Undiksha dalam berbagai program pengembangan baik di
daerah maupun di tingkat nasional tergolong tinggi. Keterlibatan tersebut
dilakukan di berbagai instansi/institusi, diantaranya 1 orang dosen dipercaya
menjadi Ketua Badan Akreditasi Nasional (BAN) Pendidikan Nonformal,
seorang dosen terlibat dalam tim ahli Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), satu orang dosen menjadi Reviewer PHK Dewan Pendidikan Tinggi
(DPT), satu orang dosen menjadi asesor BAN-PT, dua orang Reviewer PHK
PGSD (Ditjen Ketenagaan), seorang dosen sebagai Reviewer DIA
BERMUTU (Ditjen Ketenagaan), serta beberapa orang dosen terlibat aktif
dalam berbagai program yang dikembangkan Subdit Ketenagaan Ditjen
Dikti seperti tim sertifikasi guru, Sekretaris Revitalisasi UPP PGSD, dan
PGSM. Di tingkat daerah, dosen Undiksha cukup banyak terlibat dalam
berbagai kegiatan dalam membantu pendidikan di daerah Bali, diantaranya,
enam orang dosen telah menjadi konsultan olimpiade MIPA di Provinsi Bali,
empat orang dosen telah diangkat menjadi konsultan DBEB, 15 orang dosen

12
telah diangkatmenjadi konsultan dalam pengembangan sekolah bertaraf
internasional (SBI) pada jenjang SMP maupun SMA, tujuh orang dosen
diangkat menjadi konsultan akademik pada pendidikan nonformal di Bali,
tiga orang dosen terlibat dalam review dan perakit soal UASBN bekerja
sama dengan BSNP, serta sebagai nara sumber dalam berbagai kegiatan
pelatihan, workshop, seminar yang berhubungan dengan pendidikan formal
maupun nonformal.
(2) Produktivitas sebagai gambaran efisiensi internal Undiksha telah memenuhi
standar akuntansi instansi pemerintah yang tertuang dalam laporan akuntansi
instansi pemerintah (LAKIP).
(3) Sejumlah mahasiswa baik secara individual maupun kelompok meraih juara
dalam berbagai lomba/kejuaraan nasional/internasional baik di bidang
akademik maupun nonakademik seperti; LKTI, LKTM, PKM, PIMNAS,
dan silat internasional. Kelebihan ini dapat dipakai sebagai indikator empiris
akuntabilitas publik dalam pengelolaan kemahasiswaan.
(4) Rata-rata masa tunggu lulusan pada beberapa jurusan seperti Pendidikan
Bahasa Inggris dan Penjaskesrek tergolong pendek (< 6 bulan) sedangkan
lulusan FMIPA rata-rata masa tunggunya paling lama enam bulan. Masa
tunggu ini dapat digunakan sebagai indikator empiris kredibilitas dan
akuntabilitas publik beberapa jurusan yang ada di Undiksha.
(5) Penjaminan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan akademik (pendidikan
dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat) telah berjalan secara
sistemik dan jaminan mutu menjadi komitmen tinggi kepemimpinan
Undiksha. Monev-In terhadap penyelenggaraan dan pelayanan akademik dan
hibah-hibah PHK dan hibah-hibah lainnya telah berjalan dengan baik di
semua unit/satuan kerja dan layanan namun, masih perlu diintegrasikan
secara institusional baik penyelenggaraannya maupun pelaporannya
sehingga menjadi feedback bagi institusi. Hal ini perlu didukung dengan
pengembangan sistem jaminan mutu yang handal. Unit jaminan mutu yang
telah dibangun dengan berbagai dokumen jaminan mutu yang telah
dihasilkan perlu dikembangkan lagi sampai ke tingkat satuan kerja/layanan

13
terkecil dan diimplementasikan secara konsisten serta dievaluasi secara
periodik.
(6) Pengembangan kapasitas dan pencitraan institusi termasuk pengembangan
sistem manajemen sumber daya, manajemen keuangan dan pengadaan, serta
manajemen sistem informasi dan administrasi akademik cukup memadai
sebagai dampak dari program hibah kompetisi. Peningkatan komitmen dan
kinerja institusi dalam peningkatan kapasitas dan pencitraan publik perlu
didukung oleh pengembangan sistem terintegrasi kehumasan dan
peningkatan kinerja kehumasan institusi.
(7) Data IPK lulusan (Diploma, S1 dan S2) Undiksha Tahun 2016yang lulus
dengan IPK lulusan > 3.0 mencapai 82% dan mahasiswa S-1 yang lulus
dengan masa studi 3,5 - <4 Tahun sebanyak 66%, 4 - <4.5 Tahun sebanyak
17%, 4.5 – 5.0 Tahun sebanyak 8%, dan > 5.0 Tahun sebanyak 9%.
Peningkatan IPK dan makin meningkatnya persentase mahasiswa yang lulus
dengan masa studi 3,5 - <4 Tahun. Adapun untuk mahasiswa D3 dan S2,
hampir 95% lulus dengan tepat waktu (Sumber: Data UPT TIK Undiksha,
2017).

2.1.2. Kelemahan
Di samping kekuatan-kekuatan yang diuraikan di atas, Undiksha juga
memiliki beberapa kelemahan,sebagai berikut.
1) Bidang Pendidikan dan Pengajaran
(1) Sejak perluasan mandat hingga saat ini, Undiksha belum mampu
mengembangkan jurusan/program studi yang bisa memperluas akses
pelayanan pendidikan tinggi bagi masyarakat untuk menyiapkan SDM yang
memiliki daya saing terutama di bidang nonkependidikan. Konsekuensinya,
Undiksha perlu mengembangkan jurusan/program studi yang telah ada dan
membuka jurusan/program studi baru yang relevan dengan keperluan
pembangunan dan pasar kerja di bidang nonkependidikan. Hal ini karena
kurangnya perhatian terhadap bidang tersebut terutama dalam
pengembangan program studi sains dan teknologi.

14
(2) Kemampuan ekonomi mahasiswa Undiksha secara umum tergolong kelas
menengah ke bawah. Hal ini membawa konsekuensi pentingnya afirmasi
bagi mahasiswa yang secara ekonomi kurang mampu.
(3) Kurikulum yang relevan dengan perluasan mandat dan kebutuhan pasar
kerja perlu disesuaikan lagi dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI). Kondisi ini menuntut pengelola bidang akademik untuk bekerja
keras sehingga PBM, capaian pembelajaran (learning outcome), dan output
yang berkualitas dapat dicapai secara efektif dan efisien.
(4) Kemampuan berbahasa Inggris dosen umumnya belum memadai. Akibatnya,
banyak program studi lanjut ke luar negeri dan kegiatan akademik lain yang
membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris menjadi terhambat. Sebagian
besar lulusan studi lanjut (S2 dan S3) berasal dari perguruan tinggi nasional
sedangkan yang berhasil lulus dari berbagai perguruan tinggi internasional
masih terbatas. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi pengembangan
Undiksha menjadi perguruan tinggi bertaraf nasional menuju internasional
sesuai dengan tuntutan kemajuan sains dan teknologi. Kondisi ini menuntut
Undiksha mengembangkan program pendidikan dan latihan yang bisa
meningkatkan kesiapan dosen dalam berbahasa Inggris.
(5) Program studi lanjut dosen ke S2 dan S3 belum didasarkan pada pemetaan
yang akurat terhadap kebutuhan pengembangan SDM karena belum
tersedianya Renstra Pengembangan Ketenagaan. Hal ini berimplikasi pada
tidak seimbangnya perbandingan antara bidang keahlian dan jumlah dosen
yang dibutuhkan. Konsekuensinya, pengembangan keilmuan pada bidang-
bidang tertentu tidak dapat berjalan secara optimal. Kondisi ini menuntut
Undiksha untuk membuat pemetaan sumber daya manusia sesuai dengan
keahliannya serta membuat proyeksi pemanfaatannya.
(6) MoU dan afiliasi akademik dengan berbagai perguruan tinggi di dalam dan
luar negeri belum berjalanoptimal. Hal ini karena terbatasnya kemampuan
Undiksha untuk mengakses dan mengeksekusi kerja sama dengan
universitas luar negeri. Kondisi ini mengurangi peluang dosen dan
mahasiswa mengakses berbagai peluang belajar dan memperoleh beasiswa
maupun kegiatan akademik lainnya baik di dalam maupun di luar negeri.

15
Kondisi ini menuntut Undiksha lebih meningkatkan kemampuan
membangun kerja sama.
(7) Penciptaan lulusan berkualitas yang memenuhi persyaratan guru sekolah
bertaraf internasional masih dalam taraf rintisan. Hal senada terjadi pada
pengembangan kurikulum yang secara nyata mendukung terciptanya proses
pembelajaran yang berkualitas dalam rangka menghasilkan lulusan yang
berkualitas pula. Kondisi ini menuntut pemantapan rancangan pokok (grand
design) kurikulum yang relevan dengan perluasan mandat Undiksha.
(8) Kredibilitas program studi/jurusan belum mencapai taraf yang diidealkan
yang ditandai oleh peringkat akreditasi A baru 1 jurusan, C sebanyak 5
jurusan, sementara jurusan lain sebanyak 48jurusan sudah terakreditasi B
(Sumber: Data Kantor Jaminan Mutu per Agustus, 2017). Adapun pada
tingkat institusi Undiksha telah memperoleh Akreditasi B SK. No
0366/SK/BAN-PT/Akred/PT/I/2017 yang masa berlakunya berakhir tanggal
19 Januari 2022. Permendikbud No. 87 Tahun 2014 mensyaratkan bahwa
agar akreditasi institusi perguruan tinggi dapat diajukan maka, semua
program studinya harus telah terakreditasi. Kondisi ini menuntut
pembenahan pengelolaan jurusan/program studi terutama yang belum
terakreditasi dan terakreditasi C segera mengajukan usulan akreditasi dan
meningkatkan kinerjanya untuk memenuhi persyaratan (borang) akreditasi
BAN-PT.
(9) Persebaran dosen pada setiap program studi rasionya belum merata.

2) Bidang Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat


(1) Produk-produk akademik unggulan Undiksha seperti berbagai hasil-hasil
penelitian dalam bidang pendidikan, humaniora, dan IPTEK belum dikemas
seoptimal mungkin dalam bentuk program-program unggulan yang memiliki
daya saing tinggi untuk bisa dijual atau ditawarkan pada pemerintah daerah
maupun perguruan tinggi lain dan industri terkait baik di dalam maupun di
luar negeri. Hal ini berakibat pada rendahnya pemasukan dana yang berasal
dari program tersebut.

16
(2) Sumber dana penelitian masih sebagian besar dari pemerintah khususnya
Ditjen Dikti (DRPM). Sumber dana dari pemerintah daerah, dunia industri
dan dunia usaha (Dudi) masih sangat minim.
(3) Jumlah publikasi ilmiah dalam Jurnal berskala internasional dan nasional
terakreditasi serta HAKI/Paten nasional maupun internasional masih sedikit
dan masih sangat memungkinkan untuk ditingkatkan berdasarkan potensi
karya penelitian yang dimiliki. Hal ini terutama karena terbatasnya jenis
jurnal yang telah terkareditiasi pada lingkup nasional dan rendahnya
kemampuan sebagian besar dosen dalam menulis artikel dalam jurnal
international.
(4) P2M belum dilaksanakan secara komprehensif dan konstelatif secara
berkelanjutan sebagai wujud kepekaan terhadap stakeholders. Hal ini karena
masih adanya gap antara solusi yang ditawarkan dengan kebutuhan
masyarakat.
(5) P2M yang didasarkan pada hasil-hasil penelitian masih rendah demikian pula
spin off teknologinya hal ini karena rendahnya hasil-hasil penelitian yang
menghilir.
(6) Kurang dilakukan need assesment terhadap kebutuhan stakeholders dan
kurang dilibatkan instansi terkait maupun dunia usaha dalam pemberdayaan
masyarakat kurang beruntung. Hal ini karena rendahnya kemampuan dosen
dalam menulis karya P2M pada jurnal internasional.
(7) Publikasi ilmiah berskala nasional dan internasional maupun HAKI/paten dari
hasil P2M masih kurang dan ada prospek untuk ditingkatkan.
3) Tata Kelola
(1) Database dan sistem informasi manajemen (SIM) yang terintegrasi belum
tersedia. Begitu pula updating data yang belum maksimal. Kelemahan ini
berpengaruh terhadap pendayagunaan data dan informasi guna mendukung
tata kelola Undiksha secara optimal belum terwujud.
(2) Kepuasan stakeholderUndiksha baik internal maupun eksternal belum
terpenuhi secara optimal. Hal ini tercermin dari kualitas pelayanan kepada
dosen, pegawai, dan mahasiswa masih belum optimal baik bidang akademik,
penelitian, P2M, maupun hubungan masyarakat, dan tata kelola lainnya.

17
Diperlukan akses internet yang stabil dan cepat dalam rangka mempercepat
pelayanan Undiksha kepada stakeholder.
(3) Undikshasudah memiliki skema generating revenue activities yang
mendongkrak pendanaan PNBP non-SPP melalui Badan Pengelola Usaha
(BPU) Undiksha, namun belum dilaksanakan secara optimal. Beberapa
lembaga/unit yang prospektif untuk hal tersebut perlu diberdayakan dalam
suatu sistem lingkar dan terpadu seperti LPPM, LPPPM, Unit Penerbitan,
Sekolah Laboratorium,Koperasi Kuwera, Usaha Kantin, Asrama Mahasiswa,
Edutel Undiksha, Tenant Bisnis dan sebagainya.

2.2. Analisis Eksternal


2.2.1. Peluang
1) Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen berdampak positif
terhadap peningkatan jumlah calon mahasiswa Undiksha khususnya untuk
jurusan/program studi kependidikan. Kondisi ini telah meningkatkan tingkat
persaingan calon mahasiswa di Undiksha yang dengan demikian sangat
memungkinkan bagi Undiksha untuk memperoleh calon mahasiswa baru yang
berkualitas tinggi. Mengingat raw input merupakan salah satu faktor menentukan
kualitas lulusan Undiksha maka, semakin besar peluang Undiksha untuk dapat
menghasilkan SDM bidang kependidikan yang berkualitas tinggi.
2) Adanya kebijakan pemerintah tentang SM3T yang memberikan peluang bagi
terserapnya lulusan.
3) Adanya persyaratan sertifikasi guru memberi peluang bagi Undiksha untuk
meningkatkan perannya dalam pembinaan dan pengembangan program-program
peningkatan profesionalisme guru.
4) Kebutuhan masyarakat terhadap tenaga kependidikan dan nonkependidikan yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi di bidang vokasi, ahli akademik, dan profesi
semakin meningkat. Oleh karena itu, ada peluang besar bagi Undiksha untuk
menjalankan perluasan mandat dalam bentuk peningkatan kualitas keilmuan dan
kependidikan dalam bentuk double degree (kependidikan dan nonkependidikan).
5) Undiksha menjadi harapan pemkab/pemkot se-Bali, pemerintah provinsi Bali,
dan yang ada di Indonesia untuk berkontribusi dalam program-program

18
peningkatan mutu, pemerataan, dan akses pendidikan yang mereka programkan.
Oleh karena itu, ada peluang besar Undiksha untuk membangun komunitas kerja
sama yang saling menguntungkan (community development) dengan
pemkab/pemkot/pemprov untuk menghasilkan PNBP non-SPP bagi Undiksha,
seiring dengan kebijakan otonomi daerah.
6) Adanya kesadaran dan komitmen semua stakeholders (pemerintah dan organisasi
nonpemerintah) tentang pendidikan untuk lingkungan berkelanjutan dan
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang telah
dicanangkan oleh UNESCO, memberi peluang Undiksha untuk mengembangkan
program-progam pendidikan lingkungan hidup, IPTEK berbasis lingkungan
hidup, mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup pada mata kuliah-mata
kuliah relevan, dan program-program penanggulangan bencana yang
memerlukan kerja sama dari berbagai pihak terkait.
7) Semakin diperlukan produk perguruan tinggi yang berupa lulusan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi yang berguna langsung untuk mengatasi berbagai
masalah pengentasan kemiskinan, masalah kependudukan, pengelolaan
sumberdaya alam, pemberdayaan ekonomi rakyat, hukum, dan aspek
IPOLEKSOSBUD lainnya.
8) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang mensyaratkan porsi dana
pendidikan 20% dari RAPBN/RAPBD yang didukung oleh komitmen
pemerintah pusat dan daerah untuk terus mengusahakan keterwujudannya
menjadi peluang bagi Undiksha untuk memenuhi tuntutan terhadap mutu sumber
daya manusia Indonesia sejalan dengan pengakuan dan kesadaran terhadap fungsi
dan peran SDM tersebut dalam memajukan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia. Peningkatan anggaran tersebut menjadi peluang Undiksha untuk
meningkatkan kesejahteraan civitasnya dan menawarkan berbagai program
peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan serta program-program
peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan.
9) Sorotan masyarakat dan media massa mengenai maraknya perkelahian antar
pelajar dan tindak kekerasan di lingkungan sekolah memberi peluang bagi
Undiksha sebagai pusat pengembang pendidikan berkarakter, berkualitas,
humanis, dan berbudaya untuk meningkatkan kualitas lulusan khususnya di

19
bidang karakter dan mengembangkan program-program penguatan pendidikan
karakter.
10) Globalisasi memberikan peluang semakin terbuka luas untuk bekerja sama baik
dengan kalangan perguruan tinggi di dalam negeri maupun dengan kalangan
perguruan tinggi luar negeri dalam berbagai bentuk kegiatan akademik dan
nonakademik yang terkait.
11) Posisi Bali sebagai daerah tujuan wisata (DTW) nasional dan internasional
membuka peluang kerja yang besar di sektor kepariwisataan dengan berbagai
keahlian pendukung temasuk di dalamnya penguasaan berbagai bahasa asing. Di
samping itu, Bali juga banyak dipelajari orang karena kesenian dan
kebudayaannya. Oleh karena itu, ada peluang Undiksha untuk mengembangkan
kebudayaan, kesenian, dan bahasa daerah. Undiksha dapat turut berkontribusi
dalam internasionalisasi kearifan lokal Bali dalam berbagai bentuk karya
akademik.
12) Biaya hidup dan lingkungan sekitar di daerah Bali Utara (Singaraja) masih
memungkinkan para pelajar memenuhi keperluan hidup dengan biaya yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan di Bali Selatan. Di samping itu, relatif
terbebas dari berbagai gangguan lingkungan yang lazim muncul di daerah pusat
dan kapariwisataan. Demikian pula, beberapa sumber belajar yang tersedia di
kota Singaraja seperti perpustakaan daerah, Museum Gedong Kertya serta obsesi
pemkab Buleleng menjadikan Kota Singaraja sebagai Kota Pendidikan memberi
peluang bagi Undiksha untuk menjadi jantung pengembangan kota Pendidikan
Singaraja. Hal ini akan berdampak pada peluang semakin banyaknya minat
siswa/calon siswa bersekolah dan kuliah di kota Singaraja.
13) Akses untuk mencapai Singaraja tersedia dari berbagai arah dan cara. sehingga
menguntungkan komunikasi dan transportasi baik dari laut, darat maupun udara.
Akses melalui udara telah dirintis Pemkab Buleleng dengan pendirian Lapangan
Udara Letkol Wisnu di Gerokgak yang sejauh ini masih dalam taraf
pengembangan.
14) Moratorium prodi-prodi baru berlanjut kecuali untuk Science, Technology,
Engineering and Mathematics (STEM).Oleh karena itu, Undiksha memiliki
peluang mengembangkan prodi-prodi baru di bidang STEM.

20
15) Prioritas yang tinggi pada pembangunan pendidikan dan kesehatan masyarakat
memberi peluang pada Undiksha untuk memperluas akses layanan pendidikan.

2.2.2Ancaman
1) Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang memberi
peluang bagi lulusan nonkependidikan untuk menjadi guru akan memperketat
persaingan lulusan Undiksha di pasar kerja. Hal ini merupakan ancaman bagi
Undiksha yang mengharuskannya untuk meningkatkan daya saing lulusan.
2) Tuntutan terhadap mutu semakin meningkat baik secara nasional maupun
internasional. Hal ini ditandai oleh semakin maraknya persaingan antarperguruan
tinggi di tingkat nasional, regional, dan internasional. Memasuki Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) yang diberlakukan mulai Desember 2015 dan Free
Trade Asean (FTA) maka akan terjadi perdagangan bebas ASEAN salah satunya
adalah bidang perguruan tinggi yang menyebabkan terjadinya mobilitas keluar
masuk sumberdaya untuk bekerja di perguruan tinggi, di samping masuknya
perguruan tinggi asing yang menyasar warga masyarakat sebagai calon
konsumen jasa pendidikan tinggi. Sebagai inplikasinya tingkat persaingan
semakin ketat sehingga untuk memenangkan persaingan itu diperlukan resources
embodyment dan resources utilization secara optimal.
3) Keluhan stakeholders tentang melorotnya moral anak didik dan pendidik dengan
maraknya perkelahian antarpelajar dan penggunaan cara-cara tidak manusiawi
dalam mendidik oleh beberapa oknum guru menjadikan lembaga penghasil guru
dan pengembang pendidikan menjadi sorotan banyak pihak dan humanisasi
pendidikan dipertanyakan. Oleh karena itu, Undiksha menghadapi tantangan
untuk mengembangkan diri dan menawarkan pendidikan yang humanis dan
berbudaya.
4) Warga masyarakat sekitar yang tergolong mampu cenderung memilih perguruan
tinggi bergengsi di luar Bali dan di luar negeri sehingga menantang Undiksha
untuk meningkatkan reputasi, akreditasi, dan pencitraan institusinya.
5) Kecenderungan meningkatnya biaya pendidikan pada masa depan dalam menuju
pendidikan tinggi yang lebih berkualitas pada sisi lainnya akan menyulitkan
golongan ekonomi lemah untuk memperoleh pendidikan tinggi yang sesuai

21
dengan harapan dan kemampuannya. Tantangan otonomi perguruan tinggi yang
mematok biaya operasional yang harus ditanggung perguruan tinggi sebesar
minimal 1/6 dan 1/3 dari mahasiswa di luar yang disubsidi pemerintah akan
memberikan ancaman kritis jika tidak ditanggapi dengan segera melalui
pengembangan program-program self-generarting revenue.
2.3 Analisis SWOT
Sebelum analisis SWOT dilakukan, butir-butir kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang telah teridentifikasi diberikan skor yang bergerak dari 1 hingga 5.
Pemberian skor didasarkan pada interpretasi relatif tentang urgensi butir-butir
kekuatan dan kelemahan, dan intensitas persoalan dari butir-butir peluang dan
ancaman. Deskripsi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman beserta skornya
disajikan pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
Tabel 2.2. Deskripsi Kekuatan dan Kelemahan UNDIKSHA
KEKUATAN/STRENGTH (S) KELEMAHAN/WEAKNESS (W)
Deskripsi Skor Deskripsi Skor
1. Mengemban mandat 5 1. Kualitas jurusan/program studi yang 4
kependidikan dan sudah ada belum optimal dan
nonkependidikan sehingga pengembangan jurusan/program studi
dapat mengakomodasi baru yang strategis masih terbatas.
pengembangan berbagai 2. Rata-rata kemampuan ekonomi 2
keahlian (vokasi, akademik, mahasiswa Undiksha berada pada
dan profesi). kelas menengah ke bawah.
2. Komitmen yang tinggi dari 4 3. Relevansi kurikulum dengan tuntutan 4
civitas untuk pengembangan pasar dan kebijakan pemerintah serta
Undiksha. penelitian yang dilakukan belum
3. Memiliki SDM (dosen dan 5 optimal.
pegawai) yang memadai. 4. Kemampuan berbahasa inggris dosen 4
4. Daya dukung lahan, 5 belum memadai, lulusan S2 dan S3
prasarana, dan sarana luar negeri masih terbatas, dan
pendidikan masih layak. pemetaan studi lanjut S2 dan S3 yang
5. Kuantitas dan kualitas 3 sesuai dengan pengembangan SDM
penelitian dosen semakin belum akurat.
meningkat. 5. MoU dan afiliasi akademik dengan 5
6. Kuantitas dan kualitas 3 berbagai perguruan tinggi di dalam dan
kegiatan P2M semakin luar negeri belum terwujud secara
meningkat. Optimal
7. Beberapa jurusan/prodi telah 3
memiliki tata kelola yang 6. Penciptaanlulusan berkualitas yang 3
memadai memenuhi persyaratan guru sekolah
8. Kepercayaan pihak eksternal 4 bertaraf internasional masih dalam
terhadap Undiksha (dosen) taraf rintisan.

22
makin meningkat. 7. Baru sebagian kecil akreditasi 5
9. Potensi dan prestasi jurusan/program studi memperoleh
kemahasiswaan di tingkat 4 nilai A.
nasional dan internasional 8. Jurnal ilmiah yang dimiliki 5
cukup membanggakan. Undikshabelum terakreditasi nasional.
10. Produktivitastergolong tinggi 4 9. Hasil-hasil penelitian dan pengabdian 5
(telah memenuhi standar kepada masyarakat yang
AKIP). dipublikasikan dalam jurnal
11. Masa tunggu lulusan pada 5 terakreditasi nasional dan dalam jurnal
jurusan tertentu < 6 bulan. internasional, perolehan HAKI/hak
12. Sudah terbentuk dan 3 paten, buku ajar sangat terbatas.
berfungsinya unit sistem 10. Partisipasi dosen dalam kompetisi 2
penjaminan mutu pendidikan. penelitian dan pengabdian masyarakat
13. Pengembangan kapasitas dan 3 belum merata.
pencitraan institusi yang 11. Updating data base dan SIM yang 3
cukup memadai. terintegrasi belum tersedia.
14. IPK lulusan > 3,0 sekitar 5 12. Kepuasan layanan administrasi 3
82%. terhadap stakeholder belum terpenuhi
secara optimal.
13. Undiksha belum memiliki pola 4
pengembangan perolehan dana PNBP
non SPP.

Jumlah Skor Kekuatan 56 Jumlah Skor Kelemahan 49

Tabel 2.3. Deskripsi Peluang dan Ancaman Undiksha


PELUANG/OPPORTUNITY (O) ANCAMAN/THREAT (T)
Deskripsi Skor Deskripsi Skor
1. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 3 1. Undang-Undang No.14 3
tentang guru dan dosen berdampak positif Tahun 2005 tentang
terhadap peningkatan jumlah calon guru dan dosen yang
mahasiswa Undiksha khususnya untuk memberi peluang bagi
jurusan/program studi kependidikan. lulusan
2. Permendiknas No. 18 Tahun 2007 dan 3 nonkependidikan untuk
Permendiknas No. 8 Tahun 2009 memberi menjadi guru akan
peluang untuk menyelenggarakan memperketat
sertifikasi guru dan menyelenggarakan persaingan lulusan
pendidikan. Undiksha di pasar
3. Kebutuhan masyarakat terhadap tenaga 3 kerja.
kependidikan dan non- kependidikan yang 2. Tuntutan terhadap 5
berkualitas dan berdaya saing tinggi di mutu dan kompetisi
bidang vokasi, keahlian akademik, dan antar-perguruan tinggi
profesi semakin meningkat. semakin meningkat
4. Undiksha berpeluang untuk membangun 4 dan kompetitif baik
komunitas kerja sama yang saling secara lokal, nasional
menguntungkan (community development) maupun global.

23
dengan Pemkab/Pemkot/ Pemprov untuk 3. Warga masyarakat 3
seiring dengan kebijakan otonomi daerah. sekitar yang tergolong
5. Letak geografis Undiksha di Bali Utara 3 mampu cenderung
sangat strategis sebagai pusat memilih perguruan
pengembangan pendidikan dilihat dari tinggi bergengsi di luar
potensi dan kondisi fisik wilayah dan Bali dan di luar negeri.
masyarakat dalam konteks Bali sebagai 4. Kecenderungan 5
daerah tujuan wisata internasional. meningkatnya biaya
6. Globalisasi dan internasionalisasi memberi 4 pendidikan dan
peluang kepada Undiksha untuk menjalin otonomi pembiayaan
kerja sama luar negeri dalam pendidikan pada masa
mengembangkan SDM dan lulusan yang depan dalam menuju
unggul dan kompetitif. pendidikan tinggi yang
lebih berkualitas.
Jumlah Skor Peluang 20 Jumlah Skor Ancaman 16

Selisih skor kekuatan dengan kelemahan menunjukkan nilai positif, yakni +7,
dan selesih skor peluang dengan ancaman juga nilainya positif, yakni +4. Hasil
selisih skor yang bernilai positif menunjukkan posisi Undiksha ada pada kuadran I,
yang berarti posisinya mendukung strategi agresif (Gambar 2.1). Hal tersebut berarti
Undiksha mempunyai kekuatan yang cukup signifikan dan tidak banyak
mendapatkan ancaman eksternal. Artinya Undiksha memiliki posisi yang baik untuk
menggunakan kekuatan internalnya guna: (1) memanfaatkanpeluang eksternal, (2)
mengatasi kelemahan internal, dan (3) menghindari ancaman ekternal.

24
Gambar 2.1. Posisi Undiksha Pada Analisis SWOT.
Analisis butir-butir komponen SWOT di atas menghasilkan 4 strategi S-O, 6
strategi W-O, 3 strategi S-T, dan 4strategi W-T (Tabel 2.4).
Tabel 2.4. Hasil Analisis Antar-Komponen SWOT
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Eksternal Terdapat 14 butir kekuatan Terdapat 13 butir kelemahan yang
yang dimiliki oleh Undiksha dialami oleh Undiksha
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
Terdapat 6 butir 1. Peningkatan APK dan 1. Afirmasi ekonomi mahasiswa
peluang yang dapat kualitas input mahasiswa. yang tergolong tidak mampu.
dimanfaatkan oleh 2. Pengembangan program 2. Pengembangan kurikulum
Undiksha studi kependidikan dan berbasis kompetensi, KKNI,
nonkependidikan (vokasi, dan berorientasi pasar kerja.
akademik, profesi) 3. Peningkatan akreditasi program
berorientasi nasional dan studi menuju level sangat baik
internasional. atau level unggul.

3. Pengembangan dan 4. Pengembangan studi lanjut staf


optimalisasi penggunaan dosen (S2 dan S3) ke luar
sarana dan prasarana negeri.
pendidikan. 5. Peningkatan publikasi hasil
4. Pengembangan kerja sama penelitian dan pengabdian
dengan stakeholders dalam kepada masyarakat ke jurnal
dan luar negeri. nasional terakreditasi dan jurnal

25
internasional, perolehan hak
paten, dan buku ajar.
6. Penguatan tata kelola dan
layanan prima Undiksha.
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
Terdapat 4 butir 1. Mengembangkan kebijakan 1. Peningkatan mutu dan daya
ancaman yang dihadapi pemberdayaan tenaga saing lulusan program
oleh Undiksha pendidik dan kependidikan kependidikan dan
dengan memperhatikan nonkependidikan.
profesionalisme. 2. Membangun pusat data base
2. Peningkatan prestasi dan sistem informasi
akademik dan terintegrasi berbasis IT dan
ekstrakurikuler mahasiswa berkesinambungan.
di tingkat nasional dan 3. Pengembangan unit-unit bisnis
internasional untuk mendukung income
3. Peningkatan daya saing generating PNBP.
penelitian dan pengabdian 4. Peningkatan efisiensi,
kepada masyarakat dalam efektivitas, dan akuntabilitas
kompetisi hibah nasional pendayagunaan anggaran.
dan internasional.

3.4. Isu-Isu Strategis

Mencermati4 strategi S-O, 6 strategi W-O, 3 strategi S-T, dan 4 strategi W-T
di atas, dapat diidentifikasi 8 isu strategis yang dijadikan pangkal tolak dalam
merumuskan strategi pengembangan Undiksha untuk mencapai visi, misi, dan dan
tujuan Undiksha. Ke delapan isu strategis tersebut, sebagai berikut.
1) Menyediakan akses dan kesempatan pendidikan tinggi yang bermutu bagi
masyarakat luas.
2) Menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing di bidang pendidikan
dan nonkependidikan di tingkat nasional, regional, dan internasional.
3) Menyediakan sumberdaya manusia (SDM) baik pendidik dan tenaga
kependidikan yang bermutu.
4) Menghasilkan produk penelitian dan pengembangan yang berorientasi inovasi,
pemecahan masalah dan pengembangan ilmu di bidang pendidikan dan
nonkependidikan yang bermanfaat bagi kemajuan kehidupan
masyarakat/bangsa dan peradaban umat manusia, dengan publikasi tingkat
nasional dan internasional, beserta hak kekayaan intelektualnya.

26
5) Memberikan pelayanan profesional atau pengabdian kepada
masyarakat/komunitas dengan pendekatan riset aksi sosial, dalam berbagai
bentuk layanan, termasuk publikasi /diseminasi produk-produk siap pakai
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat/bangsa.
6) Menerapkan dan mengembangkan manajemen atau tata kelola berbasis
pengetahuan (knowledge based management), yang menjamin terselenggaranya
tata kelola dan layanan prima pendidikan tinggisecaraefisien, efektif dan
berkelanjutan.
7) Membentuk komunitas dan mengembangkanpusat-pusat kewirausahaan,
menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi, dunia usaha dan
industri,instansi pemerintah di dalam maupun di luar negeriyang bermuara pada
peningkatan sumber-sumber pendapatan dana masyarakat.
8) Mengembangkan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, bersifat
kolaboratif, kontekstual, berkarakter, dan terintegrasi dengan masyarakat sesuai
paradigma pembelajaran abad 21.

27
BAB III
ARAH PENGEMBANGAN (ROAD MAP)

3.1 Tahap I (2015-2020): Undiksha Teaching University


Pada tahap ini fokus penyelenggaraan Undiksha adalah delivering and
transforming of knowledge.Fungsi utama dari sebuah perguruan tinggi pengajaran
adalah pelestarian ipteks dan penyebarluasan ipteks melalui pengajaran.Pada tahap
ini kebijakan diarahkan kepada pemenuhan standar nasional pendidikan tinggi serta
menghasilkan kulitas lulusan berdaya saing nasional.Perwujudan dari tahap ini
tampak dari berbagai komponen pendidikan dan pembelajaran seperti software dan
hardware.Sebagai langkah awal dari tahap ini adalah diarahkan kepada penataan
organisasi dan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya untuk
mendapatkan sistem organsisasi yang sehat dan sumber daya yang berkualitas.Unsur
utama dari perguruan tinggi pengajaran adalah program-program studi dan
kelompok-kelompok penelitian yang beroperasi secara mono-disipliner dan non-
interaktif.

3.2 Tahap II (2021-2025): Undiksha sebagai excellent teaching university


Undiksha sebagai excellent teaching university merupakan peningkatan dari
teaching university.Pada tahap ini Undiksha diharapkan memiliki ciri keunggulan
yang dibangun atas keunikan lokal.Undiksha diharapkan mampu menciptakan
kompetensi dan keunggulan institusi, serta terjalinnya kerjasama dengan berbagai
pihak.Undiksha diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya
saimg tinggi yang dicirikan oleh keunikan lokal, didukung oleh kompetensi moralitas
dan karakter yang kuat dan berjiwa kewirausahaan.Untuk mencapai kondisi ini
Undiksha harus memiliki standar akademik unggul (excellent academic standard)
yang setara dengan universitas maju nasional maupun internasional. Undiksha harus
memiliki penciri yang membedakannya dengan unversitas lain.
Di samping tetap melanjutkan pemenuhan standar nasional pendidikan
tinggi.Undiksha juga harus memulai pengembangan program-program yang
berorientasi keunggulan internasional.Kerjasama-kerjasama internasional dibidang

28
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat baik yang melibatkan
dosen maupun mahasiswa dalam berbagai bentuk misalnya PPL, magang, pertukaran
mahasiswa, pertukaran dosen (refresher), dll mulai ditingkatkan.Untuk itu,
penguatan pusat bahasa Undiksha untuk mendukung kemampuan berkomunikasi
internasional civitas akademika undiksha merupakan suatu keharusan. Undikha harus
mampu mengembangkan/menciptkan program-program unggul dan unik (yang tidak
dimiliki oleh universitas lain di Indonesia/dunia) dalam bidang pendidikan, enelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat yang dapat menarik minat mitra internasional
untuk menjalin kerjasama dengan Undiksha.

3.3 Tahap III (2026-2030) Undiksha sebagai pre-research university


Setelah tercapainya excellent teaching university, pengembangan Undiksha
dilanjutkan dengan tahapa awal Research University. Pada tahap ini, Undiksha tidak
hanya melanjutkan dan meningkatakan pencapaian-pencapaian dalam bentuk
delivering and tranforming of knowledge (teaching university), tetapi juga mulai
memberi tambah yang berbentuk creating knowledge. Untuk memulai tahap pre-
research university para dosen harus tergabung dalam kelompok-kelompok keahlian,
agar penelitian dosen undiksha terfokus pada bidang ilmu tertentu.Setiap kelompok-
kelompok keahlian harus memiliki roadmap pengembangan keilmuannya melalui
penelitian, paling tidak untuk jangka waktu 5 tahun.Kelompok-kelompok penelitian
berinteraksi secara interaktif dan dinamis untuk menghasilkan ipteks baru.Selain itu,
ciri khas dari tahap ini adalah kegiatan pengajaran di program-program studi
diintegrasikan dengn pusat-pusat pengabdian masyarakat dan kegiatan penciptaan
ipteks.Hasil-hasil penelitian diharapkan sudah mulai menghilir untuk memcahkan
permasalahan paling tidak pada tingkat lokal dan nasional.Pengabdian kepada
masyarakat harus didasarkan pada hasil-hasil penelitian.
Pada tahap ini Undiksha disiapkan untuk menghasilkan dan mengelola
produk-produk baru non-pendidikan. Fungsi utama dari utama Unidiksha pada tahap
ini adalah penciptaan ipteks baru melalui riset dan pendidikan pascasarjana, dan
difusi ipteks ke masyarakat luas melalui riset dan pengabdian kepada masyarakat.
Pada perguruan tinggi riset, perguruan tinggi dituntut untuk bersikap responsif
terhadap permasalahan yang berkembang di masyarakat dan antisipatif terhadap

29
tantangan masa depan. Saat Undiksha sebagai pre-research university di samping
mengiatkan program-program studi mono-disipliner, turut digiatkan program-
program studi multi dan lintas-disipliner. Pengembangan program studi-program
studi pascasarjana yang mengelola bidang keilmuan multi dan lintas disiplin harus
sudah mulai dilakukan.Kedudukan Undiksha sebagai Pre-Research University
diharapkan dapat member nilai tambah terhadap sumber pendapatan Undiksha di
samping yang berasal dari mahasiswa.

3.4 Tahap IV (2031-2035) Undiksha sebagai research university


Pada tahap ini pengembangan Undiksha memberi prioritas tinggi kepada
penemuan-penemuan pengetahuan baru dan menghasilkan sumber daya manusia
bergelar doktor.Hal ini sesuai dengan hakikat dari research university yang
dikemukakan oleh Kathryn Mohrman et al (2008).
Research universities are institutions with a high priority on the discovery of
new knowledge and the production of Ph.D.s in a wide range of
disciplines.While research universities also educate undergraduates, train
professionals fora wide range of positions, provide service to society, and
engage in appliedwork and technology transfer, their distinguishing feature is
the production ofnew knowledge especially (but not exclusively) in science
and technology areas (Research universities are institutions with a high
priority on the discovery ofnew knowledge and the production of Ph.D.s in a
wide range of disciplines (Kathryn Mohrman et al, 2008, p-6).
Tahap ini ditandai oleh tingginya kontribusi research dalam memperkaya body of
knowledge secara kuantitatif dalam bentuk jumlah publikasi maupun secara
kualitatif dalam bentuk citationindex.Reserch-research Undiksha harus diarahkan
pada fokus yang jelas baik dalam research dasar maupun terapan. Pusat-pusat
penelitian dengan tenaga akademik yang mumpuni harus menjadi prioritas.
Di samping sudah terpenuhi standar nasional pendidikan tinggi, sumber daya
Undiksha harus ditingkatkan untuk mendukung upaya creating body of knowledge
dan peningkatan kuantitas dan kualitas produksi doktor dalam berbagai bidang
ilmu.Pusat-pusat penelitian harus didukung oleh sarana prasarana yang memadai,
memiliki laboratorium yang lengkap sesuai dengan kebutuhan, didukung oleh jumlah
pofesor dan doktor dengan spesialisasi akademik yang tepat.Pada tahap ini para
peneliti Undiksha harus mampu memberikan jawaban terhadap masalah-masalah
lokal, nasional, dan global.Sebagai research university, Undiksha diharapkan

30
menjadi pusat keunggulan pengembangan dan penerapan ipteks yang dapat
meningkatkan kesejahtaraan masyarakat. Pada akhir tahap ini diharapkan keberadaan
Undiksha dan bentuk-bentuk hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
betul-betul dirasakan oleh masyarakat lokal, nasional, dan global.
Di bawah ini adalah delapan cirri research university yang diadaptasi dari
Emerging Global Model (EGM) of the 21st century research university (Kathryn
Mohrman et al, 2008) sebagai berikut:
(1) EGM universities see their mission as transcending the boundaries of thenation-state,
educating for global perspective and advancing the frontiersof knowledge worldwide.
(2) EGM institutions are increasingly more research intensive with the use of scientific methods
in disciplines outside the sciences.
(3) Faculty members, as producers of new knowledge, are assuming new roles, shifting from
traditional independent patterns of inquiry to becomingmembers of team-oriented, cross-
disciplinary, and international partnerships,with research directed more often than before
toward real-world problems.
(4) The research enterprise is extremely costly. Universities are going beyondgovernment
support and student contributions to diversify their financialbase with funding from
corporations and private donors, competitivegrants for technology innovation, and creation of
for-profit businesses asspin-offs of research enterprises.
(5) New relationships are being created among universities, governments, andcorporations to
advance economic development and to produce knowledgefor the social good.
(6) These universities are adopting worldwide recruitment strategies forstudents, faculty, and
administrators.
(7) EGM institutions require greater internal complexity directed towardresearch, such as
interdisciplinary centers, integration of research elementsin student training programs, and
greater technological infrastructure fordiscovery.
(8) Universities participate with international non-governmental organizationsand multi-
governmental organizations in support of collaborative research,student and faculty mobility,
and validation of international stature.

31
Road Map Undiksha
ROAD MAP PENGEMBANGAN UNDIKSHA (2015-2045)

Memberi prioritas
tinggi kepada
penemuan
Creating New pengetahuan baru
Knowledge.Exc dan jumlah
ellent academic produksi doktor.
standard. Memberi prioritas
Research tinggi kepada
Group. jumlah publikasi
Kerjasama internasional dan
Keunggulan internasional indeks sitasi.
nasional dan dalam bidang
internasional pendidikan,
dalam bidang penelitian dan Undiksha
pendidikan, PkM sebagai
Transforming Penelitian pusat
and delivering dan PkM. keunggulan
knowledge dan pengemban
pemenuhan gan dan
standar nasional penerapan
pendidikan research Ipteks
tinggi pre- university
research
university
excellent
teaching
university
teaching
university

Gambar 01. Road Map Pengembangan Undiksha (2016-2035)

32
BAB IV
STRATEGI DASAR, KEBIJAKAN DASAR DAN INDIKATOR

Dalam bab empat ini diuraikan pengembangan Undiksha antara lain, (1)
pengembangan kelembagaan, (2)pengembangan bidang pendidikan/akademik, (3)
pengembangan bidang penelitian, (4) pengembangan bidang P2M, (5)
pengembangan bidang SDM, (6) pengembangan sarana dan prasarana, dan (7)
pengembangan sistem informasi.Ketujuh pengembangan ini mengacu pada visi dan
misi undiksha, yang secara jelas dapat diimplementasikan pada tahun 2015-2020

4.1Pengembangan Kelembagaan
Gerakan menuju universitas berkelas dunia bukan hanya terjadi di Indonesia
saja, namun diberbagai penjuru dunia, baik di negara-negara berkembang maupun
sudah maju, yang menunjukkan bahwa menuju WCU merupakan gerakan
globalisasi. Oleh karenanya, Altbach (2003) mengemukakan bahwa banyak
universitas di berbagai belahan dunia telah mengklaim dirinya sebagai universitas
yang sudah mencapai kelas dunia; namun klaim tersebut, sebenarnya tidak memilki
justifikasi yang cukup. Altbach kemudian mendefinisikan WCU dengan,”Universitas
yang memiliki ranking di antara universitas yang terkemuka di dunia, memiliki
standar unggul internasional.” Walaupun kemudian dipertanyakan siapakah yang
menetapkan standar unggul tersebut? Menurutnya WCU adalah universitas yang
telah memenuhi beberapa karakteristik yang relevan yang menunjukkan sudah
memiliki status universitas kelas dunia. Menuju universitas kelas dunia (WCU)
bukanlah suatu hal yang mudah, seperti yang dikatakan Altbach (2003), “For most
countries, even large and relatively wealthy ones, only one or two world-class
universities are possible or even desirable. For many countries, a world-class
university is beyond the ability of the nation to support.” Sehingga pada dasarnya
konsep WCU mencerminkan norma dan nilai lembaga-lembaga akademis dunia yang
memiliki orientasi dominan pada penelitian, terutama Amerika Serikat dan Eropah
Barat. Apabila dikatakan untuk membangun sebuah WCU memerlukan dukungan
Pemerintah, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Fasli Jalal

33
mengungkapkan bahwa pemerintah mengalami keterbatasan sumber dana bagi
peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi, sebab untuk anggaran pendidikan,
pemerintah masih menitikberatkan pada penuntasan program wajib belajar 9 tahun.
Selain dana yang dibutuhkan cukup besar, masalah mentalitas untuk
melakukan perubahan juga merupakan hal penting lainnya. Dalam penelitian
Hayward (2008, 6) di negara-negara berkembang ditemukan bahwa, “The major
obstacles are not money but mentality.” Menuju WCU diperlukan perubahan yang
mendasar, yaitu perubahan mental, yaitu menciptakan suatu keinginan untuk
merubah universitasnya menjadi berkelas dunia, sehingga hal inilah yang
membutuhkan dukungan seluruh civitas akademika. Semangat mengembangkan
WCU ataupun meraih akreditasi internasional bukan hanya langkah untuk
berkompetisi dengan PT yang ada di luar negeri, namun paling tidak dapat diarahkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, mulai dari taraf nasional
bahkan regional sekalipun. Sub bab ini terbagi dalam pembahasan tujuan/arah
pengembangan, pengertian dan karakteristik, strategi pengembangan dan bagaimana
mengawali pengimplementasiannya.

1. Tujuan/Arah Pengembangan
Arah pengembangan menuju WCU yang dicanangkan di Indonesia dapat
dilihat dari pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diungkapkan pada
suatu kesempatan kuliah umum di UNAIR Surabaya. Beliau mengatakan, “Saya kira,
sumber daya manusia merupakan modal awal kita untuk maju, karena negara-negara
maju umumnya memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.” Sehingga dapat
dikatakan bahwa membangun sebuah WCU adalah untuk membangun bangsa lewat
peningkatan sumber daya manusia dan kemajuan ekonomi.

Menurut Salmi (2009), sekarang ini pertumbuhan ekonomi dan kompetisi


global yang terus meningkat ternyata banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan,
yang menyebabkan PT menjadi memegang peranan penting. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan memberikan
potensi yang luar biasa untuk pengembangan ekonomi negara. Dalam laporan
Pembangunan Dunia tahun 1998/1999 dari World Bank dikemukakan adanya 4
(empat) dimensi kunci strategis yang saling melengkapi satu sama lain dalam

34
membangun ekonomi yang berlandaskan ilmu pengetahuan: pelembagaan dan
ekonomi yang bersesuaian, landasan sumberdaya manusia yang kuat, infrastruktur
informasi yang dinamis, dan sistem inovasi nasional yang efisien. Dalam hal ini PT
memainkan peran sentral pada ke 4 dimensi tersebut, terutama dalam 2 hal, yaitu:
membangun landasan kapital sumberdaya manusia yang kuat dan sistem inovasi
nasional yang efisien. PT mendukung negara dengan membangun ekonomi
kompetitif global dari aspek pengembangan tenaga kerja yang terampil, produktif
dan fleksibel dan memciptakan, menerapkan dan menyebarluaskan ide-ide dan
penemuan dan teknologi baru.

2. Pengertian dan Karakteristik


Levin, Jeong dan Ou (2006) berpendapat bahwa pada dasarnya WCU yang
ditulis para akhli adalah samar dan merupakan pengulangan-pengulangan kata yang
masih belum memberikan kejelasan. Hal ini disebabkan sangat subjektif seperti
rujukannya adalah pada aspek-aspek reputasi tanpa adanya contoh-contoh konkrit.
Berikut merupakan penjelesan Levin, Jeong dan Ou (2006, 32) tentang pengertian
WCU yang masih sangat bervariasi atau belum adanya kesepakan.

a. WCU memiliki fakultas yang mempublikasikan hasil penelitiannya pada


jurnal-jurnal yang paling top sesuai dengan disiplin ilmunya, badan
mahasiswa pasca betul-betul internasional aslinya, dan para lulusan
dipekerjakan dimana saja di dunia (Mohrman 2005)
b. WCU adalah sistem review sejawat dimana standarnya ditentukan oleh para
petinggi bidang ilmu pengetahuan tertentu dan mereka sendiri tertantang dan
dinilai oleh proses tersebut (Niland 2000).
c. Bagi PT memiliki nama kelas dunia dibangun lewat reputasi dan persepsi,
yang seringkali terlihat subjectif dan tidak tertentu, dan memerlukan persepsi
yang luar biasa dalam berbagai kejadian (Niland, 2000).
d. Dalam kamus didefinisikan sebagai rangking diantara yang paling terkemuka
di dunia; memiliki standar ekselensi internasional (Altbach, 2003).
e. Suatu standar minimum atau sebuah posisi yang relatif dari sebuah bentuk
perangking-an; definisi kualitas industri maknanya jaminan untuk sesusatu

35
yang memenuhi standar dasar tertentu; tertinggi diantaranya rangking-
rangking dunia (Robinson, 2005).
f. Menjadi kelas dunia harus memiliki sebuah dimensi sistem (Lang, 2004).

Senada dengan Levin, Jeong dan Ou, Salmi (2009, 4) mengatakan bahwa
menjadi anggota dari kelompok eksklusif universitas kelas dunia tidak dapat dicapai
dengan pengakuan diri; melainkan status elit dianugrahkan oleh dunia luar yang
merujuk pada landasan pengakuan internasional. Sedangkan sampai sekarang proses
pengakuan tersebut meliputi kualifikasi subjektif, utamanya ialah reputasi. Contoh,
Liga Ivy universitas di Amerika: Harvard, Yale atau Columbia; Inggris: Oxford dan
Cambridge; dan Universitas Tokyo semuanya secara konvensional sudah dianggap
sebagai universitas kelas elit dunia, tetapi tidak didapat ukuran yang dapat dilihat
secara langsung dan diteliti sehingga dapat menbedakan secara substansi status
superior mereka, seperti dalam hal hasil-hasil yang terkemuka pelatihan para
lulusannya, produk penelitiannya dan transfer ilmu pengetahuannya di masyarakat.
Namun, akhir-akhir ini telah hadir cara-cara yang lebih sistematis dalam
mengidentifikasi dan mengklasifikasi WCU, dengan adanya pembuatan ranking
internasional yang paling tidak terdapat 3 jenis. Yang paling komprehensif dari
internasional ranking tersebut adalah THES (The Times Higher Education
Supplement) dan SJTU (Shanghai Jiao Tong University) yang mengandung
perbandingan tolok ukur luas mencakup batas-batas negara di seluruh dunia.

Lebih jelasnya situs Wikipedia (2010) menyebutkan bahwa daftar ranking


200 PT tersebut dibuat berdasarkan urutan peringkat perguruan tinggi dan lokasi
negara. Adapun bobot peringkat yang dipergunakan adalah: Skor Peer Review
(40%), Recruiter Review (10%), Skor Fakultas internasional (5%), Skor Mahasiswa
internasional (5%), Skor Fakultas / Siswa (20%), Skor Karya Fakultas (20%).
Sedangkan ranking internasional PT yang lain adalah SJTU (Shanghai Jiao
Tong University). SJTU beroperasi sejak 2003 dengan menggunakan metodologi
yang terfokus pada: indikator-indikator objektif yang eksklusif (seperti: performen
akademis dan penelitian dari fakultas, alumni dan staf) untuk mengidentifikasi 500
PT yang terkemuka di dunia. Pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi

36
adalah publikasi, pengutipan, dan penghargaan internasional yang sifatnya eksklusif
seperti Hadil Nobel dan Medali Disiplin ilmu tertentu (Salmi 2009, 4-5).
Adapun Situs Wikipedia (2010) menyebutkan bahwa Peringkat Akademis
Universitas Dunia ( Academic Ranking of World Universities) yang dikompilasi oleh
SJTU adalah peringkat dari sebuah institusi PT menurut rumusan bobot peringkat
yang dipergunakan: (1)Para alumninya adalah pemenang Hadiah Nobel dan Piala
penghargaan (10 persen) (2) Para staf pengajar adalah memenangi Hadiah Nobel dan
Piala penghargaan (20 persen) (3) Melakukan penelitian yang dikutip dalam 21
kategori subyek luas” (20 persen) (4) Jumlah artikel yang dipublikasikan dalam
jurnal ilmu pengetahuan Alam dan Sains (20 persen) (5) Dalam Indeks Citation,
Indeks Citation Ilmu Sosial, Indeks Citation dalam Seni dan Kemanusian (20 persen)
Selanjutnya, Levin, Jeong dan Ou (2006, 33-35) memaparkan lebih lanjut
mengenai berbagai indikator yang mereka kumpulkan dari berbagai sumber literatur
sehingga mereka simpulkan menjadi tolok ukur yang digunakan dalam mengevaluasi
perankingan yang digunakan THES dan SJTU. Tolok ukur-tolok ukur tersebut
mencakup berbagai penilaian yang luas mulai dari hasil penelitian, lingkungn
akademis, pengelolaan, pengadaan dana, menggunakan teknologi informasi dan
komunikassi dan seterusnya, seperti yang digambarkan berikut ini:

1) Unggul dalam riset: indeks kutipan ilmu-ilmu sosial; publikasi dalam jurnal
akademis yang direview teman sejawat; kualitas fakultas “sebagai tempat
dimana staff terkemuka mau berkumpul”; reputasi riset; kredibiliti akademis
fakultas, produktifitas riset, publikasi ilmiah; sebuah grup dari fakultas yang
ekselen adalah sangat mendasar bagi sebuah PT.
2) Kebebasan akademis dan lingkungan intelektual yang menggairahkan;
kualitas PT secara positif berhubungan dengan otonomi dan kebebasan
akademik. Di Standford university sebagai WCU menerapkan kebebasan
akademis sebabagi suatu jiwanya PT. Sedangkan kebebasan berbicara di PT
mendapatkan perlakuan yang paling tinggi di masyarakat China walaupun
masih juga ada batasnya.
3) Pengelolaan sendiri; otorisasi bagi PT nasional untuk bekerjasama sebagai
perusahaan-perusahaan umum dengan komite yang dipercaya dan kementrian
yang independen di Jepang.

37
4) Fasilitas dan dana yang mendukung; dukungan dana yang cukup untuk riset
unggulan di AS; merupakan investasi bagi prinsip-prinsip seleksi dan
konsentrasi di Korea. Sumber dana yang terkonsentrasi bagi sejumlah kecil
lembaga yang memiliki potensi besar untuk berhasil pada Project China 985.
Gelar WCU tidak akan pernah teraih dengan harga obral, tanpa dana WCU
tujuan-tujuan pencapaian, pemeliharaan standar tinggi world class hanya
merupakan retorika semata.
5) Keberagaman; tersedianya lingkungan yang menyeluruh bagi pembelajaran,
riset, pengajaran dimana berbagai cabang ilmu pengetahuan dipelajari dan
dihormati. Jika suatu PT mengharap meraih status WCU, fakultas dan
mahasiwanya harus memahami keberagaman budaya yang mendiami dunia.
6) Internasionalisasi; mahasiwa, sarjana dan fakultas dari luar negeri.PT harus
berusaha mengembangkan “penduduk dunia.” Program-program
internasionalisasi, kurikulum yang terinternasionalisasi, meningkatkan
pertukaran mahasiswa. Memiliki hubungan internasional dengan lembaga
lain untuk menciptakan program kelas dunia. WCU merekret profesor
terkemuka dan merekrut mahasiswa dari seluruh dunia.
7) Kepemimpinan yang demokratis; kompetisi yang terbuka bagi fakultas dan
mahasiswa; bekerjasama dengan konstitusi luar.
8) Lembaga SI yang berbakat; Munculnya efek peningkatan yang spesial karena
memiliki beribu-ribu mahasiswa S1 yang betul-betul berbakat pada suatu
kampus. Walaupun riset adalah integral bagi terciptanya suatu WCU, namun
pengukuran yang sejati adalah sukses para alumni atau lulusan PT.
9) Penggunaan ICT, efisiensi manajemen dan perpustakaan; penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
10) Kualitas pengajaran; para lulusan yang tidak dilengkapi dengan keahlian
untuk bekerja di ekonomi pasar yang memerlukan keahlian dalam
menterjemahkan dan menerapkan informasi. Proyek yang dibuat perlu
diarahkan untuk memperkuat dan meningkatkan pendidikan dan menawarkan
kurikulum yang komprehensif yang mencermati isu tersebut.
11) Terhubung dengan masyarakat/kebutuhan masyarakat; adanya hubungan
antara pengajaran dan riset dan PT mengambil mata kulaih dari

38
lingkungannya. PT seharusnya menghubungkan diri dengan sektor swasta
dan berhubungan dalam strategi strategi-strategi riset yang bersetting
masyarakat sekitar.
12) Di dalam Kolaborasi lembaga; riset kolaborasi yang dikerjakan antar jurusan
dalam suatu PT dan antar suatu kelompok ilmu pengetahuan dengan
kelompok ilmu pengetahuan lainnya.Dari sekian banyak tolok ukur (12 butir)
di atas, yang digunakan dalam mengukur tingkat pencapaian suatu PT menuju
WCU, secara ringkas Salmi (2009, 6) mengidentifikasi sejumlah karakteristik
yang mendasar yang dimiliki berbagai PT yang sudah meraih status WCU.
Karakteristik-karakteristik yang mendasar tersebut dapat dijadikan tolok ukur
bagi PT yang sedang berusaha meraih Status WCU merupakan suatu tujuan
yang ingin diraih suatu PT, maka inti dari pembicaraan jenis produk/hasil dari
suatu PT yang sudah mendapat WCU adalah lulusan yang sangat dicari, riset
unggulan, dan kemampuan mentransfer teknologi.

Ketiga produk WCU tersebut dapat dikaitkan pada satu set faktor yang saling
melengkapi yang menentukan pada PT yang terkemuka (Salmi 2009, 7):
a. Konsentrasi tinggi orang-orang berbakat (fakultas dan mahasiswa). Faktor
ekselensi yang pertama dan utama adalah adanya masa kritis dari mahasiswa-
masiswa dan fakultas yang terkemuka. WCU mampu memilih dan memiliki daya
tarik bagi para profesor/tenaga pengajar dan peneliti (Salmi 2009, 20).
b. Sumber daya yang melimpah yang ditawarkan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang bagus dan melaksanakan riset yang handal.Sumber daya yang
melimpah merupakan komponen yang ke 2 yang memberi karakteristik sebagai
WCU dalam menghabiskan dana yang besar sekali unntuk menjalankan PT yang
memiliki riset yang kompleks dan intensif. WCU tersebut memiliki 4 sumber
dana utama: alokasi Pemerintah untuk pengeluaran dan riset, riset kontrak dengan
organisasi-organisasi umum dan perusahaan-perusahaan swasta, dan keuangan
balik yang dihasilkan dari subsidi dan hadiah, juga uang SPP (Salmi 2009, 23).
c. Pengelolaan yang diharapkan yang dapat mendorong terciptanya visi, misi yang
strategis, dan fleksibel yang memungkinkan lembaga-lembaga dapat membuat
keputusan dalam pengelolaan sumberdaya tanpa tercampur aduk dengan
birokrasi.Inilah dimensi yang ke tiga yang berkenaan dengan kerangka peraturan

39
secara keseluruhan, lingkungan yang kompetitif, dan tingkat otonomi akademis
dan manajerial yang mandiri (Salmi 2009, 26).

Apabila diilustrasikan ketiga komponen tersebut mencerminkan beberapa


karakteristik yang merupakan ciri-ciri khas yang dimiliki WCU. Kolaborasi antara
konsentrasi orang-orang berbakat dengan sumber daya yan melimpah akan
menghasilkan lulusan yang unggulan, perpaduan antara konsentrasi orang-orang
berbakat dengan pengelolaan yang diharapkan akan menghasilkan hasil penelitian,
pertemuan antara sumber dana yang melimpah dengan pengeloaan yang diharapkan
akan menghasilkan transfer teknologi.

3. Strategi Pengembangan
Strategi pada dasarnya dapat dipahami sebagai suatu kumpulan tindakan atau
aktifitas yang sudah terencana secara sistematis dan lengkap yang dijadikan landasan
untuk meraih suatu tujuan. Strategi dapat juga diartikan sebagai suatu kumpulan
instrumen yang tersusun untuk memenuhi suatu tujuan yang sudah direncanakan.
Dengan demikian strategi yang diharapkan dapat memenuhi sasaran terdiri dari 2
komponen yang perlu menjalankan aktifitasnya masing-masing dengan baik, adalah:
1. Pemerintah baik di tingkat nasional, dan provinsi atau regional dengan
memberikan sumber dana yang tersedia bagi peningkatan lembaga PT; dan 2.
Lembaga PT yang terkait (Salmi 2009, 35).Pada awalnya peran Pemerintah dalam
meningkatkan PT menjadi WCU tidaklah begitu sentral. Liga Ivy dimana berbagai
PT terkemuka didalamnya, mencapai WCU tidaklah mendapat dukungan signifikan
dari Pemerintah. Namun, sekarang ini Pemerintah dapat memerankan peranan
pentingnya dengan memberikan dukungan dana secara penuh sehingga suatu PT
dapat meraih WCU dengan cepat. Dalam hal ini ada tiga pendekatan yang dapat
digunakan Pemerintah dalam memfasilitasi PT: yaitu melalui peng-upgrade-an
lembaga-lembaga yang sudah ada, membuat merger lembaga-lembaga yang sudah
ada dan menciptakan lembaga baru. Apabila pemerintah ingin mengarahkan pada
terciptanya pengumpulan sumber daya manusia yang berbakat maka Pemerintah
akan mengalami kesulitan untuk meperbaharui tenaga pengajar dan mengubah merek
dagang agar mahasiswa yang berbakat mau memilih PT tersebut manakala
menggunakan pendekatan upgrading. Sedangkan dalam pendekatan merger

40
pemerintah akan mendapatkan kesempatan untuk mengubah kepemimpinan,
merekrut staff yang baru, namun staff yang lama akan menjadi resisten. Ketika
menggunakan pendekatan baru, pemerintah akan mendapatkan kesempatan untuk
memilih staff dan mahasiswa yang berbakat untuk bergabung PT tersebut; namun
mahasiswa baru akan mendapat kesulitan untuk mengenali kualitas PT yang baru.
Pemerintah perlu membangun tradisi pengajaran dan penelitian yang diharapkan
(Salmi 2009, 48).
Sehubungan dengan pengembangan UIN menuju WCU, pendekatan
upgrading merupakan yang paling tepat untuk dilaksanankan Pemerintah dan
lembaga PT terkait. Ada beberapa kelemahan yang dimiliki apabila menggunakan
pendekatan upgrading, disamping kesulitan dalam meperbaharui saff dan mengubah
merek dagang, kesulitan lainnya adalah kesulitan mengubah model operasional di
dalam kerangka kerja peraturan yang sama dan dalam pengubahan dari dalam yang
disebabkan adanya budaya lembaga tertentu. Selanjutnya manajemen perubahan
yang perlu dilakukan dengan konsultasi major dan kampanye komunikasi dengan
seluruh stakeholder yang ada di kampus.

4. Implementasi Pengembangan
Pada implementasi yang dilaksanakan lembaga PT yang terkait, tiga
pendekatan yang dapat dilakukan Pemerintah, juga dapat dilaksanakan. Kombinasi
yang harmonis yang dilaksanakan Salunkhe (2009) misalnya menggabungkan antara
pendekatan upgrading untuk meningkatkan PT yang sudah ada dengan melakukan
peningkatan-peningkatan pada tahap-tahap mendasar seperti visi, misi, target dan
tujuan, dan kurikulum. Disamping itu, pihak Salunkhe juga mengajukan penciptaan
beberapa kumpulan cabang-cabang ilmu yang satu rumpun, lembaga-lembaga baru
yang terspesialisasi, dan mata kuliah-mata kuliah yang inovatif.
Strategi pengembangan WCU pada tingkat lembaga diarahkan pada
kepemimpinan yang kuat, visi yang jelas dari misi PT, tujuan dan perencanaan
strategis yang terartikulasi secara jelas dalam menterjemahkan visinya ke dalam
target-target dan program-program yang kongkrit. PT yang memiliki cita-cita untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik bergandengan dalam penilaian/evaluasi yang
objektif terhadap kekuatan-kekuatannya dan ranah-ranah yang memerlukan

41
peningkatan, menyusun pencapaian yang akan diraih, dan mendisain dan
mengimplementasikan perencanaan yang sudah diperbaharui yang akan membawa
pada pengingkatan performen PT menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, apabila PT
merasa puas terhadap kondisi yang sudah ada, kurang berambisi untuk membuat
sesuatu lebih baik pada masa yang akan datang maka akhir performen yang
ditampilkan adalah semakin tertinggalnya PT tersebut dengan pesaing PT-PT yang
lain baik pada tingkat regional, nasional, apalagi internasional (Salmi 2009, 9-10).
Sedangkan bagi PT yang menginginkan suatu perubahan yang lebih baik di masa
yang lebih baik, upgrading merupakan strategi yang lebih mungkin diterapkan. Hal
ini bertepatan dengan strategi yang perlu diterapkan pada tingkat lembaga PT yang
perlu mengawali dengan aspirasi meraih sesuatu yang lebih baik. Adapun konsep
dasar untuk memulai menanamkan komponen-komponen pondasi berada pada
tingkat pimpinan suatu PT yang berkolaborasi dengan seluruh stakeholder yang
berada di kampus, termasuk menciptakan target-target dan program-program yang
dapat direalisasikan dengan tatanan pendanaan yang lebih memungkinkan. Dengan
demikian, penciptaan PT menuju WCU memerlukan konsep yang akurat,
pengimplementasian yang konsisten dengan dana yang cukup sehingga akan
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sampai pada cita-cita yang diharapkan.

4.2 Pengembangan Program Program Akademik menuju Lulusan yang


Bermutu.
Memasuki era globalisasi sekarang ini, penyelenggaraan pendidikan tinggi
nasional sedang dan akan menghadapi sejumlah permasalahan. Di antara
permasalahan tersebut adalah gejala semakin menguatnya arus globalisasi, pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perubahan arah kebijakan
pendidikan, khususnya Pendidikan Tinggi.
Dewasa ini merupakan era globalisasi dan informasi. Dalam kaitannya
dengan globalisasi, Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menyetujui dan
terlibat aktif dalam berbagai kesepakatan perdagangan secara global, seperti WTO,
GATT, APEC dan sebagainya. Dalam era globalisasi dan informasi, hampir semua
faktor produksi seperti uang, teknologi, jasa, pabrik dan peralatan dapat bergerak
melintasi tapal batas negara tanpa kesulitan berarti.

42
Dunia terasa menjadi semakin sempit, jarak terasa semakin dekat, waktu
terasa berjalan semakin cepat dan movilitas orang dan barang semakin tinggi.
Kondisi tersebut akan mempunyai implikasi langsung terhadap penyelenggaraan
pendidikan tinggi nasional. Implikasi yang dimaksud adalah:
I. Tingginya peluang tenaga kerja terdidik dari luarnegeri masuk ke Indonesia
sehingga persaingan dunia kerja bagi lulusan perguruan tinggi menjadi semakin
ketat.

II. Institusi pendidikan tinggi luar negeri semakin mudah menyelenggarakan


pendidikan di Indonesia, sehingga para calon mahasiswa memiliki peluang yang
lebih tinggi untuk memilih Perguruan Tinggi yang berkualitas. Hal demikian
mengakibatkan persaingan diantaraperguruan tinggi semakin ketat dalam
menarik mahasiswa. Persaingan tersebut memberi efekterhadap peningkatan
biaya pengembangan perguruan tinggi dan kinerja penyelenggaraan pendidikan
tinggi, baik yang menyangkut dengan sumberdaya manusia, fasilitas, maupun
manajemen.

Isulain yang perlumen dapatkan perhatian dalam penyusunan rencana


strategis adalah implementasi otonomi pendidikan. Pemberlakuan otonomi perguruan
tinggi mempunyai implikasi-implikasi sebagai berikut:
a. Pengurangan subsidi pemerintah terhadap perguruan tinggi negeri (PTN),
b. Strategi yang ditempuh oleh PTN dalam menggali sumber dana lain di luar
subsidi pemerintah
c. Strategi yang ditempuh oleh perguruan tinggi (PTN dan PTS) dalam
memenangkan persaingan antar perguruan tinggi, terutama dalam menjaring
calon mahasiswa.

Dalam kaitannya dengan implementasi otonomi pendidikan tinggi, PTN


bagaimanapun verada dalam posisi lebih menguntungkan dari pada PTS, karena dua
alasan. Pertama, pemerintah masih memberikan subsidi berupa gaji pegawai negeri,
sehingga PTN tidak perlu memikirkan untuk mencari dan menggaji karyawan.
Kedua, rata-rata PTN telah memiliki SDM yang lebih baik dari pada PTS, terutama
dalam aspek jabatan akademik dosen, meskipun dalam kewirausahaan

43
(entrepreneurship) rata-rata PTS secara relatif telah memiliki pengalaman yang lebih
baik dari pada rata-rata PTN.
Melalui strategi yang ditempuh oleh perguruan tinggi lain dalam
mengimplementasikan otonomi pendidikan tinggi, terdapat kecenderungan bahwa
sebagian besar perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi negeri, akan menambah
calon mahasiswa yang dapat diterima diperguruan tinggi bersangkutan. Strategi ini
cenderung ditempuh karena berkaitan dengan upaya perguruan tinggi negeri (PTN)
untuk dapat mandiri, baik dalam penggalian maupun pengelolaandana, sehingga PTN
tidak lagi banyak tergantung pada kemampuan pembiayaan pemerintah, terutama
dalam pembiayaan operasional penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pemeliharaan
berbagai fasilitas pembelajaran.
Di antara upaya-upaya yang dilakukan PTN untuk meningkatkan daya
tampung tersebut adalah menyelenggarakan kelas paralel, membuka berbagai
program diploma, dan membuka ekstensi. Peningkatan daya tampung ini berkaitan
erat dengan jumlah dana yang bisa diperoleh dari calon mahasiswa. Konsekuensinya
adalah bahwa jumlah spill-over (limpahan) calon mahasiswa dari PTN yang selama
ini menjadi konsumen utama PTS menjadi semakin berkurang, sehingga perolehan
calon mahasiswa PTS juga semakin kecil dan keberlangsungan PTS dapat menjadi
terancam.
Sehubungan dengan strategi yang ditempuh oleh perguruantinggi (PTN &
PTS) dalam memenangkan persaingan antara perguruan tinggi, terutama dalam
menjaring calon mahasiswa, terdapat kecendrungan bahwa masing-masing perguruan
tinggi akan bersikap lebih proaktif, terutama dalam membangun berbagai jaringan
(networking) dengan berbagai institusi untuk berbagai keperluan, baik pendidikan,
penelitian, maupun pengabdian pada masyarakat. Konsekuensinya adalah bila PTS
tidak siap dengan langkah-langkah serupa, maka dapat diperkirakan bahwa PTS akan
selalu tertinggal dibelakang dan tak mampu mengakses berbagai resources yang ada
diberbagai institusi.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian di dalam perumusan rencana
strategis adalah kondisi internal institusi sendiri, baik dalam kaitanya dengan
kekuatan dan kelemahan maupun langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan. Oleh karena itu, perlu

44
mengidentifikasi secara lebih cermat dan jujur kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan tersebut dalam bentuk evaluasi diri, sehingga dapat merumuskan strategi
yang tepat untuk mengoptimalisasikan kekuatan dan meminimalisasikan kelemahan
tersebut. Evaluasi diri di bagi dalam empat kajian yakni evaluasi sumberdaya
manusia dan sistema manajeman SDM, evaluasi sistema infrastruktur dan
fasilitaslainya, evaluasi sumberdaya finansial dan manajemen keuangan, serta
evaluasi program akademik dan penjaminmutu.

Dengan melakukan evaluasi diri berdasarkan analisis SWOT (strength,


weaknesses, opportunities, challenges) maka dapat dirumuskan tujuan, sasaran,
strategi, prioritas program dan indikator kinerja.

KUALITAS AKADEMIK LULUSAN


Salah satu tolok ukur kualitas perguruan tinggi adalah daya saing lulusan dalam
pasar kerja. Untuk dapat menghasilkan lulusan yang mampu memenangkan
persaingan-persaingan pasar kerja, sekurang-kurangnya di tingkat lokal, dan harus
mampu menghasilkan lulusan yang memiliki estándar kualifikasi nasional dan
regional, maka perguruan tinggi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Prioritas Program Peningkatan Kompetensi Dosen dan Metode Pembelajaran.


1. Meningkatkan jumlah dosen untuk mengikuti berbagai kursus pembelajaran
secara berjenjang dan berkelanjutan untuk menunjang proses pembelajaran
kreatif, innovatif, dan menarik.
2. Meningkatkan sarana-prasarana pembelajaran yang menunjang proses
pembelajaran yang kreatif, innovatif, dan menarik
3. Mendorong dosen untuk menyusun bahan ajar.
b. Prioritas Program Pembaharuan Kurikulum
1. Melakukan needassesment dunia kerja (baik sektor formal maupun informal)
2. Melakukan kompilasi Iptek yang mutakhir
3. Meng-update kurikulum secara priodik.
c. Prioritas Program Peningkatan Kualitas Lulusan
1. Mengikut sertakan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan tutorial, asistensi,
penelitian, jurnalistik, seminar dan berbagai lomba karya ilmiah.

45
2. Menyusun desain pembelajaran yang mendorong mahasiswa menulis dan
menyajikan gagasan secara sistematik.
3. Menetapkan estándar kompetensi lulusan pada tingkat nasional dan
internacional
4. Melembagakan kegiatan lomba karyailmiah, karyainnovatif, dan kreatif
secara terprogram dan terintegrasi dengan perkuliahan.
5. Menerapkan standar kualifikasi profesi tingkat regional
6. Membangun unit organisasi yang menangani penempatan kerja dan
peningkatan ketrampilan kewirasusahaan.
7. Menyelenggarakan program, magang bagi mahasiswa.
8. Mendirikan lembaga penjaminan mutu (quality assurance)
9. Membangun laboratoriom otonomi daerah
10. Membangun Laboratorium Micro teaching
11. Membangun Laboratorium Kultur Jaringan

KUALITAS MORAL LULUSAN


Sebagai perguruan tinggi berdasarkan nilai-nilai pancasila perlu
menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas religius
baik dalam konteks kehidupan individual maupun sosial sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan menekankan bentuk-bentuk pembelajaran yang
berorientasi pada learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together. Dihasilkannya lulusan yang bersifat jujur, adil, cerdas, terpercaya,
Cerdas yang meliputi cerdas spritual yakni beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu
untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia
termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul.
Cerdas emosional dan sosial yakni beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk
meningkatkan sensitivitas dan appresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan
budaya, serta kompetensi untuk mengepresikannya. Berak tualisasi diri melalui
interaksi timbal balik :
a. Membina dan memupuk hubungan timbal balik
b. Demokratis
c. Empatik dan simpatik

46
d. Menjunjung tinggi hak asasi manusia
e. Ceria dan percayadiri
f. Menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara
g. Berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga
negara.
h. Cerdas Intelektual yakni beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk
memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif.
i. Cerdas Kinestetis yakni beraktualisasi diri melalui olah raga untuk
mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya, tahan, sigap, terampil.

IKLIM AKADEMIK
Untuk mencapai prestasi akademik yang baik diperlukan lingkungan yang
kondusif. Menciptakan iklim akademik (academic atmosphere) yang
memungkinkan tumbuhnya pemikiran kritis dan inovatif, dengan demikian program
yang harus dilaksanakan :
a. Prioritas Program Peningkatan kemampuan Dosen Melakukan Kajian dan
Penelitian Unggulan. Meningkatkan peluang dan keterlibatan dosen untuk
melakukan kajian dan penelitian unggulan.
b. Prioritas Program Pelembagaan Forum-Forum Ilmiah. Menyelenggarakan
forum-forum ilmiah pada semua unit akademik, baik secara reguler maupun
insidental. Menyelenggarakan stadium general untuk isu-isu aktual ditingkat
Universitas maupun Fakultas/Unit.
c. Prioritas Program Peningkatan Kompetensi Dosen Menempatkan para pakar
sebagai motivator dan konsultan untuk menumbuh kembangkan tradisi akademik,
baik ditingkat universitas maupun unit.
d. Prioritas Program Peningkatan Deseminasi Ilmiah Melakukan deseminasi dan
dokumentasi materi (dan hasil) kegiatan akademik.
e. Indikator kinerja Program Peningkatan Kemampuan Dosen dalam kajian dan
penelitian unggulan, Pelembagaan Forum-Forum Ilmiah, Peningkatan
Kompetensi Akademik Dosen, Deseminasi Ilmiah, dan Pelembagaan Forum-
Forum Ilmiah.

47
4.3 Pengembangan bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Penelitian merupakan unsur pelaksana di lingkungan perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik untuk melaksanakan kegiatan
penelitian/pengkajian. Pengabdian kepada masyarakat merupakan unsur pelaksana
di lingkungan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat dan ikut mengusahakan sumberdaya yang diperlukan masyarakat
serta pengendalian administrasi sumberdaya. Adapun langkah-langkah yang akan
diambil menyangkut diseminasi penelitian, paten dan kerjasama dapat juga
dijelaskan sebagai berikut.
A. Indikator Penelitian Undiksha
1. Meningkatkan Peringkat Undiksha di Dunia: a. ARWU (Academic Ranking
of World University) b. QS (Quacquarelli Symonds) c. Webometrics
2. Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan oleh KK/tahun
3. Jumlah sitasi Scopus
4. Persentase dosen bersitasi
5. Jumlah IPR (paten, copy right, dan lain-lain) yang dihasilkan
6. Jumlah produk teknologi, kebijakan, karya seni dan desain yang dihasilkan
7. Persentase produk teknologi, kebijakan, karya seni dan desain yang
terimplementasikan di masyarakat
8. Persentase (%) penelitian yang melibatkan mahasiswa S2 & S3
9. Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan Pusat dan Pusat Penelitian
(PP)
10. Jumlah KK yang terlibat aktif dalam kolaborasi penelitian dan kerma dengan
PP per tahun
11. Jumlah dana penelitian yang diperoleh dari luar Undiksha
12. Jumlah penelitian multidisiplin dengan dana > 500 juta per tahun
13. Tingkat kepuasan peneliti terhadap pelayananan administrasi riset
14. Integrasi Sistem Informasi
15. Persentase Guru Besar yang terlibat dalam pembimbingan doktor dan
penelitian.
16. Rata-rata publikasi internasionalGuru Besar/tahun
17. Rata-rata publikasi internasional lulusan S3

48
18. Jumlah proceeding dan jurnal tersitasi oleh Scopus yang diterbitkan
UNDIKSHA
19. Investasi barang modal penelitian dan pengembangan (% dari dana yang
diperoleh dari masyarakat)

B.Indikator Pengabdian Masyarakat


1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
2. Meningkatnya kemampuan dosen dalam kegiatan pengabdian kepada
masyarakat di tingkat nasional dan internasional.
3. Meningkatnya kualitas dan kuantitas kerjasama LPPM dengan Stakeholder
4. Meningkatnya kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang
berorientasi produk (fisik atau non fisik) dan/atau perolehan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI)
5. Terdiseminasinya hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh
Stakeholders
6. Terbangunnya sistem informasi hasil pengabdian masyarakat
7. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat
untuk pengembangan proses pembelajaran
8. Terbentuknya budaya akademik dan kewirausahaan (enterpreneurship) di
kalangan sivitas akademika Undiksha

C. Sarana dan prasarana


1. Pengembangan laboratorium : (1) Profil/studio teknis pemerintahan nasional,
provinsi, daerah, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan; (2) Sarana dan
prasarana agro foresty (hutan nasional); (3) Sarana dan prasarana pertanian
terpadu (pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan); (4) Studio teknis
tehnologi tepat guna (TTG); dan (5) Pertanian dengan pola green house.
2. Pengembangan perpustakaan : E-library atau digital library dengan cakupan
cakupan e-library meliputi beberapa aspek, diantaranya pengadaan materi
atau content digital, penyusunan catalog, dan pengarsipan, pengembangan
sistim aplikasi, penyelenggaraan sistim komunikasi data, serta pemeliharaan
dan pembaharuan data dalam jangka panjang.

49
3. Pengembangan pusat informasi (e-campus): (1) pengembangan infrastruktur,
yang meliputi : pembangunan jaringan (fully network) dalam bentuk wire,
wireless, voice, data dan hotspot, pembangunan server computer; (2)
penyedian koneksi internet (internet conection) : Komunikasi dan keamanan,
meliputi: Voice over internet protokol (voip) dan virtual private network
(vpn) video conferencing with date,close circuit television (CCTV); (3)
Pengembangan sarana pendukung, meliputi: Konsep kampus terpadu,
Fasilitas kesehatan praja, Penambahan prasarana mobilitas (armada angkutan
bagi praja sesuai jumlah/kapasitas peserta didik sampai dengan tahun 2013
direncanakan mencapai 14 unit), Fasilitas kebersihan kampus, Pengamanan
dan gedung negara, serta antisipasi bahaya kebakaran perlu dilakukan dengan
mengadakan fasilitas pemadam kebakaran, Prasarana umum dan sosial dalam
rangka meningkatkan ketersediaan layanan public, dan Pembuatan master
plan pengembangan kampus Undiksha .

50
DAFTAR PUSTAKA

Altbach, Phillip G. “The Cost and Benefits of World-Class Universities.”


International Higher Education, Fall 2003.

Azra, Azymardi. World Class University. April 20, 2006.


http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A1156_0_3_0_M (accessed
Juni 28, 2010).

Hayward, Fred M. “Strategic Planning for Higher Education in Developing


Countries: Challenges and Lessons. Planning for Higher Education.”
International Higher Education, 2008: 36 (3): 5-21.

Levin, Henry M, Dong Wook Jeong, and Dengshu Ou. “What is a World Class
University.” The Conference of the Comparative annd International
Education Society. Honolulu, Hawaii: The 2006 Conference of the
Comparative annd International Education Society, 2006. 16 Maret.

Menuju World Class University.Mei 30, 2008.


http://lifestyle.okezone.com/read/2008/05/30/29/113895/29/menuju-world-
class-university (accessed Juni 28, 2010).

Salmi, Jamil.The Challenge of Establishing World-Class Universities. Washington,


DC: The International Bank for Reconstraction and Development/The World
Bank, 2009.

Salunkhe, Manikrao M. A Concept Paper of Strategic Development of Cntral


University of Rajasthan. April 11, 2009.
http://mmsalunkhe.files.wordpress.com/2009/03/cp.pdf (accessed Juni 28,
2010).

50 Universitas Disiapkan Jadi “World Class University”. September 4, 2007.


http://www.antaranews.com/view/?i=1188900543&c=NAS&s= (accessed
Juni 28, 2010).

51
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penjabaran pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya diikuti
dengan penyusunan dan regulasi produk hukum berikutnya yang terkait dengan
Pendidikan Tinggi yaitu Undang-Undang Pendidikan Tinggi No. 12/2012, dan
selanjutnya ditetapkannya Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) No. 44/2015
yang mengharuskan perguruan tinggi dalam pengelolaan kelembagaannya
berdasarkan sepuluh Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) yang terdiri dari:
standar kompetensi lulusan, standar isi pembelajaran, standar proses pembelajaran,
standar penilaian pembelajaran, standar dosen dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penelitian,
dan standar pengabdian kepada masyarakat.
Tujuan pendidikan nasional ialah untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, terampil, berdisiplin, beretos
kerja, professional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasman dan rohani
serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan nasional harus
menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan
semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa
dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi pada masa depan.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, maka perguruan tinggi sebagai
penyelenggara pendidikan tinggi harus dapat: 1) Menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional
yang dapat menerapkan mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian, 2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta pengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan tarap kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

1
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) sebagai salah satu institusi
pendidikan tinggi di Indonesia senantiasa berupaya untuk terus mengembangkan
dirinya agar tetap dapat berperan aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni serta turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.Untuk mencapai
tujuan tersebut, Undiksha telah menetapkan Rencana Induk Pengembangan (RIP)
2015–2045 sebagai landasan pengembangannya.
Dalam RIP Undiksha ini akan dijabarkan program-program strategis yang
perlu dilaksanakan, dengan memperhatikan kondisi internal Undiksha saat ini, di
mana terdapat kekuatan dan kelemahan, serta kondisi eksternal Undiksha yang
ditandai dengan berbagai isu penting yang dapat menjadi peluang maupun ancaman
untuk Undiksha dalam mencapai visinya sebagai universitas terpandang di Asia yang
dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Kebijakan
pengembangan merupakan bagian dari Strategi Jangka Panjang Undiksha untuk
mencapai visi sesuai RIP Undiksha.
Kebijakan ini juga merupakan elemen dari misi Undiksha untuk mewujudkan
Undiksha sebagai institusi pendidikandan lembaga penelitian yang terkemuka di
Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara menuju Undiksha sebagai World Class
University (WCU) di masa mendatang. Tujuan utama pengembangan adalah untuk
meningkatkan peran Undiksha dalam membangun riset ke depan dan berkontribusi
untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dalam skala nasional,
regional, dan internasional.
Dalam rangka melaksanakan mandat dan mewujudkan visi Undiksha
tersebut, disusun Rencana Induk Strategi (RIP)Undiksha yang inti substansinya
bersumber pada Tri Dharma Perguruan Tinggi dan mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), tahapan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Induk Pembangunan Pendidikan
Nasional, serta isu-isu strategis dan program pengembangan pendidikan tinggi.

1.2 Sejarah Undiksha


Perjalanan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), yang berdasarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2006 tanggal 11 Mei 2006
sangat terkait dengan sejarah pendidikan guru di Indonesia. Keberadaan tersebut

2
melalui perjuangan panjang yakni berawal dari kursus B-1 Bahasa Indonesia 1955
yang kemudian ditambah dengan kursus B-1 Perniagaan pada Tahun 1957. Kursus
tersebut pernah menjadi bagian dari FKIP Universitas Airlangga dan FKIP
Universitas Udayana. Sejalan kebijakan pemerintah, maka melalui SK Presiden
Nomor: 1 Tahun 1963, Tahun itu juga FKIP Universitas Udayana dilepas dan
diintegrasikan pada IKIP Malang, menjadi IKIP Malang cabang Singaraja. Namun
demikian, IKIP Malang cabang Singaraja hanya bertahan sekitar 5 Tahun karena
Tahun 1968 IKIP Malang cabang Singaraja kembali diintegrasikan ke Universitas
Udayana menjadi dua fakultas, yaitu Fakultas Keguruan (FKg) dan Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP). Selanjutnya, berdasarkan kebijaksanaan baru pemerintah dalam
penataan kembali universitas dan institut negeri Indonesia yang tertuang pada PP
Nomor: 5 Tahun 1980, PP Nomor: 27 Tahun 1981, dan SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor: 0174/0/1983, berdasarkan Keppres RI Nomor: 62 Tahun 1982
pada tanggal 12 Pebruari 1983, Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Udayana dilebur menjadi satu yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Udayana.
Perkembangan selanjutnya, berdasarkan surat Keputusan Presiden nomor: 8
Tahun 1993 tanggal 16 Januari 1993, secara resmi menyatakan perubahan FKIP
Universitas Udayana menjadi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Singaraja. Melalui perjuangan yang cukup berat untuk melaksanakan
rencana perluasan mandat dan melalui studi kelayakan tentang usulan perubahan
Institusi dari STKIP menjadi Universitas, akhirnya, berdasarkan Keputusan Presiden
nomor: 19 Tahun 2001 tanggal 5 Pebruari 2001 STKIP Singaraja disetujui berubah
menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP Negeri Singaraja).
Perkembangan besar di lembaga ini terjadi setelah diterbitkan Perpres Nomor: 11
Tahun 2006 yang mengubah status IKIP Negeri Singaraja menjadi Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha).

1.3 Dasar Hukum


Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk
Pengembangan (RIP) Undiksha Tahun 2016-2046 mengacu kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sebagai berikut.

3
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025;
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi;
12. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia;
13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
14. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun
2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
15. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 13 Tahun
2015 tentang Rencana StrategisKementerianRiset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019;
16. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 14 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Pendidikan Ganesha;
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Statuta Universitas Pendidikan Ganesha;
18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka
Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

4
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan
Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya; dan
19. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 32 Tahun
2016 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi.

1.4 Visi, Misi, Tujuan dan Motto


Arah pengembangan Undiksha selama kurun waktu 30 Tahun ke depan
dituangkan dalam RIP Undiksha Tahun 2015-2045 yang didasarkan pada rumusan
visi, misi, tujuan, dan motto Undiksha.

1. Visi Undiksha
Visi Undiksha adalah “Menjadi universitas unggul berlandaskan falsafah Tri
Hita Karana di Asia pada tahun 2045”.
Pencapaian visi tersebut ditandai oleh indikator lulusan yang bermutu dan berdaya
saing dalam pembangunan dan pasar kerja nasional dan internasional, memiliki
ketaqwaan, kemandirian, dan kecendekiawanan yang ditunjukkan antara lain oleh
sikap dasar menjunjung tinggi nilai-nilai humanis,sosio-religius, dankearifan
lingkungan.

2. Misi Undiksha
Misi Undiksha adalah sebagai berikut.
(1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang bermartabat untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif, kolaboratif, dan
berkarakter;
(2) Menyelenggarakan penelitian yang kompetitif, kolaboratif, dan inovatif untuk
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
(3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang kompetitif, kolaboratif,
akomodatif, dan inovatif.

5
3. Tujuan
Tujuan Undiksha adalah sebagai berikut.
1) Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan univertas lain dalam
mengisi pasar kerja;
2) Menghasilkan lulusan yang mampu bekerja secara bersama-sama atau dalam
bentuk tim di tempat kerja;
3) Menghasilkan lulusan yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, kemanusian,
dan kelestarian alam dalam menjalankan tugas;
4) Menghasilkan karya-karya penelitian yang mampu bersaing dengan karya-karya
penelitian yang dihasilkan oleh sivitas akademika universitas lain;
5) Menghasilkan karya-karya penelitian yang dilakukan secara bersama-sama
dengan sivitas akademika lainnya dan atau masyarakat, baik yang berasal dari
dalam maupun luar Undiksha;
6) Menghasilkan karya-karya penelitian yang memiliki kebaruan;
7) Menghasilan karya-karya pengabdian kepada masyarakat yang mampu bersaing
dengan karya-karya pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh
universitas lain;
8) Menghasilkan karya-karya pengabdian masyarakat yang dilakukan secara
bersama-sama antarsivitas akademika dan atau pegawai, baik yang berasal dari
dalam maupun luar Undiksha;
9) Menghasilkan karya-karya pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan atas
permintaan masyarakat; dan
10) Menghasilkan karya-karya pengabdian masyarakat yang memiliki kebaruan.

4. Motto
Motto Undiksha adalah dharmaning sajjana umerdhyaken widyaguna, yang
memiliki arti kewajiban orang bijaksana adalah mengembangkan ilmu pengetahuan
dan pekerti.

6
BAB II
ANALISIS LINGKUNGAN

Analisis Lingkungan bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi internal


(kekuatan dan kelemahan) dan kondisi eksternal (peluang dan ancaman). Analisis
kekuatan dan kelemahan menggambarkan kondisi internal yang dimiliki oleh
Undiksha, sedangkanndiksha. Data dan informasi tentang kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman menjadi dasar untuk melakukan analisis SWOT. Selanjutnya
hasil analisis SWOT digali isu-isu strategis dan kebijakan strategis, untuk
menyusun Rencana Induk Pengembangan Undiksha.

2.1 Analisis Internal


2.1.1Kekuatan
Melalui analisis diagnostik teridentifikasi sejumlah kekuatan yang dimiliki
oleh Undiksha, sebagai berikut.
1) Bidang Pendidikan dan Pengajaran
(1) Undiksha mengemban dua mandat (kependidikan dan nonkependidikan)
yang memungkinkan membuka dual degree dengan berorientasi pada
centers of excellences bidang kependidikan dan nonkependidikan, baik
vokasi, keahlian akademik, dan profesi. Hal ini sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan Undiksha yang dinyatakan dalam OTK dan Statuta.
(2) Tersedia sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Terutama tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang terakumulasi sejak berdirinya cikal-
bakal Undiksha pada Tahun 1962 sampai dengan Tahun 2015 yaitu 430
dosen tetap PNS dan 251 pegawai tetap PNS. Dengan jumlah total
mahasiswa total Tahun 2015 sebanyak 14.154 orang (sumber data pada
bagian akademik semester ganjil Tahun akademik 2014/2015) maka rasio
dosen: mahasiswa yaitu 1:33 mendekati ideal dan rasio pegawai: mahasiswa
sebesar 1:56 sedangkan rasio dosen pegawai adalah 1.7:1. Distribusi
kualifikasi akademik dosen yang berjumlah 430 orang adalah 15 orang
(3,49%) S-1, 305 orang (70,93%) S-2, dan 110 orang (25,58%) S-3. Rata-
rata beban kerja dosen adalah 14,1 SKS/semester. Sementara sebaran
kualifikasi pendidikan pegawai adalah 1 orang berpendidikan SD, 64 orang

7
berpendidikan SMA, 31 orang Diploma, 144 orang sarjana (S1) dan 7 orang
pasca sarjana (S2).
(3) Komitmen dosen dalam menjalankan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kesiapan dosen dalam membuat
perencanaan perkuliahan (SAP) serta rata-rata kehadirannya dalam
perkuliahan cukup tinggi (>85%). Beberapa dosen telah menerapkan
pembelajaran bilingual dan metode-metode pembelajaran inovatif.
Berdasarkan pengalaman, kualifikasi, kompetensi, dan komitmen dosen
yang cukup baik tersebut, maka untuk Tahun-Tahun berikutnya,
UNDIKSHA sangat dimungkinkan dapat mengembangkan program-
program unggulan sesuai dengan kebutuhan bangsa dalam pembangunan,
baik pembangunan daerah maupun berskala nasional, serta ikut dalam
persaingan ditingkat regional bahkan global. Potensi SDM Undiksha yang
cukup baik ini masih dapat dikembangkan lagi untuk berkontribusi pada
tingkat yang lebih tinggi yaitu di tingkat daerah, nasional, maupun
internasional. Kenyataan di atas (rasio dan kesiapan perkuliahan) dan
terjadinya asimilasi akademik antara pedagogical knowledge dan scientific
knowledge, sangat memungkinkan terjadinya pengelolaan proses
perkuliahan secara optimaldalam memberi peluang terjadinya kondisi
perkuliahan yang inovatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi. Situasi akademik tersebut akan mempengaruhi kualitas lulusan
(output) dan arah pencapaian outcome bagi para lulusan lembaga ke depan.
(4) Sarana dan prasarana pendidikan telah tersedia secara memadai. Undiksha
memiliki lokasi kampus dengan luas lahan 321.246 m2 yang tersebar di tiga
lokasi, yaitu: kampus di Kota Singaraja (Jalan Udayana, Jalan A. Yani)
seluas 155.970 m2, kampus di Desa Jineng Dalem Kecamatan Buleleng
seluas 141.278 m2, dan kampus di Kota Denpasar seluas 24.000 m2.
(5) Undiksha telah memperoleh sejumlah sarana penunjang pendidikan dan
pelatihan melalui berbagai hibah kompetisi pemerintah seperti program
PGSM, SEMIQUE, DUE-LIKE, SP4, PHK A2, PHK A1, PHK PGSD B,
TPSDP,Institutional Support Services (ISS), I-MHERE, dan INHERENT.
Sarana pendidikan yang dimiliki Undiksha meliputi sarana ICT dan

8
teleconference, buku-buku, fasilitas laboratorium MIPA, fasilitas
laboratorium komputer, fasilitas`laboratorium bahasa, ruang belajar multi
media, fasilitas audio visual, media pembelajaran, dan sarana penunjang
pendidikan lainnya. Menpora RI telah memberikan bantuan fasilitas
showroom olahraga dan peralatan pendukung proses pembelajaran
keolahragaan. Sarana dan prasarana penunjang pendidikan tersebut dapat
digunakan secara optimal guna meningkatkan kualitas PBM di UNDIKSHA.
(6) Daya dukung laboratorium pendidikan sudah memenuhi standar minimal.
Laboratorium pendidikan yang ada di UNDIKSHA adalah seperti pada
Tabel 3.1.

Tabel 2.1. Daya Dukung Laboratorium di Undiksha


Luasan Jumlah Rasio
Jurusan/Program
No Laboratorium/Work Mahasiswa Mahasiswa
Studi
shop/Studio (m2) (Jurusan) : Luasan
A Lab/studio/workshop
1. Pendidikan 450 298 1 : 1.5
Matematika
2. Pendidikan Fisika 498.4 372 1 : 1.3
3. Analis Kimia 195.6 36 1 : 5.4
4. Pendidikan Kimia 281.44 171 1 : 1.6
4. Pendidikan Biologi 736 199 1 : 3.8
5. Pendidikan Bahasa 180 722 1 : 0.2
Inggris
6. Pendidikan Seni 120 166 1 : 0.7
Rupa
7. Pendidikan Geografi 138.24 305 1 : 0.5
9. Pendidikan Sejarah 45.76 270 1 : 0.2
10. Pendidikan Ekonomi 138.24 527 1 : 0.3
11. PPKn 45.36 605 1 : 0.1
12 Akuntansi 116 337 1 : 0.3
13 Manajemen 200 105 1 : 1.9
Perhotelan
12. PKK 339.55 118 1 : 2.9
13. Elektronika 214.2 125 1 : 1.7
14. Penjaskesrek 811.08 1130 1 : 0.7
15. BK 128.63 281 1 : 0.5
16. PGSD 394.2 2863 1 : 0.1

9
Lanjutan Tabel 2.1.
Luasan Jumlah Rasio
Jurusan/Program
No Laboratorium/Work Mahasiswa Mahasiswa
Studi
shop/Studio (m2) (Jurusan) : Luasan
B Fasilitas Penunjang
1 UBK 12 - -
2 Perpustakaan 1550 11.308 1 : 0.14
3 Puskom 662 11.308 1 : 0.6
4 Unit Layanan 340 11.308 1: 0.3
Bahasa
Sumber : SIMAK BMN (Bagian Perlengkapan)
Fasilitas yang cukup memadai dengan dukungan tenaga pengelola yang
profesional sangat membantu terjadinya peningkatan kualitas akademik dan
kualitas pembelajaran baik yang bersifat teori, praktikum di laboratorium
maupun lapangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada kualitas output dan
mengarah pada predictable outcome yang berkualitas tinggi.
2) Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(1) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) memiliki
Rencana Induk Penelitian dan Pengabdian yang menguraikan Penelitian,
Pengabdian dan Tema-tema Unggulan yang merupakan dasar pengembangan
wawasan maupun pengelolaan penelitian dan pengabdian.
(2) LPPM yang dimiliki Undiksha telah mampu memenangkan peluang untuk
memperoleh danapenelitian baik melalui DRPMDiktimaupun dari berbagai
instansi terkait melalui kerjasama penelitian secara nasional maupun
internasional.
(3) Kekuatan penelitian Undiksha lima tahun terakhir dideskripsikan dengan
sebaran tema kependidikan 80%; ilmu dasar dan ilmu terapan 20%. Oleh
karena itu, Undiksha layak menjadi pusat pengembangan kependidikan di
samping juga pengembangan IPTEK yang berbudaya.
(4) Prestasi dosen Undiksha dalam memenangkan hibah penelitian merupakan
modal dasar dalam meningkatkan kualitas dosen serta mengembangkan
Undiksha dalam mengemban tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal ini
tercermin dari keterlibatan dosen PNS dalam melaksanakan penelitian dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, misalnya,

10
partisipasi dosen PNS yang terlibat dalam penelitian mencapai 353 orang
(71,81%) dari 432 orang dosen PNS yang ada.
(5) LPPM memiliki sistem informasi penelitian berupa SimLemlit Undiksha,
Sistem Sitasi, dan Sistem Penilaian Kinerja Penelitian yang tersambung
dengan SIMLITABMAS DIKTI.
(6) Secara kuantitas,jumlah dana kegiatan penelitian yang dikelola mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun pada Tahun 2014 jumlah judul yang
diterima sebanyak 92 judul dengan dana DIPA dan 31 judul dengan dana dari
DRPM DIKTI, jumlah dosen yang terlibat 261 orang, dan jumlah dana yang
diterima sebesar Rp. 2.511.250.000,00. Pada tahun 2015 terdapat 292 judul
yang didanai dari dana DIPA sebesar Rp. 4.204.943.000,- dan 69 judul
dengan dana dari DRPM sebesar Rp. 5.127.500.000,-. Peningkatan melonjak
terjadi pada tahun 2016 dengan total jumlah penelitian sebanyak 91 judul
yang diterima baik melalui dana desentralisasi dan dana kompetitif nasional
(DP2M) sebesar Rp 5.838.200.000,-
Capaian tersebut didorong oleh minat dan kapasitas dosen dalam bidang
penelitian sangat tinggi dengan bidang garapan yang semakin variatif. LPPM
telah menjadi anggota dari forum layanan Iptek bagi masyarakat (Flymas)
yang merupakan wadah kerja sama LPPM di seluruh Bali. Hal ini diyakini
juga mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas penelitian dosen.
(7) Prestasi Undiksha dalam bidang P2M juga dapat dilihat dari dimenangkannya
beberapa hibah di tingkat nasional seperti Iptek bagi Masyarakat (IbM),
Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK), Ipteks bagi Wilayah
(IbW), Hi-Link (dana DIKTI dan Pemda), dan KKN-PPM dan P2M lainnya
bekerja sama dengan pemerintah daerah di Bali. Peningkatan kuantitas dan
kualitas P2M masih memiliki peluang yang cukup besar dalam kurun lima
Tahun ke depan.
(8) Undiksha memiliki sejumlah dosen sebagai reviwer nasional dalam P2M.
(9) Sistem informasi yang terpadu dalam web LPPM sangat memadai untuk
menunjang administrasi kegiatan P2M.

11
3) Tata Kelola
Sistem tata pamong telah menjamin terwujudnya visi, terlaksananya misi,
tercapainya tujuan, berhasilnya strategi yang ditetapkan dengan lima pilar
berikut:(1) kredibel, (2) transparan, (3) akuntabel, (4) bertanggung jawab, (5)
adil. Selain itu, kepemimpinan perguruan tinggi juga memiliki karakteristik: (1)
kepemimpinan operasional, (2) kepemimpinan organisasi, (3) kepemimpinan
publik. Dalam hal ini visi dan misi telah dijabarkan dalam kegiatan operasional
universitas, tata kerja organisasi antar unit berjalan baik, dan berbagai kerja sama
juga telah diwujudkan.
Selain itu, Undiksha telah mengalami peningkatan kapasitas pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai dampak dari hibah-hibah kompetitif
baik yang diterima oleh Prodi/juruan maupun lembaga seperti: PGSM,
SEMIQUE, DUE-LIKE, SP4, PHK A2, PHK A1, PHK PGSD B, TPSDP,
Institutional Support Services (ISS), I-MHERE, dan INHERENT. Peningkatan
efisiensi internal UndikshaA telah memenuhi standar akuntansi instansi
pemerintah yang tertuang dalam laporan akuntansi instansi pemerintah (LAKIP).
Beberapa indikator membaiknya tata kelola Undiksha, terlihat dalam hal :
(1) Partisipasi dosen Undiksha dalam berbagai program pengembangan baik di
daerah maupun di tingkat nasional tergolong tinggi. Keterlibatan tersebut
dilakukan di berbagai instansi/institusi, diantaranya 1 orang dosen dipercaya
menjadi Ketua Badan Akreditasi Nasional (BAN) Pendidikan Nonformal,
seorang dosen terlibat dalam tim ahli Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), satu orang dosen menjadi Reviewer PHK Dewan Pendidikan Tinggi
(DPT), satu orang dosen menjadi asesor BAN-PT, dua orang Reviewer PHK
PGSD (Ditjen Ketenagaan), seorang dosen sebagai Reviewer DIA
BERMUTU (Ditjen Ketenagaan), serta beberapa orang dosen terlibat aktif
dalam berbagai program yang dikembangkan Subdit Ketenagaan Ditjen
Dikti seperti tim sertifikasi guru, Sekretaris Revitalisasi UPP PGSD, dan
PGSM. Di tingkat daerah, dosen Undiksha cukup banyak terlibat dalam
berbagai kegiatan dalam membantu pendidikan di daerah Bali, diantaranya,
enam orang dosen telah menjadi konsultan olimpiade MIPA di Provinsi Bali,
empat orang dosen telah diangkat menjadi konsultan DBEB, 15 orang dosen

12
telah diangkatmenjadi konsultan dalam pengembangan sekolah bertaraf
internasional (SBI) pada jenjang SMP maupun SMA, tujuh orang dosen
diangkat menjadi konsultan akademik pada pendidikan nonformal di Bali,
tiga orang dosen terlibat dalam review dan perakit soal UASBN bekerja
sama dengan BSNP, serta sebagai nara sumber dalam berbagai kegiatan
pelatihan, workshop, seminar yang berhubungan dengan pendidikan formal
maupun nonformal.
(2) Produktivitas sebagai gambaran efisiensi internal Undiksha telah memenuhi
standar akuntansi instansi pemerintah yang tertuang dalam laporan akuntansi
instansi pemerintah (LAKIP).
(3) Sejumlah mahasiswa baik secara individual maupun kelompok meraih juara
dalam berbagai lomba/kejuaraan nasional/internasional baik di bidang
akademik maupun nonakademik seperti; LKTI, LKTM, PKM, PIMNAS,
dan silat internasional. Kelebihan ini dapat dipakai sebagai indikator empiris
akuntabilitas publik dalam pengelolaan kemahasiswaan.
(4) Rata-rata masa tunggu lulusan pada beberapa jurusan seperti Pendidikan
Bahasa Inggris dan Penjaskesrek tergolong pendek (< 6 bulan) sedangkan
lulusan FMIPA rata-rata masa tunggunya paling lama enam bulan. Masa
tunggu ini dapat digunakan sebagai indikator empiris kredibilitas dan
akuntabilitas publik beberapa jurusan yang ada di Undiksha.
(5) Penjaminan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan akademik (pendidikan
dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat) telah berjalan secara
sistemik dan jaminan mutu menjadi komitmen tinggi kepemimpinan
Undiksha. Monev-In terhadap penyelenggaraan dan pelayanan akademik dan
hibah-hibah PHK dan hibah-hibah lainnya telah berjalan dengan baik di
semua unit/satuan kerja dan layanan namun, masih perlu diintegrasikan
secara institusional baik penyelenggaraannya maupun pelaporannya
sehingga menjadi feedback bagi institusi. Hal ini perlu didukung dengan
pengembangan sistem jaminan mutu yang handal. Unit jaminan mutu yang
telah dibangun dengan berbagai dokumen jaminan mutu yang telah
dihasilkan perlu dikembangkan lagi sampai ke tingkat satuan kerja/layanan

13
terkecil dan diimplementasikan secara konsisten serta dievaluasi secara
periodik.
(6) Pengembangan kapasitas dan pencitraan institusi termasuk pengembangan
sistem manajemen sumber daya, manajemen keuangan dan pengadaan, serta
manajemen sistem informasi dan administrasi akademik cukup memadai
sebagai dampak dari program hibah kompetisi. Peningkatan komitmen dan
kinerja institusi dalam peningkatan kapasitas dan pencitraan publik perlu
didukung oleh pengembangan sistem terintegrasi kehumasan dan
peningkatan kinerja kehumasan institusi.
(7) Data IPK lulusan (Diploma, S1 dan S2) Undiksha Tahun 2016yang lulus
dengan IPK lulusan > 3.0 mencapai 82% dan mahasiswa S-1 yang lulus
dengan masa studi 3,5 - <4 Tahun sebanyak 66%, 4 - <4.5 Tahun sebanyak
17%, 4.5 – 5.0 Tahun sebanyak 8%, dan > 5.0 Tahun sebanyak 9%.
Peningkatan IPK dan makin meningkatnya persentase mahasiswa yang lulus
dengan masa studi 3,5 - <4 Tahun. Adapun untuk mahasiswa D3 dan S2,
hampir 95% lulus dengan tepat waktu (Sumber: Data UPT TIK Undiksha,
2017).

2.1.2. Kelemahan
Di samping kekuatan-kekuatan yang diuraikan di atas, Undiksha juga
memiliki beberapa kelemahan,sebagai berikut.
1) Bidang Pendidikan dan Pengajaran
(1) Sejak perluasan mandat hingga saat ini, Undiksha belum mampu
mengembangkan jurusan/program studi yang bisa memperluas akses
pelayanan pendidikan tinggi bagi masyarakat untuk menyiapkan SDM yang
memiliki daya saing terutama di bidang nonkependidikan. Konsekuensinya,
Undiksha perlu mengembangkan jurusan/program studi yang telah ada dan
membuka jurusan/program studi baru yang relevan dengan keperluan
pembangunan dan pasar kerja di bidang nonkependidikan. Hal ini karena
kurangnya perhatian terhadap bidang tersebut terutama dalam
pengembangan program studi sains dan teknologi.

14
(2) Kemampuan ekonomi mahasiswa Undiksha secara umum tergolong kelas
menengah ke bawah. Hal ini membawa konsekuensi pentingnya afirmasi
bagi mahasiswa yang secara ekonomi kurang mampu.
(3) Kurikulum yang relevan dengan perluasan mandat dan kebutuhan pasar
kerja perlu disesuaikan lagi dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI). Kondisi ini menuntut pengelola bidang akademik untuk bekerja
keras sehingga PBM, capaian pembelajaran (learning outcome), dan output
yang berkualitas dapat dicapai secara efektif dan efisien.
(4) Kemampuan berbahasa Inggris dosen umumnya belum memadai. Akibatnya,
banyak program studi lanjut ke luar negeri dan kegiatan akademik lain yang
membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris menjadi terhambat. Sebagian
besar lulusan studi lanjut (S2 dan S3) berasal dari perguruan tinggi nasional
sedangkan yang berhasil lulus dari berbagai perguruan tinggi internasional
masih terbatas. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi pengembangan
Undiksha menjadi perguruan tinggi bertaraf nasional menuju internasional
sesuai dengan tuntutan kemajuan sains dan teknologi. Kondisi ini menuntut
Undiksha mengembangkan program pendidikan dan latihan yang bisa
meningkatkan kesiapan dosen dalam berbahasa Inggris.
(5) Program studi lanjut dosen ke S2 dan S3 belum didasarkan pada pemetaan
yang akurat terhadap kebutuhan pengembangan SDM karena belum
tersedianya Renstra Pengembangan Ketenagaan. Hal ini berimplikasi pada
tidak seimbangnya perbandingan antara bidang keahlian dan jumlah dosen
yang dibutuhkan. Konsekuensinya, pengembangan keilmuan pada bidang-
bidang tertentu tidak dapat berjalan secara optimal. Kondisi ini menuntut
Undiksha untuk membuat pemetaan sumber daya manusia sesuai dengan
keahliannya serta membuat proyeksi pemanfaatannya.
(6) MoU dan afiliasi akademik dengan berbagai perguruan tinggi di dalam dan
luar negeri belum berjalanoptimal. Hal ini karena terbatasnya kemampuan
Undiksha untuk mengakses dan mengeksekusi kerja sama dengan
universitas luar negeri. Kondisi ini mengurangi peluang dosen dan
mahasiswa mengakses berbagai peluang belajar dan memperoleh beasiswa
maupun kegiatan akademik lainnya baik di dalam maupun di luar negeri.

15
Kondisi ini menuntut Undiksha lebih meningkatkan kemampuan
membangun kerja sama.
(7) Penciptaan lulusan berkualitas yang memenuhi persyaratan guru sekolah
bertaraf internasional masih dalam taraf rintisan. Hal senada terjadi pada
pengembangan kurikulum yang secara nyata mendukung terciptanya proses
pembelajaran yang berkualitas dalam rangka menghasilkan lulusan yang
berkualitas pula. Kondisi ini menuntut pemantapan rancangan pokok (grand
design) kurikulum yang relevan dengan perluasan mandat Undiksha.
(8) Kredibilitas program studi/jurusan belum mencapai taraf yang diidealkan
yang ditandai oleh peringkat akreditasi A baru 1 jurusan, C sebanyak 5
jurusan, sementara jurusan lain sebanyak 48jurusan sudah terakreditasi B
(Sumber: Data Kantor Jaminan Mutu per Agustus, 2017). Adapun pada
tingkat institusi Undiksha telah memperoleh Akreditasi B SK. No
0366/SK/BAN-PT/Akred/PT/I/2017 yang masa berlakunya berakhir tanggal
19 Januari 2022. Permendikbud No. 87 Tahun 2014 mensyaratkan bahwa
agar akreditasi institusi perguruan tinggi dapat diajukan maka, semua
program studinya harus telah terakreditasi. Kondisi ini menuntut
pembenahan pengelolaan jurusan/program studi terutama yang belum
terakreditasi dan terakreditasi C segera mengajukan usulan akreditasi dan
meningkatkan kinerjanya untuk memenuhi persyaratan (borang) akreditasi
BAN-PT.
(9) Persebaran dosen pada setiap program studi rasionya belum merata.

2) Bidang Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat


(1) Produk-produk akademik unggulan Undiksha seperti berbagai hasil-hasil
penelitian dalam bidang pendidikan, humaniora, dan IPTEK belum dikemas
seoptimal mungkin dalam bentuk program-program unggulan yang memiliki
daya saing tinggi untuk bisa dijual atau ditawarkan pada pemerintah daerah
maupun perguruan tinggi lain dan industri terkait baik di dalam maupun di
luar negeri. Hal ini berakibat pada rendahnya pemasukan dana yang berasal
dari program tersebut.

16
(2) Sumber dana penelitian masih sebagian besar dari pemerintah khususnya
Ditjen Dikti (DRPM). Sumber dana dari pemerintah daerah, dunia industri
dan dunia usaha (Dudi) masih sangat minim.
(3) Jumlah publikasi ilmiah dalam Jurnal berskala internasional dan nasional
terakreditasi serta HAKI/Paten nasional maupun internasional masih sedikit
dan masih sangat memungkinkan untuk ditingkatkan berdasarkan potensi
karya penelitian yang dimiliki. Hal ini terutama karena terbatasnya jenis
jurnal yang telah terkareditiasi pada lingkup nasional dan rendahnya
kemampuan sebagian besar dosen dalam menulis artikel dalam jurnal
international.
(4) P2M belum dilaksanakan secara komprehensif dan konstelatif secara
berkelanjutan sebagai wujud kepekaan terhadap stakeholders. Hal ini karena
masih adanya gap antara solusi yang ditawarkan dengan kebutuhan
masyarakat.
(5) P2M yang didasarkan pada hasil-hasil penelitian masih rendah demikian pula
spin off teknologinya hal ini karena rendahnya hasil-hasil penelitian yang
menghilir.
(6) Kurang dilakukan need assesment terhadap kebutuhan stakeholders dan
kurang dilibatkan instansi terkait maupun dunia usaha dalam pemberdayaan
masyarakat kurang beruntung. Hal ini karena rendahnya kemampuan dosen
dalam menulis karya P2M pada jurnal internasional.
(7) Publikasi ilmiah berskala nasional dan internasional maupun HAKI/paten dari
hasil P2M masih kurang dan ada prospek untuk ditingkatkan.
3) Tata Kelola
(1) Database dan sistem informasi manajemen (SIM) yang terintegrasi belum
tersedia. Begitu pula updating data yang belum maksimal. Kelemahan ini
berpengaruh terhadap pendayagunaan data dan informasi guna mendukung
tata kelola Undiksha secara optimal belum terwujud.
(2) Kepuasan stakeholderUndiksha baik internal maupun eksternal belum
terpenuhi secara optimal. Hal ini tercermin dari kualitas pelayanan kepada
dosen, pegawai, dan mahasiswa masih belum optimal baik bidang akademik,
penelitian, P2M, maupun hubungan masyarakat, dan tata kelola lainnya.

17
Diperlukan akses internet yang stabil dan cepat dalam rangka mempercepat
pelayanan Undiksha kepada stakeholder.
(3) Undikshasudah memiliki skema generating revenue activities yang
mendongkrak pendanaan PNBP non-SPP melalui Badan Pengelola Usaha
(BPU) Undiksha, namun belum dilaksanakan secara optimal. Beberapa
lembaga/unit yang prospektif untuk hal tersebut perlu diberdayakan dalam
suatu sistem lingkar dan terpadu seperti LPPM, LPPPM, Unit Penerbitan,
Sekolah Laboratorium,Koperasi Kuwera, Usaha Kantin, Asrama Mahasiswa,
Edutel Undiksha, Tenant Bisnis dan sebagainya.

2.2. Analisis Eksternal


2.2.1. Peluang
1) Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen berdampak positif
terhadap peningkatan jumlah calon mahasiswa Undiksha khususnya untuk
jurusan/program studi kependidikan. Kondisi ini telah meningkatkan tingkat
persaingan calon mahasiswa di Undiksha yang dengan demikian sangat
memungkinkan bagi Undiksha untuk memperoleh calon mahasiswa baru yang
berkualitas tinggi. Mengingat raw input merupakan salah satu faktor menentukan
kualitas lulusan Undiksha maka, semakin besar peluang Undiksha untuk dapat
menghasilkan SDM bidang kependidikan yang berkualitas tinggi.
2) Adanya kebijakan pemerintah tentang SM3T yang memberikan peluang bagi
terserapnya lulusan.
3) Adanya persyaratan sertifikasi guru memberi peluang bagi Undiksha untuk
meningkatkan perannya dalam pembinaan dan pengembangan program-program
peningkatan profesionalisme guru.
4) Kebutuhan masyarakat terhadap tenaga kependidikan dan nonkependidikan yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi di bidang vokasi, ahli akademik, dan profesi
semakin meningkat. Oleh karena itu, ada peluang besar bagi Undiksha untuk
menjalankan perluasan mandat dalam bentuk peningkatan kualitas keilmuan dan
kependidikan dalam bentuk double degree (kependidikan dan nonkependidikan).
5) Undiksha menjadi harapan pemkab/pemkot se-Bali, pemerintah provinsi Bali,
dan yang ada di Indonesia untuk berkontribusi dalam program-program

18
peningkatan mutu, pemerataan, dan akses pendidikan yang mereka programkan.
Oleh karena itu, ada peluang besar Undiksha untuk membangun komunitas kerja
sama yang saling menguntungkan (community development) dengan
pemkab/pemkot/pemprov untuk menghasilkan PNBP non-SPP bagi Undiksha,
seiring dengan kebijakan otonomi daerah.
6) Adanya kesadaran dan komitmen semua stakeholders (pemerintah dan organisasi
nonpemerintah) tentang pendidikan untuk lingkungan berkelanjutan dan
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang telah
dicanangkan oleh UNESCO, memberi peluang Undiksha untuk mengembangkan
program-progam pendidikan lingkungan hidup, IPTEK berbasis lingkungan
hidup, mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup pada mata kuliah-mata
kuliah relevan, dan program-program penanggulangan bencana yang
memerlukan kerja sama dari berbagai pihak terkait.
7) Semakin diperlukan produk perguruan tinggi yang berupa lulusan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi yang berguna langsung untuk mengatasi berbagai
masalah pengentasan kemiskinan, masalah kependudukan, pengelolaan
sumberdaya alam, pemberdayaan ekonomi rakyat, hukum, dan aspek
IPOLEKSOSBUD lainnya.
8) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang mensyaratkan porsi dana
pendidikan 20% dari RAPBN/RAPBD yang didukung oleh komitmen
pemerintah pusat dan daerah untuk terus mengusahakan keterwujudannya
menjadi peluang bagi Undiksha untuk memenuhi tuntutan terhadap mutu sumber
daya manusia Indonesia sejalan dengan pengakuan dan kesadaran terhadap fungsi
dan peran SDM tersebut dalam memajukan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia. Peningkatan anggaran tersebut menjadi peluang Undiksha untuk
meningkatkan kesejahteraan civitasnya dan menawarkan berbagai program
peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan serta program-program
peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan.
9) Sorotan masyarakat dan media massa mengenai maraknya perkelahian antar
pelajar dan tindak kekerasan di lingkungan sekolah memberi peluang bagi
Undiksha sebagai pusat pengembang pendidikan berkarakter, berkualitas,
humanis, dan berbudaya untuk meningkatkan kualitas lulusan khususnya di

19
bidang karakter dan mengembangkan program-program penguatan pendidikan
karakter.
10) Globalisasi memberikan peluang semakin terbuka luas untuk bekerja sama baik
dengan kalangan perguruan tinggi di dalam negeri maupun dengan kalangan
perguruan tinggi luar negeri dalam berbagai bentuk kegiatan akademik dan
nonakademik yang terkait.
11) Posisi Bali sebagai daerah tujuan wisata (DTW) nasional dan internasional
membuka peluang kerja yang besar di sektor kepariwisataan dengan berbagai
keahlian pendukung temasuk di dalamnya penguasaan berbagai bahasa asing. Di
samping itu, Bali juga banyak dipelajari orang karena kesenian dan
kebudayaannya. Oleh karena itu, ada peluang Undiksha untuk mengembangkan
kebudayaan, kesenian, dan bahasa daerah. Undiksha dapat turut berkontribusi
dalam internasionalisasi kearifan lokal Bali dalam berbagai bentuk karya
akademik.
12) Biaya hidup dan lingkungan sekitar di daerah Bali Utara (Singaraja) masih
memungkinkan para pelajar memenuhi keperluan hidup dengan biaya yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan di Bali Selatan. Di samping itu, relatif
terbebas dari berbagai gangguan lingkungan yang lazim muncul di daerah pusat
dan kapariwisataan. Demikian pula, beberapa sumber belajar yang tersedia di
kota Singaraja seperti perpustakaan daerah, Museum Gedong Kertya serta obsesi
pemkab Buleleng menjadikan Kota Singaraja sebagai Kota Pendidikan memberi
peluang bagi Undiksha untuk menjadi jantung pengembangan kota Pendidikan
Singaraja. Hal ini akan berdampak pada peluang semakin banyaknya minat
siswa/calon siswa bersekolah dan kuliah di kota Singaraja.
13) Akses untuk mencapai Singaraja tersedia dari berbagai arah dan cara. sehingga
menguntungkan komunikasi dan transportasi baik dari laut, darat maupun udara.
Akses melalui udara telah dirintis Pemkab Buleleng dengan pendirian Lapangan
Udara Letkol Wisnu di Gerokgak yang sejauh ini masih dalam taraf
pengembangan.
14) Moratorium prodi-prodi baru berlanjut kecuali untuk Science, Technology,
Engineering and Mathematics (STEM).Oleh karena itu, Undiksha memiliki
peluang mengembangkan prodi-prodi baru di bidang STEM.

20
15) Prioritas yang tinggi pada pembangunan pendidikan dan kesehatan masyarakat
memberi peluang pada Undiksha untuk memperluas akses layanan pendidikan.

2.2.2Ancaman
1) Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang memberi
peluang bagi lulusan nonkependidikan untuk menjadi guru akan memperketat
persaingan lulusan Undiksha di pasar kerja. Hal ini merupakan ancaman bagi
Undiksha yang mengharuskannya untuk meningkatkan daya saing lulusan.
2) Tuntutan terhadap mutu semakin meningkat baik secara nasional maupun
internasional. Hal ini ditandai oleh semakin maraknya persaingan antarperguruan
tinggi di tingkat nasional, regional, dan internasional. Memasuki Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) yang diberlakukan mulai Desember 2015 dan Free
Trade Asean (FTA) maka akan terjadi perdagangan bebas ASEAN salah satunya
adalah bidang perguruan tinggi yang menyebabkan terjadinya mobilitas keluar
masuk sumberdaya untuk bekerja di perguruan tinggi, di samping masuknya
perguruan tinggi asing yang menyasar warga masyarakat sebagai calon
konsumen jasa pendidikan tinggi. Sebagai inplikasinya tingkat persaingan
semakin ketat sehingga untuk memenangkan persaingan itu diperlukan resources
embodyment dan resources utilization secara optimal.
3) Keluhan stakeholders tentang melorotnya moral anak didik dan pendidik dengan
maraknya perkelahian antarpelajar dan penggunaan cara-cara tidak manusiawi
dalam mendidik oleh beberapa oknum guru menjadikan lembaga penghasil guru
dan pengembang pendidikan menjadi sorotan banyak pihak dan humanisasi
pendidikan dipertanyakan. Oleh karena itu, Undiksha menghadapi tantangan
untuk mengembangkan diri dan menawarkan pendidikan yang humanis dan
berbudaya.
4) Warga masyarakat sekitar yang tergolong mampu cenderung memilih perguruan
tinggi bergengsi di luar Bali dan di luar negeri sehingga menantang Undiksha
untuk meningkatkan reputasi, akreditasi, dan pencitraan institusinya.
5) Kecenderungan meningkatnya biaya pendidikan pada masa depan dalam menuju
pendidikan tinggi yang lebih berkualitas pada sisi lainnya akan menyulitkan
golongan ekonomi lemah untuk memperoleh pendidikan tinggi yang sesuai

21
dengan harapan dan kemampuannya. Tantangan otonomi perguruan tinggi yang
mematok biaya operasional yang harus ditanggung perguruan tinggi sebesar
minimal 1/6 dan 1/3 dari mahasiswa di luar yang disubsidi pemerintah akan
memberikan ancaman kritis jika tidak ditanggapi dengan segera melalui
pengembangan program-program self-generarting revenue.
2.3 Analisis SWOT
Sebelum analisis SWOT dilakukan, butir-butir kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang telah teridentifikasi diberikan skor yang bergerak dari 1 hingga 5.
Pemberian skor didasarkan pada interpretasi relatif tentang urgensi butir-butir
kekuatan dan kelemahan, dan intensitas persoalan dari butir-butir peluang dan
ancaman. Deskripsi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman beserta skornya
disajikan pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
Tabel 2.2. Deskripsi Kekuatan dan Kelemahan UNDIKSHA
KEKUATAN/STRENGTH (S) KELEMAHAN/WEAKNESS (W)
Deskripsi Skor Deskripsi Skor
1. Mengemban mandat 5 1. Kualitas jurusan/program studi yang 4
kependidikan dan sudah ada belum optimal dan
nonkependidikan sehingga pengembangan jurusan/program studi
dapat mengakomodasi baru yang strategis masih terbatas.
pengembangan berbagai 2. Rata-rata kemampuan ekonomi 2
keahlian (vokasi, akademik, mahasiswa Undiksha berada pada
dan profesi). kelas menengah ke bawah.
2. Komitmen yang tinggi dari 4 3. Relevansi kurikulum dengan tuntutan 4
civitas untuk pengembangan pasar dan kebijakan pemerintah serta
Undiksha. penelitian yang dilakukan belum
3. Memiliki SDM (dosen dan 5 optimal.
pegawai) yang memadai. 4. Kemampuan berbahasa inggris dosen 4
4. Daya dukung lahan, 5 belum memadai, lulusan S2 dan S3
prasarana, dan sarana luar negeri masih terbatas, dan
pendidikan masih layak. pemetaan studi lanjut S2 dan S3 yang
5. Kuantitas dan kualitas 3 sesuai dengan pengembangan SDM
penelitian dosen semakin belum akurat.
meningkat. 5. MoU dan afiliasi akademik dengan 5
6. Kuantitas dan kualitas 3 berbagai perguruan tinggi di dalam dan
kegiatan P2M semakin luar negeri belum terwujud secara
meningkat. Optimal
7. Beberapa jurusan/prodi telah 3
memiliki tata kelola yang 6. Penciptaanlulusan berkualitas yang 3
memadai memenuhi persyaratan guru sekolah
8. Kepercayaan pihak eksternal 4 bertaraf internasional masih dalam
terhadap Undiksha (dosen) taraf rintisan.

22
makin meningkat. 7. Baru sebagian kecil akreditasi 5
9. Potensi dan prestasi jurusan/program studi memperoleh
kemahasiswaan di tingkat 4 nilai A.
nasional dan internasional 8. Jurnal ilmiah yang dimiliki 5
cukup membanggakan. Undikshabelum terakreditasi nasional.
10. Produktivitastergolong tinggi 4 9. Hasil-hasil penelitian dan pengabdian 5
(telah memenuhi standar kepada masyarakat yang
AKIP). dipublikasikan dalam jurnal
11. Masa tunggu lulusan pada 5 terakreditasi nasional dan dalam jurnal
jurusan tertentu < 6 bulan. internasional, perolehan HAKI/hak
12. Sudah terbentuk dan 3 paten, buku ajar sangat terbatas.
berfungsinya unit sistem 10. Partisipasi dosen dalam kompetisi 2
penjaminan mutu pendidikan. penelitian dan pengabdian masyarakat
13. Pengembangan kapasitas dan 3 belum merata.
pencitraan institusi yang 11. Updating data base dan SIM yang 3
cukup memadai. terintegrasi belum tersedia.
14. IPK lulusan > 3,0 sekitar 5 12. Kepuasan layanan administrasi 3
82%. terhadap stakeholder belum terpenuhi
secara optimal.
13. Undiksha belum memiliki pola 4
pengembangan perolehan dana PNBP
non SPP.

Jumlah Skor Kekuatan 56 Jumlah Skor Kelemahan 49

Tabel 2.3. Deskripsi Peluang dan Ancaman Undiksha


PELUANG/OPPORTUNITY (O) ANCAMAN/THREAT (T)
Deskripsi Skor Deskripsi Skor
1. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 3 1. Undang-Undang No.14 3
tentang guru dan dosen berdampak positif Tahun 2005 tentang
terhadap peningkatan jumlah calon guru dan dosen yang
mahasiswa Undiksha khususnya untuk memberi peluang bagi
jurusan/program studi kependidikan. lulusan
2. Permendiknas No. 18 Tahun 2007 dan 3 nonkependidikan untuk
Permendiknas No. 8 Tahun 2009 memberi menjadi guru akan
peluang untuk menyelenggarakan memperketat
sertifikasi guru dan menyelenggarakan persaingan lulusan
pendidikan. Undiksha di pasar
3. Kebutuhan masyarakat terhadap tenaga 3 kerja.
kependidikan dan non- kependidikan yang 2. Tuntutan terhadap 5
berkualitas dan berdaya saing tinggi di mutu dan kompetisi
bidang vokasi, keahlian akademik, dan antar-perguruan tinggi
profesi semakin meningkat. semakin meningkat
4. Undiksha berpeluang untuk membangun 4 dan kompetitif baik
komunitas kerja sama yang saling secara lokal, nasional
menguntungkan (community development) maupun global.

23
dengan Pemkab/Pemkot/ Pemprov untuk 3. Warga masyarakat 3
seiring dengan kebijakan otonomi daerah. sekitar yang tergolong
5. Letak geografis Undiksha di Bali Utara 3 mampu cenderung
sangat strategis sebagai pusat memilih perguruan
pengembangan pendidikan dilihat dari tinggi bergengsi di luar
potensi dan kondisi fisik wilayah dan Bali dan di luar negeri.
masyarakat dalam konteks Bali sebagai 4. Kecenderungan 5
daerah tujuan wisata internasional. meningkatnya biaya
6. Globalisasi dan internasionalisasi memberi 4 pendidikan dan
peluang kepada Undiksha untuk menjalin otonomi pembiayaan
kerja sama luar negeri dalam pendidikan pada masa
mengembangkan SDM dan lulusan yang depan dalam menuju
unggul dan kompetitif. pendidikan tinggi yang
lebih berkualitas.
Jumlah Skor Peluang 20 Jumlah Skor Ancaman 16

Selisih skor kekuatan dengan kelemahan menunjukkan nilai positif, yakni +7,
dan selesih skor peluang dengan ancaman juga nilainya positif, yakni +4. Hasil
selisih skor yang bernilai positif menunjukkan posisi Undiksha ada pada kuadran I,
yang berarti posisinya mendukung strategi agresif (Gambar 2.1). Hal tersebut berarti
Undiksha mempunyai kekuatan yang cukup signifikan dan tidak banyak
mendapatkan ancaman eksternal. Artinya Undiksha memiliki posisi yang baik untuk
menggunakan kekuatan internalnya guna: (1) memanfaatkanpeluang eksternal, (2)
mengatasi kelemahan internal, dan (3) menghindari ancaman ekternal.

24
Gambar 2.1. Posisi Undiksha Pada Analisis SWOT.
Analisis butir-butir komponen SWOT di atas menghasilkan 4 strategi S-O, 6
strategi W-O, 3 strategi S-T, dan 4strategi W-T (Tabel 2.4).
Tabel 2.4. Hasil Analisis Antar-Komponen SWOT
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Eksternal Terdapat 14 butir kekuatan Terdapat 13 butir kelemahan yang
yang dimiliki oleh Undiksha dialami oleh Undiksha
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
Terdapat 6 butir 1. Peningkatan APK dan 1. Afirmasi ekonomi mahasiswa
peluang yang dapat kualitas input mahasiswa. yang tergolong tidak mampu.
dimanfaatkan oleh 2. Pengembangan program 2. Pengembangan kurikulum
Undiksha studi kependidikan dan berbasis kompetensi, KKNI,
nonkependidikan (vokasi, dan berorientasi pasar kerja.
akademik, profesi) 3. Peningkatan akreditasi program
berorientasi nasional dan studi menuju level sangat baik
internasional. atau level unggul.

3. Pengembangan dan 4. Pengembangan studi lanjut staf


optimalisasi penggunaan dosen (S2 dan S3) ke luar
sarana dan prasarana negeri.
pendidikan. 5. Peningkatan publikasi hasil
4. Pengembangan kerja sama penelitian dan pengabdian
dengan stakeholders dalam kepada masyarakat ke jurnal
dan luar negeri. nasional terakreditasi dan jurnal

25
internasional, perolehan hak
paten, dan buku ajar.
6. Penguatan tata kelola dan
layanan prima Undiksha.
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
Terdapat 4 butir 1. Mengembangkan kebijakan 1. Peningkatan mutu dan daya
ancaman yang dihadapi pemberdayaan tenaga saing lulusan program
oleh Undiksha pendidik dan kependidikan kependidikan dan
dengan memperhatikan nonkependidikan.
profesionalisme. 2. Membangun pusat data base
2. Peningkatan prestasi dan sistem informasi
akademik dan terintegrasi berbasis IT dan
ekstrakurikuler mahasiswa berkesinambungan.
di tingkat nasional dan 3. Pengembangan unit-unit bisnis
internasional untuk mendukung income
3. Peningkatan daya saing generating PNBP.
penelitian dan pengabdian 4. Peningkatan efisiensi,
kepada masyarakat dalam efektivitas, dan akuntabilitas
kompetisi hibah nasional pendayagunaan anggaran.
dan internasional.

3.4. Isu-Isu Strategis

Mencermati4 strategi S-O, 6 strategi W-O, 3 strategi S-T, dan 4 strategi W-T
di atas, dapat diidentifikasi 8 isu strategis yang dijadikan pangkal tolak dalam
merumuskan strategi pengembangan Undiksha untuk mencapai visi, misi, dan dan
tujuan Undiksha. Ke delapan isu strategis tersebut, sebagai berikut.
1) Menyediakan akses dan kesempatan pendidikan tinggi yang bermutu bagi
masyarakat luas.
2) Menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing di bidang pendidikan
dan nonkependidikan di tingkat nasional, regional, dan internasional.
3) Menyediakan sumberdaya manusia (SDM) baik pendidik dan tenaga
kependidikan yang bermutu.
4) Menghasilkan produk penelitian dan pengembangan yang berorientasi inovasi,
pemecahan masalah dan pengembangan ilmu di bidang pendidikan dan
nonkependidikan yang bermanfaat bagi kemajuan kehidupan
masyarakat/bangsa dan peradaban umat manusia, dengan publikasi tingkat
nasional dan internasional, beserta hak kekayaan intelektualnya.

26
5) Memberikan pelayanan profesional atau pengabdian kepada
masyarakat/komunitas dengan pendekatan riset aksi sosial, dalam berbagai
bentuk layanan, termasuk publikasi /diseminasi produk-produk siap pakai
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat/bangsa.
6) Menerapkan dan mengembangkan manajemen atau tata kelola berbasis
pengetahuan (knowledge based management), yang menjamin terselenggaranya
tata kelola dan layanan prima pendidikan tinggisecaraefisien, efektif dan
berkelanjutan.
7) Membentuk komunitas dan mengembangkanpusat-pusat kewirausahaan,
menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi, dunia usaha dan
industri,instansi pemerintah di dalam maupun di luar negeriyang bermuara pada
peningkatan sumber-sumber pendapatan dana masyarakat.
8) Mengembangkan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, bersifat
kolaboratif, kontekstual, berkarakter, dan terintegrasi dengan masyarakat sesuai
paradigma pembelajaran abad 21.

27
BAB III
ARAH PENGEMBANGAN (ROAD MAP)

3.1 Tahap I (2015-2020): Undiksha Teaching University


Pada tahap ini fokus penyelenggaraan Undiksha adalah delivering and
transforming of knowledge.Fungsi utama dari sebuah perguruan tinggi pengajaran
adalah pelestarian ipteks dan penyebarluasan ipteks melalui pengajaran.Pada tahap
ini kebijakan diarahkan kepada pemenuhan standar nasional pendidikan tinggi serta
menghasilkan kulitas lulusan berdaya saing nasional.Perwujudan dari tahap ini
tampak dari berbagai komponen pendidikan dan pembelajaran seperti software dan
hardware.Sebagai langkah awal dari tahap ini adalah diarahkan kepada penataan
organisasi dan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya untuk
mendapatkan sistem organsisasi yang sehat dan sumber daya yang berkualitas.Unsur
utama dari perguruan tinggi pengajaran adalah program-program studi dan
kelompok-kelompok penelitian yang beroperasi secara mono-disipliner dan non-
interaktif.

3.2 Tahap II (2021-2025): Undiksha sebagai excellent teaching university


Undiksha sebagai excellent teaching university merupakan peningkatan dari
teaching university.Pada tahap ini Undiksha diharapkan memiliki ciri keunggulan
yang dibangun atas keunikan lokal.Undiksha diharapkan mampu menciptakan
kompetensi dan keunggulan institusi, serta terjalinnya kerjasama dengan berbagai
pihak.Undiksha diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya
saimg tinggi yang dicirikan oleh keunikan lokal, didukung oleh kompetensi moralitas
dan karakter yang kuat dan berjiwa kewirausahaan.Untuk mencapai kondisi ini
Undiksha harus memiliki standar akademik unggul (excellent academic standard)
yang setara dengan universitas maju nasional maupun internasional. Undiksha harus
memiliki penciri yang membedakannya dengan unversitas lain.
Di samping tetap melanjutkan pemenuhan standar nasional pendidikan
tinggi.Undiksha juga harus memulai pengembangan program-program yang
berorientasi keunggulan internasional.Kerjasama-kerjasama internasional dibidang

28
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat baik yang melibatkan
dosen maupun mahasiswa dalam berbagai bentuk misalnya PPL, magang, pertukaran
mahasiswa, pertukaran dosen (refresher), dll mulai ditingkatkan.Untuk itu,
penguatan pusat bahasa Undiksha untuk mendukung kemampuan berkomunikasi
internasional civitas akademika undiksha merupakan suatu keharusan. Undikha harus
mampu mengembangkan/menciptkan program-program unggul dan unik (yang tidak
dimiliki oleh universitas lain di Indonesia/dunia) dalam bidang pendidikan, enelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat yang dapat menarik minat mitra internasional
untuk menjalin kerjasama dengan Undiksha.

3.3 Tahap III (2026-2030) Undiksha sebagai pre-research university


Setelah tercapainya excellent teaching university, pengembangan Undiksha
dilanjutkan dengan tahapa awal Research University. Pada tahap ini, Undiksha tidak
hanya melanjutkan dan meningkatakan pencapaian-pencapaian dalam bentuk
delivering and tranforming of knowledge (teaching university), tetapi juga mulai
memberi tambah yang berbentuk creating knowledge. Untuk memulai tahap pre-
research university para dosen harus tergabung dalam kelompok-kelompok keahlian,
agar penelitian dosen undiksha terfokus pada bidang ilmu tertentu.Setiap kelompok-
kelompok keahlian harus memiliki roadmap pengembangan keilmuannya melalui
penelitian, paling tidak untuk jangka waktu 5 tahun.Kelompok-kelompok penelitian
berinteraksi secara interaktif dan dinamis untuk menghasilkan ipteks baru.Selain itu,
ciri khas dari tahap ini adalah kegiatan pengajaran di program-program studi
diintegrasikan dengn pusat-pusat pengabdian masyarakat dan kegiatan penciptaan
ipteks.Hasil-hasil penelitian diharapkan sudah mulai menghilir untuk memcahkan
permasalahan paling tidak pada tingkat lokal dan nasional.Pengabdian kepada
masyarakat harus didasarkan pada hasil-hasil penelitian.
Pada tahap ini Undiksha disiapkan untuk menghasilkan dan mengelola
produk-produk baru non-pendidikan. Fungsi utama dari utama Unidiksha pada tahap
ini adalah penciptaan ipteks baru melalui riset dan pendidikan pascasarjana, dan
difusi ipteks ke masyarakat luas melalui riset dan pengabdian kepada masyarakat.
Pada perguruan tinggi riset, perguruan tinggi dituntut untuk bersikap responsif
terhadap permasalahan yang berkembang di masyarakat dan antisipatif terhadap

29
tantangan masa depan. Saat Undiksha sebagai pre-research university di samping
mengiatkan program-program studi mono-disipliner, turut digiatkan program-
program studi multi dan lintas-disipliner. Pengembangan program studi-program
studi pascasarjana yang mengelola bidang keilmuan multi dan lintas disiplin harus
sudah mulai dilakukan.Kedudukan Undiksha sebagai Pre-Research University
diharapkan dapat member nilai tambah terhadap sumber pendapatan Undiksha di
samping yang berasal dari mahasiswa.

3.4 Tahap IV (2031-2035) Undiksha sebagai research university


Pada tahap ini pengembangan Undiksha memberi prioritas tinggi kepada
penemuan-penemuan pengetahuan baru dan menghasilkan sumber daya manusia
bergelar doktor.Hal ini sesuai dengan hakikat dari research university yang
dikemukakan oleh Kathryn Mohrman et al (2008).
Research universities are institutions with a high priority on the discovery of
new knowledge and the production of Ph.D.s in a wide range of
disciplines.While research universities also educate undergraduates, train
professionals fora wide range of positions, provide service to society, and
engage in appliedwork and technology transfer, their distinguishing feature is
the production ofnew knowledge especially (but not exclusively) in science
and technology areas (Research universities are institutions with a high
priority on the discovery ofnew knowledge and the production of Ph.D.s in a
wide range of disciplines (Kathryn Mohrman et al, 2008, p-6).
Tahap ini ditandai oleh tingginya kontribusi research dalam memperkaya body of
knowledge secara kuantitatif dalam bentuk jumlah publikasi maupun secara
kualitatif dalam bentuk citationindex.Reserch-research Undiksha harus diarahkan
pada fokus yang jelas baik dalam research dasar maupun terapan. Pusat-pusat
penelitian dengan tenaga akademik yang mumpuni harus menjadi prioritas.
Di samping sudah terpenuhi standar nasional pendidikan tinggi, sumber daya
Undiksha harus ditingkatkan untuk mendukung upaya creating body of knowledge
dan peningkatan kuantitas dan kualitas produksi doktor dalam berbagai bidang
ilmu.Pusat-pusat penelitian harus didukung oleh sarana prasarana yang memadai,
memiliki laboratorium yang lengkap sesuai dengan kebutuhan, didukung oleh jumlah
pofesor dan doktor dengan spesialisasi akademik yang tepat.Pada tahap ini para
peneliti Undiksha harus mampu memberikan jawaban terhadap masalah-masalah
lokal, nasional, dan global.Sebagai research university, Undiksha diharapkan

30
menjadi pusat keunggulan pengembangan dan penerapan ipteks yang dapat
meningkatkan kesejahtaraan masyarakat. Pada akhir tahap ini diharapkan keberadaan
Undiksha dan bentuk-bentuk hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
betul-betul dirasakan oleh masyarakat lokal, nasional, dan global.
Di bawah ini adalah delapan cirri research university yang diadaptasi dari
Emerging Global Model (EGM) of the 21st century research university (Kathryn
Mohrman et al, 2008) sebagai berikut:
(1) EGM universities see their mission as transcending the boundaries of thenation-state,
educating for global perspective and advancing the frontiersof knowledge worldwide.
(2) EGM institutions are increasingly more research intensive with the use of scientific methods
in disciplines outside the sciences.
(3) Faculty members, as producers of new knowledge, are assuming new roles, shifting from
traditional independent patterns of inquiry to becomingmembers of team-oriented, cross-
disciplinary, and international partnerships,with research directed more often than before
toward real-world problems.
(4) The research enterprise is extremely costly. Universities are going beyondgovernment
support and student contributions to diversify their financialbase with funding from
corporations and private donors, competitivegrants for technology innovation, and creation of
for-profit businesses asspin-offs of research enterprises.
(5) New relationships are being created among universities, governments, andcorporations to
advance economic development and to produce knowledgefor the social good.
(6) These universities are adopting worldwide recruitment strategies forstudents, faculty, and
administrators.
(7) EGM institutions require greater internal complexity directed towardresearch, such as
interdisciplinary centers, integration of research elementsin student training programs, and
greater technological infrastructure fordiscovery.
(8) Universities participate with international non-governmental organizationsand multi-
governmental organizations in support of collaborative research,student and faculty mobility,
and validation of international stature.

31
Road Map Undiksha
ROAD MAP PENGEMBANGAN UNDIKSHA (2015-2045)

Memberi prioritas
tinggi kepada
penemuan
Creating New pengetahuan baru
Knowledge.Exc dan jumlah
ellent academic produksi doktor.
standard. Memberi prioritas
Research tinggi kepada
Group. jumlah publikasi
Kerjasama internasional dan
Keunggulan internasional indeks sitasi.
nasional dan dalam bidang
internasional pendidikan,
dalam bidang penelitian dan Undiksha
pendidikan, PkM sebagai
Transforming Penelitian pusat
and delivering dan PkM. keunggulan
knowledge dan pengemban
pemenuhan gan dan
standar nasional penerapan
pendidikan research Ipteks
tinggi pre- university
research
university
excellent
teaching
university
teaching
university

Gambar 01. Road Map Pengembangan Undiksha (2016-2035)

32
BAB IV
STRATEGI DASAR, KEBIJAKAN DASAR DAN INDIKATOR

Dalam bab empat ini diuraikan pengembangan Undiksha antara lain, (1)
pengembangan kelembagaan, (2)pengembangan bidang pendidikan/akademik, (3)
pengembangan bidang penelitian, (4) pengembangan bidang P2M, (5)
pengembangan bidang SDM, (6) pengembangan sarana dan prasarana, dan (7)
pengembangan sistem informasi.Ketujuh pengembangan ini mengacu pada visi dan
misi undiksha, yang secara jelas dapat diimplementasikan pada tahun 2015-2020

4.1Pengembangan Kelembagaan
Gerakan menuju universitas berkelas dunia bukan hanya terjadi di Indonesia
saja, namun diberbagai penjuru dunia, baik di negara-negara berkembang maupun
sudah maju, yang menunjukkan bahwa menuju WCU merupakan gerakan
globalisasi. Oleh karenanya, Altbach (2003) mengemukakan bahwa banyak
universitas di berbagai belahan dunia telah mengklaim dirinya sebagai universitas
yang sudah mencapai kelas dunia; namun klaim tersebut, sebenarnya tidak memilki
justifikasi yang cukup. Altbach kemudian mendefinisikan WCU dengan,”Universitas
yang memiliki ranking di antara universitas yang terkemuka di dunia, memiliki
standar unggul internasional.” Walaupun kemudian dipertanyakan siapakah yang
menetapkan standar unggul tersebut? Menurutnya WCU adalah universitas yang
telah memenuhi beberapa karakteristik yang relevan yang menunjukkan sudah
memiliki status universitas kelas dunia. Menuju universitas kelas dunia (WCU)
bukanlah suatu hal yang mudah, seperti yang dikatakan Altbach (2003), “For most
countries, even large and relatively wealthy ones, only one or two world-class
universities are possible or even desirable. For many countries, a world-class
university is beyond the ability of the nation to support.” Sehingga pada dasarnya
konsep WCU mencerminkan norma dan nilai lembaga-lembaga akademis dunia yang
memiliki orientasi dominan pada penelitian, terutama Amerika Serikat dan Eropah
Barat. Apabila dikatakan untuk membangun sebuah WCU memerlukan dukungan
Pemerintah, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Fasli Jalal

33
mengungkapkan bahwa pemerintah mengalami keterbatasan sumber dana bagi
peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi, sebab untuk anggaran pendidikan,
pemerintah masih menitikberatkan pada penuntasan program wajib belajar 9 tahun.
Selain dana yang dibutuhkan cukup besar, masalah mentalitas untuk
melakukan perubahan juga merupakan hal penting lainnya. Dalam penelitian
Hayward (2008, 6) di negara-negara berkembang ditemukan bahwa, “The major
obstacles are not money but mentality.” Menuju WCU diperlukan perubahan yang
mendasar, yaitu perubahan mental, yaitu menciptakan suatu keinginan untuk
merubah universitasnya menjadi berkelas dunia, sehingga hal inilah yang
membutuhkan dukungan seluruh civitas akademika. Semangat mengembangkan
WCU ataupun meraih akreditasi internasional bukan hanya langkah untuk
berkompetisi dengan PT yang ada di luar negeri, namun paling tidak dapat diarahkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, mulai dari taraf nasional
bahkan regional sekalipun. Sub bab ini terbagi dalam pembahasan tujuan/arah
pengembangan, pengertian dan karakteristik, strategi pengembangan dan bagaimana
mengawali pengimplementasiannya.

1. Tujuan/Arah Pengembangan
Arah pengembangan menuju WCU yang dicanangkan di Indonesia dapat
dilihat dari pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diungkapkan pada
suatu kesempatan kuliah umum di UNAIR Surabaya. Beliau mengatakan, “Saya kira,
sumber daya manusia merupakan modal awal kita untuk maju, karena negara-negara
maju umumnya memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.” Sehingga dapat
dikatakan bahwa membangun sebuah WCU adalah untuk membangun bangsa lewat
peningkatan sumber daya manusia dan kemajuan ekonomi.

Menurut Salmi (2009), sekarang ini pertumbuhan ekonomi dan kompetisi


global yang terus meningkat ternyata banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan,
yang menyebabkan PT menjadi memegang peranan penting. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan memberikan
potensi yang luar biasa untuk pengembangan ekonomi negara. Dalam laporan
Pembangunan Dunia tahun 1998/1999 dari World Bank dikemukakan adanya 4
(empat) dimensi kunci strategis yang saling melengkapi satu sama lain dalam

34
membangun ekonomi yang berlandaskan ilmu pengetahuan: pelembagaan dan
ekonomi yang bersesuaian, landasan sumberdaya manusia yang kuat, infrastruktur
informasi yang dinamis, dan sistem inovasi nasional yang efisien. Dalam hal ini PT
memainkan peran sentral pada ke 4 dimensi tersebut, terutama dalam 2 hal, yaitu:
membangun landasan kapital sumberdaya manusia yang kuat dan sistem inovasi
nasional yang efisien. PT mendukung negara dengan membangun ekonomi
kompetitif global dari aspek pengembangan tenaga kerja yang terampil, produktif
dan fleksibel dan memciptakan, menerapkan dan menyebarluaskan ide-ide dan
penemuan dan teknologi baru.

2. Pengertian dan Karakteristik


Levin, Jeong dan Ou (2006) berpendapat bahwa pada dasarnya WCU yang
ditulis para akhli adalah samar dan merupakan pengulangan-pengulangan kata yang
masih belum memberikan kejelasan. Hal ini disebabkan sangat subjektif seperti
rujukannya adalah pada aspek-aspek reputasi tanpa adanya contoh-contoh konkrit.
Berikut merupakan penjelesan Levin, Jeong dan Ou (2006, 32) tentang pengertian
WCU yang masih sangat bervariasi atau belum adanya kesepakan.

a. WCU memiliki fakultas yang mempublikasikan hasil penelitiannya pada


jurnal-jurnal yang paling top sesuai dengan disiplin ilmunya, badan
mahasiswa pasca betul-betul internasional aslinya, dan para lulusan
dipekerjakan dimana saja di dunia (Mohrman 2005)
b. WCU adalah sistem review sejawat dimana standarnya ditentukan oleh para
petinggi bidang ilmu pengetahuan tertentu dan mereka sendiri tertantang dan
dinilai oleh proses tersebut (Niland 2000).
c. Bagi PT memiliki nama kelas dunia dibangun lewat reputasi dan persepsi,
yang seringkali terlihat subjectif dan tidak tertentu, dan memerlukan persepsi
yang luar biasa dalam berbagai kejadian (Niland, 2000).
d. Dalam kamus didefinisikan sebagai rangking diantara yang paling terkemuka
di dunia; memiliki standar ekselensi internasional (Altbach, 2003).
e. Suatu standar minimum atau sebuah posisi yang relatif dari sebuah bentuk
perangking-an; definisi kualitas industri maknanya jaminan untuk sesusatu

35
yang memenuhi standar dasar tertentu; tertinggi diantaranya rangking-
rangking dunia (Robinson, 2005).
f. Menjadi kelas dunia harus memiliki sebuah dimensi sistem (Lang, 2004).

Senada dengan Levin, Jeong dan Ou, Salmi (2009, 4) mengatakan bahwa
menjadi anggota dari kelompok eksklusif universitas kelas dunia tidak dapat dicapai
dengan pengakuan diri; melainkan status elit dianugrahkan oleh dunia luar yang
merujuk pada landasan pengakuan internasional. Sedangkan sampai sekarang proses
pengakuan tersebut meliputi kualifikasi subjektif, utamanya ialah reputasi. Contoh,
Liga Ivy universitas di Amerika: Harvard, Yale atau Columbia; Inggris: Oxford dan
Cambridge; dan Universitas Tokyo semuanya secara konvensional sudah dianggap
sebagai universitas kelas elit dunia, tetapi tidak didapat ukuran yang dapat dilihat
secara langsung dan diteliti sehingga dapat menbedakan secara substansi status
superior mereka, seperti dalam hal hasil-hasil yang terkemuka pelatihan para
lulusannya, produk penelitiannya dan transfer ilmu pengetahuannya di masyarakat.
Namun, akhir-akhir ini telah hadir cara-cara yang lebih sistematis dalam
mengidentifikasi dan mengklasifikasi WCU, dengan adanya pembuatan ranking
internasional yang paling tidak terdapat 3 jenis. Yang paling komprehensif dari
internasional ranking tersebut adalah THES (The Times Higher Education
Supplement) dan SJTU (Shanghai Jiao Tong University) yang mengandung
perbandingan tolok ukur luas mencakup batas-batas negara di seluruh dunia.

Lebih jelasnya situs Wikipedia (2010) menyebutkan bahwa daftar ranking


200 PT tersebut dibuat berdasarkan urutan peringkat perguruan tinggi dan lokasi
negara. Adapun bobot peringkat yang dipergunakan adalah: Skor Peer Review
(40%), Recruiter Review (10%), Skor Fakultas internasional (5%), Skor Mahasiswa
internasional (5%), Skor Fakultas / Siswa (20%), Skor Karya Fakultas (20%).
Sedangkan ranking internasional PT yang lain adalah SJTU (Shanghai Jiao
Tong University). SJTU beroperasi sejak 2003 dengan menggunakan metodologi
yang terfokus pada: indikator-indikator objektif yang eksklusif (seperti: performen
akademis dan penelitian dari fakultas, alumni dan staf) untuk mengidentifikasi 500
PT yang terkemuka di dunia. Pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi

36
adalah publikasi, pengutipan, dan penghargaan internasional yang sifatnya eksklusif
seperti Hadil Nobel dan Medali Disiplin ilmu tertentu (Salmi 2009, 4-5).
Adapun Situs Wikipedia (2010) menyebutkan bahwa Peringkat Akademis
Universitas Dunia ( Academic Ranking of World Universities) yang dikompilasi oleh
SJTU adalah peringkat dari sebuah institusi PT menurut rumusan bobot peringkat
yang dipergunakan: (1)Para alumninya adalah pemenang Hadiah Nobel dan Piala
penghargaan (10 persen) (2) Para staf pengajar adalah memenangi Hadiah Nobel dan
Piala penghargaan (20 persen) (3) Melakukan penelitian yang dikutip dalam 21
kategori subyek luas” (20 persen) (4) Jumlah artikel yang dipublikasikan dalam
jurnal ilmu pengetahuan Alam dan Sains (20 persen) (5) Dalam Indeks Citation,
Indeks Citation Ilmu Sosial, Indeks Citation dalam Seni dan Kemanusian (20 persen)
Selanjutnya, Levin, Jeong dan Ou (2006, 33-35) memaparkan lebih lanjut
mengenai berbagai indikator yang mereka kumpulkan dari berbagai sumber literatur
sehingga mereka simpulkan menjadi tolok ukur yang digunakan dalam mengevaluasi
perankingan yang digunakan THES dan SJTU. Tolok ukur-tolok ukur tersebut
mencakup berbagai penilaian yang luas mulai dari hasil penelitian, lingkungn
akademis, pengelolaan, pengadaan dana, menggunakan teknologi informasi dan
komunikassi dan seterusnya, seperti yang digambarkan berikut ini:

1) Unggul dalam riset: indeks kutipan ilmu-ilmu sosial; publikasi dalam jurnal
akademis yang direview teman sejawat; kualitas fakultas “sebagai tempat
dimana staff terkemuka mau berkumpul”; reputasi riset; kredibiliti akademis
fakultas, produktifitas riset, publikasi ilmiah; sebuah grup dari fakultas yang
ekselen adalah sangat mendasar bagi sebuah PT.
2) Kebebasan akademis dan lingkungan intelektual yang menggairahkan;
kualitas PT secara positif berhubungan dengan otonomi dan kebebasan
akademik. Di Standford university sebagai WCU menerapkan kebebasan
akademis sebabagi suatu jiwanya PT. Sedangkan kebebasan berbicara di PT
mendapatkan perlakuan yang paling tinggi di masyarakat China walaupun
masih juga ada batasnya.
3) Pengelolaan sendiri; otorisasi bagi PT nasional untuk bekerjasama sebagai
perusahaan-perusahaan umum dengan komite yang dipercaya dan kementrian
yang independen di Jepang.

37
4) Fasilitas dan dana yang mendukung; dukungan dana yang cukup untuk riset
unggulan di AS; merupakan investasi bagi prinsip-prinsip seleksi dan
konsentrasi di Korea. Sumber dana yang terkonsentrasi bagi sejumlah kecil
lembaga yang memiliki potensi besar untuk berhasil pada Project China 985.
Gelar WCU tidak akan pernah teraih dengan harga obral, tanpa dana WCU
tujuan-tujuan pencapaian, pemeliharaan standar tinggi world class hanya
merupakan retorika semata.
5) Keberagaman; tersedianya lingkungan yang menyeluruh bagi pembelajaran,
riset, pengajaran dimana berbagai cabang ilmu pengetahuan dipelajari dan
dihormati. Jika suatu PT mengharap meraih status WCU, fakultas dan
mahasiwanya harus memahami keberagaman budaya yang mendiami dunia.
6) Internasionalisasi; mahasiwa, sarjana dan fakultas dari luar negeri.PT harus
berusaha mengembangkan “penduduk dunia.” Program-program
internasionalisasi, kurikulum yang terinternasionalisasi, meningkatkan
pertukaran mahasiswa. Memiliki hubungan internasional dengan lembaga
lain untuk menciptakan program kelas dunia. WCU merekret profesor
terkemuka dan merekrut mahasiswa dari seluruh dunia.
7) Kepemimpinan yang demokratis; kompetisi yang terbuka bagi fakultas dan
mahasiswa; bekerjasama dengan konstitusi luar.
8) Lembaga SI yang berbakat; Munculnya efek peningkatan yang spesial karena
memiliki beribu-ribu mahasiswa S1 yang betul-betul berbakat pada suatu
kampus. Walaupun riset adalah integral bagi terciptanya suatu WCU, namun
pengukuran yang sejati adalah sukses para alumni atau lulusan PT.
9) Penggunaan ICT, efisiensi manajemen dan perpustakaan; penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
10) Kualitas pengajaran; para lulusan yang tidak dilengkapi dengan keahlian
untuk bekerja di ekonomi pasar yang memerlukan keahlian dalam
menterjemahkan dan menerapkan informasi. Proyek yang dibuat perlu
diarahkan untuk memperkuat dan meningkatkan pendidikan dan menawarkan
kurikulum yang komprehensif yang mencermati isu tersebut.
11) Terhubung dengan masyarakat/kebutuhan masyarakat; adanya hubungan
antara pengajaran dan riset dan PT mengambil mata kulaih dari

38
lingkungannya. PT seharusnya menghubungkan diri dengan sektor swasta
dan berhubungan dalam strategi strategi-strategi riset yang bersetting
masyarakat sekitar.
12) Di dalam Kolaborasi lembaga; riset kolaborasi yang dikerjakan antar jurusan
dalam suatu PT dan antar suatu kelompok ilmu pengetahuan dengan
kelompok ilmu pengetahuan lainnya.Dari sekian banyak tolok ukur (12 butir)
di atas, yang digunakan dalam mengukur tingkat pencapaian suatu PT menuju
WCU, secara ringkas Salmi (2009, 6) mengidentifikasi sejumlah karakteristik
yang mendasar yang dimiliki berbagai PT yang sudah meraih status WCU.
Karakteristik-karakteristik yang mendasar tersebut dapat dijadikan tolok ukur
bagi PT yang sedang berusaha meraih Status WCU merupakan suatu tujuan
yang ingin diraih suatu PT, maka inti dari pembicaraan jenis produk/hasil dari
suatu PT yang sudah mendapat WCU adalah lulusan yang sangat dicari, riset
unggulan, dan kemampuan mentransfer teknologi.

Ketiga produk WCU tersebut dapat dikaitkan pada satu set faktor yang saling
melengkapi yang menentukan pada PT yang terkemuka (Salmi 2009, 7):
a. Konsentrasi tinggi orang-orang berbakat (fakultas dan mahasiswa). Faktor
ekselensi yang pertama dan utama adalah adanya masa kritis dari mahasiswa-
masiswa dan fakultas yang terkemuka. WCU mampu memilih dan memiliki daya
tarik bagi para profesor/tenaga pengajar dan peneliti (Salmi 2009, 20).
b. Sumber daya yang melimpah yang ditawarkan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang bagus dan melaksanakan riset yang handal.Sumber daya yang
melimpah merupakan komponen yang ke 2 yang memberi karakteristik sebagai
WCU dalam menghabiskan dana yang besar sekali unntuk menjalankan PT yang
memiliki riset yang kompleks dan intensif. WCU tersebut memiliki 4 sumber
dana utama: alokasi Pemerintah untuk pengeluaran dan riset, riset kontrak dengan
organisasi-organisasi umum dan perusahaan-perusahaan swasta, dan keuangan
balik yang dihasilkan dari subsidi dan hadiah, juga uang SPP (Salmi 2009, 23).
c. Pengelolaan yang diharapkan yang dapat mendorong terciptanya visi, misi yang
strategis, dan fleksibel yang memungkinkan lembaga-lembaga dapat membuat
keputusan dalam pengelolaan sumberdaya tanpa tercampur aduk dengan
birokrasi.Inilah dimensi yang ke tiga yang berkenaan dengan kerangka peraturan

39
secara keseluruhan, lingkungan yang kompetitif, dan tingkat otonomi akademis
dan manajerial yang mandiri (Salmi 2009, 26).

Apabila diilustrasikan ketiga komponen tersebut mencerminkan beberapa


karakteristik yang merupakan ciri-ciri khas yang dimiliki WCU. Kolaborasi antara
konsentrasi orang-orang berbakat dengan sumber daya yan melimpah akan
menghasilkan lulusan yang unggulan, perpaduan antara konsentrasi orang-orang
berbakat dengan pengelolaan yang diharapkan akan menghasilkan hasil penelitian,
pertemuan antara sumber dana yang melimpah dengan pengeloaan yang diharapkan
akan menghasilkan transfer teknologi.

3. Strategi Pengembangan
Strategi pada dasarnya dapat dipahami sebagai suatu kumpulan tindakan atau
aktifitas yang sudah terencana secara sistematis dan lengkap yang dijadikan landasan
untuk meraih suatu tujuan. Strategi dapat juga diartikan sebagai suatu kumpulan
instrumen yang tersusun untuk memenuhi suatu tujuan yang sudah direncanakan.
Dengan demikian strategi yang diharapkan dapat memenuhi sasaran terdiri dari 2
komponen yang perlu menjalankan aktifitasnya masing-masing dengan baik, adalah:
1. Pemerintah baik di tingkat nasional, dan provinsi atau regional dengan
memberikan sumber dana yang tersedia bagi peningkatan lembaga PT; dan 2.
Lembaga PT yang terkait (Salmi 2009, 35).Pada awalnya peran Pemerintah dalam
meningkatkan PT menjadi WCU tidaklah begitu sentral. Liga Ivy dimana berbagai
PT terkemuka didalamnya, mencapai WCU tidaklah mendapat dukungan signifikan
dari Pemerintah. Namun, sekarang ini Pemerintah dapat memerankan peranan
pentingnya dengan memberikan dukungan dana secara penuh sehingga suatu PT
dapat meraih WCU dengan cepat. Dalam hal ini ada tiga pendekatan yang dapat
digunakan Pemerintah dalam memfasilitasi PT: yaitu melalui peng-upgrade-an
lembaga-lembaga yang sudah ada, membuat merger lembaga-lembaga yang sudah
ada dan menciptakan lembaga baru. Apabila pemerintah ingin mengarahkan pada
terciptanya pengumpulan sumber daya manusia yang berbakat maka Pemerintah
akan mengalami kesulitan untuk meperbaharui tenaga pengajar dan mengubah merek
dagang agar mahasiswa yang berbakat mau memilih PT tersebut manakala
menggunakan pendekatan upgrading. Sedangkan dalam pendekatan merger

40
pemerintah akan mendapatkan kesempatan untuk mengubah kepemimpinan,
merekrut staff yang baru, namun staff yang lama akan menjadi resisten. Ketika
menggunakan pendekatan baru, pemerintah akan mendapatkan kesempatan untuk
memilih staff dan mahasiswa yang berbakat untuk bergabung PT tersebut; namun
mahasiswa baru akan mendapat kesulitan untuk mengenali kualitas PT yang baru.
Pemerintah perlu membangun tradisi pengajaran dan penelitian yang diharapkan
(Salmi 2009, 48).
Sehubungan dengan pengembangan UIN menuju WCU, pendekatan
upgrading merupakan yang paling tepat untuk dilaksanankan Pemerintah dan
lembaga PT terkait. Ada beberapa kelemahan yang dimiliki apabila menggunakan
pendekatan upgrading, disamping kesulitan dalam meperbaharui saff dan mengubah
merek dagang, kesulitan lainnya adalah kesulitan mengubah model operasional di
dalam kerangka kerja peraturan yang sama dan dalam pengubahan dari dalam yang
disebabkan adanya budaya lembaga tertentu. Selanjutnya manajemen perubahan
yang perlu dilakukan dengan konsultasi major dan kampanye komunikasi dengan
seluruh stakeholder yang ada di kampus.

4. Implementasi Pengembangan
Pada implementasi yang dilaksanakan lembaga PT yang terkait, tiga
pendekatan yang dapat dilakukan Pemerintah, juga dapat dilaksanakan. Kombinasi
yang harmonis yang dilaksanakan Salunkhe (2009) misalnya menggabungkan antara
pendekatan upgrading untuk meningkatkan PT yang sudah ada dengan melakukan
peningkatan-peningkatan pada tahap-tahap mendasar seperti visi, misi, target dan
tujuan, dan kurikulum. Disamping itu, pihak Salunkhe juga mengajukan penciptaan
beberapa kumpulan cabang-cabang ilmu yang satu rumpun, lembaga-lembaga baru
yang terspesialisasi, dan mata kuliah-mata kuliah yang inovatif.
Strategi pengembangan WCU pada tingkat lembaga diarahkan pada
kepemimpinan yang kuat, visi yang jelas dari misi PT, tujuan dan perencanaan
strategis yang terartikulasi secara jelas dalam menterjemahkan visinya ke dalam
target-target dan program-program yang kongkrit. PT yang memiliki cita-cita untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik bergandengan dalam penilaian/evaluasi yang
objektif terhadap kekuatan-kekuatannya dan ranah-ranah yang memerlukan

41
peningkatan, menyusun pencapaian yang akan diraih, dan mendisain dan
mengimplementasikan perencanaan yang sudah diperbaharui yang akan membawa
pada pengingkatan performen PT menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, apabila PT
merasa puas terhadap kondisi yang sudah ada, kurang berambisi untuk membuat
sesuatu lebih baik pada masa yang akan datang maka akhir performen yang
ditampilkan adalah semakin tertinggalnya PT tersebut dengan pesaing PT-PT yang
lain baik pada tingkat regional, nasional, apalagi internasional (Salmi 2009, 9-10).
Sedangkan bagi PT yang menginginkan suatu perubahan yang lebih baik di masa
yang lebih baik, upgrading merupakan strategi yang lebih mungkin diterapkan. Hal
ini bertepatan dengan strategi yang perlu diterapkan pada tingkat lembaga PT yang
perlu mengawali dengan aspirasi meraih sesuatu yang lebih baik. Adapun konsep
dasar untuk memulai menanamkan komponen-komponen pondasi berada pada
tingkat pimpinan suatu PT yang berkolaborasi dengan seluruh stakeholder yang
berada di kampus, termasuk menciptakan target-target dan program-program yang
dapat direalisasikan dengan tatanan pendanaan yang lebih memungkinkan. Dengan
demikian, penciptaan PT menuju WCU memerlukan konsep yang akurat,
pengimplementasian yang konsisten dengan dana yang cukup sehingga akan
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sampai pada cita-cita yang diharapkan.

4.2 Pengembangan Program Program Akademik menuju Lulusan yang


Bermutu.
Memasuki era globalisasi sekarang ini, penyelenggaraan pendidikan tinggi
nasional sedang dan akan menghadapi sejumlah permasalahan. Di antara
permasalahan tersebut adalah gejala semakin menguatnya arus globalisasi, pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perubahan arah kebijakan
pendidikan, khususnya Pendidikan Tinggi.
Dewasa ini merupakan era globalisasi dan informasi. Dalam kaitannya
dengan globalisasi, Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menyetujui dan
terlibat aktif dalam berbagai kesepakatan perdagangan secara global, seperti WTO,
GATT, APEC dan sebagainya. Dalam era globalisasi dan informasi, hampir semua
faktor produksi seperti uang, teknologi, jasa, pabrik dan peralatan dapat bergerak
melintasi tapal batas negara tanpa kesulitan berarti.

42
Dunia terasa menjadi semakin sempit, jarak terasa semakin dekat, waktu
terasa berjalan semakin cepat dan movilitas orang dan barang semakin tinggi.
Kondisi tersebut akan mempunyai implikasi langsung terhadap penyelenggaraan
pendidikan tinggi nasional. Implikasi yang dimaksud adalah:
I. Tingginya peluang tenaga kerja terdidik dari luarnegeri masuk ke Indonesia
sehingga persaingan dunia kerja bagi lulusan perguruan tinggi menjadi semakin
ketat.

II. Institusi pendidikan tinggi luar negeri semakin mudah menyelenggarakan


pendidikan di Indonesia, sehingga para calon mahasiswa memiliki peluang yang
lebih tinggi untuk memilih Perguruan Tinggi yang berkualitas. Hal demikian
mengakibatkan persaingan diantaraperguruan tinggi semakin ketat dalam
menarik mahasiswa. Persaingan tersebut memberi efekterhadap peningkatan
biaya pengembangan perguruan tinggi dan kinerja penyelenggaraan pendidikan
tinggi, baik yang menyangkut dengan sumberdaya manusia, fasilitas, maupun
manajemen.

Isulain yang perlumen dapatkan perhatian dalam penyusunan rencana


strategis adalah implementasi otonomi pendidikan. Pemberlakuan otonomi perguruan
tinggi mempunyai implikasi-implikasi sebagai berikut:
a. Pengurangan subsidi pemerintah terhadap perguruan tinggi negeri (PTN),
b. Strategi yang ditempuh oleh PTN dalam menggali sumber dana lain di luar
subsidi pemerintah
c. Strategi yang ditempuh oleh perguruan tinggi (PTN dan PTS) dalam
memenangkan persaingan antar perguruan tinggi, terutama dalam menjaring
calon mahasiswa.

Dalam kaitannya dengan implementasi otonomi pendidikan tinggi, PTN


bagaimanapun verada dalam posisi lebih menguntungkan dari pada PTS, karena dua
alasan. Pertama, pemerintah masih memberikan subsidi berupa gaji pegawai negeri,
sehingga PTN tidak perlu memikirkan untuk mencari dan menggaji karyawan.
Kedua, rata-rata PTN telah memiliki SDM yang lebih baik dari pada PTS, terutama
dalam aspek jabatan akademik dosen, meskipun dalam kewirausahaan

43
(entrepreneurship) rata-rata PTS secara relatif telah memiliki pengalaman yang lebih
baik dari pada rata-rata PTN.
Melalui strategi yang ditempuh oleh perguruan tinggi lain dalam
mengimplementasikan otonomi pendidikan tinggi, terdapat kecenderungan bahwa
sebagian besar perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi negeri, akan menambah
calon mahasiswa yang dapat diterima diperguruan tinggi bersangkutan. Strategi ini
cenderung ditempuh karena berkaitan dengan upaya perguruan tinggi negeri (PTN)
untuk dapat mandiri, baik dalam penggalian maupun pengelolaandana, sehingga PTN
tidak lagi banyak tergantung pada kemampuan pembiayaan pemerintah, terutama
dalam pembiayaan operasional penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pemeliharaan
berbagai fasilitas pembelajaran.
Di antara upaya-upaya yang dilakukan PTN untuk meningkatkan daya
tampung tersebut adalah menyelenggarakan kelas paralel, membuka berbagai
program diploma, dan membuka ekstensi. Peningkatan daya tampung ini berkaitan
erat dengan jumlah dana yang bisa diperoleh dari calon mahasiswa. Konsekuensinya
adalah bahwa jumlah spill-over (limpahan) calon mahasiswa dari PTN yang selama
ini menjadi konsumen utama PTS menjadi semakin berkurang, sehingga perolehan
calon mahasiswa PTS juga semakin kecil dan keberlangsungan PTS dapat menjadi
terancam.
Sehubungan dengan strategi yang ditempuh oleh perguruantinggi (PTN &
PTS) dalam memenangkan persaingan antara perguruan tinggi, terutama dalam
menjaring calon mahasiswa, terdapat kecendrungan bahwa masing-masing perguruan
tinggi akan bersikap lebih proaktif, terutama dalam membangun berbagai jaringan
(networking) dengan berbagai institusi untuk berbagai keperluan, baik pendidikan,
penelitian, maupun pengabdian pada masyarakat. Konsekuensinya adalah bila PTS
tidak siap dengan langkah-langkah serupa, maka dapat diperkirakan bahwa PTS akan
selalu tertinggal dibelakang dan tak mampu mengakses berbagai resources yang ada
diberbagai institusi.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian di dalam perumusan rencana
strategis adalah kondisi internal institusi sendiri, baik dalam kaitanya dengan
kekuatan dan kelemahan maupun langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan. Oleh karena itu, perlu

44
mengidentifikasi secara lebih cermat dan jujur kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan tersebut dalam bentuk evaluasi diri, sehingga dapat merumuskan strategi
yang tepat untuk mengoptimalisasikan kekuatan dan meminimalisasikan kelemahan
tersebut. Evaluasi diri di bagi dalam empat kajian yakni evaluasi sumberdaya
manusia dan sistema manajeman SDM, evaluasi sistema infrastruktur dan
fasilitaslainya, evaluasi sumberdaya finansial dan manajemen keuangan, serta
evaluasi program akademik dan penjaminmutu.

Dengan melakukan evaluasi diri berdasarkan analisis SWOT (strength,


weaknesses, opportunities, challenges) maka dapat dirumuskan tujuan, sasaran,
strategi, prioritas program dan indikator kinerja.

KUALITAS AKADEMIK LULUSAN


Salah satu tolok ukur kualitas perguruan tinggi adalah daya saing lulusan dalam
pasar kerja. Untuk dapat menghasilkan lulusan yang mampu memenangkan
persaingan-persaingan pasar kerja, sekurang-kurangnya di tingkat lokal, dan harus
mampu menghasilkan lulusan yang memiliki estándar kualifikasi nasional dan
regional, maka perguruan tinggi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Prioritas Program Peningkatan Kompetensi Dosen dan Metode Pembelajaran.


1. Meningkatkan jumlah dosen untuk mengikuti berbagai kursus pembelajaran
secara berjenjang dan berkelanjutan untuk menunjang proses pembelajaran
kreatif, innovatif, dan menarik.
2. Meningkatkan sarana-prasarana pembelajaran yang menunjang proses
pembelajaran yang kreatif, innovatif, dan menarik
3. Mendorong dosen untuk menyusun bahan ajar.
b. Prioritas Program Pembaharuan Kurikulum
1. Melakukan needassesment dunia kerja (baik sektor formal maupun informal)
2. Melakukan kompilasi Iptek yang mutakhir
3. Meng-update kurikulum secara priodik.
c. Prioritas Program Peningkatan Kualitas Lulusan
1. Mengikut sertakan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan tutorial, asistensi,
penelitian, jurnalistik, seminar dan berbagai lomba karya ilmiah.

45
2. Menyusun desain pembelajaran yang mendorong mahasiswa menulis dan
menyajikan gagasan secara sistematik.
3. Menetapkan estándar kompetensi lulusan pada tingkat nasional dan
internacional
4. Melembagakan kegiatan lomba karyailmiah, karyainnovatif, dan kreatif
secara terprogram dan terintegrasi dengan perkuliahan.
5. Menerapkan standar kualifikasi profesi tingkat regional
6. Membangun unit organisasi yang menangani penempatan kerja dan
peningkatan ketrampilan kewirasusahaan.
7. Menyelenggarakan program, magang bagi mahasiswa.
8. Mendirikan lembaga penjaminan mutu (quality assurance)
9. Membangun laboratoriom otonomi daerah
10. Membangun Laboratorium Micro teaching
11. Membangun Laboratorium Kultur Jaringan

KUALITAS MORAL LULUSAN


Sebagai perguruan tinggi berdasarkan nilai-nilai pancasila perlu
menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas religius
baik dalam konteks kehidupan individual maupun sosial sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan menekankan bentuk-bentuk pembelajaran yang
berorientasi pada learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together. Dihasilkannya lulusan yang bersifat jujur, adil, cerdas, terpercaya,
Cerdas yang meliputi cerdas spritual yakni beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu
untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia
termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul.
Cerdas emosional dan sosial yakni beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk
meningkatkan sensitivitas dan appresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan
budaya, serta kompetensi untuk mengepresikannya. Berak tualisasi diri melalui
interaksi timbal balik :
a. Membina dan memupuk hubungan timbal balik
b. Demokratis
c. Empatik dan simpatik

46
d. Menjunjung tinggi hak asasi manusia
e. Ceria dan percayadiri
f. Menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara
g. Berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga
negara.
h. Cerdas Intelektual yakni beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk
memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif.
i. Cerdas Kinestetis yakni beraktualisasi diri melalui olah raga untuk
mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya, tahan, sigap, terampil.

IKLIM AKADEMIK
Untuk mencapai prestasi akademik yang baik diperlukan lingkungan yang
kondusif. Menciptakan iklim akademik (academic atmosphere) yang
memungkinkan tumbuhnya pemikiran kritis dan inovatif, dengan demikian program
yang harus dilaksanakan :
a. Prioritas Program Peningkatan kemampuan Dosen Melakukan Kajian dan
Penelitian Unggulan. Meningkatkan peluang dan keterlibatan dosen untuk
melakukan kajian dan penelitian unggulan.
b. Prioritas Program Pelembagaan Forum-Forum Ilmiah. Menyelenggarakan
forum-forum ilmiah pada semua unit akademik, baik secara reguler maupun
insidental. Menyelenggarakan stadium general untuk isu-isu aktual ditingkat
Universitas maupun Fakultas/Unit.
c. Prioritas Program Peningkatan Kompetensi Dosen Menempatkan para pakar
sebagai motivator dan konsultan untuk menumbuh kembangkan tradisi akademik,
baik ditingkat universitas maupun unit.
d. Prioritas Program Peningkatan Deseminasi Ilmiah Melakukan deseminasi dan
dokumentasi materi (dan hasil) kegiatan akademik.
e. Indikator kinerja Program Peningkatan Kemampuan Dosen dalam kajian dan
penelitian unggulan, Pelembagaan Forum-Forum Ilmiah, Peningkatan
Kompetensi Akademik Dosen, Deseminasi Ilmiah, dan Pelembagaan Forum-
Forum Ilmiah.

47
4.3 Pengembangan bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Penelitian merupakan unsur pelaksana di lingkungan perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik untuk melaksanakan kegiatan
penelitian/pengkajian. Pengabdian kepada masyarakat merupakan unsur pelaksana
di lingkungan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat dan ikut mengusahakan sumberdaya yang diperlukan masyarakat
serta pengendalian administrasi sumberdaya. Adapun langkah-langkah yang akan
diambil menyangkut diseminasi penelitian, paten dan kerjasama dapat juga
dijelaskan sebagai berikut.
A. Indikator Penelitian Undiksha
1. Meningkatkan Peringkat Undiksha di Dunia: a. ARWU (Academic Ranking
of World University) b. QS (Quacquarelli Symonds) c. Webometrics
2. Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan oleh KK/tahun
3. Jumlah sitasi Scopus
4. Persentase dosen bersitasi
5. Jumlah IPR (paten, copy right, dan lain-lain) yang dihasilkan
6. Jumlah produk teknologi, kebijakan, karya seni dan desain yang dihasilkan
7. Persentase produk teknologi, kebijakan, karya seni dan desain yang
terimplementasikan di masyarakat
8. Persentase (%) penelitian yang melibatkan mahasiswa S2 & S3
9. Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan Pusat dan Pusat Penelitian
(PP)
10. Jumlah KK yang terlibat aktif dalam kolaborasi penelitian dan kerma dengan
PP per tahun
11. Jumlah dana penelitian yang diperoleh dari luar Undiksha
12. Jumlah penelitian multidisiplin dengan dana > 500 juta per tahun
13. Tingkat kepuasan peneliti terhadap pelayananan administrasi riset
14. Integrasi Sistem Informasi
15. Persentase Guru Besar yang terlibat dalam pembimbingan doktor dan
penelitian.
16. Rata-rata publikasi internasionalGuru Besar/tahun
17. Rata-rata publikasi internasional lulusan S3

48
18. Jumlah proceeding dan jurnal tersitasi oleh Scopus yang diterbitkan
UNDIKSHA
19. Investasi barang modal penelitian dan pengembangan (% dari dana yang
diperoleh dari masyarakat)

B.Indikator Pengabdian Masyarakat


1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
2. Meningkatnya kemampuan dosen dalam kegiatan pengabdian kepada
masyarakat di tingkat nasional dan internasional.
3. Meningkatnya kualitas dan kuantitas kerjasama LPPM dengan Stakeholder
4. Meningkatnya kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang
berorientasi produk (fisik atau non fisik) dan/atau perolehan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI)
5. Terdiseminasinya hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh
Stakeholders
6. Terbangunnya sistem informasi hasil pengabdian masyarakat
7. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat
untuk pengembangan proses pembelajaran
8. Terbentuknya budaya akademik dan kewirausahaan (enterpreneurship) di
kalangan sivitas akademika Undiksha

C. Sarana dan prasarana


1. Pengembangan laboratorium : (1) Profil/studio teknis pemerintahan nasional,
provinsi, daerah, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan; (2) Sarana dan
prasarana agro foresty (hutan nasional); (3) Sarana dan prasarana pertanian
terpadu (pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan); (4) Studio teknis
tehnologi tepat guna (TTG); dan (5) Pertanian dengan pola green house.
2. Pengembangan perpustakaan : E-library atau digital library dengan cakupan
cakupan e-library meliputi beberapa aspek, diantaranya pengadaan materi
atau content digital, penyusunan catalog, dan pengarsipan, pengembangan
sistim aplikasi, penyelenggaraan sistim komunikasi data, serta pemeliharaan
dan pembaharuan data dalam jangka panjang.

49
3. Pengembangan pusat informasi (e-campus): (1) pengembangan infrastruktur,
yang meliputi : pembangunan jaringan (fully network) dalam bentuk wire,
wireless, voice, data dan hotspot, pembangunan server computer; (2)
penyedian koneksi internet (internet conection) : Komunikasi dan keamanan,
meliputi: Voice over internet protokol (voip) dan virtual private network
(vpn) video conferencing with date,close circuit television (CCTV); (3)
Pengembangan sarana pendukung, meliputi: Konsep kampus terpadu,
Fasilitas kesehatan praja, Penambahan prasarana mobilitas (armada angkutan
bagi praja sesuai jumlah/kapasitas peserta didik sampai dengan tahun 2013
direncanakan mencapai 14 unit), Fasilitas kebersihan kampus, Pengamanan
dan gedung negara, serta antisipasi bahaya kebakaran perlu dilakukan dengan
mengadakan fasilitas pemadam kebakaran, Prasarana umum dan sosial dalam
rangka meningkatkan ketersediaan layanan public, dan Pembuatan master
plan pengembangan kampus Undiksha .

50
DAFTAR PUSTAKA

Altbach, Phillip G. “The Cost and Benefits of World-Class Universities.”


International Higher Education, Fall 2003.

Azra, Azymardi. World Class University. April 20, 2006.


http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A1156_0_3_0_M (accessed
Juni 28, 2010).

Hayward, Fred M. “Strategic Planning for Higher Education in Developing


Countries: Challenges and Lessons. Planning for Higher Education.”
International Higher Education, 2008: 36 (3): 5-21.

Levin, Henry M, Dong Wook Jeong, and Dengshu Ou. “What is a World Class
University.” The Conference of the Comparative annd International
Education Society. Honolulu, Hawaii: The 2006 Conference of the
Comparative annd International Education Society, 2006. 16 Maret.

Menuju World Class University.Mei 30, 2008.


http://lifestyle.okezone.com/read/2008/05/30/29/113895/29/menuju-world-
class-university (accessed Juni 28, 2010).

Salmi, Jamil.The Challenge of Establishing World-Class Universities. Washington,


DC: The International Bank for Reconstraction and Development/The World
Bank, 2009.

Salunkhe, Manikrao M. A Concept Paper of Strategic Development of Cntral


University of Rajasthan. April 11, 2009.
http://mmsalunkhe.files.wordpress.com/2009/03/cp.pdf (accessed Juni 28,
2010).

50 Universitas Disiapkan Jadi “World Class University”. September 4, 2007.


http://www.antaranews.com/view/?i=1188900543&c=NAS&s= (accessed
Juni 28, 2010).

51

Anda mungkin juga menyukai