Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa
dibutuhkan manusia di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung
dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya
membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk menghasilkan
sebuah komunikasi yang efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi dalam
berbahasa akansangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa khususnya
keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk
berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna
kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk
sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk
berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai sintaksis sebagai
sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para penutur
bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien. K
eterampilan berbahasa merupakan suatu modal untuk mengembangkan
kompetensi siswa-siwanya dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata
kalimat dalam bahasa Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar.
Untuk itulah dalam makalah ini kami membahas mengenai sintaksis beserta
struktur internal kalimatnya yang berupa frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah pada
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian tentang fonem beserta contoh kesalahan-kesalahan
yang dapat dialami anak
2. Apa pengertian tentang morfonem beserta contoh kesalahan-kesalan
yang dapat dialami anak
2

3. Apa pengertian tentang sintaksis beserta contoh kesalahan-kesalahan


yang dapat dialami anak
4. Apa pengertian tentang frakmatik beserta contoh kesalahan-
kesalahan yang dapat dialami anak
5. Apa pengertian tentang semantic beserta contoh kesalahan-kesalahan
1
yang dapat dialami anak
6. Apa pengertian tentang paragraph beserta contoh kesalahan-
kesalahan yang dapat dialami anak
7. Apa pengertian tentang wacana beserta contoh kesalahan-kesalahan
yang dapat dialami anak
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini
sebagai berikut :
1. Pengertian tentang fonem beserta contoh kesalahan-kesalahan yang
dapat dialami anak
2. Pengertian tentang morfonem beserta contoh kesalahan-kesalan yang
dapat dialami anak
3. Pengertian tentang sintaksis beserta contoh kesalahan-kesalahan yang
dapat dialami anak
4. Pengertian tentang frakmatik beserta contoh kesalahan-kesalahan yang
dapat dialami anak
5. Pengertian tentang semantic beserta contoh kesalahan-kesalahan yang
dapat dialami anak
6. Pengertian tentang paragraph beserta contoh kesalahan-kesalahan yang
dapat dialami anak
7. Pengertian tentang wacana beserta contoh kesalahan-kesalahan yang
dapat dialami anak
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti.
Bunyi yang dihasilkan alat ucap cukup banyak. Di antaranya ada yang
berperan di dalam bahasa. Namanya bunyi bahasa. Ada bunyi bahasa yang
menyebabkan perbedaan arti dan ada yang tidak. Ilmu yang mempelajari
tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan bagian dari fonologi.
Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu
fonem harus diperlukan pasangan minimal.
Dalam ilmu bahasa, fonem ditulis di antara tanda garis miring: /…/,
contoh dari fonem: /a/, /b/, /c/, dan /d/. Dalam bahasa tulis, fonem ditulis
dengan grafem. Grafem ditulis dengan huruf di antara dua kurung sudut:
<…>, seperti <a>, <b>, <c>, dan <d>. Representasi fonem dan grafem
kadang-kadang sama, kadang-kadang tidak. Kata pasar, misalnya, terjadi dari
lima grafem, yaitu <p>, <a>, <s>, <a>, dan <r>. Masing-masing
melambangkan fonem /p/, /a/, /s/, /a/, dan /r/. Hubungan satu lawan satu
seperti itu tidak selalu berlaku. Grafem <e> pada kata besar, sore, dan ember,
misalnya, ternyata mewakili tiga fonem yang berbeda. Sebaliknya, pada kata
barang grafem <ng>, yang ditulis dengan dua huruf, hanya melambangkan
sebuah fonem.
fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Vokal
adalah bunyi ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari
paru-paru. Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang
meliputi a, i, u, e, o dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi.
Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan
mengalami rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w,
f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster
pada kata drama, tradisi, film, modern.
4

Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi


ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu
dengan yang lain. Macam perubahan fonem antara lain :
a. Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata.
Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada
lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada
3
lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u]
dan (u).
b. Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama
atau hampir sama.
Contoh: in + moral ? immoral ? imoral.
c. Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama.
Contoh : sajjana menjadi sarjana.
d. Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong.
Contoh: anggota menjadi anggauta.
e. Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi
monoftong.
Contoh: ramai, menjadi rame.
f. Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m,
ng, ny) pada suatu fonem.
Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.
B. Contoh Kesalahan Bahasa pada Fonem
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi-
vokal. Perbedaan antara vokal dan konsonan didasarkan pada ada atau
tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. Agar lebih jelas, Anda
dapat melihat tabel berikut:
5

Vokal Konsonan

Ø Bunyi yang tidak disert Ø Bunyi yang dibentuk dengan


ai menghambat arus udara pada sebagian
hambatan pada alat bicara. alat bicara.
Hambatan hanya terdapat Ø Terdapat artikulasi.
pada pita suara. Ø Konsonan bersuara adalah
Ø Tidak terdapat artikulasi konsonan yang dihasilkan
Ø Semua vocal dihasilkan dengan bergetarnya pita
dengan suara. Konsonan tidak bersuara ad
bergetarnya pita suara. De alah konsonan yang dihasilkan tanpa
ngan demikian, bergetarnya pita suara.
semua vokal adalah bunyi
suara.

a. Contoh kesalahan kesalahan yang dialami anak dalam fomen


No Kosa Kata yang Kata yang Perubahan catatan khusus
akan dilafalkan dilafalkan oleh felafalan fonem
responden yang terjadi
1. Buku Ku buku > ku
2. bola La bola > la
3. Baju ʤu baju > ʤu
4. Topi Pi topi > pi
5. sendok Ndok sendok > ndok
6. amplop Plop amplop> plop
7. kaki ki kaki ki kaki> ki
8. Tangan ƞan tangan> ƞan
9. Mata ta mata> ta
6

10. Telinga ƞa telinga > ƞa


11. Kuku kuku - double velar /k/
(voiceles s)
12. rambut mbut rambut > mbut
13. Gigi gigi - double velar /g/
(voice)
14. mulut lut mulut > lut
15. Lidah dah lidah > dah
16. Pipi pipi - double bilabial /p/
(voiceles s)
17. Bisa sa bisa > sa
18. minum num minum > num
19. makan kan makan > kan
20. Tidur dur tidur > dur
21. Kerja ʤa kerja > ʤa
22. Ingat ƞat ingat > ƞat
23. Kamus mus kamus > mus
24. Sepatu patu sepatu > patu
25. payung yuƞ payung > yuƞ
26. payung yuƞ payung > yuƞ
27. Meja ʤa meja > ʤa
28. Kayu yu kayu > yu
29. lampu mpu lampu > mpu
30. dasi si dasi > si
31. Kaca ʧa kaca > ʧa
7

C. Pengertian Morfem
Morfem, adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih
memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi.
Kata dasar tergolong sebagai morfem karena juga berfungsi sebagai
pembeda arti dan wujudnya hanya terdiri atas satu morfem. Kata dasar bawa,
rumah, main, tidak dapat dipecah lagi menjadi bentuk yang lebih kecil.
Sebaliknya, kata turunan terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah kata-
kata kompleks yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Menurut bentuk dan arti,morfem dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu sebagai berikut :
a. Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi
makna Tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain.
Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
b. Morfem terikat. Yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri
dari segi makna. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem
itu dihubungkan dengan morfem yang lain.Semua imbuhan (
awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran )
tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur seperti
partikel -lah, -kah dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri
sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat .
c. Partikel. Sebenarnya partikel berarti ’unsur-unsur kecil dari
suatubenda’Analog dari makna tersebut , unsur kecil dalam
bahasa, kecuali yang jelas satuan bentuknya,disebut partikel.
Dalam kaitan dengan kata tugas , partikel disini adalah partikel
yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif ), yaitu –
kah dan –tah ; ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat
perintah ( imperative ) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta –
punyang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
8

Contoh :
-kah Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
Bagaimanakah naik pesawat ruang angkasa ?
Ke manakah akan kucari pengganti dirimu ?
-lah Apalah dayaku tanpa bantuanmu ?
Kalau kau mau,ambillah apel itu satu !
Pergilah segera sebelum jalan macet !
-tah Siapatah gerangan jodohku nanti ?
Apatah artinya hidupku tanpaengkau ?
-pun Apa pun yang terjadi,saya harus pergi.
Karena dosen berhalangan,kuliah pun dibatalkan
Dalam pertumbuhan bahasa, makna suatu kata dapat
mengalami perubahan. Perubahan itu dapat disebabkan oleh perbedaan
tempat pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk
member makan baru. Di antara perubahan penting makna yang
penting adalh sebagai berikut :
1) MELUAS, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari
makna yang lama. Kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai
untuk anak-anak raja,sekarang dipakai untuk semua anak laki-
laki dan perempuan.
2) MENYEMPIT, yaitu jika cakupan makna dulu lebih luas dari
makna sekarang. Kata sarjana dulu dipakai untuk semua
cendekiawan,sekarang hanya untuk gelar akademis.
3) AMELIORATIF, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan
makna baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari
makna lama. Kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik dari
bini.
4) PEYORATIF, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan
makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama
9

(kebalikan dari amelioratif). Kata oknum dan gerombolan yang


dianggap baik pada zaman lampau,sekarang maknanya jadi
tidak baik.
5) SINESTESIS, yaitu perubahan makna yang terjadi karena
pertukaran tanggapan dari dua indera yang berlainan. Contoh:
kata-katanya manis. Manis sebenarnya tanggapan indera
perasa,tapi dipakai untuk indera pendengar. Contoh
lain: mukanya masam,pidatonya hambar.
6) ASOSIASI, yaitu perubahan makna yang terjadi karena
persamaan sifat . Kata amplop yang berarti kertas pembungkus
surat,dan sering juga dipakai sebagai pembungkus
uang,berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian
memberi sogokan. Beri dia amplop agar urusan cepat beres.
D. Pengertian Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan”
dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti:
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang
membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas
adalah frasa, klausa, dan kalimat.
Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang
dari tata bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa.
Kridalaksana (1982 ) kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial
terdiri dari klausa, Sedangkan klausa adalah satuan bentuk linguistik yang
terdiri atas subjek dan predikat. Frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak
melampaui batas fungsi subjekatau predikat (Ramlan, 1978). Jadi dari
pengertian sintaksis diatas maka ada kesalahan yang dapat terjadi dari
10

sintaksis yaitu seperti kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan


kalimat.
E. Contoh Kesalahan pada Sintaksis
Bidang sintaksis juga mempunyai kesalahan dalam bahasa. Kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada bidang sintaksis yaitu sebagai berikut :
a. Segi Frasa, pada segi frasa ini kesalahan-kesalahan bahasa dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Penggunaan kata depan tidak tepat, Beberapa frasa
preposisional yang tidak tepat karena mengunakan kata depan
yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau
bahasa media masa, misalnya sebagai berikut.
di masa seharusnya pada masa itu
di waktu itu seharusnya pada waktu itu
di malam itu seharusnya pada malam itu
di hari itu seharusnya pada hari itu
2) Penyusunan frasa yang salah karena strukturnya yang tidak
tepat karena kata keterangan atau modalitas terdapat sesudah
kata kerja. Contohnya yaitu :
belajar sudah Seharusnya sudah belajar
minum belum Seharusnya belum minum
makan sudah Seharusnya sudah makan
3) Penambahan dalam frasa benda
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak
diantarai kata penghubung yang. Contohnya yaitu :
petani yang muda seharusnya petanimuda
pedagang yang hebat seharusnya pedagang hebat
Guru yangm profesional seharusnya guru profesional
11

4) Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)


Frasa benda yang berstruktur Kata benda + kata benda tidak
diantarai kata penghubung yang atau dari, karena tanpa kata
dari sudah menunjukkan asal. Contoh:
gadis dari Bali seharusnya gadis Bali
pisang dari Ambon seharusnya pisang ambon
5) Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+K Pr).
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina
tidak diantarai kata penghubung milik atau kepunyaan, karena
tanpa kata itu sudah menunjukkan kepunyan posesif. Misalnya:
motor milik Imran seharusnya motor Imran
golok milik Abdullah seharusnya golok abdullah
6) Penambahanan kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain)
Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif
tidak diantarai kata seperti untuk supaya makna yang ditunjuk
tanpak jelas, misalnya sebagaiberkut:
dididik untuk berani seharusnya dididik berani
dituduh untuk membunuh seharusnya dituduh membunuh
7) Penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K
pasif).
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif
memerlukan kata yang untuk memperjelas makna frase
tersebut. Misalnya sebagai berikut.
taman kupelihara seharusnya taman yang kupelihara
baju kubersihkan seharusnya baju yang kubersihkan
8) Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K
pasif+oleh+B)
12

Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata


benda seharusnya tidak dihilangkan kata oleh atau perlu ada
kata oleh diantaranya untuk memperjelas makna pasif frase
tersebut. Misalnya sebagai berikut:
dinasihati kakak seharusnya dinasihati oleh kakak
diminta ibu seharusnya diminta oleh ibu
9) Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat)
Dialah paling pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang
tegas makna yang dimaksud karena tidak menggunakan kata
penghubung yang sesudah kata Dialah. Oleh karena itu,
kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah yang paling pintar
di kampung ini. Jadi, frase sifat yang dimulai kata paling
seharusnya diawali kata yang, misalnya sebagai berikut.
paling besar seharusnya yang paling besar
sangat berwibawa seharusnya yang sangat berwibawa

b. Kesalahan bidang klausa


Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis,
khususnya segi klausa, antara lain sebagai berikut:
1) Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam
klausa aktif. Dalam klausa aktif seharusnya antara kata kerja
dan objeknya tidak diantarai modalitas atau kata keterangan
tertentu. Hal ini agar supaya tanpak hubungan yang erat antara
predikat dan objek dalam kalimat. Selain itu, agar makna
kalimat tersebut tidak menjadi agak kabur. Misalnya:
Rakyat mencintai akan Rakyat mencintai
seharusnya
pimpinan yang jujur pimpinan yang jujur
13

Pemimpin itu melindungi Pemimpim itu


seharusnya
akan rakyatnya melindungi rakyatnya
2) Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional
Dalam klausa ekuaional atau nominal, kata kerja bantu adalah
tidak perlu ada di antara subjek dan predikat. Hal ini agar
keterpaduan antara subjek dan predikat terpadu secara erat.
Selain itu, makna kalimat tersebut nampak dengan jelas.
Misalnya:
Nenekku adalah dukun Seharusnya Nenekku dukun
Bapakku adalah guru SD Seharusnya Bapakku guru SD
3) Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif
Dalam klausa aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di
antara subjek dan predikat. Hal ini agar hubungan dan
keterpaduan subjek dan predikat tanpak secara jelas sekaligus
memberikan efek makna yang jelas. Misalnya:
Saya akan membeli
Seharusnya Saya membeli rumah itu
rumah itu
Pak Kepala Desa selalu Pak Kepala Desa
Seharusnya
mengunjungi wilayahnya mengunjungiwilayahnya.
4) Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif
Klausa fasif adalah klausa yang salah satu ciri-cirinya adalah
menggunakan kata oleh. Misalnya buku Pendidikan Agama
Islam itu dibaca oleh Andi Makkasau. Namun demikian, biasa
dijumpai penggunaan klausa pasif tanpa ada kata oleh di
dalamnya. Kluasa pasif seperti itu seharusnya menggunakan
kata oleh supaya ciri-cirinya sebagai klausa pasif semakin
jelas. Misalnya:
14

Roman Tenggelamnya Kapal Roman Tenggelamnya Kapal


Seharusnya
Tanpomas dibaca Rina. Tanpo Mas dibaca oleh Rina.

Buku ekonomi itu telah dibaca Buku ekonomi itu telahdibaca


Seharusnya
Amir. oleh Amir.
5) Penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif
Dalam situasi pembicaraan yang resmi, kadang-kadang
menggunakan klausa intransitif, yakni klausa yang predikatnya
dari kata kerja intransitif. Namun kata kerja tersebut tidak
masukkan dalam kalimat, misalnya /ibu ke Makassar/. Klausa
intranstif tersebut tidak jelas predikatnya; klausa tersebut
bukan tergolong klausa yang benar. Olehnya itu, klausa itu
perlu diperbaiki menjadi ibu pergi ke Makassar. Contoh lain
adalah sebagai berikut.
Pak camat ke Maros Pak Camat pergi ke
Seharusnya
kemarin. Maros kemarin.
Amin berenang di kolam
Amin di kolam renang. Seharusnya
renang.

c. Kesalahan bidang kalimat


Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya
dari segi kalimat antara lain sebagai berikut.
1) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa
daerah. Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-
kadang tidak disadari menerapkan struktur bahasa daerah.
Seperti (a) Amin pergi ke rumahnya Rudy. (b) Buku ditulis oleh
saya (c) Rumah itu dibuat oleh saya. Kalimat (a), (b), dan (c)
terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Oleh karena itu,
kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
15

 Amin pergi ke rumah Rudy.


 Buku itu saya tulis.
 Rumah itu saya buat.
2) Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di
awal.
Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi
resmi, kadang-kadang menggunakan kalimat yang tidak
bersubjek karena adanya kata penghubung seperti dalam, pada,
untuk,dan kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan
demikian, kalimat tersebut menjadi tidak bersubjek misalnya:
 Dalampertemuan itu membahas berbagai persoalan.
Supaya kalimat itu menjadi bersubjek.
Seharusnya
 Pertemuan itu membahas berbagai persoalan. atau
Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persalan.
3) Penggunaan subjek yang berlebihan
Biasa kita mendengar kalimat Ety membeli ikan ketika Ety
akan makan malam. Kalimat tersebut menggunakan dua subjek
yang sama.Semestinya subjek kedua dihilangkan dan hal itu
tidak mempengaruhi makna kalimat. Dengan demikian,
kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Ety membeli ikan
ketika akan makan malam. Contoh lain:
 Ali menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra
tentang drama.
Seharusnya
 Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang
drama.
4) Penggunan kata penghubung secara ganda pada kalimat
majemuk.
16

Dalam kalimat majemuk setara berlawanan kadang-kadang ada


yang menggunakan dua kata penghubung sekaligus.
Penggunaan kata penghubung yang ganda dalam suatu kalimat
perlu dihindari. Semestinya hanya satu kata penghubung,
misalnya sebagai berikut.
 Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi
sekolah.
Seharusnya
 Meskipun sedang sakit kepala, Alimuddin tetap pergi ke
sekolah.

 Walaupun sibuk sekali tetapi Rudi dan Indrawan selalu hadir


di acara sederhana ini.
Seharusnya
 Walapun sibuk sekali, Rudi dan Indawan selalau hadir di
acara sederhana ini.
5) Penggunaan kalimat yang tidak logis.
Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah
Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin buku
mempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu
pendidikan SD.Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu
diperbaiki menjadi Dalam buku itu dibahas tentang
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar. AtauDalam
buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan
di Sekolah Dasar.
6) Pengunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat.
Kata penghubung berpasangan yang berfungsi menafikkan
suatu hal terdiri atas bukan berpasangan melainkan untuk
menafikkan ”benda” dan kata penghubung bukan berpasangan
17

tetapi untuk menafikkan ”peristiwa atau kerja”. Kedua kata


penghubung berpasangan tersebut seharusnya digunakan
secara konsisten dalam berbahasa Indonesia. Misalnya:
Bukan Pak Alimuddiin yang mengajarkan IPA tetapi Pak Nurdin.
Sudirman tidak menulis buku tetapi menghitung angka.
Dengan demikian, kalimat yang menggunakan bukan ..........tetapiatau
tidak.....melainkan dapat digolongkan bentuk yang tidak semestinya.
Contoh:
 Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis.
Seharusnya
 Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.
 Dia bukan perampok tetapi pengemis.
Seharusnya
 Dia bukan perampok melainkan pengemis.
7) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa
asing.
Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang
lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata
tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya
bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing.
Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang
mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia.
Misalnya sebagai berikut.
 Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar.
 Orang dengan siapa dia ajak bicara belum datang.
 Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas yang mana
memberi contoh-contoh denga jelas pula.
18

Ketiga kalimat di atas seharusnya:


 Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.
 Orang yang akan dia ajak bicara belum datang.
 Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas karena
contoh-contohnya jelas pula.
8) Penggunaan kalimat yang tidak padu
Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena
kesalahan struktur kata yang kurang tepat sehingga maknanya
agak kabur.
Misalnya:
 Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang
bijaksana itu
 Yang menjadi sebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.
Kedua kalimat di atas seharusnya:
 Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu.
 Penyebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.
9) Penyusunan kalimat yang mubazir.
Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan penggunaan kata-
kata yang berulang secara berlebihan, penggunaan dua kata
yang relatif sama maknanya, misalnya sebagai berikut.
 Dalam konsep pedidikan yang disusunnya banyak terdapat
berbagai kesalahan.
 Mereka mencari nafkah demi untuk keluarganya.
 Mahasiswa harus rajin belajar agar supaya lulus dengan nilai
yang sangat memuaskan.
Ketiga kalimat tersebut seharusnya:
 Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak
kesalahan.
 Mereka mencari nafkah demi keluarganya.
19

 Mahasiswa harusrajin belajar agar lulus dengan nilai yang


sangat memuaskan.
F. Pengertian Semantik
Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna.
Semantik sebagai cabang ilmu bahasa mempunyai kedudukan yang sama
dengan cabang-cabang ilmu bahasa lainnya. Semantik berkedudukan sama
dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Chomsky sendiri, dalam bukunya yang pertama tidak menyinggung-
nyinggung masalah makna, baru pada buku yang kedua, (1965), menyatakan
bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa, di samping
dua komponen lain yaitu sintaksis dan fonologi, serta makna kalimat sangat
ditentukan oleh komponen semantic.
G. Contoh Kesalahan Bahasa pada Semantik
Kesalahan bahasa pada semantic juga terdiri dari beberapa bagian,
yaitu sebagai berikut :
a. Penerapan hiperkorek
/sy/ Diganti /s/
Kita harus mengikuti Kita harus
syarat itu mengikuti sarat
itu
Adikku menjadi Adikku menjadi
dEkan FIP UNY dekan FIP UNY
/E/ /e/
Papaya itu banyak Papaya itu
dekannya banyak dekannya
20

b. Gejala pleonasme
Kalimat Salah Harusnya Kalimat betul
Lukisanmu sangat Lukisanmu sangat
indah sekali indah.
Lukisanmu indah
sekali
Dia bekerja demi Dia bekerja demi
untuk keluarganya keluarganya
Dia bekerja untuk
keluarganya
H. Pengertian Paragraph
Menurut Uti Darmawati dan Anton Suparyanto (2010: 46) paragraf
merupakan bagian dalam suatu karangan yang memiliki gagasan pokok.
Gagasan pokok merupakan kalimat yang menjadi pokok permasalahan dalam
paragraph selanjutnya diikuti gagasan penjelas. Kalimat dalam paragraph
harus runtut dan saling berkaitan. Zainudin (1991) menyebutkan paragraf
adalah satuan bahasa yang mengandung ide untuk mengungkapkan buah
pikiran yang dapat berupa satu atau beberapa kalimat.
Paragraf menurut Sabarti Akhadiah (1991: 111) merupakan karangan yang
paling pendek/paling singkat. Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 3.16)
mendefinisikan paragraf atau alinea sebagai satuan bagian karangan yang
digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk unataian
kalimat.
Dapat diakatakan bahwa menyusun paragraf pada hakikatnya adalah
menyusun sejumlah kalimat dalam rangka menghubungkan sejumlah gagasan.
Pendapat Yeti Mulyati dkk (2009: 5.22) menyatakan bahwa paragraf terdiri
dari kalimat utama/kalimat pokok dan kalimat penjelas.
21

Kalimat pokok/kalimat utama adalah kalimat yang mengandung pokok


permasalahan/gagasan utama. Sementara itu kalimat penjelas merupakan
kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat pokok. Dari beberapa definisi di
atas, penulis menyimpulkan bahwa paragraf merupakan gabungan kalimat
yang terdiri dari kalimat topik/kalimat utama dan kalimat-kalimat lain yang
menjelaskan kalimat topik/kalimat utama. Kalimat topic adalah kalimat utama
yang mengandung gagasan pokok. Sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat
yang menjelaskan kalimat topik tersebut.
Unsur-unsur Paragraph
1) Perlengkapan Paragraf
Paragraf memiliki empat unsur, yaitu:
a. Transisi ( berupa kata atau kalimat)
b. Kalimat Topik
c. Kalimat Penjelas
d. Kalimat penegas
2) Paragraf memiliki tiga unsur, yaitu:
a. Transisi ( berupa kata atau kalimat)
b. Kalimat Topik
c. Kalimat Penjelas
3) Paragraf memiliki dua unsur, yaitu:
a. Kalimat topik
b. Kalimat pengembang
Kesalahan – kesalahan dalam menulis paragraf
a. Kerancuan bentuk paragraph
b. Kesalahan penempatan baris pada kalimat
c. Penanda bentuk lekuk yang salah
d. Penulisan pada margin yang salah
e. Syarat paragraf yang baik yaitu:
f. Isi Paragraf Hanya Terpusat pada Satu Hal Saja
22

g. Isi Paragraf Yang Relevan dengan Isi Karangan


h. Paragraf harus Koheren dan Unity
i. Kalimat Topik harus Dikembangkan dengan Jelas dan Sempurna
j. Struktur Paragraf harus Bervariasi
k. Paragraf Ditulis dalam Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
i. Pengertian Wacana
Pengertian wacana dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi linguistik,
wacana adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Disamping itu,
Hawthorn (1992) juga mengemukakan pengertian wacana merupakan
komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara
pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas prsonal di mana
bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
Sedangkan Edmondson (1981:4) mengemukakan bahwa wacana adalah
suatu peristiwa berstruktur yang dimanifestasikan dalam prilaku linguistik
(yang lainnya), sedangkan teks adalah suatu urutan ekspresi-ekspresi
linguistik terstruktur yang membentuk suatu keseluruhan yang padu uniter.
j. Permasalahan dan Solusi dalam Wacana
Permasalah atau kesalahan dalam tataran wacana dapat meliputi:
a. Kesalahan dalam Kohesi
b. Kesalahan Penggunaan Pengacuan
Contohnya : Karena mengantuk, Anggoro terjatuh ke sungai. Ayahnya
mencoba menolong mereka
c. Kesalahan Penggunaan Penyulihan
Contohnya : Rio dan rian merupakan adalah peljar di SMA
NUSAKAMBANGAN. Setelah lulus SMA rio ingin bekerja di
Hongkong. Rian juga seperti itu. Ternyata keinginan mereka itu berdada.
23

d. Kesalahan penggunaan konjungsi


Contohnya : Pamanku memang berifat sosial untuk pemurah. Beliau rela
menyumbang paling sedikit satu juta rupiah untuk pembangunan rumah
ibadah.
24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat
membedakan arti. Bunyi yang dihasilkan alat ucap cukup banyak. Di
antaranya ada yang berperan di dalam bahasa. Secara umum bunyi bahasa
dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi- vokal. Perbedaan antara vokal dan
konsonan didasarkan pada ada atau tidaknya hambatan (proses artikulasi)
pada alat bicara. Sedangkan morfem, adalah satuan bentuk terkecil dalam
sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan
yang lebih kecil lagi.
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
“dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi
berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau
kalimat. Selanjutnya semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau
makna. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa mempunyai kedudukan yang
sama dengan cabang-cabang ilmu bahasa lainnya. Semantik berkedudukan
sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Paragraf merupakan bagian dalam suatu karangan yang memiliki
gagasan pokok. wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlihat
sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah
aktivitas prsonal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
25

DAFTAR RUJUKAN
Ambarita, E., & Sibarani, R. (2017). Daftar Morfem dalam Sistem Morfologi
Generatif Bahasa Batak Toba.
Hasyanti, B. T. (2011). Afiks Derivasi dalam Pembentukan Kata Bahasa
Sasak Dialek [ae] di Desa Pengembur Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok
Tengah (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).
Setyawati, Nanik. 2012. Analisis ksalahan berbahasa indonesia teori dan
praktik. Surakarta: Yuma pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa.
Indradi, Agustinus. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Malang: Dioma
Tarigan, Djago. 1986. Membina Ketrampilan menulis paragraf dan
pengembangannya. Bandung: Angkasa Baru.
Basuki, Imam Agus.2007. Rancangan Perkuliahan: Analisis Kesalahan
Berbahasa.
Malang: FPBS IKIP Malang.
Yulianti, Niken. 2005. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Artikel
Siswa
Kelas VII SMPN 3 Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Program Sarjana
Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai