Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2003 WHO mencanangkan TB sebagai global

emergency. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor dua setelah

penyakit jantung pembuluh darah. WHO dalam Anual Report On Global TB

Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high

burden countries terhadap TB termasuk Indonesia (Erwin, 2012). Di

Indonesia tuberculosis merupakan penyebab mortalitas nomor satu diantara

penyakit menular dan merupakan penyebab mortalitas utama setelah

penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada semua kalangan usia

(Darliana, 2011). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis biasanya

mempengaruhi paru-paru (TB paru), tetapi bisa juga menginfeksi organ lain

(TB luar paru). Penyebarannya adalah ketika orang yang sakit TB Paru

mengeluarkan bakteri ke udara, misalnya oleh batuk (WHO, 2018).

Menurut WHO dalam Global Tuberculosis Report 2017, TB

merupakan salah satu penyakit dari 10 penyebab kematian di dunia. TB juga

merupakan penyebab utama kematian yang berkaitan dengan antimicrobial

resestence dan pembunuh utama penderita HIV. Pada tahun 2016,

diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru (insidensi) TB di seluruh dunia,

diantaranya 6,2 juta laki-laki, 3,2 juta wanita, dan 1 juta adalah anak-anak.

Dan diantara penderita TB tersebut, 10% diantaranya merupakan penderita

1
2

HIV positif. 7 negara yang menyumbang 64% kasus baru TB di dunia

adalah India, Indonesia, Tiongkok, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika

Selatan. Pada tahun yang sama, 1,7 juta orang meninggal karena TB

termasuk didalamnya 0,4 juta merupakan penderita HIV. Namun secara

global, tingkat kematian penderita TB mengalami penurunan sebanyak 37%

dari tahun 2000-2016 (WHO, 2017).

Indonesia menempati posisi ke-2 dari daftar 30 negara terbanyak

penderita tuberculosis dengan jumlah penderita mencapai 1.020.000 pasien

dengan rasio penderita 319:100.000. di Jawa Timur, penderita Tuberkulosis

mencapai 469.200 penderita. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2017). Di Banyuwangi, penderita Tuberkulosis sebanyak 1.409 penderita

dan daerah terbanyak yang terjangkit yaitu Kecamatan Banyuwangi /

Puskesmas Singotrunan sebanyak 184 penderita (Profil Kesehatan

Kabupaten Banyuwangi, 2016). Di RSUD Blambangan Banyuwangi Ruang

Penyakit Dalam 1 tercatat ada 91 penderita Tuberkulosis Paru yang dirawat

pada bulan Maret hingga Agustus 2019.

Menurut Naga (2014) tuberkulosis dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya faktor social ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin,

pencegahan penyakit TB seperti melakukan desinfeksi (cuci tangan,

kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap muntahan/ludah

anggota keluarga yang terjangkit TB, ventilasi rumah dan sinar matahari

yang cukup) dan lingkungan.

Kuman dapat disebarkan dari penderita TB paru BTA positif kepada

orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat. Dengan adanya
3

infeksi TB ini, menyebabkan energi didalam tubuh akan digunakan untuk

melawan infeksi, sehingga energi cadangan dalam tubuh terkuras, dan jika

tidak diimbangi dengan asupan nutrisi yang cukup maka pasien akan

tampak kurus dan lemah dan juga system imunitas yang ikut melemah.

Dengan adanya penurunan daya tahan tubuh/imunitas, penderita TB paru

akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak

kronis, demam, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri

dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan

produktivitas penderita bahkan kematian (Darliana, 2011).

Peran perawat dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan

Tuberkulosis paru yaitu mendukung kepatuhan terhadap pengobatan, Pasien

harus memahami bahwa TB paru adalah penyakit menular sehingga

meminum obat secara tepat dan teratur adalah cara efektif dalam

pencegahan penularan. Pengertian tentang obat-obatan, jadwal dan efek

samping harus di jelaskan pada pasien. Selain itu, penjelasan tentang

pentingnya tindakan higienis, termasuk oral hygiene, menutup mulut ketika

bersin serta mencuci tangan juga harus diberitahu kepada pasien,

meningkatkan aktifitas dan nutrisi yang adekuat (Darliana, 2011).

Pasien dapat diatur jadwal aktifitas secara progresif dengan berfokus

pada peningkatan toleransi aktifitas dan kekuatan otot. Keinginan untuk

makan dapat terganggu oleh keletihan akibat batuk berat, pembentukan

sputum, nyeri dada atau kelemahan. Pemberian nutrisi dalam porsi kecil tapi

sering dapat dijadwalkan. Perawat mempunyai peran yang sangat penting


4

dalam merawat pasien TB paru dan keluarganya, termasuk mengkaji

kemampuan pasien untuk melanjutkan terapi di rumah (Darliana, 2011).

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komperensif

pada pasien Tuberkulosis Paru di Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD

Blambangan Banyuwangi.

1.2.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain adalah :

a. Melakukan pengkajian pada pasien Tuberkulosis Paru di Ruang

Penyakit Dalam 1 RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2019

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Tuberkulosis

Paru di Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2019

c. Membuat perencanaan keperawatan pada pasien Tuberkulosis

Paru di Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2019

d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien Tuberkulosis

Paru di Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2019

e. Mengevaluasi pasien Tuberkulosis Paru di Ruang Penyakit

Dalam 1 RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2019


5

f. Mengetahui kesinambungan antara konsep dasar teori dengan

asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru

secara langsung di Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2019

1.3. Manfaat Penulisan

1.3.1. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi

dalam mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan

dilakukan tentang penanganan Tuberkulosis Paru

1.3.2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil karya tulis ilmiah ini nantinya dapat digunakan sebagai

informasi tentang Tuberkulosis Paru

1.3.3. Bagi Peneliti

Mengkaji secara ilmiah suatu permasalahan dengan

mengaplikasikan teori yang pernah peneliti peroleh sepanjang

mengikuti kuliah dan menambah pengetahuan penulis tentang

Tuberkulosis Paru

1.3.4. Bagi Pasien

Mencegah terjadinya stadium lanjut dan mendapatkan

penanganan yang tepat. Serta memberikan asuhan keperawatan dan

pendidikan kesehatan tentang masalah-masalah Tuberkulosis Paru

yang dialaminya serta tindakan apa saja yang harus dilaksanakan


6

1.4. Pengumpulan Data

Adapun cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan

data guna penyusunan penulisan, yaitu dengan Observasi – partisipatif dan

Interview dimana penulis melakukan pengamatan dan turut serta dalam

melakukan tindakan keperawatan serta penulis melakukan pengumpulan

data dengan tanya jawab (pengkajian).

Anda mungkin juga menyukai