Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.

1 Maret 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL (SPO) DENGAN KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN
SPO PROFESI PELAYANAN KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD PURBALINGGA

Tutik Pamuji1, Asrin2, Ridlwan Kamaludin3


1, 2, 3 Jurusan Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

ABSTRACT
Nursing as a profession has spread changing in services aspect, education, research,
and profession, as a response to internal pursuits and external pursuits. So, SPO is very
important as an objective guidance for nurses to give nursing treatment and as criteria for
treatment evaluation. This research intends to proved correlation between nurse’s education
levels about SPO with nurse’s obedience to implementation of SPO nursing services
profession.
This research was a descriptive research with cross sectional design. Using sample
random sampling, there were 26 respondents as samples who have inclusion criteria and
exclusion criteria. Instruments that used were questioner and check list and then the data was
analyzed with Kendal T au T est.
The value of r correlation coefficient between knowledge and obedience of bed cover
replace SPO was –0.267, give oral medicine SPO was 0.011, measure body temperature SPO
was 0.022, felt pulse SPO was 0.068, calculate breathing SPO was 0.182, calculate blood
pressure was 0.184. Statistically, there were no a significant correlation between SPO
knowledge and obedience to implementation of SPO ( p value > 0,05 ) but exactly there were
a significant correlation. It can showed from r value r = -1 < 0 < 1.
High nurse’s knowledge was not always guarantee to obedience in SPO
implementation.

Keywords: SPO nursing service profession, nurse’s knowledge, nurse’s obedience.

PENDAHULUAN standar, akan mempengaruhi citra rumah


Sebagai perwujudan sikap sakit. Oleh karena itu perawat rumah sakit
profesional dari asuhan keperawatan, harus mencakup profesionalisme yang
Depkes RI telah memberlakukan adanya bersifat mandiri, sejajar dan menjadi mitra
standar prosedur operasional (SPO) yang profesi lain ( Yani, 1998).
meliputi SPO Profesi, SPO Pelayanan, dan Indikator kinerja pelayanan di
SPO Administrasi. Apabila pelayanan RSUD Purbalingga pada unit pelayanan
rumah sakit sudah memberikan pelayanan rawat inap pada tujuh bulan terakhir
sesuai dengan persyaratan yang (Januari sampai dengan Juli 2007)
ditetapkan dalam standar, maka pelayanan menunjukkan Bed Ocupation Rate (BOR)
kesehatan sudah dapat dipertanggung 88,4 %, Length Of Stay (LOS) : 5,28 hari,
jawabkan. Turn Of Interval (TOI) : 0,58 hari, Bed Turn
Salah satu sumber daya manusia Over (BTO) : 5,95 hari, Neth Death Rate
di rumah sakit adalah perawat. Pelayanan (NDR) : 1,24%, Gross Death Rate (GDR) :
keperawatan merupakan bagian integral 2,03%. Kepercayaan masyarakat terhadap
dari pelayanan rumah sakit, oleh sebab itu pelayanan kesehatan di RSUD
mutu pelayanan keperawatan akan Purbalingga yang berkualitas dan bermutu
berdampak langsung terhadap pelayanan harus tetap dijaga. Pelayanan berkualitas
rumah sakit. Apabila mutu keperawatan dan bermutu yaitu pelayanan yang
yang diberikan kepada pelanggan dibawah diberikan sesuai dengan standar yang

1
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes. yang masih belum dilakukan sesuai
RI, 2001 ). prosedur yaitu sebagai berikut:
Evaluasi kinerja perawat melaksanakan program orientasi kepada
bermanfaat dalam meningkatkan mutu pasien baru (90,1%): perawat tidak
asuhan keperawatan. Berdasarkan menginformasikan letak tempat
kebijakan dari Depkes. RI, 2001, bahwa ibadah/mushola (11,6%), tidak
program peningkatan mutu asuhan menginformasikan waktu makan, waktu
keperawatan diselenggarakan melalui mandi (38,9%), membantu pasien
kegiatan–kegiatan studi dokumentasi membersihkan mulut (100%),
asuhan keperawatan, persepsi pasien membersihkan mulut pada pasien tidak
terhadap mutu asuhan keperawatan dan sadar ( 98,8% ), perawat tidak menyiapkan
evaluasi pelaksanaan tindakan gelas air bersih (2,8%), perawat tidak
keperawatan berdasarkan SPO. Hasil menyiapkan sarung tangan (2,8%),
rekapitulasi kegiatan observasi perawat tidak mencuci tangan (2,8%),
pelaksanaan tindakan keperawatan yang perawat tidak mencatat kelainan gigi dan
dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2004 mulut (14,3%), memelihara kebersihan
terhadap SPO memasang infus, vulva (99,1%), perawat tidak mencatat
memandikan pasien, mengukur vital sign, respon pasien (3%), melaksanakan
mengganti balutan/perawatan luka, perawatan payudara (95,3%), tidak
mengukur tekanan darah dan memberi melakukan cuci tangan (3,6%), tidak
obat injeksi, mnunjukkan ada beberapa mencatat respon pasien (3,6%).
hal yang masih belum dilakukan perawat Menurut Smet (1994) ada
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan beberapa faktor yang berhubungan dengan
antara lain: pada saat membuka ampul ketidaktaatan antara lain yaitu komunikasi,
tidak menggunakan kikir ampul (22%), persepsi dan pengharapan, variabel-
pada saat melakukan tindakan memasang variabel sosial, ciri-ciri individual dan
infus perawat tidak menyiapkan, dan tidak fasilitas. Menurut Green ( 1980 ) perilaku
menggunakan perlak dan pengalas, karena seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor
jumlah alat kurang (19,235). Pada saat utama yaitu : faktor-faktor predisposisi
melakukan tindakan mengganti balutan (predisposing factors), mencakup
luka, perawat tidak menyiapkan dan tidak pengetahuan dan sikap, tradisi dan
menggunakan perlak dan pengalas, karena kepercayaan masyarakat, sistem budaya,
jumlah alat kurang (13,33%), pada saat tingkat pendidikan dan tingkat sosial
memandikan pasien : hanya menggunakan ekonomi, faktor-faktor
satu waslap (12,24%), tidak mengganti air pemungkin/pendukung (enabling factors),
seka (12,24 %), tidak menanyakan sabun mencakup sarana dan prasarana/fasilitas,
muka (12,24%), tidak menyiapkan tempat faktor-faktor penguat (reinforcing factor)
pakaian kotor (10,20%). meliputi sikap tokoh masyarakat, tokoh
Kegiatan evaluasi pelaksanaan agama, petugas kesehatan, undang-
tindakan keperawatan berdasarkan SPO di undang dan peraturan-peraturan.
ruang rawat inap RSUD Purbalingga yang Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
dilakukan pada bulan Nopember – tertarik untuk mengetahui hubungan antara
Desember 2004 diperoleh hasil observasi tingkat pengetahuan perawat tentang
dari 5 tindakan keperawatan yaitu tentang Standar Prosedur Operasional (SPO)
pelaksanaan program orientasi kepada dengan kepatuhan perawat terhadap
pasien baru, membantu pasien pelaksanaan SPO profesi pelayanan
membersihkan mulut, membersihkan mulut keperawatan.
pasien yang tidak sadar, memelihara
kebersihan vulva dan melakukan
perawatan payudara, ada beberapa hal

2
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

METODE PENELITIAN pertanyaan tertutup (closed ended)


Penelitian ini merupakan penelitian berupa multiple choice (Notoatmodjo,
analitik dengan pendekatan cross 2003). Klasifikasi nilai menurut Arikunto
sectional. Penelitian ini dilakukan pada (1998), sebagai berikut: pengetahuan baik,
bulan Pebruari 2008 di Instalasi Rawat bila responden mendapat nilai 76 – 100
Inap Rumah Sakit Umum Daerah diberi skor 4; cukup baik, apabila
Purbalingga yang terdiri dari 8 ruang rawat responden mendapat nilai 56 – 75 diberi
yaitu Ruang Anggrek, Bougenvile, skor 3; kurang baik, apabila responden
Cempaka, Dahlia, Edelweis, Flamboyan, mendapat nilai 40 – 55 diberi skor 2 dan
Gardena dan Kenanga. Populasi pada tidak baik, apabila responden mendapat
penelitian ini adalah seluruh perawat di nilai kurang dari 40 dan diberi skor 1.
ruang rawat inap RSUD Purbalingga Untuk melengkapi data, peneliti melakukan
dengan latar belakang Pendidikan DIII diskusi dan wawancara dengan responden
Keperawatan yang berjumlah 95 orang. guna mengeksplorasi lebih dalam terhadap
Pemilihan sampel menggunakan teknik data yang diperoleh dari kuesioner.
simple random sampling dengan kriteria Kegiatan observasi terhadap
inklusi: perawat ruang rawat inap RSUD pelaksanaan tindakan keperawatan
Purbalingga tahun 2007, perawat yang dilakukan pada pagi dan sore hari.
melaksanakan SPO Profesi Pelayanan Penilaian dilakukan dengan memberi tanda
Keperawatan dengan pendidikan DIII “V” pada kolom observasi apabila kegiatan
Keperawatan baik PNS maupun tenaga dilakukan dan tanda “-“ apabila kegiatan
kontrak, perawat ruang rawat inap dengan tidak dilakukan. Sub total nilai diisi dengan
masa kerja minimal 6 bulan. Sedangkan menjumlahkan jawaban nilai “V” yang
kriteria eksklusi: Perawat yang tidak hadir ditemukan pada observasi. T otal nilai diisi
pada saat pengambilan data (cuti), perawat dengan menjumlahkan hasil tanda “V” dan
yang sedang menjalani masa orientasi, selanjutnya prosentase setiap kegiatan
perawat yang tidak bersedia menjadi dihitung. Klasifikasi nilai kepatuhan
responden. T otal sampel pada penelitian menurut Arikunto (1998), sebagai berikut:
ini yaitu 26 perawat. Variabel bebas pada Kepatuhan baik, apabila responden
penelitian ini adalah pengetahuan perawat mendapat nilai 76–100 diberi skor 4;
tentang SPO (Standar Prosedur cukup baik, apabila responden mendapat
Operasional), sedangkan variabel terikat nilai 56–75 diberi skor 3; kurang baik,
yaitu kepatuhan perawat terhadap apabila responden mendapat nilai 40–55
pelaksanaan SPO profesi pelayanan diberi skor 2; dan tidak baik, apabila
keperawatan. responden mendapat nilai kurang dari 40
Alat ukur yang digunakan untuk dan diberi skor 1.
mengetahui tingkat pengetahuan Penilaian tingkat kepatuhan
responden tentang SPO secara umum dan perawat di RSUD Purbalingga berdasarkan
tentang SPO profesi pelayanan pada Kebijakan Direktur tertanggal 1
keperawatan digunakan kuesioner yang Januari 2004 dengan ketentuan sebagai
dibuat oleh peneliti. Tingkat pengetahuan berikut: Kepatuhan baik dengan nilai 90–
tentang SPO profesi pelayanan 100 diberi skor 4; cukup baik dengan nilai
keperawatan mencakup 5 SPO tindakan 76–89 diberi skor 3; kurang baik dengan
pelayanan keperawatan yang diambil dari nilai 60–75 diberi skor 2; dan tidak baik
standar Depkes. RI. tahun 2001 terdiri dari dengan nilai kurang dari 60 diberi skor 1.
mengganti alat tenun dengan pasien Selanjutnya kebijakan ini akan digunakan
diatasnya, memberikan obat peroral, peneliti dalam menentukan tingkat
mengukur suhu badan, menghitung denyut kepatuhan perawat.
nadi dan pernapasan serta mengukur Uji instrumen dilakukan di RS
tekanan darah. Responden diberikan Nirmala Purbalingga dengan jumlah

3
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

responden sebanyak 15 perawat. Uji berhubungan dengan penelitian dan data


validitas ini menggunakan teknik korelasi dari kegiatan tim peningkatan mutu RSUD
product moment, kemudian didapatkan r Purbalingga. Analisa data menggunakan
hitung > r tabel, n = 10, r hitung = 0,602. analisa univariat untuk mendeskripsikan
Hail uji validitas pada 30 pertanyaan setiap variabel penelitian dengan cara
adalah valid. Selanjutnya kuesioner membuat tabel distribusi frekuensi dari tiap
tentang pengetahuan SPO diuji variabel dan analisa bivariat untuk mencari
reliabilitasnya dengan rumus Spearman hubungan antara variabel bebas
Brown. Pertanyaan terbukti reliable karena (pengetahuan perawat) dengan variabel
didapat nilai r Spearman Brown (0,988) > terikat (kepatuhan perawat terhadap
nilai r tabel. pelaksanaan SPO profesi pelayanan
Penelitian ini menggunakan data keperawatan). Uji statistik yang digunakan
primer yang diperoleh dari subyek adalah Kendal T au (τ) untuk mencari
penelitian dengan cara wawancara, hubungan dan menguji hipotesis antara
pengisian kuesioner dan observasi dua variabel apabila data berbentuk ordinal
langsung terhadap responden. Data atau rengking (Sugiyono, 2005).
sekunder diperoleh dari buku yang

HASIL DAN BAHASAN


1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi umur responden


Umur f %
20-25 tahun 3 11,5
26-30 tahun 19 73,1
31-35 tahun 3 11,5
36-40 tahun 1 3,9
Total 26 100

Tabel 2. Distribusi frekuensi masa kerja


Masa kerja f %
1-5 tahun 16 orang 61,5
6-10 tahun 9 orang 34,6
11-15 tahun - -
16-20 tahun 1 orang 3,9
Total 26 100

2. Gambaran pengetahuan perawat tentang SPO profesi pelayanan keperawatan.


Tabel 3. Distribusi pengetahuan perawat tentang SPO profesi pelayanan keperawatan.
t HR & RR TD D V
Tk pengetahuan Kategori
f % f % f % f % f %
Baik 14 53,8 16 61,5 20 76,9 13 50 14 53,8
Cukup Baik 12 46,2 10 38,5 6 23,1 12 46,2 12 46,2
Kurang Baik - - - - - - 1 3,8 - -
Tidak Baik - - - - - - - - - -
TOTAL 26 100 26 100 26 100 26 100 26 100
Keterangan : t = mengukur suhu badan; D= memberi obat peroral; HR & RR = menghitung
nadi & nafas; V = mengganti alat tenun dengan pasien; TD = mengukur tekanan
darah diatasnya

4
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

3. Gambaran kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan SPO profesi pelayanan


keperawatan.

T abel 4. Distribusi kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan SPO profesi pelayanan


keperawatan.
Tk kepatuhan t HR RR TD D V
Kategori f % f % f % f % f % f %
Patuh 24 92,3 24 92,3 22 84,6 24 92,3 24 92,3 24 92,3
Cukup Patuh 2 7,7 2 7,7 4 15,4 2 7,7 2 7,7 2 7,7
Kurang Patuh - - - - - - - - - - - -
Tidak Patuh - - - - - - - - - - - -
TOTAL 26 100 26 100 26 100 26 100 26 100 26 100
Keterangan: t = mengukur suhu badan; RR = menghitung pernafasan; D = memberi obat peroral;
V = mengganti alat tenun dengan pasien di atasnya; HR = menghitung denyut nadi;
TD = mengukur tekanan darah

4. Hubungan pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat terhadap


tentang SPO dengan kepatuhan pelaksanaan SPO profesi pelayanan
perawat terhadap pelaksanaan SPO keperawatan di ruang rawat inap
profesi pelayanan keperawatan. RSUD Purbalingga, dengan
Dari hasil uji statistik untuk menggunakan analisis Kendal T au
mengetahui hubungan antara diperoleh nilai Kendal T au ( r ) seperti
pengetahuan perawat tentang SPO tabel berikut ini.

T abel 6. Koefisiensi korelasi Kendal T au antara pengetahuan responden tentang SPO


dengan kepatuhan responden terhadap pelaksanaan SPO profesi pelayanan
keperawatan.
No Variabel Koefisien korelasi
1 Mengganti alat tenun - 0,267
2 Memberikan obat per oral - 0,011
3 Mengukur suhu badan 0,022
4 Menghitung denyut nadi 0,068
5 Menghitung pernapasan 0,182
6 Mengukur tekanan darah 0,184

Dari tabel diatas dapat diketahui pelaksanaan SPO tetapi bersifat negatif.
bahwa untuk SPO mengganti alat tenun Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat
dengan nilai Kendal T au ( r ) = – 0,267 pengetahuan responden tentang SPO,
berarti ada hubungan yang bermakna semakin rendah tingkat kepatuhan dalam
antara pengetahuan perawat tentang SPO pelaksanaan SPOnya.
dengan kepatuhan terhadap pelaksanaan Pada SPO mengukur suhu badan,
SPO mengganti alat tenun tetapi bersifat nilai Kendal T au ( r ) = 0,022, menghitung
negative. Artinya semakin tinggi tingkat denyut nadi r = 0,068, menghitung
pengetahuan responden tentang SPO, pernapasan r = 0,182 dan mengukur
semakin rendah tingkat kepatuhannya tekanan darah r = 0,184, berarti dari ke
terhadap pelaksanaan SPO. Untuk SPO empat SPO tersebut diatas ada hubungan
memberikan obat per oral, nilai Kendal T au yang positif antara pengetahuan
( r ) -0,011 berarti ada hubungan yang responden tentang SPO dengan
bermakna antara pengetahuan perawat kepatuhan responden terhadap
tentang SPO dengan kepatuhan terhadap pelaksanaan SPO. Artinya semakin tinggi

5
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

tingkat pengetahuan responden tentang dan penghargaan baik dari sejawat


SPO seharusnya semakin tinggi pula karyawan ataupun atasannya. Barangkali
tingkat kepatuhannya. banyak karyawan yang ingin meningkatkan
Pada penelitian ini semua prestasi kerjanya dengan baik, namun
responden berlatar belakang pendidikan karena kondisi lingkungan fisik yang tidak
sama yaitu Diploma III Keperawatan, mendukung, misal peralatan yang tidak
namun didapatkan hasil tingkat kepatuhan mencukupi, suasana yang berisik, ventilasi
yang berbeda. Menurut Notoatmodjo udara kurang baik, maka motivasi untuk
(2003) pendidikan adalah segala upaya meningkatkan prestasi akan melemah.
yang direncanakan untuk mempengaruhi Berdasarkan data distribusi
orang lain baik individu, kelompok atau frekuensi gambaran kepatuhan perawat
masyarakat sehingga mereka melakukan tentang SPO diketahui bahwa tingkat
apa yang diharapkan oleh pelaku pengetahuan responden dari masing-
pendidikan. Kondisi ini apabila dikaitkan masing SPO berbeda. Rata-rata
dengan pendapat Notoatmodjo diatas responden berpengetahuan baik tentang
terdapat kesenjangan. Berdasarkan hasil SPO. Menurut hasil wawancara peneliti
wawancara peneliti dengan beberapa dengan beberapa responden kurangnya
responden ada beberapa faktor yang pengetahuan dikarenakan kurang adanya
berpengaruh pada ketidakpatuhan mereka penyegaran maupun pelatihan. Selain itu
dalam melaksanakan SPO, antara lain juga akibat kurangnya perawat mengikuti
yaitu sistem budaya kerja, keterbatasan berbagai seminar. Dari bagian Diklat
fasilitas, kurangnya supervisi dan RSUD Purbalingga didapatkan data bahwa
sosialisasi, sistem kompensasi dan pelatihan dan seminar pada program
motivasi. Jadi, tingkat pendidikan yang pengembangan staf keperawatan tahun
tinggi belum tentu akan menyebabkan 2007 menunjukkan sebagian besar
perilaku kepatuhan tinggi/baik dalam pelatihan bersifat untuk peningkatan
melaksanakan SPO profesi pelayanan spiritual dan kepribadian. Sedangkan untuk
keperawatan. pelatihan dan penyegaran tentang standar
Responden penelitian ini berusia prosedur operasional pelayanan
antara 20 sampai dengan 40 tahun. keperawatan belum pernah dilakukan.
Menurut Feldman (1996), dalam teori Responden yang berpengetahuan
psikologi perkembangan usia tersebut baik memiliki masa kerja 1 sampai 5 tahun.
merupakan awal masa dewasa. Menurut Dengan masa kerja yang relatif belum
Gisela Vief ( 1986 ) bahwa pemikiran lama pengetahuan yang didapat semasa
dewasa muda menunjukkkan suatu pendidikan masih teringat dengan baik.
perubahan yang signifikan. Cara berpikir Selain itu 6 SPO yang dilakukan ini
lebih konkrit dan pragmatis. Pada masa merupakan SPO yang dilaksanakan setiap
dewasa awal, orang biasanya berubah dari hari oleh perawat di ruang rawat inap.
mencari pengetahuan menuju menerapkan Bahkan dapat dilakukan dua sampai tiga
pengetahuan, yakni menerapkan apa yang kali dalam sehari.
diketahuinya. Perilaku perawat yang patuh
Anoraga (2001) menyatakan terhadap SPO disebabkan motivasi
bahwa pada dasarnya setiap tindakan tentang reward yang berlaku di RSUD
manusia mempunyai suatu tujuan/motivasi Purbalingga berupa insentif setiap
baik itu disadari maupun spontanitas untuk bulannya dan motivasi dari pihak
memenuhi kebutuhannya. Demikian pula manajemen rumah sakit. Martoyo (1994)
setiap pekerjaan karyawan mempunyai menyatakan bahwa kompensasi atau
suatu motivasi, misalnya dengan reward adalah merupakan alat untuk
mengharapkan penghasilan, kepuasan menciptakan iklim kondusif yang akan
pribadi, peningkatan status atau promosi mendorong pegawai untuk bekerja lebih

6
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

produktif dan meningkatkan prestasi kerja. oral pasien dilakukan bersama-sama


Dalam hal ini reward dapat meningkatkan dengan pembagian diit pasien. Padahal
kepatuhan. pembagian diit pasien tidaklah selalu
Sebagian besar responden patuh dilakukan oleh perawat tetapi oleh non
terhadap SPO yang berlaku di RSUD perawat. Sehingga penjelasan tentang
Purbalingga. Menurut Notoatmodjo (2003), nama dan guna obat bahkan kewajiban
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perawat untuk menunggui/mengetahui
pengetahuan seseorang yaitu tingkat sampai obat benar-benar diminum oleh
pendidikan, pengalaman diri sendiri pasien tidak dilakukan. Menurut James
maupun orang lain, lingkungan dan media (1986) standar dibuat berorientasi pada
masa. Menurut James (1986), suatu pelanggan, staf dan sistem dalam
standar tidak akan berfungsi bila organisasi. Pernyataan standar
kemampuan dan jumlah staf tidak mengandung apa yang diberikan kepada
memadai. Bloom berpendapat, perilaku pelanggan/pasien, bagaimana staf
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih berfungsi atau bertindak dan bagaimana
langgeng/berlangsung lama (long lasting) sistem berjalan. Ketiga komponen tersebut
dibandingkan dengan yang tidak didasari harus berhubungan dan terintegrasi.
pengetahuan. SPO mengukur suhu badan didapat
Dari penelitian ini didapatkan hasil nilai r = 0,022, SPO menghitung denyut
koefisien korelasi Kendal T au antara nadi pasien nilai r = 0,068, SPO
pengetahuan perawat tentang SPO menghitung pernapasan nilai r = 0,182,
dengan kepatuhan perawat terhadap dan SPO mengukur tekanan darah nilai r =
pelaksanaan SPO, yaitu untuk SPO 0,184. Dari data koefisien korelasi tersebut
mengganti alat tenun nilai r = -0,267 dan diatas, berarti pada kempat SPO tersebut
SPO memberikan obat per oral nilai r = - terdapat hubungan yang positif antara
0,011. Dari dua SPO ini menunjukkan pengetahuan perawat dengan kepatuhan
adanya hubungan antara pengetahaun perawat artinya semakin tinggi
perawat dengan kepatuhan perawat pengetahuan perawat semakin tinggi pula
terhadap pelaksanaan SPO tetapi bersifat tingkat kepatuhannya. Hal ini antara lain
negatif. Artinya semakin tinggi disebabkan karena fasilitas untuk
pengetahuan perawat semakin kurang pelaksanaan keempat SPO tersebut sudah
tingkat kepatuhannya. Hal ini disebabkan lengkap dan pemahaman perawat
antara lain karena inventaris linen diruang terhadap SPO tersebut juga sudah baik.
rawat inap RSUD Purbalingga kurang Menurut Green (1991), faktor-faktor
dikelola dengan baik sehingga banyak pemungkin (enabling factors) merupakan
inventaris yang hilang karena terbawa ke salah satu faktor yang dapat
ruang lain atau bahkan ada yang terbawa mempengaruhi tingkat kepatuhan. Faktor
pulang oleh pasien sehingga fasilitas pendukung yaitu tersedianya sumber-
menjadi kurang. Sehubungan dengan hal sumber/sarana pelayanan kesehatan dan
tersebut, dari dokumen inventaris alat linen kemudahan untuk mencapainya. Fasilitas
yang ada di ruang rawat inap RSUD adalah sarana untuk melancarkan
Purbalingga (bulan Januari dan Desember pelaksanaan fungsi; kemudahan
2007) di dapatkan data bahwa hampir (Poerwodarminta, 2003). Depkes RI (2001)
disetiap ruang rawat terjadi penurunan menyatakan bahwa untuk dapat
jumlah inventaris alat tenun dari persedian terlaksananya pelayanan yang sesuai
awal bulan Januari 2007 dengan persedian dengan standar tentunya harus didukung
akhir Desember 2007. dengan pengetahuan, kemampuan dan
Pada SPO memberikan obat per ketrampilan yang memadai dari SDM yang
oral, kurangnya kepatuhan perawat antara ada. Disamping harus pula ditunjang
lain disebabkan oleh pembagian obat per dengan fasilitas dan sarana rumah sakit

7
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

yang memadai sehingga pelayanan yang lain yaitu mengukur suhu badan
menjadi berkualitas dan berdampak besar didapat nilai r = 0,022 menghitung denyut
terhadap citra pelayanan rumah sakit yang nadi r = 0,068 menghitung pernapasan
pada akhirnya dapat memuaskan pasien r = 0,182 dan mengukur tekanan
masyarakat. Apabila rumah sakit sudah darah r = 0,184 berarti ada hubungan
memberikan pelayanan sesuai dengan antara pengetahuan SPO dengan
pengetahuan dan standar yang telah kepatuhan pelaksanaan SPO yang bersifat
ditetapkan,maka pelayanan kesehatan positip yaitu tingkat pengetahuan perawat
sudah dapat dipertanggungjawabkan. yang tinggi diikuti dengan tingkat
Selain itu tingkat pengetahuan seseorang kepatuhan yang tinggi pula.
akan berpengaruh pada sikap dan perilaku Kepuasan dan kepercayaan
untuk berpartisipasi. Semakin tinggi tingkat pasien terhadap RSUD Purbalingga dapat
pengetahuan seseorang akan semakin ditingkatkan dengan meningkatkan
tinggi pula kesadaran untuk berperan serta pelayanan keperawatan yang profesional
(Depkes. RI 1990). dengan cara meningkatkan pengetahuan
dan kepatuhan perawat terhadap SOP
SIMPULAN DAN SARAN yang berlaku di RSUD Purbalingga. Untuk
Semua responden (100%) berlatar peneliti selanjutnya perlu dilakukan
belakang pendidikan Diploma III penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
Keperawatan dengan golongan umur 20- hubungan antara pengetahuan perawat
25 tahun terdapat 3 orang (11,5%), 26-30 tentang SPO dengan kepatuhan terhadap
tahun ada 19 orang (73,1%), 31-35 tahun pelaksanaan SPO dengan supervisi,
ada 3 orang (11,5%), dan 36-40 tahun ada sosialisasi SPO, atau dengan fasilitas-
1 orang (3,9%) dan memiliki masa kerja 1- fasilitas yang ada.
5 tahun ada 16 orang (61,5%), 6-10 tahun
ada 9 orang (34,6%), 16-20 tahun ada 1 DAFTAR PUSTAKA
orang (3,9%). Gambaran pengetahuan Anoraga, P . 1993. Psikologi Dalam
responden tentang SPO mengganti alat Perusahaan, Jakarta, Rieka Cipta.
tenun dan SPO mengukur suhu badan Anoraga, P. 2001. Psikologi
yaitu 14 orang (53,8%) baik dan 12 orang Kepemimpinan, Jakarta, Rieka
(46,2%) cukup, SPO memberikan obat per Cipta.
oral 13 orang (50%) baik, 12 orang (46,2%) Arikunto, S, 2002. Prosedur penelitian
cukup dan 1 orang (3,9%) kurang, SPO suatu pendekatan praktek, Revisi
menghitung denyut nadi dan pernapasan V, Rineka Cipta, Jakarta.
pasien 16 orang (61,5%) baik dan 10 orang Azwar, A, 1994. Program menjaga mutu
(38,5%) cukup, SPO mengukur tekanan pelayanan kesehatan, IDI, Jakarta
darah 20 orang (76,9 orang) baik dan 6 DPP PPNI, 1993. Lokakarya keperawatan
orang (23,1%) cukup. Nasional, Jakarta.
Gambaran tingkat kepatuhan DPP PPNI, 1996. Keperawatan sebagai
perawat terhadap pelaksanaan semua profesi, Lokakarya Keperawatan,
SPO sama yaitu 24 orang (92,3%) patuh Pusdiknakes. Jakarta.
dan 2 orang (7,7%) cukup patuh. Pada Gafar, 1999. Pengantar keperawatan
SPO mengganti alat tenun dan profesional, EGC, Jakarta.
memberikan obat per oral didapat nilai r = - Gartinah T , 1994. Pengembangan sumber
0,267 dan r = -0,011, berarti ada hubungan daya manusia dalam bidang
antara pengetahuan SPO dengan keperawatan’, Cermin Dunia
kepatuhan terhadap pelaksanaan SPO Kedokeran, Vol. 91, H. 47 – 49.
tetapi bersifat negatif, yaitu tingkat Hasnita & Sanusi 2006. Kinerja tenaga
pengetahuan perawat tinggi tetapi perawat di instalasi rawat inap rs
kepatuhannya cukup.Sedang untuk 4 SPO Dr. Achmad Moechtar, Working

8
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

KMPK Online dilihat 27 Nopember Nursalam, 2002. Manajemen Keperawatan


2007, dari http://www.Irc- : Aplikasi dalam praktek
kmpk.ugm.ac.id. keperawatan profesional, Salemba
Hidayat, A, 2007. Metode penelitian Medika, Jakarta.
keperawatan dan tekanan analisis Potter & Perry, 2005. Buku ajar
data, Salemba Medika, Jakarta. fundamental keperawatan :
Indikator kinerja pelayanan di RSUD konsep, proses dan praktik, edisi
Purbalingga unit rawat inap 2007, 4, Vol.1, EGC, Jakarta.
Laporan Rekam Medik RSUD Sekartina, N, 2007. Implementasi
Purbalingga. penyusunan program dalam
Kesekretariatan dan Rekam Medik, 2006. rangka akreditasi rumah sakit,
Profil RSUD Purbalingga, RSUD Seminar Sosialisasi, Jakarta.
Purbalingga. Smet, B, 1994. Psikologi kesehatan,
Kinerja klinis perawat dan bidan Gramedia, Jakarta.
ditingkatkan 2004, Republika Sugiyono, 2005. Statistika untuk penelitian,
Online, dilihat tanggal 2 Nopember edisi revisi ke-8, CV Alfabeta,
2007 dari http://www.republika- Bandung.
online.co.id. Tim Depkes. RI, 2001. Instrumen evaluasi
Muchdarsyah, S, 2000. Produktivitas apa penerapan standar asuhan
dan bagaimana, edisi ke empat, keperawatan di rumah sakit,
PT Bumi Aksara, Jakarta. Direktorat Jenderal Pelayanan
Muharso, 2005. Keperawatan sebagai Medik Direktorat Rumah Sakit
bagian integral dari sistem Umum dan Pendidikan, Jakarta.
pelayanan kesehatan, Seminar Tim Komisi Skripsi Jurusan Keperawatan
Unsoed, Purwokerto. Unsoed Purwokerto, 2007.
Notoatmodjo, 2002. Metodologi penelitian Pedoman penulisan dan hasil
kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. penelitian (Skrispi) program
Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan sarjana keperawatan, Unsoed,
perilaku kesehatan, Cetakan Purwokerto.
kedua, Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai