Anda di halaman 1dari 3

Vertigo

Definisi
Vertigo adalah perasaan seseorang dimana dirinya atau lingkungannya
terasa bergerak atau berputar. Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya
memutar, merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang. Hal ini dapat berakibat pada timbulnya pusing yang dapat dibedakan dari
penyebab pusing yang lain. Pusing yang muncul ketika merasa tubuh terus bergerak
dan tidak bisa menjaga keseimbangan selama lingkungan diam, atau dapat disebut
sebagai pergerakan relatif terhadap lingkungan disebut subjektif vertigo. Sedangkan,
pusing yang muncul karena merasakan melalui panca indera bahwa lingkungan terus
menerus bergerak sedangkan sendiri seimbang, atau disebut sebagai pergerakan relatif
lingkungan terhadap disebut objektif vertigo. Gejala – gejala yang menyertai vertigo
seperti mengalami kesulitan berdiri atau berjalan, mual, muntah, berkeringat, kadang
disertai nistagmus (gerakan mata yang tidak normal) dan pusing

Etiologi
Benign Paroxymal Positional Vertigo (BPPV) adalah bentuk vertigo yang
paling sering dijumpai, dimana terdapat gangguan pada sistem vestibular di bagian
dalam telinga tengah termasuk gangguan pada saraf tepi vestibulocochlearis.
Gangguan ini lebih sering ditemukan pada perempuan usia tua dan jarang ditemukan
pada usia muda kecuali didahului dengan riwayat cidera kepala. Sebenarnya,
keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
proprioseptif yang terletak di gyrus paracentralis. Ganguan di salah satu unsur
tersebut berakibat pada gangguan persepsi keseimbagan seseorang. Penyebab vertigo
sendiri sampai saat ini masih berupa teori, yaitu teori “Cupulolithiasis” dan teori
“Canalithiasis”.

(1) Teori Cupulolithiasis


Dasar dari teori ini adalah batu (lithiasis) yang terbentuk karena partikel-partikel
basofilik berisi calcium carbonat dari otolith terlepas dari macula utriculus yang
kemudian berdegenerasi lalu menempel pada permukaan kupula. Akibatnya, kanalis
semisirkularis posterior menjadi lebih sensitif akan pergerakan relatif terhadap
gravitasi. Hal ini dianalogikan dengan pemberat yang terletak diujung tiang akan
membuat tiang untuk tidak stabil. Adanya gaya tarikan gravitasi ke bawah pada tiang
ditambah dengan pemberat yang tidak tentu arahnya inilah yang membuat tiang
tersebut tidak stabil. Hal inilah yang juga terjadi pada telinga bagian dalam kita.
Akibatnya, impuls yang dihasilkan saraf perifer pun menjadi tidak berpola termasuk
eksitasi pada sistem saraf pusat yang tidak teratur. Adanya ketidakteraturan ini
berakibat tidak mampunya otak memastikan bagaimana sebenarnya keseimbangan
orang tersebut dan bermanifestasi sebagai pusing vertigo yang sering diikuti oleh rasa
mual. Dari teori ini, gangguan terjadi pada sistem saraf perifer bukan pada sistem
saraf pusat.

(2) Teori Canalithiasis


Dasar dari teori ini adalah adanya partikel yang senantiasa mengikuti gaya gravitasi
relatif bagaimana posisi seseorang. Partikel otolith terbentuk dan bergerak bebas di
dalam canal semi-sircularis (CSS) mengikuti posisi seseorang. Berbeda dari teori
sebelumnya, partikel otolith di dalam teori ini tidak melekat melainkan terapung
dalam kanal sehingga terus berpindah tempat sesuai dengan perpindahan posisi
seseorang. Apabila orang tersebut berdiri maka partake otolith terletak di bagian
bawah kanal. Sedangkan, ketika posisi berubah menjadi berbaring maka partikel
otolith akan naik di sepanjang lengkung CS. Hal ini berakibat pada cairan endolimfe
yang mengalir menjauhi ampula sehingga menjadi bengkok. Ketika, orang tersebut
berdiri maka partikel akan berada di atas sebentar lalu jatuh kembali dan memberikan
rangsangan yang cukup kuat untuk menghasilkan eksitasi mendadak saraf perifer
hingga timbullah pusing. Hal ini dapat dianalogikan, ketika kita menaruh benda di
dalam ban. Ketika kita putar roda tersebut, untuk sesaat partikel tersebut akan
terpental ke atas namun akan jatuh kembali dengan lebih kuat karena gaya gravitasi.
Dari teori inilah, maka ada anggapan bahwa beberapa pasien yang mengalami vertigo
dapat mereda apabila tidak banyak merubah posisi.

Diagnosis Banding
(1) Vestibular Neuritis
Penjelasan pasti terkait bagaimana mekanisme penyakit ini berdampak vertigo pada
seseorang masih belum jelas. Namun, yang diketahui adalah sebagai berikut: Hal ini
diawali dengan infeksi pada sel-sel saraf di organ vestibular. Infeksi pada sel saraf
berakibat pada inflamasi yang meningkatkan lonjakan dan eksitasi impuls pada saraf
tepi. Otak pun sebagai sistem saraf pusat tidak dapat mengimbangi lonjakan impuls
ini dan bermanifestasi menjadi pusing yang gejalanya seperti pusing vertigo walaupun
menghilang selama tiga hari. Gejala yag muncul seperti pusing berat, mual, muntah
hebat dan tidak mampu menjaga keseimbangan saat berdiri atau berjalan.

(2) Labirinititis
Sama seperti penjelasan sebelumnya, yaitu didasarkan pada adanya infeksi pada organ
telinga dalam. Proses dapat akut atau kronik dan toksik atau supuratif. Labirinititis
toksik akut dapat disebabkan karena adanya infeksi struktur di dekat labirin, tidak
langusng pada labirin itu sendiri. Infeksi terjadi karena zat/substrat yang dihasilkan
oleh bakteri, tidak disebabkan langsung oleh bakterinya sendiri. Sedangkan,
labirinititis suppuratif akut disebabkan oleh bakterinya secara langsung.

(3) Menire disease


Adalah kelainan organ labirin yang etiologinya masih belum jelas. Namun, yang
dapat diketahui bahwa penyakit ini memiliki tiga gejala khas: gangguan pendengaran
(dimana penderita tidak dapat menangkap dengan jelas apa yang dimaksud oleh lawan
bicara nya, bukan karena volume yang kurang keras), tinnitus, dan serangan vertigo.
Penyakit ini banyak terjadi di wanita dewasa. Mekanisme yang mendasari penyakit ini
adalah akumulasi endolimfe akibat penyerapan nya oleh stria vaskularis terhambat,
sehingga pasien merasa ada yang oenuh di telinga.

Tatalaksana

Manuver Epley adalah maneuver yang sering digunakan untuk mereposisi


debris/partikel otolith . Pasien digerakkan dalam 4 langkah, dimulai dengan posisi
duduk dengan kepala dimiringkan 45o pada sisi yang memicu.
(1) pasien diposisikan sama dengan posisi Hall-pike sampai vertigo dan nistagmus
mereda.
(2) kepala pasien kemudian diposisikan sebaliknya, hingga telinga yang terkena
berada di atas dan telinga yang tidak terkena berada di bawah.
(3) seluruh badan dan kepala kemudian dibalikkan menjauhi sisi telinga yang terkena
pada posisi lateral dekubitus, dengan posisi wajah menghadap ke bawah.
(4) langkah terakhir adalah mendudukkan kembali pasien dengan kepala ke arah yang
berlawanan pada langkah (1).
Tindakan operasi jarang dilakukan pada kasus vertigo. Tindakan operasi
hanya dilakukan apabila maneuver Epley tidak memberikan hasil optimal dan tidak
ditemukannya kelainan intracranial pada pemeriksaan radiologi. Terapi bedah yang
dilakukan adalah transeksi langsung nervus vestibuler dari fossa posterior atau fossa
medialis dengan menjaga fungsi pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai