Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih memberikan nafas
kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul
“Implementasi Makna Semboyan Bhineka Tunggal Ika” tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada
semua pihak yang telah ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang pengertian hak, pengertian kewajiban,
pengertian warga negara, asas kewarganegaraan dan hak kewajiban warga Negara berdasarkan UUD
1945. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dari para pembaca guna
peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Bandung, 24 Oktober 2015

Penyus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui
oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran manusia.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah
hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.

Sekarang ini zaman globalisasi, remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena globalisasi
ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang
masuk, sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak
cocok dengan kebudayaan kita. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
mengkuatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai
pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan
masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi
mereka merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja
kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan
tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga
sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk
didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara
lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan
terjangkitnya suatu penyakit, misalnya HIV/AIDS.

B. Rumusan masalah

1. Apakah etika dan moral bisa memberikan prilaku yang baik?

2. Bagaman cara mengatasi pergaulan bebas dalam kehidupan anak remaja?

3. Apa itu pergaulan bebas?

4. Apa penyebab dampak dari pergaulan bebas?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dan perbedaan dari, etika dan moral.

2. Mengetahui prilaku etik dan moral dalam kehidupan anak remaja.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku
manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami
kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai
ukuran (kriteria) yang berlainan.

Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi
berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk .

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

Adapun Jenis-jenis Etika adalah sebagai berikut:

1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau
berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir
dari filsafat.

2. Etika Teologis

Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik
agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika
teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang
terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-
presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis.

B. Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai
dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah
hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur
dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku
di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang
itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan
Agama.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai, Moral Dan Sikap

a. Lingkungan keluarga.

Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap
seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang yang
tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka
tidak mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melakukan
pelanggaran norma.
b. Lingkungan Sekolah.

Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku dimasyarakat sehingga mereka juga
dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru.
Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang
guru harus memiliki moral yang baik.

c. Lingkungan Pergaulan.

Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral
dan sikap seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru.
Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga
bisa dijadikan panutan baginya.

d. Lingkungan Masyarakat.

Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah
lakuyang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-
sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.

2. Upaya Pengembangan Nilai, Moral Dan Sikap Remaja

Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Dan tidak semua individu tidak
mencapai tingkat perkembangan moral s eperti apayangdiharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk mengembangkannilai, moral dan sikap, antara lain:

a. Penciptaan Komunikasi

Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak tidak hanya
harus mendengarkan tetapi juga harus dirangsang agar lebih aktif. Misalnya mengikutsertakan ia dalam
pengambilan keputusan dikeluarga dan pemberian tanggung jawab dalam kelompok sebayanya. Karena
nilai-nilai kehidupan yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan dalam
konteks kehidupan besama.Selain itu, pengembangan juga bisa dilakukan melalui proses pendidikan,
pengasuhan, perintah, larangan, pemberian hadiah, pemberian hukuman dan interfensi edukatif dengan
dibantu oleh para guru dan para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikapyang baik
bagi anak-anaknya agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang diharapkan.

b. Penciptaan Iklim Lingkungan Yang Serasi

Seseorang yang sikapnya berhasil seperti apa yang diharapkan, umumnya adalah seseorang yang hidup
dalam lingkungan yang positif, jujur dan konsekuen senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang
merupakan pencerminan dari nilai-nilai hidup. Ini berarti bahwa pengembangan tidak hanya dilakukan
melalui pendekatan intelektual tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif, dimana
faktor-faktor lingkungan itusendiri merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup.Para remaja
sering kali menentang nilai-nilai dan dasar-dasar hidup orangtua dan orang dewasa lainnya. Ini tidak
berarti mengurangi kebutuhan mereka akansuatusystem nilaiyang tetap. Mereka tetap
menginginkansuatusystemnilaiyang akan menjadi pegangan dan petunjukbagi perilaku mereka. Karena
itu,orang tua,guru dan orang dewasa lainnya patut memberikan contoh perilaku yang merupakan
perwujudan nilai-nilai yang diperjuangkan.

C. Perbedaan Antara Etika dan Moral

Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau
moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system
nilai yang ada.

Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'a d. Dalam
kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:

1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.

2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara
umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara
universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada
dalam situasi yang sejenis.

3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu
kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau
sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya
kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional,
berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang,
maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat
melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar

D. Pengertian Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic
(kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata
al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti
al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-
maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim
masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang
mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim
yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat
para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar
bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.

Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela
Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan,
dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.

Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:

1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.

3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.

5) Dilakukan dengan ikhlas.

Macam-Macam Akhlak

1. Akhlak kepada Allah

a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan
perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah.

b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik diucapkan
dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.

c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia
merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan
atau menanti akibat dari suatu keadaan.

e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan
hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan
sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada diri sendiri

a. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu dan
penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah
memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya
atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang
menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang
diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya
dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk
perbuatan antara lain :

a) Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata
sopan dan lemah lembut

b) Mentaati perintah

c) Meringankan beban, serta

d) Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

4. Akhlak kepada sesama manusia

a. Akhlak terpuji (Mahmudah)

1) Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan
baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada
Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:

· Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk kebaikan
manusia.

· Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.

· Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama
manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak
positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.

2) Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan.
Lawan kata tawaduk adalah takabur.

3) Tasamu

Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.

4) Ta’awun

Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.

b. Akhlak tercela (Mazmumah)

1. Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung..

2. Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.

3. Gibah dan Fitnah

Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan
yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan
yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.

4. Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar
kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perbedaaan antara moral, dan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk.

2. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik buruk.

3. Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya dengan
menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan (tarji).

4. Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas dan dampak
negatif (bahayanya) tidak jauh berbeda.

5. Pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif
dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada para remaja dan memberikan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya. Sehingga segala sesuatu yang dilakukannya dapat
bermanfaat dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai