Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

GASTROENTERITIS AKUT ( GEA )


A. KONSEP TEORI PENYAKIT
1. Pengertian
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali
sehari dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang
timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam
Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung
terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011).
Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari
normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan
dan garam lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair
dikeluarkan, lebih banyak cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat
diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare (Andrianto,1995
dalam Nurmasarim 2010).

2. ANATOMI FISIOLOGI
Epidemiologi/insiden kasus
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah 5
tahun.
Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap tahun. Di
Indonesia
merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak – anak.
Rotavirus
adalah penyebab dari 35-50 % hospitalisasi karena gastroenteritis akut, antara 7-
17 %
disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI
lebih
jarang menderita gastroenteritis akut dari bayi yang mendapat susu formula.
(Wong, 2007
dalam Winarsih, 2011). Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa
angka
kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk
semua
golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur
balita.
Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita
(Ratnawati,
2008).
Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan
penyebab
utama kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80%
terutama pada
anak dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur antara 6-24 bulan
(Subianto,
2001 dalam Wicaksono, 2011). Di seluruh dunia diperkirakan diare menyebabkan
1 milyar
episode dengan angka kematian sekitar 3-5 miliyar setahunnya. Pada tahun 1995
Depkes
RI memperkirakan terjadi episode diare sekitar 1,3 miliyar dan kematian pada anak
balita
3,2 juta setiap tahunnya (Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Data statistik
menunjukkan bahwa setiap tahunnya diare menyerang 50 juta jiwa penduduk
Indonesia,
dan dua pertiganya adalah dari balita dengan angka kematian tidak kurang dari
600.000
jiwa. Di beberapa rumah sakit di Indonesia, data menunjukkan bahwa diare akut
karena
infeksi menempati peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa
yang datang
berobat ke rumah sakit. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun
selalu
berhubungan dengan hal-hal berikut: adanya
travelling
(domestik atau internasional),
kontak personal dan adanya sangkaan
food-borne
dengan masa inkubasi pendek. Jika
tidak ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin (Zein
dkk., 2004).
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan
yang
telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (
Previous Water Losses
)
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan
NWL (
Normal Water Losses
). cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berlangsung CWL (
Concomitant water losses
)
(Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
a)
Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS,
tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro
et.al.,
2005). Ada
beberapa cairan rehidrasi oral:
b)
Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
c)
Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-
lain, disebut CRO tidak lengkap.
d)
Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
Perubahan tanda-tanda dehidrasi
(Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).
2.
Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi
dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised
.
Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral
(
2x sehari, 3 – 5 hari
),
Tetrasiklin 500 mg
(
oral 4x sehari,
3 hari
),
Doksisiklin 300mg
(
Oral, dosis tunggal
),
Ciprofloksacin 500mg
,
Metronidazole 250-500 mg
(
4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari
oral atauIV).
3.
Obat anti diare

Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas
racecadotril
yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim
enkephalinase
sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal.
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.

Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg
3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari.
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan
absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman
dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

Kelompok absorbent

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius
atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar
kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari
Plantago oveta
,
Psyllium, Karaya (Strerculia)
,
Ispraghulla, Coptidis
dan
Catechu
dapat
membentuk kolloid dengan cairan
dalam lumen usus dan akan mengurangi
frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan
cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan
dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.

Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari
Lactobacillus
dan
Bifidobacteria
atau
Saccharomyces boulardii
, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran
cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan
reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
XI.
Komplikasi
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Kejang
Bakterimia
Malnutrisi
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1.
Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2.
Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
3.
Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian (data subjektif dan objektif)
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan
penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan pemeriksaan
fisik . Kaji data
menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit
terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir
mulut
dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat antidiare,
terapi intravena,
dan antibiotic.
6. Pemerikasaan fisik.

Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan
menurun,anus kemerahan.

Perkusi : adanya distensi abdomen.

Palpasi : Turgor kulit kurang elastic

Auskultasi : terdengarnya bising usus.
7. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum
intubation
yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
B.
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan
kulit kering, peningkatan suhu tubuh, haus, kelemahan, membrane mukosa kering,
peningkatan hematokrit.
2.
Diare berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan nyeri abdomen,
sedikitnya tiga
kali buang air besar cair per hari, ada dorongan.
3.
Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan makan kontaminan
ditandai
dengan nyeri abdomen, distensi abdomen, diare, perubahan bising usus, mual,
muntah.
4.
Mual berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan melaporkan mual, rasa
asam
di mulut, peningkatan salivasi, keengganan terhadap makanan.
5.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia ditandai dengan perubahan
selera
makan, mengekspresikan perilaku, perilaku berjaga-jaga atau melindungi area
nyeri,
melaporkan nyeri secara verbal
6.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor
biologis ditandai dengan nyeri abdomen, diare, bising usus hiperaktif,
ketidakmampuan
mencerna makanan, kurang minat pada makanan, membrane mukosa pucat.
7.
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, kulit terasa hangat.
8.
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai
dengan gelisah
dan menyadari gejala fisiologis.
3.
Rencana Asuhan Keperawatan (terlampir)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
EVALUASI
Diare berhubungan dengan kontaminan
ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya tiga
kali buang air besar cair per hari, ada
dorongan.
S : pasien tidak mengeluh nyeri abdomen
berlebihan saat eliminasi dan dorongan
berkurang
O : karakteristik feses berbentuk dan tidak cair,
tidak terdapat nanah/darah, berwarna kuning
kecoklatan.
A : terapi hidrasi dilanjutkan sampai keadaan
umum pasien baik.
P : anjurkan pasien untuk menjaga pola makan
pasca kesembuhan.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
kimia ditandai dengan perubahan selera makan,
mengekspresikan perilaku, perilaku berjaga-
jaga atau melindungi area nyeri, melaporkan
nyeri secara verbal
S : pasien tidak mengeluh nyeri dan tidak
mengeluh gangguan tidur.
O : pasien tidak meringis, dan tidak
memegangi daerah yang nyeri.
A : terapi farmakologi dihentikan, terapi
nonfarmakologi dilanjutkan.
P : ajarkan keluarga pasien terapi
nonfarmakologi.
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
laju metabolism ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh di atas kisaran normal, kulit terasa
hangat.
S : pasien tidak gelisah dan tidak merasa
demam.
O : suhu tubuh saat dikaji dalam rentang
normal.
A : antipiretik dihentikan. Berikan kompres
terlebih dahulu, apabila demam kembali
muncul.
P : edukasikan pasien untuk tidak mandi atau
kontak dengan air terlalu sering.
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Bulecheck. 2004
. Nursing Intervention Classification
. United States of America : Mosby.
Guyton & Hall. 2006.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan)
. Jakarta:EGC
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006.
Nursing Outcomes Classification
. United States
of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010.
Diagnosis Keperawatan 2009-2011
.
Jakarta : EGC.
Nurmasari, Mega. 2010.
Pola Pemilihan Obat dan
Outcome
Terapi Gastroenteritis Akut (GEA) Pada
Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta Januari -
Juni Tahun 200
8. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah. (Diakses 12 Desember 2011 :
http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/
)
Ratnawati, Dwi. 2008.
Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di Bangsal Anggrek
RSUD Sukoharjo.
Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember
2011 :
etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf
)
Wicaksono, Arridho D. 2011.
Pemilihan Obat dan
Outcome
Terapi
Gastroenteritis
Akut Pada Pasien
Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Tahun 2009
. Jawa
Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember 2011 :
etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf
).
Winarsih, Biyanti D. 2011.
Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi
Peningkatan Multimodal Untuk
Gastroenteritis Pada Anak
. Jakarta. Universitas Indonesia.
(Diakses 12 Desember 2011 :
www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf
).
Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004.
Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Sumatra Utara.
Universitas Sumatra Utara.
.
(Diakses 12 Desember 2011 :
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf
)

Anda mungkin juga menyukai