Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pendampingan Keluarga

a. Pengertian pendampingan keluarga

Pendampingan keluarga yaitu dukungan keluarga merupakan suatu

bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan, dan

penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikannya, serta selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015)

Pendampingan keluarga adalah anggota keluarga memandang

bahwa orang bersifat mendukung selalu siap memberika pertolongan

dan bantuan jika diperlukan, Seperti seorang suami mendampingi dan

memberikan dukungan moril kepada istrinya dalam menghadapi

persalinan serta memberikan bantuan apa saja yang diperlukan istrinya

(Friedman, 2010)

b. Jenis dukungan keluarga

1) Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan

moral keluarga (Friedman, 2010). Dukungan emosional melibatkan

ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi,

cinta atau bantuan emosional. Dengan semua tingkah laku yang


mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya

bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, bahwa orang lain bersedia

untuk memberikan perhatian (Sarafino, 2011)

2) Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

diseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 2010).

Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk

nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau

memecahkan masalah yang ada (Sarafino,2011)

3) Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan konkrit (Friedman, 2010). Dukungan

instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga secara

langsung yang meliputi bantuan material seperti memberikan tempat

tinggal, meminjamkan, atau memberikan uang dan bantuan dalam

mengerjakan tugas rumah sehari-hari (Sarafino, 2011).

4) Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak

sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan

memerantai pemecahan masalah dan merupakan sumber validator

identitas anggota (Friedman, 2010). Dukungan penghargaan terjadi

melalui ekspresi penghargaan yang positif melibatkan pernyataan

setuju dan penilaian positif antara individu dengan orang lain (Sarafino,

2011)
c. Manfaat Pendampingan keluarga

Pendampingan keluarga kepada ibu pada masa nifas membuat

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal,

sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga

(Friedman, 2010). Wills dalam Friedman (2010), menyimpulkan bahwa

baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif

dari stress terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial

secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) ditemukan.

Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial

terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.

Agar pendampingan keluarga dalam mempersiapkan ibu menuju

nifas sejahtera terarah dan tepat maka diperlukan pendidikan kesehatan

kepada salah satu anggota keluarga sebagai pendamping ibu dalam

rangka mempersiapkan masa nifas yang sehat.

d. Pendidikan Kesehatan pada pendampingan keluarga

1) Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan secara umum adalah segala upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,

kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan

batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari

pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk


mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang

diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau

pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh

sasaran dari promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2011;h,56)

Menurut WHO di dalam Notoatmodjo, 2011 menyebutkan

bahwa pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan

perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi

perubahan dari perilaku .

2) Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah

mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan.

Menurut Maulana (2007) tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci

sebagai berikut :

a) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di

masyarakat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan

bertanggungjawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi

kebiasaan hidup masyarakat sehari hari.

b)Menolong individu agar mampu secara mandiri atau

berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat.

c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

Tujuan Pendidikan Kesehatan yang hendak dicapai menurut


Notoatmodjo (2011;h.68), yaitu :

1) Menanamkan pengetahuan atau pengertian, pendapat, dan

konsep-konsep.

2) Mengubah sikap dan persepsi.

3) Menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru.

4) Sasaran pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2011 ; h.26) sasaran pendidikan kesehatan

dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1) Sasaran Primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya

pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan

kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala

keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui

untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk

kesehatan remaja, dan juga sebagainya

2) Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder,

karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok

ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini akan memberikan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.

3) Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat,


maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang

dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak langsung

terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada masyarakat umum.

a. Tahapan Pendidikan Kesehatan

Menurut Maulana (2007) tahapan pendidikan kesehatan yaitu:

1) Tahap Sensitisasi

Pada tahap ini dilakukan pemberian informasi untuk menumbuhkan

kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting

berkaitan dengan kesehatan (misalnya kesadaran terhadap adanya

pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan, dan kegiatan imunisasi).

Kegiatan pada tahap ini tidak dimaksudkan untuk meningkatkan

pengetahuan dan tidak mengarah pada perubahan sikap serta tidak

atau belum bermaksud mengubah perilaku tertenu. Kegiatan

tersebut hanya sebatas pemberian informasi tertentu.

2) Tahap Publisitas

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sensitisasi yang

bertujuan menjelaskan lebih lanjut jenis pelayanan kesehatan di

fasilitas pelayanan kesehatan, misalnya di puskesmas, posyandu,

polindes, dan pustu.

3) Tahap Edukasi

Tahap edukasi bertujuan meningkatkan pengetahuan, mengubah

sikap, dan mengarah perilaku yang di inginkan oleh kegiatan

tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan belajar mengajar


4) Tahap Motivasi

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi, ini berarti

bahwa setelah mengikuti pendidikan kesehatan individu atau

masyarakat mampu mengubah perilaku sehari-harinya sesuai

dengan perilaku yang dianjurkan. Kegiatan-kegiatan dilakukan

secara berurutan dan bertahap.

b. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2011 ;h.58) agar mencapai suatu hasil yang

optimal, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian

juga alat bantu pendidikan. Untuk sasaran kelompok maka metodenya

harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Ada 3

macam metode pendidikan kesehatan, yaitu:

1) Metode Pendidikan Individual (perorangan)

Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru,

atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu

perubahan perilaku. Dasar digunakannya pendekatan individual ini

karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang

berbeda-beda sehubungan dengan perilaku tersebut. Bentuk

pendekatan ini, antara lain:

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas jadi lebih
efektif.

b)Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan.

2) Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari

sasaran. Ada beberapa macam metode kelompok tersebut, yaitu :

a. Kelompok Besar

Apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, antara lain

ceramah dan seminar.

a) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun berpendidikan rendah.

b)Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu

bentuk penyajian dari satu ahli atau beberapa ahli tentang

suatu topic yang dianggap penting dan biasanya dianggap

hangat di masyarakat.

b. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya

disebut kelompok kecil. Metode-metode yng cocok untuk


kelompok kecil ini antara lain :

a) Diskusi Kelompok

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus

memberikan pancingan pancingan yang berupa pertanyaan

sehubungan dengan topik yang dibahas. Sehingga

terciptalah diskusi kelompok.

b) Curah Pendapat (brain stroming)

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan

memberikan jawaban/tanggapan. Jawaban/tanggapan

tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,

sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada

komentar dari siapapun. Setelah semuanya mengemukakan

pendapat, baru tiap anggota boleh berkomentar dan akhirnya

terbentuklah diskusi.

c) Bola Salju (snow balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2

orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau

masalah. Setelah kurang lebih 5 menit maka tiap pasang

bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan

masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian

tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini

bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian

seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi dari


seluruh anggota kelompok.

d) Kelompok-kelompok Kecil (buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok

kecil yang kemudian akan diberi suatu permasalahan yang

sama atau tidak dengan kelompok lain dan masing-masing

kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya

kesimpulan dari tiap kelompok tersebut didiskusikan

kembali dan dicari kesimpulanya.

e) Memainkan Peran (role play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang

peran tertentu. Setelah mendapatkan peran mereka

masing-masing, mereka kemudian memainkan peran

tersebut.

f) Permainan Simulasi (simulation game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan

diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam

bentuk permainan.

3) Metode Pendidikan Massa

Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan

kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Berikut ini ada

beberapa contoh metode untuk pendekatan massa, yaitu:

a) Ceramah Umum (public speaking).


b) Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan dapat dilakukan

melalui media elektronik, baik televisi maupun radio.

c) Simulasi contohnya seperti dialog anatar pasien dengan

perawat.

d) Billboard, biasanya dipasang di tempat-tempat umum dan

diisi dengan pesan-pesan atau infomasi-informasi kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan menurut

Nursalam (2008) yaitu:

Beberapa ahli pendidikan antara lain J. Guilbert, mengelompokkan

faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar kedalam kelompok

besar, yaitu factor materi, lingkungan , instrument, dan factor individu

subjek belajar.

1) Materi atau hal yang dipelajari, ikut menentukan proses dan hasil

belajar. Misalnya belajar pengetahuan dan sikap atau ketrampilan

akan menentukan perbedaan proses belajar.

2) Lingkungan yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu lingkungan fisik

yang antara lain terdiri atas suhu, kelembapan udara, dan kondisi

tempat belajar. Sedangkan faktor lingkungan kedua adalah

lingkungan social yaitu manusia dengan segala interaksinya serta

representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar,

dan sebagainya.

3) Instrument, yang terdiri atas perangkat keras (hardware) Seperti

perlengkapan belajar alat-alat peraga dan perangkat lunak (software)


seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasiltator

belajar, serta metode belajar mengajar. Untuk memperoleh hasil

belajar yang efektif, factor instrumental dirancang sedemikian rupa

sehingga sesuai dengan materi dan subjek belajar. Misalnya metode

untuk belajar pengethauan lebih baik digunakan metode ceramah.

Sedangkan untuk belajar sikap , tindakan, atau keterampilan lebih

baik digunakan metode diskusi kelompok, demonstrasi, bermain

peran (role play), atau metode permainan.

4) Kondisi individual subjek belajar yang dibedakan kedalam kondisi

fisiologis seperti kekurangan gizi dan kondisi pancaindera (terutama

pendengaran dan penglihatan). Sedangkan kondisi psikologis,

misalnya inteligensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan, motivasi,

dan sebagainya.

c. Media Pendidikan Kesehatan

Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakikatnya

adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan kesehatan karena

alat-alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan

informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk

mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau

klien (Notoatmodjo, 2011 ;h. 70-71).

2. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat


penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( ovent behavior ). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat, yaitu : ( Notoatmodjo, 2003 )

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam strukutur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.


Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Cara memperoleh Pengetahuan, dikutip dari Notoatmodjo, 2003:11 adalah

sebagai berikut:

I. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (Trial And Error), dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas, sumber pengetahuan dengan cara ini

dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau

informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip

orang lain.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman pribadipun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.

II. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan


Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.

Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini

kita kenal dengan penelitian ilmiah.

Proses Perilaku “TAHU”

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmojo (2003),

perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat

diamati langsung maupun tidak dapat diamati dari pihak luar. Sedangkan

mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap objek.

b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan

tertarik pada objek.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan

baik buruknya tindakan terhadap objek tersebut bagi dirinya, hal ini

berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, diamana individu mulai mencoba perilaku baru.

e. Adaption, dan sikapnya terhadap objek.

Pada penelitian selanjutnya, Rogers (1974) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang

melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran


yang positif, maka perilaku tersebut bersifat langgeng. Namun sebaliknya

jika perilaku tersebut tidak didasi oleh pengetahuan dan kesadaran, maka

perilaku tersebut bersifat sementara. Perilaku manusia dapat dilihat dari 3

aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan

refleksi dari berbagi gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh

faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

A. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan

adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan keluarga.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang


dalam berfikir dan bekerja.

B. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.

Kriteria Tingkat Pengetahuan : menurut Arikunto (2006) pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang : Hasil presentase < 56%

3. Kesejahteraan Ibu Nifas

a. Pengertian Kesejahteraan Ibu Masa Nifas

Beberapa literatur keperawatan cenderung menggunakan kata kesejahteraan

(well-being) sebagai definisi kualitas hidup (Quality of life) (Amorose,

2009). Sehingga kata kualitas hidup (Quality of life) disederhanakan

menjadi kata kesejahteraan. Kesejahteraan juga sebagai domain dan


ekspresi subyektif pribadi. Kesejahteraan berhubungan dengan kesehatan

(Health related Quality of Life / HRQOL), meliputi kemampuan fisik,

emosional, fungsi kognitif, serta kemampuan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan yang berati di keluarga, tempat kerja dan masyarakat.

Setiap individu memiliki kesejahteraan yang berbeda tergantung dari

masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam

dirinya. Jika menghadapi dengan positip maka akan baik pula

kesejahteraanya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka

akan buruk pula kesejahteraannya. Menurut Cella dan Tulsky (dalam

Dimsdale, 1995) beberapa pendekatan fenomenologi dari kesejahteraan

menekankan tentang pentingnya persepsi subjektif seseorang dalam

memfungsikan kemampuan mereka sendiri dan membandingkannya dengan

standar kemampuan internal yang mereka memiliki agar dapat mewujudkan

sesuatu menjadi lebih ideal dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Campbell dkk (dalam Dimsdale, 1995)

yang menggarisbawahi tentang pentingnya persepsi subjektif dan penafsiran

dalam pengukuran kesejahteraan. Dalam hal ini dikemukakan bahwa

kesejahteraan dibentuk oleh suatu gagasan yang terdiri dari aspek kognitif

dan afektif karena penilaian individu terhadap satu kondisi kognitif

mempengaruhi secara efektif dan menimbulkan reaksi terhadap kondisi

emosi individu tersebut.

Menurut Bahadoran (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan dan kesejahteraan ibu nifas adalah :


1)Latihan fisik merupakan faktor yang penting untuk menjaga kesejahteraan

fisik dan mental pada ibu nifas, latihan fisik dapat mengurangi tekanan

emosi dan menambah percaya diri pada ibu nifas, selain itu latihannfisik

juga dapat meningkatkan kualitas gizi dan tidur, membentengi otot dan

tulang serta mencegah osteoporosis. Selain itu, latihan fisik yang teratur

merupakan terapi yang efektif untuk mencegah depresi klinis, serta peran

positif dalam peningkatan kesehatan mental dan sosial pada ibu masa

nifas.

2)Keluarga dan suami merupakan faktor yang paling efektif untuk

mengambil latihan selama dan setelah kehamilan. Terbukti dari hasil

penelitian dukungan keluarga dan suami terhadap pengambilan keputusan

latihan fisik ibu masa nifas dapat meningkatkan kesejahteraan fisik,

mental dan sosial. Terutama, sebagai aspek yang berada dari

kesejahteraan ibu masaa nifas

b. Domain / persepsi dalam kesejahteraan ibu nifas (Hill et al. 2006 dan

Zhou et al, 2009) yaitu :

1)Domain kesehatan dan fungsional,terdiri dari riwayat

kesehatan(pemakaian kontrasepsi), kehidupan seks,

ketidaknyamanan/nyeri, kepuasan terhadap kondisi energi yang

dimiliki, ketidaktergantungan, tanggungjawab, citra tubuh, kepuasan

dan kecukupan dalam istirahat dan tidur, kenyamanan kegiatan, dan

perawatan kesehatan.

2)Domain sosial ekonomi, terdiri dari standart hidup, kemerdekaan


finansial rumah, menjaga rumah tangga, pekerjaan/pengangguran,

tetangga, transportasi, bantuan dari pengasuh anak.

3)Domain psikologi/rohani terdiri dari kepuasan hidup, kebahagian,

stress/khawatir, ketenangan pikiran, iman kepada tuhannya, kontrol

atas kehidupan, keterampilan menjadi orangtua, persepsi ibu dari

kepercayaan diri dalam perawatan anak yang baik, perasaan dengan

anak, kesediaan untuk merawat anak, perasaan gembira atas kelahiran

bayi, perasaan bahagia telah menjadi ibu dan memiliki anak.

4)Domain keluarga terdiri dari aspek anak-anak, suami atau

istri/pasangan kesehatan keluarga, dukungan emosional waktu untuk

pasangan/teman/kerabat sehingga mampu untuk berkomunikasi

dengan dunia luar, komunikasi yang baik dengan keluarga, sikap

suami, komunikasi dengan suami, bantuan dalam perawatan anak,

bantuan dalam pengaturan rumah, kepuasan akan kondisi rumah,

keuangan, lingkungan, dan transportasi yang digunakan.

5)Perawatan anak, terdiri dari kekhawatiran jika anak jatuh sakit,

kepuasan terhadap kesehatan anak, kekhawatiran dan perasaan ketika

anak mendapat kecelakaan, kekhawatiran tentang gizi anak, dan

kepuasan terhadap cara perawatan anak (Zhou et al. 2009)

Materi Kesehatan Ibu Masa Nifas

Pengertian Nifas
Pengertian nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung

selama 6 minggu/ ±40 hari (Prawirohardjo, 2002). Sedangkan menurut Saefudin

A.B., 2000:122, masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung

kira-kira 6 minggu

Selama masa nifas akan terjadi beberapa perubahan dalam tubuhnya

sebagai berikut:

1. Rahim: secara berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil

2. Luka-luka pada jalan lahir akan sembuh dalam 6-7 hari bila tidak disertai

infeksi

3. Rasa mules yang disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 –3

hari setelah persalinan

4. Keluarnya cairan yang berasal dari jalan lahir

Pada 2 hari setelah persalinan keluar cairan yang berupa darah segar berwarna

merah dan sisa-sisa air ketuban. Pada hari ke-3 sampai ke-7 cairan berwarna

merah kekuningan berisi darah lendir. Pada hari ke-7 sampai ke-14 cairan

berwarna kuning dan tidak ada darah lagi. Setelah 2 minggu cairan berwarna

bening. Apabila selama masa tersebut dijumpai cairan seperti nanah dan

berbau busuk berarti terjadi infeksi.

Tanda-tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas / masa nifas yang

bermasalah :( Kemenkes, 2016)


a. Perdarahan lewat jalan lahir

b. Keputihan / keluar cairan berbau busuk dari jalan lahir

c. Bengkak diwajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang

d. Demam lebih dari 2 hari

e. Panyudara bengkak, merah disertai rasa sakit

f. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar masa nifas sehat :

a. Kebersihan diri

Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Ibu harus harus selalu

membersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan air. Seharusnya pada saat

cebok membersihkannya dengan cara dari arah depan kebelakang untuk

mencegah terjadinya infeksi pada kemaluan. Selalu mengganti pembalut

sesering mungkin (setiap kali basah, kotor harus segera diganti). Cuci tangan

dengan menggunakan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kemaluan. Bila ada jahitan pada kemaluan tidak boleh disentuh-sentuh dan

dijaga tetap dan bersih dan kering.

b. Istirahat

Ibu harus istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

Untuk kembali kepada kegiatan-kegiatan rumah tangga harus dilakukan

secara bertahap dan perlahan-lahan. Manfaatkan waktu untuk istirahat pada

saat bayi tidur karena kurang istirahat akan mempengaruhi produksi asi,

proses pengecilan lahir dan memperbanyak perdarahan. Kebutuhan dasar

masa nifas (istirahat) merupakan keadaan ibu nifas yang tenang, rileks tanpa
tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas) istirahat yang

memuaskan bagi ibu yang baru melahirkan merupakan masalah yang sangat

penting sekalipun kadang-kadang tidak mudah dicapai. Keharusan ibu untuk

beristirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan lagi, karena untuk

menjaga kesehatan ibu nifas, apabila kekurangan istirahat maka kesehatan ibu

menurun. Selain istirahat ibu harus rajin melakukan senam nifas agar

kandungan cepat pulih kembali dalam keadaan semula. Dikalangan

masyarakat masih banyak larangan untuk ibu nifas bahwa tidak boleh tidur

siang, tidak boleh makan ikan,tidak boleh keluar rumah sampai 40 hari, dan

lain sebagainya, karena hal tersebut dapat menambah beban pikiran dan

mengakibatkan ibu nifas kurang istirahat dan kurang pemenuhan gizi untuk

pemulihan masa nifas dan juga dapat membuat ibu nifas depresi karena takut

akan larangan larangan yang kurang mendukung kesehatannya.

c. Latihan

Ibu perlu malakukan latihan otot perut dan panggul dengan cara sebagai

berikut:

1. Tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi

menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu

hitungan sampai 5 kemudian rilex. Ulangi sebanyak 10 kali.

2. Untuk melatih kekuatan otot jalan lahir dan dasar panggul dengan cara

berdiri dengan tungkai tidak tegang. Kerutkan dubur tahan dalam

hitungan 1 sampai 5 kemudian kendorkan dan ulangi latihan tersebut


sebanyak 5 kali. Kedua latihan tersebut dimulai dengan mengerjakan 5

kali latihan untuk setiap kali gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah

latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus

mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

d. Gizi

Karena ibu saat ini sedang menyusui bayinya maka ibu harus:

1) mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari (1 piring nasi)

2) makananan yang dimakan harus seimbang yang terdiri dari nasi, sayur,

lauk pauk, buah serta susu.

3) Minum sedikitnya 3 liter (12 gelas) perhari dan ibu sebaiknya minum

setiap kali akan menyusui.

4) Pil zat besi harus di minum setidaknya selama 40 hari setelah persalinan.

5) Minum kapsul vitamin A agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi

melalui ASI.

e. Menyusui

ASI harus diberikan setiap kali bayi merasa lapar atau setidaknya 10 sampai

12 kali dalam 24 jam. Jika bayi tidur lebih dari 3 – 4 jam bayi harus

dibangunkan dan diberikan ASI. Jika payudara tidak dikosongkan dengan baik

tiap kali menyusui maka ASI yang dikeluarkan lebih sedikit. Jaga payudara

agar tetap bersih dan kering terutama putting susu dan gunakan BH yang

menokong payudara. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum agar

produksi ASI tetap banyak. Bayi baru lahir harus diberikan ASI harus

diberikan ASI 2 jam pertama setelah kelahiran.


f. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya ke dalam kemaluan tanpa

merasa nyeri. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai 40 hari setelah persalinan. Keputusan tergantung kepada

kesepakatan pasangan.

g. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya sebelum ibu hamil

kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana

mereka ingin merencanakan keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat

membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka

tentang mencegah kehamilan yang belum diinginkan.

B. KERANGKA TEORI

Faktor Internal :

a. Pendidikan

b. Pekerjaan

c. Umur
Pengetahuan
d. Ibu Nifas

Faktor Eksternal :

a. Lingkungan

b. Sosial budaya

c.
Latihan fisik
Kesejahteraan
Ibu Nifas
Keluarga / suami
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Teori Bahadoran, 2007, Notoatmodjo, 2003

Anda mungkin juga menyukai