Anda di halaman 1dari 16

ISSN 1978 - 2365

Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,


Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

DAMPAK BIOLOGIS LIMBAH BAHANG TERHADAP BIOTA PERAIRAN


DI SEKITAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP SURALAYA

I Made Agus Dharma Susila, Faridha, Endang Lestari,


Ikrar Adila, Medhina Magdalena, dan Adolf Leopold S.M. Sihombing
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan
dan Konservasi energi
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Telp. (021) 7203530, Cipulir Keb. Lama, Jakarta Selatan
dekgus70@yahoo.com

ABSTRAK

Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak biologis limbah bahang PLTU
Suralaya terhadap biota perairan di sekitarnya. Penelitian ini meliputi pengukuran sebaran
temperatur perairan di sekitar pembangkit dan juga pengumpulan data serta identifikasi biota
perairan berupa plankton dan benthos. Selanjutnya, hasil identifikasi dianalisis untuk menentukan
indeks keanekaragaman Shannon-Weiner, indeks keseragaman dan indeks dominansi Simpson dari
masing-masing biota di setiap lokasi sampling. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa perbedaan
temperatur limbah bahang di zona pencampuranl dengan badan air berkisar antara 5 sampai dengan
2,3 derajat. Dan hasil analisis biota menunjukkan bahwa limbah bahang cukup berdampak terhadap
struktur komunitas plankton dan benthos di zona pencampuran.Walaupun demikian, kondisi
struktur komunitas plankton di zona pencampuran tidak berbeda dengan kondisi di titik kontrol.

Kata Kunci: Limbah bahang, indeks keanekaragaman Shannon-Weiner, indeks keseragaman,


indeks dominansi Simpson, zona pencampuran

ABSTRACT

This study was carried out to determine the biological effects of waste heat of Suralaya
power plant on water biota living in the surrounding area. The study was meant to measure the
distribution of water temperature around the plant as well as to inventory and to identify the biota
(planktons and benthos) living in the surrounding water. Then, an analysis is conducted to
determine condition of community structure of the plankton and benthos. The result is that the
temperature difference in mixing zone is ranging between 5 and 2.3 centigrade. The analysis result
shows that waste heat has affected the community structure of biota. However, community
structure of biota in the mixing zone is not different from those in control point.

Key Words: waste heat, diversity index Shannon-Weiner, uniformity index, domination index
Simpson, mixing zone

PENDAHULUAN perekonomian di semua negara termasuk


Latar Belakang Indonesia. Di Indonesia, kebutuhan akan
Sektor energi khususnya subsektor energi listrik terus meningkat pada
ketenagalistrikan merupakan salah satu beberapa dekade terakhir. Dan untuk
penggerak utama pembangunan memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut

Naskah diterima: 5 April 2011, dinyatakan layak muat : 30 Mei 2011 35


36 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

sejumlah pembangkit listrik dibangun. terlindungi. Dari sisi teknis, limbah bahang
Jenis pembangkit yang dibangun umumnya tersebut biasanya dialirkan terlebih dahulu
adalah pembangkit listrik termal seperti melalui kanal atau saluran yang cukup
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan panjang untuk menurunkan temperaturnya
pembangkit listrik tenaga gas dan uap sehingga ketika limbah bahang tersebut
(PLTGU). mencapai badan perairan, perbedaan
Dalam sistem pembangkit termal, temperaturnya tidak terlalu tinggi dengan
dibutuhkan media untuk membuang temperatur badan perairan tersebut. Dari
sebagian panas yang dihasilkan selama sisi non teknis, badan pembuat peraturan di
proses pembangkitan dan media yang negara-negara maju telah
umumnya digunakan adalah air. Kebutuhan memformulasikan batas-batas aman bagi
air sebagai pembuang panas atau pendingin suatu perairan atau ekosistem apabila
yang diambil dari lingkungan sekitar menerima pembuangan limbah bahang
pembangkit sangat besar sehingga lokasi yang didasarkan atas informasi dan hasil
pembangkit umumnya berada di sekitar penelitian. Mengacu pada standar Bank
sumber air yang besar pula seperti laut, Dunia, Pemerintah Indonesia telah
danau atau sungai besar. Setelah melewati menerbitkan peraturan yang berkaitan
kondensor, temperatur air pendingin akan dengan kehidupan biota laut melalui
meningkat dan pada sistem pendinginan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
terbuka sekali jalan (once trough cooling Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku
system), air pendingin akan dibuang Mutu Air Laut dimana salah satu parameter
sebagai limbah bahang ke badan air dimana yang diatur adalah tentang perubahan
air tersebut diambil. Dengan demikian, temperatur air laut kurang dari 20C dari
temperatur di sekitar lokasi pembuangan temperatur alami[1].
limbah bahang akan mengalami kenaikan Data empiris tentang dampak biologis
dan akan mengubah keseimbangan dan ekologis dari limbah bahang di perairan

lingkungan yang sudah ada. tropis masih sangat kurang. Oleh karena itu,
sangat diperlukan penelitian untuk mengetahui
Pembuangan limbah bahang pada
dampak biologis limbah bahang terhadap biota
sistem pembangkit termal ke badan air perairan.
seperti laut, danau atau sungai adalah hal
yang sulit dihindarkan dan oleh karena itu Tujuan

pembuangan harus diatur agar kehidupan Maksud dari penelitian ini adalah untuk
menginventarisasi kondisi lapangan khususnya
biota yang ada di ekosistem perairan dapat
Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan
37
Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya

sebaran temperatur dan untuk mengidentifikasi juga merupakan organisme pada tingkat
biota perairan laut yang terdapat di sekitar pertama (trophic) yang berfungsi sebagai
PLTU Suralaya. Sedangkan tujuannya adalah produsen atau penyedia energi.
untuk mengetahui besarnya pengaruh limbah
Fitoplankton, walaupun hanya
bahang terhadap struktur komunitas biota
diwakili oleh beberapa filum saja tetapi
perairan di sekitar pembangkit tersebut.
kelompok ini membentuk sejumlah besar
Penelitian ini dibatasi hanya pada kondisi
biomassa di laut. Sebagian besar bersel
struktur komunitas plankton dan benthos saja.
tunggal dan mereka termasuk filum
Chrysophyta yakni alga kuning hijau yang
Biota Perairan Laut meliputi diatom dan kokolitofor. Selain itu

Dalam ekosistem laut, ratusan ribu terdapat beberapa jenis alga biru-hijau

jenis biota laut telah diidentifikasi mulai (Cyanophyta), alga coklat (Phaeophyta),

dari yang bersel satu yang sangat kecil dan satu kelompok besar dari dinoflagellata

hingga yang berukuran sangat besar seperti (pyrophyta)[3]. Fitoplankton bisa ditemukan

paus. Secara umum, biota laut hanya di seluruh massa air mulai dari permukaan

dikelompokkan ke dalam tiga kategori laut sampai pada kedalaman dengan

utama, yakni plankton, benthos dan nekton. intensitas cahaya yang masih
[4]
Pengelompokan ini tidak ada kaitannya memungkinkan terjadinya fotosintetis .

dengan jenis menurut klasifikasi ilmiah, Zooplankton membentuk kelompok

ukuran atau apakah mereka tumbuh- yang lebih beranekaragam meskipun

tumbuhan atau hewan, tetapi hanya jumlah jenis dan kepadatannya lebih rendah

didasarkan pada kebiasaan hidup mereka daripada fitoplankton[3]. Dari sudut ekologi

secara umum seperti gerakan berjalan, pola hanya satu golongan zooplankton yang

hidup dan sebaran menurut ekologi. sangat penting yaitu subklas kopepoda (klas

Plankton adalah adalah biota akuatik Crustacea, filum Arthropoda). Kopepoda

yang hidup di zona pelagic, berukuran sendiri ialah krustasea holoplanktonik

mikroskopik, biasanya berenang atau berukuran kecil yang mendominasi

tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau zoopklankton di semua laut dan samudra.

hanya bergerak sedikit untuk melawan atau Kopepoda ini berperan sebagai mata rantai

mengikuti arus[2]. Plankton yang terdiri dari yang amat penting antara produksi primer

zooplankton dan fitoplankton, mencakup fitoplankton dengan para karnivora besar

sejumlah besar biota di laut, baik jumlah dan kecil[5].

jenisnya maupun kepadatannya. Plankton


38 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

Benthos adalah biota yang hidup di proses faali biota, terutama laju
permukaan dasar laut, mencakup biota metabolisme dan reproduksi, dan secara
menempel, merayap dan meliang di dasar tidak langsung melalui faktor-faktor
laut. Kelompok biota yang terdiri dari lingkungan lain seperti kelarutan gas,
tumbuh-tumbuhan maupun hewan ini hidup viskositas air dan sebaran densitas air.
di dasar perairan mulai dari garis pasut Perubahan temperatur lingkungan dapat
sampai dasar abisal[3]. mempengaruhi proses-proses hayati di
Nekton adalah biota berupa organism dalam organisme karena proses-proses
yang mempunyai kemampuan bergerak tersebut banyak yang bersifat kimiawi.
atau berrenang sehingga mereka tidak Temperatur juga merupakan faktor
tergantung pada arus laut atau gerakan air pembatas terhadap sebaran biota.
yang disebabkan oleh angin. Kebanyakan Kenyataan di alam menunjukkan bahwa
nekton merupakan hewan-hewan besar kisaran temperatur yang dapat ditoleransi
termasuk hewan terbesar dan tercepat di oleh berbagai biota bahari berbeda-beda.
laut[5]. Organisme yang dapat mentoleransi kisaran
Komunitas organism yang menghuni temperatur yang besar disebut bersifat
suatu ekosistem terdiri dari beraneka ragam euritermal, sedangkan yang hanya dapat
spesies, dan masing-masing spesies tersebut mentoleransi kisaran temperatur yang
[7]
mempunyai jumlah individu tertentu. sempit disebut stenotermal . Hewan yang
Dengan demikian ada tiga unsur pokok dari hidup di zona pasang surut dan sering
struktur komunitas yaitu sejumlah macam mengalami kekeringan mempunyai daya
spesies, jumlah individu dalam masing- tahan yang besar terhadap perubahan
masing spesies dan total individu dalam temperatur[4].
komunitas. Hubungan antar tiga komponen Proses metabolisma hanya berfungsi
ini dijabarkan secara matematis menjadi di dalam kisaran temperatur yang relatif
satu satuan besaran yang disebut dengan sempit, umumnya antara 0o – 40oC. Tetapi
indeks diversitas atau indeks beberapa organisme mampu mentolerir
[6]
keanekaragaman . temperatur sedikit di atas dan sedikit di
bawah batas-batas tersebut, seperti
Temperatur
ganggang hijau biru yang dapat hidup pada
Temperatur merupakan faktor
temperatur 85oC. Pada organisme-
ekologis penting di lingkungan bahari
organisme yang tidak dapat mengatur
karena secara langsung mempengaruhi
temperatur tubuhnya, proses
Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan 39
Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya

metabolismenya meningkat dua kali untuk Zona Pencampuran


setiap kenaikan temperatur sebesar 10 oC[5]. Zona percampuran (ZP) atau mixing
Pada pembangkit yang menggunakan zone merupakan daerah perairan di sekitar
sistem pendinginan terbuka sekali jalan,
muara buangan limbah bahang dimana titik
temperatur limbah bahang selalu lebih
percampuran awal antara limbah bahang
tinggi daripada temperatur air sekitar dan
dan badan air terjadi[10]. Luasan zona yang
[9]
biasanya T nya berkisar antara 5-40ºC . tergantung pada sifat buangan antara lain
Kenaikan temperatur yang tiba-tiba ini kecepatan tekanan dan daya apung pada
sangat mempengaruhi berbagai sifat fisika lubang pipa dan difusi dapat ditentukan
dan kimia yang berhubungan dengan
dengan mengukur perbedaan suhu pada
kualitas air serta biota akuatik. Pada biota
berbagai titik di perairan penerima[7].
yang tidak dapat menghindar, kenaikan
temperatur yang tiba-tiba sebesar 3-5Co di METODOLOGI
atas temperatur maksimal air sekitar akan Pengumpulan Data

menyebabkan kematian biota bahari. Data primer


Sedangkan kenaikan temperatur 2-3Co Data primer dikumpulkan dengan
dapat mengakibatkan pengaruh sub
melakukan survei yaitu pengambilan
[9]
lethal . sampel dan pengukuran langsung di
Hubungan antara pemasukan air laut lapangan. Survei lapangan ini dilaksanakan
dengan temperatur T dan pembuangan dua kali yaitu pada waktu musim hujan dan
limbah bahang pada temperatur T1 kemarau untuk melihat perbedaan kondisi
diberikan pada Gambar 2.1.
ekosistem pada setiap musim.
Hasil
kondensasi Sampel-sampel yang diambil berupa
sampel air laut menggunakan water grab
Limbah sampler, sampel plankton dan
KONDENSOR/ bahang (T1)
PENDINGIN
Air laut/ PLTU/ PLTGU icthyoplankton menggunakan saringan
sungai (To )
plankton, dan sampel benthos
Uap panas menggunakan Eckman grab dan saringan

Gambar 2.1. Diagram hubungan antara benthos. Penentuan titik pengambilan

pemasukan air laut dengan temperatur T yang sampel dilakukan sebelum survei lapangan
menghasilkan limbah bahang pada temperature berdasarkan data-data sekunder berupa peta
T1 setelah melalui kondenser/pendingin situasi pembangkit dan peta topografi dan
PLTU/PLTG morfologi pantai. Pada peta digital, titik-
40 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

titik sampel tersebut diplot dan ditentukan Analisis Data


koordinatnya. Dan pada saat survei, titik- Analisis data biota perairan bertujuan
titik sampling yang telah direncanakan, untuk mengetahui kondisi struktur
ditelusuri menggunakan alat Global komunitas biota perairan daerah penelitian.
Positioning System (GPS). Analisis ini meliputi analisis
Pada saat pengambilan sampel, keanekaragaman spesies dan kemiripan
dilakukan juga pengukuran langsung antar stasiun dengan menggunakan indeks
terhadap beberapa parameter yaitu keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks
kedalaman dasar laut, kecerahan air laut keseragaman dan indeks dominasi
menggunakan Secchi disc, dan sifat-sifat Simpson.
fisik air laut berupa temperatur, salinitas,
Indeks keanekaragaman Shannon-
dissolved oxygen (DO), konduktivitas, dan
Wiener dirumuskan:
pH.
Selanjutnya dilakukan identifikasi
terhadap plankton dan benthos yang (3.1)
dilakukan di laboratorium. Setelah
dengan :
diawetkan, sampel plankton diidentifikasi
H’ = Indeks keanekaragaman (Shannon-
jenis, penghitungan jumlahnya dengan
Wiener)
menggunakan inverted microscope.
pi = Proporsi semua individu dalam
Sedangkan sampel benthos yang telah
sampel yang menjadi bagian
diawetkan diidentifikasi dan dihitung
spesies ke (i)
jumlahnya dengan menggunakan
= ni/N
mikroskop binokuler.
ni = jumlah individu dalam spesies ke
Data sekunder i
N = jumlah total semua individu
Data sekunder diperoleh dari laporan
S = Jumlah total spesies dalam sampel.
AMDAL PLTU Suralaya[11] dan laporan
pemantauan lingkungan yang dilakukan Tabel 3.1. Nilai dan interpretasi indeks
keanekaragaman - Shannon-Wiener
secara rutin oleh manajemen PLTU
Nilai Index Interpretasi
Suralaya[12]. Data sekunder ini digunakan <1 Komunitas tidak stabil; komunitas
(rendah) sedang mengalami gangguan faktor
untuk membandingkan kondisi struktur lingkungan; atau kondisi lingkungan
yang masih baru/ muda
komunits biota pada saat penelitian 1–3 Kondisi komunitas yang mudah
(moderat) berubah hanya dengan mengalami
dilakukan dengan kondisi sebelumnya. pengaruh lingkungan yang relatif
kecil
Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan 41
Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya

>3 Komunitas biota berada dalam dengan :


(tinggi) kondisi prima (stabil) yang ditunjang
oleh faktor lingkungan yang prima D = indeks dominansi Simpson
untuk semua spesies
pi = Proporsi semua individu dalam
Selanjutnya, Indeks Keseragaman sampel yang menjadi bagian spesies
dirumuskan sebagai berikut: ke (i)
dengan
Tabel 3.3. Nilai dan interpretasi indeks
(3.2) dominansi-Simpson
dengan: Nilai Index Interpretasi
Mendekati 0 Tidak terdapat spesies yang secara
E = Indeks keseragaman spesies ekstrim mendominansi;
Struktur komunitas stabil, kondisi
H’ = Nilai indeks Shannon-Wiener lingkungan cukup prima dan tidak
terjadi tekanan ekologis
S = Jumlah macam spesies
Mendekati 1 Ada spesies yang mendominasi;
Struktur komunitas labil, terjadi
Tabel 3.2.Nilai dan interpretasi indeks tekanan ekologis, yang dimungkinkan
keseragaman karena habitat yang dihuni sedang
mangalami gangguan
Nilai Index Interpretasi
Mendekati 0 Keseragaman antar spesies di dalam
komunitas rendah, kekayaan individu
yang dimiliki masing-masing species HASIL DAN PEMBAHASAN
sangat jauh berbeda;
Komunitas yang tidak stabil, Lokasi Pengukuran dan Pengambilan
komunitas dalam keadaan stress
karena mengalami tekanan sampel
lingkungan, kondisi lingkungan labil
Pada penelitian ini ditentukan 11 titik
Mendekati 1 Keseragaman antar spesies relatif
merata, jumlah individu pada masing- lokasi pengambilan sampel seperti
masing spesies relatif sama dan
perbedaannya tidak menyolok; ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dua lokasi
Komunitas dalam keadaan stabil,
jumlah individu antar spesies relatif yaitu Titik 1 dan 2 terletak di perairan
sama, kondisi habitat yang dihuni
relatif serasi atau baik untuk sebelum saringan inlet dan Titik 3 terletak
pertumbuhan dan perkembangan
masing-masing spesies di outlet kondensor. Terdapat enam lokasi
terletak disekitar zona pencampuran
(mixing zone) antara limbah bahang dari
Selanjutnya, untuk menentukan
pembangkit dan badan air laut. Titik 4
besarnya nilai dominansi spesies di dalam
terletak di muara kanal limbah sedangkan
suatu komunitas, umumnya digunakan
Titik 4-b, 5, 6, 7 dan 8 terletak di sekitar
indeks dominansi spesies yang secara
mixing zone. Terakhir, Titik 10 terletak di
populer dikenal sebagai indeks Simpson
sebelah timur Tanjung Pujut. Tiga lokasi
dengan persamaan sebagai berikut:
yaitu Titik 1, 2 dan 10 dianggap sebagai
(3.3) lokasi pembanding terhadap titik-titik yang
42 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

terletak di sekitar zona pencampuran menunjukkan kondisi dari muara kanal


karena tidak terpengaruh oleh limbah limbah bahang, zona pencampuran dan
bahang. badan perairan penerima limbah bahang
PLTU Suralaya.

Kolam Muara kanal


penenang/
intake

Kanal
Muara
kanal
Zona
pencampuran
Badan air
Gambar 4.1. Lokasi pengambilan sampel penerima
dan zona pencampuran
Gambar 4.3 Badan penerima (perairan laut)
limbah bahang PLTU Suralaya

Temperatur

Melalui pengukuran langsung,


diperoleh data temperatur air laut seperti
disajikan pada Tabel 4.1. Diperoleh
temperatur rata-rata badan perairan laut di
sekitar PLTU Suralaya adalah sekitar

Gambar 4.2. Lokasi pengambilan sampel 30,4o- 30,5oC sedangkan temperatur air laut
pemantauan lingkungan rutin[3]
disekitar zona pencampuran antara 30,7o -
Lokasi pengambilan sampel pada
35,5oC.
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
lokasi pengambilan sampel yang secara Tabel 4.1. Hasil pengukuran temperatur air
laut di sekitar PLTU Suralaya
rutin dilakukan oleh manajemen PLTU
Temperatur (º C)
Suralaya untuk memantau kondisi Titik Penghujan Kemarau Rata-
lingkungan biota di sekitar pembangkit P S P S rata
1 30,2 30,5 30,7 30,6 30,5
(Gambar 4.2). Hal ini dapat digunakan 2 30,2 30,8 30,4 30,4 30,5
3 37,0 37,6 37,6 37,3 37,4
untuk membandingkan kondisi biota pada
4 34,8 35,5 35,6 35,9 35,5
saat penelitian dilakukan dengan kondisi 4b 31,9 33,3 35,3 35,3 34,0
5 34,2 35,2 34,6 33,9 34,5
pada tahun-tahun sebelumnya. Gambar 4.3
Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan 43
Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya

6 34,0 34,5 32,6 32,6 33,4 Tabel 4.3. Indeks Keanekaragaman,


7 31,3 32,4 32,6 34,9 32,8 keseragaman dan dominansi benthos di
8 30,5 31,3 30,4 30,5 30,7 perairan sekitar PLTU Suralaya
9 30,8 31,4 30,6 30,4 30,8
10 30,4 30,5 30,3 30,5 30,4 Indeks
Titik Shannon- Keseragaman Simpson
P: pasang; S: surut Weiner
1 1,5 0,65 0,30
2 0,81 0,27 0,66
Biota perairan 3
4 0,92 0,24 0,63
Dari hasil analisis laboratorium 4b 1,95 0,53 0,23
5 1,98 0,59 0,17
terhadap beberapa sampel yang diambil, 6 1,79 0,57 0,28
7 0,56 0,00 0,63
diperoleh data biota baik plankton maupun 8 1,48 0,39 0,37
9 1,52 0,44 0,37
benthos yang hidup di perairan sekitar 10 1,97 0,62 0,17
PLTU Suralaya. Selanjutnya, data tersebut
dianalisis untuk menentukan kondisi biota-
biota berdasarkan tiga indeks yang dibahas Temperatur dan Zona Pencampuran

sebelumnya yaitu Indeks Keanekaragaman- Temperatur intake air pendingin rata-


Shannon-Wiener, Indeks Keseragaman dan rata PLTU Suralaya yang diambil di Titik 1
Indeks Dominansi-Simpson. Hasil analisis adalah sekitar 30,5 oC seperti ditunjukkan
disajikan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 di pada Gambar 5.1. Beberapa penelitian
bawah ini. mengemukan bahwa umumnya temperatur

Tabel 4.2. Indeks keanekaragaman, alami air permukaaan di perairan Indonesia


keseragaman dan dominansi plankton di berkisar 28o-31 oC, yang lain menyebutkan
perairan sekitar PLTU Suralaya
antara 28o-33oC. Temperatur intake PLTU
Indeks
Suralaya masih masuk dalam kisaran
Titik Shannon- Keseragaman Simpson
Weiner temperatur air laut alami.
1 2,60 0,66 0,10
2 2,80 0,66 0,08
3 2,63 0,67 0,09
4 2,76 0,67 0,08
4b 3,04 0,65 0,06
5 2,46 0,68 0,10
6 2,75 0,65 0,08
7 2,80 0,66 0,08
8 2,79 0,65 0,08
9 2,94 0,67 0,07
Gambar 5.1. Grafik dinamika temperatur
10 2,85 0,68 0,07
limbah bahang
44 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

Setelah melewati kondensor, yang berarti bahwa temeratur maksimum


temperatur air pendingin atau limbah yang diizinkan adalah sekitar 33 oC. Dari
bahang menjadi sekitar 37,4 oC di outlet pengukuran di zona pencampuran pada
kondensor dimana Titik 3 berada. Kondisi Titik 4-b dan 5, diketahui bahwa pada
ini umumnya bervariasi tergantung pada pencampuran pertama saat limbah bahang
besarnya kapasitas dan beban pembangkit. bercampur dengan badan air (laut)
Semakin besar kapasitas dan beban temperatur mengalami kenaikan yang
pembangkit maka bertambah besar volume cukup tinggi dari temperatur alami. Namun
air yang dibutuhkan dan bertambah tinggi temperatur tersebut akan mengalami
pula temperatur limbah bahang yang penurunan hingga jarak tertentu dan pada
keluar. kasus PLTU Suralaya tercapai pada jarak
Sistem pendinginan PLTU Suralaya sekitar 1 km dari muara kanal (Gambar
adalah sistem terbuka sekali jalan yang 5.2).
menggunakan air laut sebagai air pendingin Ada satu anomali yang terjadi di Titik
dan dilengkapi dengan fasilitas kanal untuk 8 dimana temperatur air di titik tersebut
mengurangi temperatur air bekas pendingin sedikit di atas temperatur intake yaitu
sebelum di lepaskan ke perairan. Kanal sekitar 30,7oC. Hal ini diperkirakan terjadi
pada PLTU ini mempunyai panjang sekitar karena titik ini sedikit di luar aliran limbah
1.500 meter dan lebar sekitar 15 meter. bahang dan besarnya pengaruh air laut
Tujuan dari pembuatan kanal adalah untuk terhadap limbah bahang di titik tersebut.
menurunkan temperatur limbah bahang,
sehingga ketika sampai ke perairan
temperatur sudah tidak terlalu tinggi.
Berdasarkan hasil pengukuran di muara
kanal dimana Titik 4 berada, diketahui
bahwa temperatur limbah bahang sekitar
35,5 oC. Ini berarti bahwa terjadi penurunan
sekitar 1,9 derajat dibandingkan temperatur
di Titik 3.
Berdasarkan keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004
perubahan temperatur yang diperbolehkan
sampai dengan <2oC dari temperatur alami Gambar 5.2. Zona pencampuran limbah
bahang PLTU Suralaya
Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan 45
Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya

Biota Perairan komunitas plankton mudah berubah hanya


dengan mengalami pengaruh lingkungan
Pembahasan biota perairan
yang relatif kecil.
difokuskan pada plankton dan benthos.
Nilai indeks keseragaman di semua
Plankton merupakan jenis biota perairan
titik sampling menunjukkan nilai
yang dipilih sebagai indikator lingkungan
mendekati 1 (Gambar 5.3.b). Hal ini dapat
dalam penelitian ini dengan pertimbangan
diinterpretasikan bahwa keseragaman antar
antara lain karena plankton terdiri dari
spesies relatif merata, jumlah individu pada
rakitan berbagai jenis dan status biota
masing-masing spesies relatif sama dan
mulai dari produser, konsumer, parasit,
perbedaannya tidak menyolok. Komunitas
saprofit, transformer, dan dekomposer.
dalam keadaan stabil, jumlah individu antar
Komunitas plankton umumnya mempunyai
spesies relatif sama, kondisi habitat yang
spesies yang beraneka ragam dengan
dihuni relatif serasi atau baik untuk
jumlah individu per spesies yang tinggi,
pertumbuhan dan perkembangan masing-
sehingga secara matematis memudahkan
masing spesies.
dalam analisis kuantitatif. Dan yang tidak
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh
kalah penting adalah pengaruh lingkungan
nilai indeks dominansi Simpson di semua
relatif sensitif terhadap plankton kecuali
titik (Gambar 5.3.c). Dengan nilai
pada kelas ganggang tertentu. Ada
mendekati 0, diinterpretasi bahwa tidak
hubungan yang kuat antara biota dan
terdapat spesies yang secara ekstrim
lingkungan dimana bila terjadi perubahan
mendominansi, struktur komunitas stabil,
lingkungan maka struktur komunitas di
kondisi lingkungan cukup prima dan tidak
dalamnya pun akan mengalami perubahan.
terjadi tekanan ekologis.
Hubungan tesebut adalah :
Apabila dikaitkan dengan kondisi
a. Plankton lingkungan (perbedaan temperatur) pada
lokasi titik sampling tidak mempengaruhi
Seperti ditunjukkan pada Gambar
kondisi penyebaran, karena semua titik
5.3.a, semua lokasi pengambilan plankton
menunjukkan penyebaran jenis struktur
menunjukkan Indeks Keanekaragaman-
komunitas yang merata. Dan dengan
Shannon-Wiener yang cenderung
mengambil kondisi biota di Titik 1, 2, dan
mendekati 3. Hal ini menunjukkan struktur
10 sebagai acuan, terlihat bahwa limbah
komunitas berada dalam kondisi sedang
bahang yang dihasilkan oleh PLTU
(moderat) ke arah stabil. Kondisi
Suralaya tidak mempengaruhi struktur
46 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

komunitas biota plankton di lokasi yang keanekaragaman Simpson, disebutkan


terpengaruh oleh limbah bahang tersebut. bahwa kondisi perairan yang terpengaruh
oleh limbah bahang masih cukup stabil
untuk pertumbuhan plankton.

b. Benthos

Benthos hidup di dasar laut, sehingga


kondisi yang ditunjukkan merupakan
kondisi perairan di laut dalam. Faktor-
(a)
faktor fisika dan kimia lingkungan hidup di
laut dalam bersifat sangat konstan
sepanjang periode-periode waktu yang
panjang. Beberapa ciri yang terdapat pada
zone laut dalam ini antara lain : cahaya
yang sangat redup sampai gelap gulita,
tekanan hidrostatik yang besar, temperatur
(b)
yang dingin, sirkulasi air yang sangat
lemah, dan supply makanan yang sedikit.
Sumber makanan untuk hewan laut dalam
berasal dari ”hujan” plankton atau partikel-
partikel organik lainnya yang jatuh ke
bawah dan jatuhan bangkai-bangkai hewan
besar dan potongan tumbuhan yang dengan
(c)
cepat dapat tenggelam ke dasar sebelum
Gambar 5.3. Grafik Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks habis terurai oleh bakteri atau hewan
Keseragaman dan Indeks Dominansi pemakan bangkai. Perbedaan kondisi dari
Simpson biota plankton di perairan sekitar
PLTU Suralaya benthos di berbagai stasiun dapat juga
dipengaruhi oleh kedalaman.
Dibandingkan dengan kondisi rona
Pada Gambar 5.4.a ditunjukkan
awal pada saat AMDAL PLTU Suralaya
nilai indeks keanekaragaman Shannon-
disusun di tahun 1991 dan hasil
Weiner dari benthos di perairan sekitar
pemantauan lingkungan tahun 2003,
PLTU Suralaya. Secara umum, nilai indeks
kondisi ini tidak terlalu banyak berubah.
keanekaragaman benthos berada pada
Menggunakan metode perhitungan indeks
Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan 47
Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya

kisaran 1-3, kecuali di tiga titik sampling, hanya spesies tertentu saja yang dapat
yaitu Titik 2, 4 dan Titik 7 yang bertahan. Sementara di Titik 2 mungkin
mempunyai nilai indeks lebih kecil dari 1. disebabkan karena sedikitnya sampel yang
Ini menunjukkan bahwa kondisi komunitas dapat diambil.
yang mudah berubah hanya dengan Pada Gambar 5.4.c terlihat bahwa
mengalami pengaruh lingkungan yang sebagian besar titik sampling mempunyai
relatif kecil. Pada pengamatan lapangan di nilai indeks dominansi Simpson yang
tiga titik yang menunjukkan nilai indeks mendekati 0. Hal ini menunjukkan bahwa
lebih kecil dari 1, diketahui bahwa tidak terdapat spesies yang secara ekstrim
penyebabnya adalah arus limbah bahang mendominansi, dan struktur komunitas
yang deras di Titik 4 dan 7, dan adanya stabil, kondisi lingkungan cukup prima dan
terumbu karang yang di Titik 2. Arus tidak terjadi tekanan ekologis..
limbah bahang yang deras menyebabkan
hanya spesies-spesies tertentu yang mampu
bertahan dan adanya terumbu karang yang
menndasari perairan menyebabkan jumlah
sampel yang dapat diambil sedikit.
Secara konsisten kondisi ini diikuti
oleh nilai indeks keseragaman benthos
seperti pada grafik di Gambar 5.4.b.
Kecuali di tiga titik (Titik 2, 4 dan 7), nilai
indeks di lokasi titik yang lain berada
(a)
diantara 0 dan 1. Hal inimenunjukkan
bahwa keseragaman antar spesies cukup
merata, jumlah individu pada masing-
masing spesies tidak sama dan
perbedaannya cukup menyolok. Komunitas
dalam keadaan cukup stabil, kondisi habitat
yang dihuni cukup serasi atau cukup baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan
masing-masing spesies. Rendahnya nilai
indeks di Titik 4 dan 7 disebabkan oleh
arus limbah bahang yang deras sehingga (b)
48 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

di berbagai stasiun baik dalam kondisi


pasang maupun surut dan juga analisis
laboratorium, secara umum kondisi kualitas
perairan di keempat lokasi survei adalah
baik. Kecuali temperatur, semua paremeter
memenuhi baku mutu yang ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Negara
(c)
Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004.
Gambar 5.4. Grafik Indeks
Pada beberapa titik yang berada di zona
Keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks
Keseragaman dan Indeks Dominansi pencampuran berada di atas baku mutu
Simpson biota benthos di perairan sekitar
dengan nilai T di atas 2oC.
PLTU Suralaya
KESIMPULAN DAN SARAN
Hanya di tiga titik yaitu Titik 2, 4 dan Kesimpulan
7 mempunya nilai indeks mendekati 1.
Dari pembahasan sebelumnya dapat
Karena arus limbah bahang yang deras di
disimpulkan sebagai berikut:
Titik 4 dan 7 menyebabkan hanya spesies
1. Temperatur intake air pendingin PLTU
tertentu yang mampu bertahan dan
Suralaya masih dalam kisaran temperatur
mendominasi daerah sekitar titik-tik ini.
air laut alami. Temperatur air bekas
Untuk Titik 2, penyebabnya mungkin pendingin yang keluar dari kondensor
karena sedikitnya jumlah sampel yang berkisar antara 37,4oC dan penurunan
dapat diambil temperatur di kanal bisa mencapai 1,90C.
2. Perbedaan temperatur ( T) di daerah zona
Hampir sama dengan kondi plankton,
pencampuran (mixing zone) berkisar
kondisi benthos selama penelitian juga antara antara 5oC – 2,3oC.
tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi di 3. Adanya limbah bahang yag dihasilkan
Tahun 1991 dan 2003. Struktur komunitas oleh PLTU Suralaya cukup berdampak
benthos agak terpengaruh oleh adanya terhadap kondisi lingkungan biota
limbah bahang terutama di titik-titik yang perairan di sekitarnya seperti yang
berhadapan langsung dengan aliran limbah ditunjukkan oleh indeks
bahang. keanekaragaman plankton dan benthos
umumnya berada dalam struktur
Kondisi Kualitas Perairan
komunitas yang kestabilannya sedang
Berdasarkan hasil pengukuran
(moderat), indeks keseragaman
langsung terhadap beberapa parameter fisik
Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan 49
Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya

menunjukkan kondisi penyebaran jenis [6] Basmi, H.J., 2000. Planktonologi:


struktur komunitas yang bervariasi, Plankton sebagai indikator kualitas

dari merata hingga tidak merata. perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, IPB, Bogor.
Saran [7] Hutomo M. dan O.H. Arinardi, 1992.
1. Penetapan baku mutu lingkungan, idealnya Dampak Pembangkit Tenaga Listrik
tidak general, tetapi lebih bersifat spesifik (terutama limbah thermal) terhadap
(misalnya berdasarkan lokasi pembangkit, ekosistem akuatik. Oseana XVII(4): 135-
kapasitas pembangkit). 158
2. Perlu adanya peraturan yang mengatur [8] Schubel, J.R., B.C. Marcy, Jr., A.D. Beck,
baku mutu limbah cair dari pembangkit E.J. carpenter, C.C. Coutant, B. Kinsman,
listrik, terutama untuk temperatur limbah R.P. Morgan, III, A.S. Robbins, R.E.
bahang, sehingga tidak rancu atau salah Ulanowicz, and P.M.J. Woodhead., 1978.
persepsi antara baku mutu limbah On selecting the excess temperature to
(temperatur limbah bahang) dan baku minimize the entraiment mortality rate. In:
mutu stream (temperatur air laut) Power Plant Entraiment: A Biological
3. Perlu dilakukan penelitian dan assessment. [J.R. Schubel and B.C. Marcy,
pengembangan teknologi dalam Jr., (eds.)] Academic Press, New York.
mengurangi temperatur limbah bahang [9] Coles, S.L. and P.L. Jokiel, 1977. Effects
dari pembangkit listrik. of temperature on photosynthesis and
respiration in hermatypic corals. Marine
DAFTAR PUSTAKA Biology Vol. 43, pp. 209-216.

[1] Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2004. [10] US. EPA, 1991. EPA’s Technical Support

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Document for Water Quality-based Toxic

Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Control (TSD). US EPA.

Baku Mutu Air Laut, Lampiran III (Untuk [11] PT. Perusahaan Listrik Negara, 1991.

Biota Laut). Kementerian Negara Studi Evaluasi Lingkungan PLTU

Lingkungan Hidup. Jakarta. Suralaya Unit 1-4 dan Rencana Kegiatan

[2] Wibisono, 2005. Pengantar Ilmu Pembangunan Unit 5,6,7. PT. Perusahaan

Kelautan. Grasindo, Jakarta. Listrik Negara, Jakarta.

[3] Romimohtarto, K., 2001. Biologi laut. [12] PT. Indonesia Power UBP Suralaya, 2003.

Djambatan, Jakarta. Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL

[4] Nontji, A., 2005. Laut Nusantara. Ikrar PLTU Suralaya Unit 1-7 Semester II tahun

Mandiriabadi, Jakarta. 2003. PT. Indonesia Power UBP Suralaya.

[5] Nybakken, J.W., 1988. Biologi Laut, Suatu Merak.

Pendekatan Ekologi. Gramedia. Jakarta.


Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 1 Juni 2011 : 35 - 50

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Anda mungkin juga menyukai