Anda di halaman 1dari 3

FILARIASIS

A. DEFINISI

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menularyang mengenai saluran dan
kelenjar limfe disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis filarial yaitu
Wucheria bancrofti atau Brugia malayi. Cacing filarial ini termasuk family Filariade, yang
bentuknya langsing dan ditemukan di dalam system peredaran darah limfe, otot, jarigan ikat dan
longgar serosa pada vertebrata. Cacing bentuk dewasa dapat ditemukan pada pembuluh dan
jaringan limfa pasien.
Masa inkubasi penyakit inicukup lama lebih kurang 1 tahun, sedangkan penularan parasit
terjadi melalui vector nyamuk sebagai hospes perantara, dan manusia atau hewan kera dan anjing
sebagai hospes definitif.

B. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia Filariasis tersebar luas hamper di seluruh Provinsi. Berdasarkan laporan
daerah dan hasil survai (Rapid Mapping) pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 6500 kasus
kronik di 1553 desa, 674 Puskesmas di 231 Kabupaten, 26 Provinsi. Sampai tahun 2004 kasus
krinis yang dilaporkan sebanyak 8003 orang yang tersebar di 32 Provinsi.
C. PATOLOGI

Disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah bening akibat inflamasi yang ditimbulakan
oleh caing dewasa, bukan oleh mikrofilaria. Cacing dewasa hidup di pembuluh getah beninng
aferen atau sinus kelenjang getah bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan
penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinophil, dan makrofag di dalam dan sekitar
pembuluh getah bening yang mengalamim inflamasi bersama dengan proliferasi sel endotel dan
jaringan penunjang, menyebabkan berliku-likunya system limfatik dan kerusakan atau
inkompetensi katup pembuluh getah bening.
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan edema keras terjadi pada
kulit yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filariasis ini disebabkan oleh
efek langsung daric acing ini dan oleh respon imun pejamu terhadap penyakit. Respon immune
ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosan dan proliferasi yang menyebabkan obstruksi
total pembuluh getah bening. Diduga bahwa pembuluh-pembuuluh tersebut tetap paten selama
cacing tetap hidup dan bahwa kematian cacing tersebut menyebabkan reaksi granulomatosa dan
fibrosis. Dengan demikian terjadilah obstruksi limfatik dan penurunan fungsi limfatik.

D. GEJALA KLINIS

a. Demam berulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istrahat dan timbul lagi setelah
bekerja berat.
b. Pembengkakan kelenjar getah bening tanpa ada luka) di daerah lipatann paha, ketiak
(limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
c. Radang salurang kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kea rah ujung kaki atau tangan.
d. Abses filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan
mengeluaraknan nanah serta darah.
e. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong buah zakar yang terjadi agak kemerahan dan
terasa panas (limfedema dini).

E. TATA LAKSANA
a. Pengobatan Massal
Pengobatan massal dilakukan di daerah endemis (Mf rate 1 dengan menggunakan obat
Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albendazole sekali setahun
selama 5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan seperti demam, diberikan
Paracetamol. Pengobatan massal diikuti seluruh penduduk di daerah endemis yang berusia 2
tahun ke atas. Pengobatan ditunda pada orang yang sakit, anak di bawah usia 2 tahun, dan
wanita hamil.
Tabel: Takaran obat untuk pengobatan massal filariasis berdasarkan umur umur

Umur (Tahun) DEC (100 mg – Tablet) Albendazole (400 Paracetamol (500


mg – Tablet) mg – Tablet
2-5 1 1 0.25
6 – 14 2 1 0.5
 14 3 1 1

b. Selektif
Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria dan anggota keluarga yang tinggal
serumah, di daerah dengan hasil survai mikrofilaria (non endemis)

F. PROGNOSI
Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama pasien pindah dari daerah
endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat, serta
pemberantasan vektornya. Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema tungkai, prognosis
lebih buruk.

G. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan Filariasis oleh masyarakat dengan
1. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector:
o Menggunakan kelambu sewaktu tidur.
o Menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa nyamuk. Menggunakan obat nyamuk
semprot atau obat nyamuk bakar.
o Mengoles kulit clengan obat anti nyamuk.
2. Memberantas nyamuk:
o Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk.
o Menimbun, mengeringkan, atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan
nyamuk.
o Membersihkan semak-semak di sekitar rumah.
Penatalaksanaan Kasus
1. Dilakukan pada semua kasus klinis baik di daerah endemis maupun di luar daerah endemis
2. Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari untuk pengobatan
individual.
3. Semua kasus klinis ditatalaksana clengan 5 komponen clasar yaitu Pencuclan, Pengobatan
clan P rawatan Lukas, Melatih minggikan bagian yang bengkak otot-otot (exercise).
(Elevasi) Memakai alas kaki yang nyaman

Peranan Petugas Kesehatan


1. Menemukan kasus klinis filariasis secara dini melalui kunjungan lapangan.
2. Melakukan penatalaksanaan kasus dan konseling.
3. Melaksanakan penyuluhan langsung ke masyarakat.
4. Menggalang kemitraan dengan kelompok-kelompok potensial
5. (organisasi wanita, PKK, agama, pemuda). dan kegiatan kader dalam penemuan kasus
penyuluhan pengobatan massal

Anda mungkin juga menyukai