by
Jasinda Wilder
Sinopsis:
Amazon Top 10 Hot Bestseller Erotica New Release!
“This is an explicit, erotic novella for adults only! Contains super hot,
one on one between two great characters.”
®LoveReads
“Leo, aku minta maaf,” kata John. “Itu hanya komentar bodoh.”
“Ayolah, sayang. Aku bisa Berbuat lebih baik. Aku akan berubah.”
“Ya. Pernah dengar kata-kata itu juga. Baru minggu lalu, bahkan.”
Aku memandang ke luar jendela dari VW Golf milik John, menonton
pinggiran jalan yang berkelebat lewat, basah kuyup oleh hujan, kelabu
dan menjemukan.
“Jadi, apa sih sebenarnya yang kau ingin aku lakukan? Kubilang aku
akan melakukan lebih baik lagi, dan aku akan melakukannya. Kenapa
itu tak cukup baik untukmu?”
Aku tak ingin menjawab pertanyaan itu, jadi aku diam. Aku
memainkan cincin setengah-karat di jariku, di pasang di sana bulan
lalu. Empat minggu yang panjang dan menyakitkan, yang mana kami
lebih banyak bertengkar daripada kita berciuman, lebih sering
berhubungan seks dalam kemarahan dari pada bercinta, lebih sering
mengabaikan masing-masing dari pada kita pergi berkencan.
“Apa lagi yang bisa dikatakan? Kita bicara berputar-putar John. Ya,
kau benar. Kita bertengkar tentang suatu hal, dan aku memberitahumu
masalahnya, dan kau memperbaikinya, sebaik mungkin yang kau bisa.
Aku mengakui itu, dan itu bagus. Masalahnya adalah, selalu ada saja
masalah. Jika bukan satu hal, pasti yang lainnya.”
3|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
“Semua orang punya masalah, Leo,” kata John. “Pasangan juga punya
masalah. Kita bisa menyelesaikannya.”
Sekali lagi, aku tak ingin menjawab. Satu tanggapan saja akan
mengakibatkan lebih banyak perdebatan, putus lagi. Kami telah putus
empat kali selama tiga tahun kami bersama-sama, terakhir kali adalah
kurang dari seminggu sebelum John mengajukan lamaran. Dia
melamar sebagai permintaan maaf, dan itu cukup romantis, dan itu
telah menghasilkan suatu seks yang cukup spektakuler. Spektakuler,
maksudku dia menggunakan jarinya padaku dulu, jadi aku benar-
benar merasakan orgasme, dan ia tidak tertidur segera setelah itu. Kita
bahkan melakukan untuk kedua kalinya, yang mana kita tak pernah
melakukannya selama berbulan-bulan. Ini adalah kedua kalinya yang
telah membuatku khawatir.
Yang mana tentu saja sangat membantu. Aku menampar dia dan
berjalan keluar.
Aku bukan gadis seperti itu. Aku punya rambut pirang bergelombang
yang tidak suka bekerja sama, dan aku tak suka banyak perhiasan.
Aku memakai kalung yang sesuai untuk mengimbangi pakaianku,
yang tidaklah mahal karena aku tidak benar-benar bergelimang
dengan uang karena bekerja sebagai perawat UGD, dan tidak juga
John, manajer bank.
Yang hanya membuatku kesal. Oke, ya, aku juga tak ingin diriku
hamil, tapi dia jadi marah tentang hal ini? Itu adalah bagaimana John
jika marah: tenang, hati-hati netral, selalu terkontrol, hanya mata
sempit dan buku-buku jari ketat dan kerutan halus.
“Itu saja? tak ada reaksi?” Aku belum berteriak, tapi aku sedang
menuju ke arah ke sana. “Kau hanya akan bersikap praktis, tetap
tenang dan membiarkan? Katakan sesuatu, sialan!?”
“Kau tak akan panik, kan?” aku jelas sudah berteriak sekarang,
suaraku memenuhi mobil kecil ini. “kau hanya akan berlanjut, praktis
dan tenang dan… sialan, sangat-sangat membosankan! kau tak akan
senang tentang hal itu! kau tak akan marah. Kau hanya akan
menghadapinya dan melanjutkan. Tuhan, Aku sangat muak dengan
sikap praktismu! Bersikaplah ekstrim tentang sesuatu! Bereaksilah,
untuk sekali saja!”
Aku ingin dia menjadi mudah senang atau marah, hanya sekali saja.
Mulutku sudah terbuka untuk menyumpah, atau mengutuk, dan
kemudian sesuatu dalam diriku hanya berhenti. Waktu berlalu
mengental dan aku melihat kami, lima tahun mendatang. Kami akan
memiliki seorang gadis kecil, yang berpenampilan menyenangkan dan
baik, dan John akan pulang ke rumah dari bank, dan kita akan
menyenangkan, dan kita akan memiliki rumah yang menyenangkan,
dan TV layar datar yang menyenangkan, tidak terlalu besar, dan
7|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
anjing kecil kami, tidak terlalu besar, tidak banyak menggonggong,
tepat. Kemudian, dalam sepuluh tahun… gadis itu akan menjadi lebih
tua dan datang satu lagi, anak laki-laki, sama baiknya dan berperilaku
baik dan TV-nya juga baru, tapi tetap sama.
Dan anjingnya tetap sama, bagus, tenang dan praktis, dan John,
melalui semua itu, akan baik, dan tenang, dan menyenangkan, dan ia
rambut, penipisan mungkin, memutih mungkin, dan dia akan akan
tetap langsing dan ramping. Kami akan melakukan hubungan seks
setiap hari Sabtu, mungkin Minggu pagi sesekali, posisi misionaris,
seperti biasa, dalam kegelapan, seperti biasa.
Aku hanya memberi dia jari tengah, ibu jari keluar, ala Detroit. Aku
terus berlari, berhasil sampai ke trotoar dan terus berjalan, berlari
membuta melalui dinginnya, hujan deras. Sesuatu menyentak di
bawah kakiku dan aku limbung, tersandung, dan jatuh ke tanah,
menampar beton yang kasar dengan tanganku, merobek gaunku. Aku
merintih dan duduk di pantatku, membuat percikan dalam genangan
air. Aku melihat telapak tanganku robek oleh trotoar, dan lututku
berdarah. Tumit sepatuku patah. Tasku, dua ratus lima puluh dolar tas
8|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
Coach milikku tenggelam dalam genangan lumpur di rerumputan
sebelah trotoar. Hujan menerpa di atas kepalaku, tangan dan lutut
berdenyut-denyut, dan pergelangan tangan kiriku mulai terasa sakit,
dan dompetku hancur dan segala sesuatu di dalamnya basah, yang
berarti ponselku hancur, iPhone-ku berumur satu tahun yang tidak
diasuransikan. Aku mendengar sebuah mobil berhenti di sampingku,
dan jendela berdengung terbuka beberapa inci.
“Masuk” kata John. “Kau terluka dan basah. Aku tak tahu apa yang
merasuki dirimu. kau akan terkena pneumonia.”
Aku menatap, dengan mulut ternganga. Dia bahkan tak bisa keluar
dari mobil untuk membantuku? Bagus.
Bukankah aku baru saja bilang aku kemungkinan hamil? Dan dia
hanya melaju pergi, meninggalkanku di sana, di tengah hujan, terluka,
lima mil jauhnya dari rumah.
Brengsek.
Aku melangkah melalui genangan air dan lumpur, semakin basah dan
basah, rambut keritingku jadi rata diatas kulit kepalaku, lengket
menempel di pipi dan keningku. Ketika John sudah tak terlihat, aku
membiarkan diriku menangis. Itu adalah tangisan panjang dan keras
yang membakar mata dan mengaburkan pandanganku. Aku terus
berjalan, tak perduli salah arah atau tidak.
Aku berjalan tepat kearahnya. Dia bertubuh besar, padat, dan basah
kuyup. Dia berbau kulit basah, bau yang tampaknya memiliki rasa
tajam di ujung lidahku.
10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku terhuyung mundur, dan dia menangkapku, tangan kuatnya
menangkap lenganku dan menahanku agar stabil. Aku mendongak
dan benar-benar tersentak saat sepasang mata hijau keabu-abuan yang
paling terang yang pernah kulihat menembus kearahku, penuh simpati
dan perhatian dan sesuatu yang sangat mirip dengan nafsu. Ini pasti
bukan nafsu, atau setidaknya bukan karena aku. Tidak ketika aku
basah kuyup, berdarah, menangis terisak, dan marah.
Dia mengenakan jaket kulit biker, ditempeli dengan logo punk rock
dan logo HOGS serta tengkorak dan salib besi dan semua hal-hal
yang biasa ada di jaket bikers umumnya. Celana jinsnya yang ketat,
hitam, dan kelihatannya mahal, begitu juga botnya, paku diujung jari
depan botnya, gesper perak dan kancing-kancingnya. Telinganya
ditindik di beberapa tempat sepanjang daun telinga dan tulang rawan,
sebuah anting kecil, sebuah salib dan berlian kecil di masing-masing
daun telinga. Dia memakai cincin di jarinya, logam tebal dengan lebih
banyak salib dan tengkorak dan lambang-lambang band metal.
Rambutnya tebal, hitam, dan menempel di dahinya. tetapi matanya.
Jadi dia adalah seorang Marinir, atau mantan marinir. Dia tampak
seperti itu. Dia juga tingginya lebih dari enam kaki (182 cm), dadanya
bidang seperti dinding bata, bahu dan lengan yang tampak sangat
besar bahkan ketika tertutup jaket kulitnya. Dia memancarkan bahaya,
testosteron murni pria dan kekuasaan, kekuatan yang terkumpul dan
kepercayaan diri yang luar biasa.
Aku tidak menangis lagi, karena dia mengejutkanku. Tapi aku masih
tersengal-sengal. Mulutnya melengkung dan diluruskan.
Lalu aku bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan jika aku
memintanya.
“Kau akan sakit, ma‟am,” kata biker itu. “Kenapa kau tidak biarkanku
mengantarmu ke suatu tempat. Aku akan menjaga sikap, aku janji.
Aku hanya akan mengantarmu, itu saja. Aku bahkan tak akan
meminta nomormu.”
“Apa yang tidak aman, aku atau sepeda motornya?” Dia terdengar
tersinggung.
“Kedua,” kataku. “Tapi kau benar. Terima kasih, aku akan senang
mendapat tumpangan.”
“Kau berpikir aku tidak aman, kan?” Matanya menyipit, dan ia tiba-
tiba seperti memancarkan ancaman. Aku tidak takut, tapi aku punya
perasaan bahwa kau tak ingin membuat orang ini marah padamu.
“Tidak, aku pikir tidak aman,” kataku. “Kau seorang biker. Kau
memiliki paku di sepatu botmu dan tato di jari-jarimu. Kau mungkin
13 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
akan membawa aku ke sebuah gudang dan melakukan sesuatu yang
hanya Tuhan yang tahu.”
Aku bergerak menuju sepeda motor itu saat aku bicara, dan ia
menyeringai menyesakkan dada.
“Well, kau sebagian besar benar. Kecuali aku tak tahu di mana
gudang berada.” Dia duduk di Harley dan memutar kunci tapi belum
menyalakannya.
14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ilegal. Dia berhenti di samping sepeda motor dan memberi isyarat ke
arah sisi jalan, menunjukkan dia ingin kami menepi. Teman biker
baruku berpaling untuk menatap curiga padaku. Aku mengangguk dan
ia berbelok ke tempat parkir McDonald.
®LoveReads
15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 2
“Apa yang kau lakukan, Leo?” Tanya John, sedikit histeris, menurut
ukuran dia.
Temanku – yang baru aku sadari namanya aku tak tahu – menggeram
di dadanya seperti beruang.
Aku mendesah dan menyeka air hujan dari wajahku. Biker ini hanya
duduk dengan pasif, mendengarkan dan tidak menanggapi.
“John, aku sudah bilang padamu. Hubungan kita telah berakhir. Tak
ada yang bisa kau katakan atau lakukan, tidak ada lagi.”
Mata John goyah dan dia melangkah ke arahku lagi, meraih lenganku
dan mencoba untuk menarikku dari atas motor. “Kita bisa
memperbaikinya, sayang! Ayo, turun dari motor ini dan mari kita
pulang.”
16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Lepaskan tanganmu dari gadis ini,” kata dia. “Dia tak akan ikut
denganmu. Kau sudah punya kesempatan dan kau jelas-jelas sudah
mengacaukannya. Jika aku melihat kau mengganggunya lagi, aku
akan menghancurkanmu.”
Aku menggigil, entah karena dingin dan basah atau oleh tatapannya
yang panas, aku tak yakin.
“Ya Tuhan, aku minta maaf,” kata Biker itu, melepas mantelnya dan
menggantungkannya di atas bahuku. “Kau pasti sangat kedinginan!
Aku seharusnya memberikan mantelku ketika kau naik!”
17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tubuhnya. Aku meringkuk ke dalamnya, bersyukur, dan agak
terangsang oleh bau di sekitarku: keringat pria, kulit basah, cologne.
Dia meraih tanganku dan menariknyaku menuju lift. “Ayo, mari kita
keringkan tubuhmu.”
“Aku akan membawamu di tempat lain, jika kau tidak nyaman berada
di sini,” dia menawarkan, kemudian menghancur momen itu dengan
tersenyum licik. “Maksudku, jika kau takut, hanya itu.”
Aku melangkah lebih dekat lagi, dan sekarang aku hampir menempel
dirinya. Jantungku berdebar kencang atas keberanian sikapku. Aku
telah melihat betapa kuatnya dia, dia memukul John hingga terlempar,
dan John bukanlah orang bertubuh kecil juga. Dia hanya tidak
sebading dengan prajurit berbalut kulit di depanku ini.
“Aku tidak takut. Aku hanya tidak akan pulang bersama seorang pria
ketika aku tak tahu namanya.”
18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Matanya menyipit. “Pria seperti aku?”
“Nah, Shane, kita bisa masuk sekarang. Terima kasih.” Aku berbalik
ke lift dan menunggu.
“Leona Larkin.”
“Yap. Leo. Aku tidak pernah dipanggil Leona lagi sejak aku berusia
lima tahun. Aku selalu berpikir itu terdengar seperti nama nenek-
nenek.”
19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Shane terkekeh. “Ya, memang mirip seperti itu. Leo.” Dia menatapku
ketika lift dibuka. “Seperti singa betina. Apakah kau seekor singa
betina, Leo?”
Nah, itu yang jelas main mata, jika aku pernah mendengar. Aku masih
tak yakin mengapa orang seperti ini mau main mata denganku, basah
kuyup, sedang melakukan diet, biasa dengan rambut keriting.
Lututku terasa lemas dan aku tiba-tiba basah di antara kedua kakiku,
kelembaban yang tidak ada hubungannya dengan hujan atau gaun
basah kuyupku. Dia merasakan lututku gemetar dan merengkuhku
dalam pelukannya, mengangkat tubuhku dengan mudah, tidak
menghentikan ciumannya bahkan untuk sesaat.
20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
keluar dari lift dan menyusuri lorong panjang menuju pintu di ujung.
Aku melingkarkan lenganku di lehernya dan merangkulnya,
cekikikan. Aku tak pernah dalam hidupku dibawa seperti ini. Aku
mencium rahangnya, tiba-tiba jadi berani, dan kemudian
tenggorokannya di mana T-shirt yang ia pakai menyentuh lehernya,
kemudian dagunya. Dia menunduk dan mulutnya menutupi milikku
dan aku tersesat dalam pelukan dan ciumannya yang panas.
Dan kemudian aku bersin. Tentu saja, aku tak pernah bersin hanya
sekali saja, selalu setidaknya tiga. Kali ini, itu empat kali, berturut-
turut, dan aku nyaris tak berhasil memalingkan kepalaku agar tidak
bersin di wajahnya. Dan kemudian aku mulai terbatuk dan menggigil.
21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi aku masih menginginkan dia, aku masih ingin meneruskan
dorongan tak bermoralku untuk menyentuh penisnya.
Shane mengutuk dengan lancar dan bangun dari atas tubuhku. “Ya
Tuhan, aku seperti orang brengsek,” katanya, “kau mungkin kena
pneumonia dan aku malah menggerayangimu.”
Tapi kenapa tidak? Mengapa aku tidak lakukan ini? Tak ada yang
menahanku, benar kan? Sebuah pikiran yang mengganggu muncul di
kepalaku, mengingatkan aku tentang tamu bulananku, tapi aku
mendorong pikiran itu pergi, mengatakan pada diriku sendiri bahwa
itu hanya stres yang membuatku jadi terlambat.
Aku menarik satu lengan keluar dari tali, dan kemudian yang lain, dan
gaun hijau tipisku jatuh ke lantai, meninggalkanku berdiri kedinginan
dan hanya mengenakan bra renda merah dan celana dalam yang
sepadan dan benar-benar merinding. Jantungku berdebar begitu keras
hingga aku yakin dia akan mendengarnya.
22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
sekarang aku senang, karena di sini ada dewa seks panas, enam kaki
empat inci (193 cm) dan bertubuh seperti dewa Yunani.
23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku mendesis karena rasa menyengat itu, tapi tidak bergeming. Dia
menyeka lukaku bersih dan pindah ke lututku yang lain, lembut dan
menyeluruh. Dia mengambil tanganku dan juga membersihkannya.
24 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku mandi, menikmati air panas. Itu jelas tempat tinggal bujangan,
karena ia hanya memiliki satu botol sampo two-in-one dan
kondisioner, satu botol sabun cair dan busa penggosok hitam
tergantung di pegangan. Aku menggunakan apa yang dia punya,
berdebat pada kehigienisan menggunakan busa penggosok seorang
pria, namun pada akhirnya keinginan untuk menjadi bersih yang
menang.
®LoveReads
25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 3
26 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dulu, tapi aku tak bisa menahannya. kau kelihatan begitu marah dan
basah dan luar biasa seksi…”
Ada sesuatu yang menusuk dalam diriku. Itu bukannya rasa bersalah,
tapi mirip semacam itu. Apa yang aku inginkan, hubungan jangka
panjang? aku tidak berpikir sejauh itu. Yang aku tahu adalah rasa
membakar di dalam perutku, kelembaban di antara pahaku, dan
tanganku yang berusaha untuk menyentuh kejantanannya.
“Jadi? Ini tak harus menjadi one-night stand.” aku mengubah taktik
dan memindah tanganku menjauhkan dari pangkal pahanya, dan ia
melepaskan tanganku.
27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
miliknya melompat bebas dari dalam celananya sehingga aku bisa
menyentuhnya, menempatkan miliknya di mulut dan vaginaku.
Aku hampir mengatakan itu padanya, tapi aku tidak begitu impulsif,
belum.
Dia meraih tanganku dan dengan lembut tapi tegas dan mendorong
tanganku menjauh darinya. “Sialan. Aku berusaha untuk bersikap
terhormat di sini. Ketika aku memboncengkanmu, aku bersikap…
baik. Sopan, jika kau mau menganggapnya begitu. Aku tidak
bermaksud seperti ini. Maksudku, Ya Tuhan, aku memang
menginginkanmu. Kau begitu sexy sampai aku tak bisa tahan, tapi
aku tidak berpikir kau-”
“Aku sudah bersama John sejak aku berusia sembilan belas tahun,
dan ia adalah pacar pertamaku, dan satu-satunya. Aku bosan dengan
John. Aku menginginkan lebih. Aku menginginkan lebih. Aku ingin
kegairahan. Aku menginginmu. Ya, aku takut sekali sekarang karena
28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
semua yang aku miliki adalah atas nama John, dan aku ada di sini,
melakukan hal ini denganmu. Tapi aku lebih suka merasa takut,
karena itu lebih baik daripada menjadi bosan...
“Tidak,” kataku. Itu tidak bohong, tapi bukan juga kebenaran. Aku
menginginkan apa yang dia lakukan padaku, tapi juga takut pada saat
yang sama.
29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
meletakkan tanganku di pantatnya, di luar celana jinsnya. “Lupakan
dia. Dia tidak ada. Aku menginginkanmu. Aku selalu menginginkan-
mu, meskipun aku belum pernah bertemu denganmu.”
Aku memutar mataku. “Aku sudah bilang aku salah menilaimu, dan
aku minta maaf.”
Dia mengangkat bahu. “Yah, aku melakukan banyak hal, bekerja, dan
pekerjaanku tidak menyisakan banyak waktu untuk main-main.”
30 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Aku dokter. Saudaraku dan aku menjalankan sebuah perusahaan
nirlaba yang bernama “Rescue Medic Enterprises”. Kita seperti
Doctor tanpa batas wilayah, tapi itu hanya tiga saudara laki-lakiku,
aku, dan beberapa orang lainnya. Semuanya mantan militer, pasukan
khusus, petugas medis dan ahli-ahli dibidangnya. Kami pergi ke
negara-negara dunia ketiga dan sebagian besar memberikan
perawatan medis di daerah berbahaya, atau tempat-tempat di mana
organisasi nirlaba lain tidak akan pergi. Aku baru saja kembali dari
merawat korban perang saudara di Afrika, dan aku mungkin akan
segera kembali.”
“Jadi kau sengaja, suka rela masuk ke zona perang di negara dunia
ketiga untuk mengobati orang-orang sakit?”
“Ya, pada dasarnya.” Dia menuangkan secangkir kopi baru dan kami
berdiri menghirup minuman kami.
Dia hanya mengangkat bahunya lagi, acuh tak acuh dan tidak
menganggap itu penting.
32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku menggeleng. John bukanlah orang yang suka memberi pujian,
dan kepercayaan diriku sedang naik turun. Shane adalah jenis orang
yang bisa mendapatkan supermodel, aktris papan atas, bukannya
gadis seperti aku.
“Ya, kau seksi. Kau seorang dewi. Kau memiliki tubuh yang
sempurna.” Dia tangannya menelusuri perutku, di antara payudaraku
dan turun kembali untuk menangkupnya, mengangkatnya, menggosok
ibu jarinya di atas putingku. “Aku tak sabar untuk mencicipi dirimu
utuhnya.”
Aku merasakan sesuatu yang tebal menekan clit-ku, dan kupikir dia
entah bagaimana telah melepas celananya tanpa aku sadarinya, tapi
ternyata itu adalah jarinya, menelusuri melingkar di sekitar intiku,
membesar dan basah, meluncur turun untuk mendorong masuk ke
dalam, meluncur keluar dan kembali masuk, kemudian kembali ke
clit-ku. Aku belum terengah-engah, tapi nyaris. Aku menekan tulang
belakangku ke tempat tidur dan ingat bahwa aku punya tangan juga,
dan bahwa aku ingin menyentuh dirinya. Aku mendorong celana
jinsnya sampai turun dari pinggulnya, dan ia menggoyangkan keluar
dari celananya, menendangnya tanpa ragu.
Tiba-tiba, aku menyadari betapa kecil dan lunaknya milik John, dan
kemudian aku mengusir semua pikiran tentang mantan tunangan dari
pikiranku. Dia mungkin juga telah menghilang dari hidupku pada saat
itu, sejauh yang kutahu.
33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bibir Shane perlahan mulai turun ke bawah secara bertahap, mencium
tulang rusukku, dan kemudian perut, pusar, dan kedua tulang
pinggulku. Dia mengangkatku dan menarikku ke ujung tempat tidur,
tergelincir, dan kemudian lututku berada di pundaknya dan lidahnya
menjilati paha bagian dalamku, dan bibirnya menekan ke labiaku,
janggutnya yang pendek menggesek pahaku.
Aku terkesiap, menarik napas dengan lembut. Oh, lidah itu gesit dan
meyakinkan, menciptakan kenikmatan dariku dalam gelombang yang
terampil, membawa ke atas, dan kemudian kembali turun, lebih dekat
ke tepian orgasme dan kembali menjauh. Dia mencelupkan lidahnya
masuk, menggerakkan kepalanya berputar saat pinggulku mulai
melengkung.
Aku bukan orang yang vokal saat berhubungan seks, tidak pernah.
Bahkan saat pengalaman yang paling intens sebelumnya, suara yang
paling keras keluarkan adalah terengah-engah pada saat klimaksnya,
juga tubuhku sedikit bergetar yang mana tak bisa kucegah.
34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi ini adalah ledakan, sebuah ledakan nuklir yang meluncur keluar
yang membakar ke perutku dan membuat anggota badanku
gemetaran. Shane merangkak kembali di tempat tidur, dan aku
membuka mataku untuk melihatnya menyelinap ke arahku dengan
gerakan seperti predator, tersembunyi dan berbahaya dan masih lapar
akan tubuhku.
“Sekali, dan itu kikuk dan tidak menyenangkan bagi kami berdua. Itu
adalah ketika kita pertama kali mulai berkencan.” Aku menggoreskan
kukuku turun di punggungnya. “Tapi ini tidak seperti apa yang pernah
aku merasakan. Aku belum pernah datang sebegitu keras dalam
hidupku.”
Dia hanya tertawa. “Oh. kau berada dalam perjalanan yang liar, aku
baru saja mulai. Itu untuk membuatmu mau ikut.”
35 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia keras karena aku, menonjol jelas di balik celana boxer-nya,
kepala hampir muncul keluar diatasnya. Aku meliriknya, dan dia
mengangkat alisnya padaku, tersenyum hanya dengan satu sudut
mulutnya. Dia hanya berbaring di sana, menunggu, satu tangan di
punggungku, yang lain jatuh dengan malas di sepanjang dadanya. Dia
tahu apa yang dia punya, dan dia hanya menunggu aku untuk
menemukannya.
“Aku ingin.”
36 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Pernahkah kau melakukannya?”
“Semacam itu?” Dia melengkung alisnya, satu sikap yang aku pelajari
dari kekayaan ekspresi milik Shane.
Aku mengusap ke atas dan ke bawah dengan tanganku, tapi aku sadar
dia kering, jadi aku menurunkan mulutku padanya, menjilati dirinya,
membawanya ke samping ke dalam mulutku dan membiarkan air
liurku melapisinya. Dia licin sekarang, dan aku membawanya di
tanganku lagi, memompa perlahan. Pinggulnya mulai berputar, dan
aku merasa lebih berani, sekarang. Matanya setengah tertutup,
dadanya naik-turun perlahan-lahan, tangannya menggenggam selimut
tempat tidur. Aku mengambil bulatan, kepalanya dalam mulutku,
mencicipinya di lidahku, dan kemudian mengeluarkannya kembali
untuk mengagumi miliknya sekali lagi.
“Penggoda,” Shane tertawa. “Ya Tuhan, kau membuatku gila.”
37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia tersenyum padaku, lalu memiringkan kepalanya ke belakang dan
melengkungkan punggungnya saat aku membawanya lagi di mulutku,
melebarkan bibirku semampunya untuk mengakomodasi ukurannya.
Aku memompa telapak tanganku di sekelilingnya, membawanya jauh
ke dalam mulutku sampai menabrak bagian belakang tenggorokanku.
Menariknya keluar lagi, tidak semuanya, dan dia mencengkeram
selimut sampai jari-jarinya memutih.
Dia sudah berada cukup lama di mulutku dari pada milik seorang pria
di dalam diriku.
“Oh. Ya. Tuhan.” Suara Shane serak dan masih terengah-engah. “Kau
membuatku datang begitu keras. Itu sangat mengagumkan.”
Aku merasakan sensasi bangga mendengar pujian itu. Aku tahu aku
akan melakukannya lagi, hanya untuk mendapatkan reaksi darinya,
merasakan kekuasaan atas tubuhnya, memberinya kenikmatan yang
jelas aku miliki.
®LoveReads
39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 4
40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Apa aku menyakitimu?” Shane bertanya, nyaris belum menggerak-
kan pinggulnya, belum menyodok sama sekali. “Kau begitu ketat, luar
biasa ketat.”
41 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Responsif?” Kataku dengan terkesiap.
“Kalau begitu jangan berhenti apa yang sedang kau lakukan,” kataku,
tersenyum diatas mulutnya.
Dia menarik keluar sehingga hanya ujungnya yang ada dalam diriku,
mengaitkan kakiku di atas bahunya dan menekuk lututnya. Setengah
berat tubuh bagian bawahku kini disangga oleh kemaluannya dan
kakiku yang ada di pundaknya. Tanganku mencengkeram selimut,
mencakar dengan kekuatan putus asa saat ia mulai untuk mendorong
dirinya ke dalam diriku, lambat pada awalnya, kemudian
kecepatannya mulai meningkat. Pinggulku menempel pinggulnya, dan
sekarang aku menerima miliknya sepenuhnya, seluruh miliknya
masuk ke dalam dan menyeruduk dinding bawahku, tergelincir
dengan licin kembali keluar, hanya untuk menekan lagi, dibantu oleh
cairan yang merembes dari milikku yang berdenyut.
42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
geram dan mendengus, seperti binatang mengamuk dengan mata liar
dan otot berkilat, keringat berkilau dan sensual. Dorongannya
bertambah cepat, dan aku merasa getaran kecil mulai menjalar
dipahaku, pada awalnya hanya gemetar kecil dari otot-ototku. Aku tak
mampu mencegah untuk memperlambat lonjakan pinggulku, naik dari
punggung dan bergulir kearahnya, sekarang aku mengerang tanpa
henti.
Aku menjerit keras sekarang, lebih keras dari suara yang pernah aku
keluarkan dan aku benar-benar menjadi hamba darinya, yang
ditenggut olehnya, tubuhku dibawa ke puncak dari sensasi. Dia
berteriak, dan kemudian miliknya berdenyut dan mendorong dalam
irama staccato keras dan aku merasa dia klimaks, merasa otot-ototnya
menegang dan dia bersandar di atas kakiku. Lalu aku melihat bintang,
saat orgasmeku mulai terjadi, titik-titik putih di seluruh pandanganku,
titik-titik kecil tak berwarna menyebar keluar satu sama lain sampai
seluruh dunia menjadi putih sepenuhnya dan tubuhku terkurung
dalam ekstasi dan kejang yang begitu kuat dan tak berujung, tanpa
henti bahkan hingga aku tak mampu menjerit, tak bisa terisak,
bernapas atau bahkan berkedip. Miliknya terus tenggelam dalam
diriku, mendorong ledakan dalam tubuhku jadi lebih panas, lebih
tinggi, dan lebih kuat. Kupikir aku sedang di robek menjadi dua, oleh
kenikmatan murni, dan ia masih terus mendorong, hingga dia datang.
Sebuah pikiran tunggal melintas dalam benakku: aku ingin dia tanpa
pelindung dalam diriku, hingga aku bisa merasakan benihnya
mengalir ke dalam diriku. Tak ada lagi yang penting kecuali mencapai
puncak sensasi, persetan dengan konsekuensi.
43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pikiran tersingkir, lalu, saat ledakan bergulir melalui tubuhku, aku
kejang-kejang, dan entah bagaimana kakiku sudah berada di tempat
tidur dan tubuhnya ada di atasku dan miliknya masih berdenyut dalam
diriku, menarik sisa-sisa terakhir dari sensasi dari dalam tubuhku.
“Apa itu berarti sesuatu yang bagus?” Dia mencari ke dalam mataku,
masih tampak cemas.
“Oh Tuhan ya. Pasti.” Aku tak bisa menjelaskan agar membuatnya
paham apa yang aku baru saja alami. “Kau sudah menghancurkanku,
tahu.”
“Apa?” Dia tampak panik. “aku memakai kondom, kau melihat aku
memakainya.”
Dia tertawa mendengus. “Aku tak akan pernah bicara omong kosong
pada pembual.”
45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia ragu-ragu. “Aku lebih suka tidak mengambil risiko.”
Aku tahu itu risiko juga, tapi aku tak peduli, tidak untuk saat ini.
Selain itu, jika aku sudah terjerumus dalam masalah, maka itu tak lagi
jadi masalah. Aku menyentuhnya lagi, menggeser tanganku pada
miliknya yang licin, basah kuyup. Dia mengerang, menekan dahinya
ke dahiku. Dia menggerakkan pinggulnya dengan halus, sekarang
sudah ereksi sepenuhnya.
Aku nyaris tak bisa menyentuh karpet dengan satu jempol kakiku,
setengah menggantung di tempat tidur, tidak aman dan tanpa
keseimbangan atau kontrol atas gerakanku. Shane menggenggam
miliknya dan menyenggolkannya di pantatku, menggeser ujungnya ke
46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bawah celahku, kemudian turun. Aku melebarkan kakiku, merasakan
tangannya mencengkeram pantatku dan menyebarkannya terpisah.
Aku menatapnya dari balik bahuku, alis terangkat tinggi dan mata
melebar. “Oh, Shane, aku sangat takut.”
47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
orgasmeku terbangun dan pinggulku mulai berputar terhadap
miliknya, yang ia bergerak pada setengah kecepatannya sekarang.
Dia mengangkat tubuhnya dariku, tapi aku sudah seper jelly, tak bisa
bergerak dan ia harus mengangkatku, membaringkanku ke tempat
tidur.
Aku menggeleng kepala. “Aku bahkan tak tahu. Tiga? Setelah tiga
aku tak bisa menghitung lagi. Mereka datang begitu berdekatan
bersama-sama hingga aku tak bisa bergerak ataupun berpikir.”
®LoveReads
49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 5
Kami melakukannya lagi malam itu, dua kali, sebelum jatuh tertidur
setelah fajar. Setiap kali lebih baik dari sebelumnya. Ketika Shane
dan aku akhirnya jatuh ke pelukan masing-masing, kami berdua
kehabisan tenaga dan kelewat lelah.
Seluruh badanku sakit, dan tak pernah menikmati begitu banyak rasa
sakit.
Aku terbangun oleh cahaya sore yang tertuju padaku dari jendela, dan
Shane duduk di tempat tidur di sampingku dengan secangkir kopi di
kedua tangan, aroma kopi telah membangunkanku.
“Pagi, tukang tidur,” katanya, menyodorkan kopi saat aku duduk, aku
tak mau repot-repot menutupi tubuhku dengan selimut.
Aku hampir selesai berendam di kamar mandi yang lama dan nyaman
ketika hal itu terjadi. Aku merasakan dengan jelas datang bulanku
sudah tiba, dan kemudian sesuatu membasahi pahaku.
Aku merosot ke lantai kamar mandi, air mata lega membakar mataku.
Shane mendengar suaraku dan berlari datang.
“Apakah kau baik-baik saja? Apa yang terjadi? Apakah kau – sial,
kau berdarah.”
50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Tidak, aku baik-baik saja, itu hanya datang bulanku.”
Aku mengangguk. “Aku tak ingin memikirkan masalah itu, ketika aku
bertemu kau, aku ingin melupakannya dan berharap masalahnya akan
menghilang. Dan memang benar.” Aku menatapnya. “Maafkan aku.”
“Tidak perlu.”
“Yah, aku juga minta maaf karena ini berarti kita tak bisa melakukan
apapun selama beberapa hari. Dan kau sepertinya memicu sesuatu
dalam diriku. Kau membuatku menyadari betapa frustrasinya aku
secara seksual…”
51 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Shane terkekeh. “Yah, tidak apa-apa, karena kita punya penerbangan
yang panjang menunggu kita.”
“Aku sudah melakukan riset padamu, saat kau sedang tidur aku bicara
dengan supervisormu di rumah sakit, aku bicara sebagai CEO dan
pendiri Rescue Medic Enterprises. Mereka semua bilang kau sangat
tangguh di bawah tekanan, bahwa kau adalah seorang Paramedis
bersertifikat dan kau punya pengalaman yang luas dengan teknik
triase lapangan. Mereka juga mengatakan bahwa mereka melakukan
pengurangan pegawai di rumah sakit dan kau masuk daftar yang akan
dilepas.”
“Jika kau ingin mencoba sesuatu yang baru, ya. Perang sipil telah
pecah lagi di Sudan, dan saudara-saudaraku sudah ada dalam
perjalanan. Aku sudah memesan tiket dua kursi dari Metro.”
Aku menarik napas dalam. “Kalau begitu, jika kita pergi ke Afrika,
aku akan membutuhkan sesuatu untuk keperluan wanita.”
52 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Shane tertawa. “Itu baru gadisku. Ada sebuah kotak kecil di lemari
obat. Ini milik adikku. Ia banyak bepergian, dan setiap kali dia lewat
Detroit dia menginap di sini, jadi dia meninggalkan beberapa barang.
Lacinya memiliki segala macam barang-barang feminin di dalamnya.
Ambil saja sendiri.”
“Kau sudah bangun dari jam enam?” Ini sudah lewat tengah hari, dan
aku masih merasa pusing.
“Memang. Itu bukan berarti aku tidak bisa melakukan hal ini,”
kataku, menyebarkan air liurku padanya, dengan kedua tangan.
Dia terasa bersih dan enak, seperti garam dan kulit dan manusia. Dia
klimaks dengan keras, dan cepat. Aku menyelipkan kembali miliknya
54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ke dalam celananya dan berdiri, menyeka bibirku dengan punggung
tanganku sambil bersandar ke dinding, terengah-engah.
®LoveReads
Aku belum pernah naik pesawat sebelumnya, dan aku merasa gugup,
mencengkeram lengan kursi dengan erat ketika jet tergoncang dan
tersentak karena turbulensi yang kuat.
®LoveReads
E-Book by
Ratu-buku.blogspot.com
Seri selanjutnya:
55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m