Anda di halaman 1dari 1

Dalam Bab 10 novel Bumi Manusia, Pram menceritakan seorang wanita Jepang yang

berprofesi sebagai pelacur. Singkat cerita, dia terpaksa menjual dirinya kepada majikan hidung
belang untuk menyambung hidup. Dia sering berkelana ke luar negeri untuk melakukan hal
demikian. Kehidupannya tidak selalu mulus, adakalanya dia menerima upah murahan dari
pelanggan akibat dicurigai mengidap penyakit sifilis dan sering menerima siksaan dari
majikannya. Untuk menyembunyikan hal tersebut dia berobat kepada sinsei ahli penotok.

Konteks dari novel tersebut sangat relevan dengan kondisi Jepang pasca Restorasi
Meiji. Jepang kembali mengadakan industrialisai sehingga berdampak langsung kepada
tatanan sosial masyarakat Jepang. Harga tanah naik tajam seiring dengan mahalnya biaya
hidup. Solusinya mereka terpaksa meninggalkan tanah airnya untuk bertahan hidup. Di sini
istilah Karayuki-san muncul yang bermakna wanita pengelana. Mereka tersebar di Cina,
Korea, Siberia, Asia Tenggara, dan Pasifik. Mereka berprofesi bermacam-macam, namun yang
lebih dominan ialah pekerja seks. Dalam chapter 6 : Karayuki-San : Japanese Prostitude in
Australia 1887-1916 halaman 326, menyebutkan profesi karayuki-san terbanyak di Australia
ialah pekerja seks berjumlah 16 wanita di Kalgoorie pada tahun 1901.

Anda mungkin juga menyukai