Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yagn
terpadu pada suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan bantuan
pelayanan dari petugas Puskesmas, bagi jenis pelayanan dimana msayrakat tidak
kesehatan mayarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan
untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan tehnis dari petugas
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategi
untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam meningkatkan
mutu manusia dimasa mendatang dan akibat dari proses pertumbuhan dan
menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai
usia balita.
dan negara.
maka kader dan pemuka masyarakat berperan untuk menumbuhkan kesadaran semua
warga agar menyadari bahwa Posyandu adalah milik warga. Pemerintah khususnya
umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu : (1) Posyangu Pratama; (2)
Posyandu Madya; (3) Posyandu Purnama dan (4). Posyandu Mandiri (Depkes RI,
2006).
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan
rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih,
tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi
3. Posyandu Purnama
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau
tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang
dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50%
4. Posyandu Mandiri
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau
program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat
sebagai berikut :
RI, 2006) :
1. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka
kelahiran
2. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu ), ibu hamil dan ibu nifas
(NKKBS)
1 tahun) anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Kader
tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
3. Bagi Puskesmas
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan
(KB), kesehatan ibu dan anak, imunisasi, peningkatan gizi dan penanggulangan diare
(Sembiring, 2004).
melalui pembangunan dalam bidang ekonomi, pembangunan fisik maka upaya yang
tidak kalah penting adalah melalui pertumbuhan penduduk supaya tidak berlebihan.
terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran diperjarang untuk
angka kematian bayi dan anak balita atau ibu keluarga atau sebaliknya, untuk itu
maka perlu adanya upaya peningkatan pelestarian pemakaian alat kontrasepsi yang
berencana di posyandu antara lain : pembagian pil KB atau kondom, suntikan KB,
konsultasi KB, alat kontrasepsi dalam rahim dan imflan (susuk) (Depkes RI, 2006).
Bahwa salah satu hal yang penting untuk mendukung keberhasilan melahirkan
bayi yang sehat adalah seorang ibu yang sehat di waktu kehamilannya. Bayi yang
akan lahir dari seorang ibu ditumbuhkan oleh gizi di dalam rahim. Zat gizi tersebut
diambil dari bagian lain tubuh ibu melalui tali pusat. Bila ibu hamil kurang makan,
maka bayi yang akan dilahirkan kecil dan lemah karena itu kesehatan ibu amatlah
penting. Didalam program posyandu dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu
pemberian pil tambah darah (ibu hamil), pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT),
a. Ibu hamil harus makan lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil
b. 1-2 piring nasi lebih banyak dari biasa dalam satu hari, ditambah dengan
Sedangkan yang perlu diperhatikan untuk ibu menyusui dan nifas mencakup :
a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, untuk ibu nifas perawatan
c. Perawatan payudara
Tujuan pelayanan gizi yang utama adalah untuk menurunkan angka Kurang
Kalori Protein (KKP) dan kebutaan karena kekurangn vitamin A pada balita, serta
anemia gizi pada ibu hamil. Tujuan ini dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien
dasar dan keluarga berencana di posyandu. Dengan demikian sasaran pelayanan gizi
di posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
melalui penimbangan berat badan balita, pendistribusian kapsul vitamin A, zat besi
(Fe), pemberian larutan oralit, penyuluhan gizi dan pemberian makanan tambahan
2.2.4. Imunisasi
Imunisasi balita berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak
kekebalan terhadap penyakit tertentu belum tentu kebal terhadap penyakit lain
(Notoatmodjo, 1997).
Imunisasi yang diberikan terdiri dari imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC
(Tubercolosis), imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus,
Imunisasi yang diberikan pada waktu kegiatan di Posyandu antara lain BCG, DPT I,
II, III, Polio I, II, III,IV, Campak pada umur 9 bulan dan Hepatitis B (Depkes RI,
1990).
lengkap kepada balita yaitu vaksin BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali,
Menurut Depkes RI (2002), diare (mencret) adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal dan konsistensinya lebih lembek atau cair. Diare dapat
Diare adalah penyebab utama kematian balita. Penanggulangan diare dapat dilakukan
dengan : memberikan oralit, bila oralit tidak ada membuat larutan gula garam, asi dan
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta kecacatan bayi dan
dicegah dangan imunisasi seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan
campak. Idealnya bayi harus mendaapt imunisasi dasar lengkap terdiri dari BCG 1
kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis B 3 kali dan campak 1 kali. Berdasarkan
laporan Dinkes Kabupaten Deli Serdang, persentase bayi yang diimunisasi lengkap
atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh. Dengan
menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti, untuk digunakan melawan
kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Kekebalan terhadap suatu penyakti menular
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada
manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit, misalnya
kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya reflek-
a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetic ini biasanya berhubungan dengan
ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam
(Negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan.
Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat
diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang
telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak.
Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi, yang berarti ke dalam
diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan
terhadap penyakit tertentu, misalnya campak, malaria dan tetanus, maka bayi
pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum anti body dan
manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam
Imunisasi pasif ini adalah “Inmuno globulin” jenis imunisasi ini dapat
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen
kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan
atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit tertentu. Jenis-jenis vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
dosis
- Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan
- Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
4. Sterilitasnya terjaga
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan
- Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
4. Sterilitasnya terjaga
- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak bisa digunakan untuk
hari berikutnya
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau
- Di unit pelayanan statis, vaksin DT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
4. Strilitasnya terjaga
- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi
- Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali
- Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru
- Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan
4. Sterilitasnya terjaga
pemberian:
- Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada
usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah
menjadai homogen
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-
penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles),
polio dan tubercoluse. Imunisasi bermanfaat untuk melindungi anak balita dari
beberapa penyakit infeksi yang berbahaya. Sasaran imunisasi adalah bayi dibawah
umur 1 tahun (0-12 bulan), ibu hamil (awal kehamilan – 8 bulan), wanita usia subur
(calon mempelai wanita) dan anak sekolah dasar kelas I dan VI. Setiap anak sebelum
sekolah untuk DT dan TT yang dikenal dengan Bulan imunisasi Anak Sekolah
(BIAS), TT pada wanita usia subur (WUS), crash program pada Balita maupun cath
up campaign campak pada anak sekolah yang dilanjutkan dengan BIAS Campak
salah satu upaya untuk meminimalisasi dampak krisis ekonomi tahun 1997 pada
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Revitalisasi Posyandu diperlukan
untuk menunjang program JPSBK baik dalam PMT pemulihan maupun dalam
layanan oleh petugas kesehatan untuk menjaga keluarga sehat tetap sehat (Depkes RI,
2001).
dasar dan peningkatan status gizi masyarakat, yang secara umum terpuruk sebagai
akibat langsung maupun tidak langsung adanya krisis multi dimensi di Indonesia.
upaya Revitalisasi Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang
masyarakat agar berperan serta secara aktif sesuai dengan kemampuannya, baik
Posyandu pada hari buka dan kunjungan rumah dapat mencapai hasil yang setinggi-
1. Tujuan umum
kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan agar status gizi
maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan
1. Tujuan Khusus
Posyandu dengan prioritas utama pada Posyandu yang sudah tidak aktif atau yang
berstrata rendah (Posyandu Pratama dan Madya) dan Posyandu yang ada di daerah
Masyarakat (LSM).
Kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tertentu
yang tumbuh dalam masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan
sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan
tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat baik di posyandu maupun saat
pendamping ASI dan PMT untuk anak yang pertumbuhannya tidak cukup
sebagaimana pertambahan umurnya dan anak yang berat badannya tidak naik,
Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih
kader yang mampu dan berdedikasi dalam memberikan materi pelatihan secara
kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang
seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi yang
II. Optimalisasi Kegiatan Posyandu
prasarananya, sehingga Posyandu dapat berlangsung secara optimal, baik saat hari
buka maupun saat kunjungan rumah tanpa mengalami hambatan. Sarana dasar seperti
timbangan bayi, timbangan dewasa, kartu KMS, pita LILA, alat peragaan memasak,
oralit, ATK dan format SIP untuk menunjang kegiatan pelayanan minimal dan paket
tambahan sesuai jumlah kelompok sasaran yang ditetapkan, merupakan syarat dasar
untuk berfungsinya Posyandu secara baik. Bahwa pemenuhan sarana dan prasarana
masyarakat setempat. Pemerintah dan lembaga donor lainnya dapat membantu dalam
oleh masyarakat.
Pada hari buka biasanya Posyandu menggunakan ruangan dan peralatan yang
kerja dan sumbangan masyarakat akan sangat mempengaruhi kinerja para kader
maupun para pengunjung Posyandu pada saat pelayanan. Prasarana kerja yang
menciptakan suasana menentramkan dan akrab pendatang, akan menjadi salah satu
daya tarik bagi kelompok sasaran untuk secara teratur atau secara berkala
mengunjungi Posyandu.
mendukung peningkatan kualitas SDM dini merupakan tugas yang berat dan
keterbatasan yang dimiliki kader, maka keberhasilannya akan sangat tergantung dari
maupun bimbingan tenaga professional terkait maupun dari para tokoh masyarakat.
Secara teknis pendampingan dapat dilakukan oleh tenaga profesional pada saat
posyandu buka, yakni melalui pelayanan pada meja II, III, IV, dengan cara
pada kartu KMS maupun register dan memahami hasil penimbangan, serta
melakukan penyuluhan perorangan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh para ibu
oleh Dinas/Instansi yang peduli dan terkait dengan kegiatan program Posyandu,
dilakukan secara sendiri atau dalam kesatuan Tim yang dibentuk untuk pembinaan
Posyandu, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat (Depkes RI, 2001).
terhadap dua hal yang berkaitan, yaitu pengorganisasian Posyandu di Desa dan
A. Pengorganisasian Posyandu
bersifat sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat terutama ibu dan anak,
pelayanan yang terdiri dari kader Posyandu sebanyak 4-5 orang. Agar Posyandu
dapat dikelola secara baik, perlu dukungan tenaga administrasi yang bertugas
ada di suatu wilayah (Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain) selayaknya dikelola
dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu ini dipimpin
melalui kesepakatan dari para anggota Pengelola Posyandu. Tugas dan tanggung
karena itu, Kepala Desa/Lurah berkewajiban pula untuk membina keberadaan unit
Pengelola Posyandu, karena kegiatan Posyandu yang dikelola oleh masyarakat itu
yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil dinas/ instansi/ lembaga terkait dan
tersebut dipimpin oleh seorang Ketua, yang dibantu oleh beberapa anggota yang
Posyandu, seyogyanya untuk mencegah kerancuan perlu ada uraian peran masing-
misalnya :
kesehatan.
operasional Posyandu.
C. Pendanaan
Revitalisasi, dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan secara terpadu dari
pusat serta sumbangan swasta dan donor lainnya, baik domestik maupun
Internasional.
masyarakat, maka perlu digali potensi sumber dana yang saat ini masih belum
keagamaan.
dasar yang pada saat ini dibiayai dari program Jaring Pengaman Sosial (JPS-BK).
mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih
menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan (Sahrul, 2006)
Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih atau dituju oleh
masyarakat dengan kata lain kader kesehatan merupakan wakil dari warga setempat
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang kader dalam
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang
Keaktifan kader dapat dilihat dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-
kegiatan sebagai tugas yang diembannya. Kegiatan-kegiatan ini akan berjalan dengan
baik bila didukung oleh fasilitas yang memadai. Penyediaan fasilitas kerja adalah
bahwa fasilitas kerja yang disediakan harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi
yang harus dilaksanakan serta tersedia waktu dan tempat yang tepat. Fasilitas
alat-alat yang diperlukan misalnya, meja, kursi, buku register, KMS dan lain-lain
(Syafridah, 2003).
Menurut beberapa peneliti tentang kader antara lain Bambang Hartono (1978)
yang dikutip oleh Syafridah (2003), mengatakan bahwa ciri-ciri kader yang aktif
berumur antara 25-34 tahun, tidak bekerja, tamat SLTP, mempunyai rasa tanggung
kader aktif adalah : wanita, berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, berpendidikan
SD, bekerja sukarela. Tidak bekerja dan bertempat tinggal satu wilayah dengan RW
setempat.
Menurut Dr. Ida Bagus (1987) dalam buku Zulkifli (2003), pendapat lain
mengenai persyaratan atau ciri-ciri bagi seorang kader antara lain : berasal dari
masyarakat setempat, tinggal didesa tersebut, tidak sering meninggalkan tempat untuk
waktu yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, masih cukup waktu bekerja
untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain, dan sebaiknya bisa baca tulis.
1. Pengetahuan
pancaindera manusia, yakni dengan indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
2. Pelatihan
pokok dalam kegiatan belajar, sama halnya dengan pembiasaan (Notoatmodjo, 2003).
4. Motivasi
Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yaitu monere yang artinya
yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku
manusia. Respon instrinsik ditopang oleh sumber energi yang disebut motif. Sering
dijelaskan hal itu sebagai suatu kebutuhan, keinginan atau dorongan, semua manusia
hidup mempunyai motivasi. Motivasi diukur dengan perilaku yang dapat diobservasi
dan dicatat. Kekurangan dalam kebutuhan merangsang manusia untuk mencari dan
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang yang sering dikenal
dengan istilah motivasi internal atau instrik dan juga dari luar diri orang yang
memuaskan akan memperoleh dorongan untuk bekerja lebih keras lagi dimasa yang
akan datang. Contoh motivasi negatif, seseorang yang kurang berhasil dalam
akan datang situasi kekurang berhasilan itu tidak terulang kembali (Hasibuan, H,
2003).
Menurut Winardi (2001), motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada
dalam diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar
yang intinya berkisar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat
mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal sama tergantung
yang diobservasi dan dicatat. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kondisi yang
a. Gaji.
Banyak penelitian yang menemukan bahwa upah yang lebih tinggi lebih
memuaskan dari pada upah yang rendah dan karyawannya lebih jarang berpindah
kerja. Tidak semua orang mengejar uang, banyak orang bersedia menerima upah yang
lebih kecil untuk bekerja lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang memunyai
adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat pendidikan dan keterampilan
individu dan standar pengupahan yang berlaku, kemungkinan besar akan memberikan
Dalam hal ini kader turut serta dalam pemberian saran, kritik dan ide-ide
pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan
untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau
seharusnya dimiliki oleh sebuah kota baik dari segi sosio-kultural, sosio-ekonomi,
kualitas lingkungan kota yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dari
penghuninya.
Menurut Ilyas (2001) yang mengutip pendapat Gibson (1987) ada tiga faktor
yang mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu faktor individu, faktor psikologis dan
organisasi.
1. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan
Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja
kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks yang sulit untuk diukur.
3. Faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu
pekerjaan.
Karakteristik Kader
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
Revitalisasi
Kinerja Kader
Posyandu
Motivasi
1. Insentif/jasa
2. Tanggung jawab