Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN SURVEILANCE

KOMITE PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO


MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Pencegahan dan pengendalian infeksi dirumah sakit dan fasilitas


pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan
atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan
masyarakat sekitar rumah sakit. Salah satu program pencegahan dan
pengendalian infeksi ( PPI) adalah kegiatan surveilans, disamping adanya
kegiatan lain seperti pendidikan dan latihan,kewaspadaan isolasi serta
Kegiatan surveilans infeksi difasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah
satu kegiatan yang penting dan luas dalam program pengendalian infeksi dan
suatu hal yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari program
PPI.
Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
(community acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah
sakit (hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan
istilah infeksi nosokomial. Karena sering kali tidak bisa secara pasti ditentukan
asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosocomial (hospital acquired
infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare Associated Infection”
(HAI’s) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya dirumah sakit tetapi juga
di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada
pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada
saat melakukan tindakkan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang terjadi
atau didapat di rumah sakit selanjutnya disebut Infeksi Rumah Sakit (IRS).
Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan ini
merupakan suatu proses yang dinamis, komprehensif dalam mengumpulkan,
mengidentifikasi, menganalisa data kejadian yang terjadi dalam suatu populasi
yang spesifik dan melaporkannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Hasil kegiatan surveilans ini dapat digunakan sebagai data dasar laju infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan, untuk menentukan adanya kejadian luar biasa
(KLB), dan sebagai tolak ukur akreditasi rumah sakit.
Setiap rumah sakit dapat merencanakan dan menetapkan jenis surveilans
yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing
rumah sakit.
Dengan adanya kegiatan surveilans pada Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) diharapkan dapat menurunkan
laju infeksi.
DEFINISI SURVEILANS

Surveilans Infeksi Rumah Sakit (RS) adalah suatu proses yang dinamis,
sistematis, terus-menerus dalam pengumpulan data, identifikasi, analisis dan
interprestasi dari data kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik
yang didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan
unutk digunakan dalam perencanaan,penerapan dan evaluasi suatu tindakan
yang berhubungan dengan kesehatan.
Healthcare Assosiated infections ‘’(HAIS)” An Infection Occuring in
Patient duning the prosess of care in a hospital or other
healthcare facility which was not present or incubating at the time of
adminision. This includes infections acquired in the hospital but appeaning after
discharge,and also occupational infections among staff of the facility.( Center
for diseases Control ,2007)
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Assosiated infections (HAIS)
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di Rumah Sakit atau
fasilitas pelayanan kesehatan lain, yang tidak terjadi infeksi dan tidak dalam
masa inkubasi saat pasien masuk Rumah Sakit. IRS juga mencakup infeksi
yang didapat di Rumah Sakit tetapi bisa juga muncul setelah keluar Rumah
Sakit dan juga infeksi akibat kerja pada fasilitas kesehatan.
Suatu surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara
berkala untuk menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang telah
berubah. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi tersebut meliputi:
Adanya infeksi baru
1. Perubahan kelompok populasi pasien ,seperti misalnya perlu
penerapan cara intervensi medis lain yang beresiko tinggi
DEFINISI KASUS

Jenis-jenis IRS sangat banyak, tergantung dari jenis perawatan dan


tindakan yang kita lakukan terhadap pasien (saluran pernafasan, pencernaan,
kemih, sistem pembuluh darah, sistem saraf pusat dan kulit). Diantara jenis-
jenis IRS ada 4 jenis yang paling sering terjadi yaitu Infeksi Aliran Darah Primer
(IADP) infeksi yang berhubungan dengan pemasangan ventilator atau
Ventilator associated infection pneumonia (VAP), infeksi akibat pemasangan
kateter urine atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan akibat Tindakan
Pembedahan (SSI).

INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)

Infeksi Aliran Darah Primer merupakan jenis infeksi yang terjadi akibat
masuknya mikroba melalui peralatan yang kita masukkan langsung ke sistem
pembuluh darah atau ditemukannya organisme dari hasil kultur darah yang
semi kuantitatif/kaulitatif disertai tanda klinis jelas serta tidak dan/atau
hubungannya dengan infeksi. Dalam istilah CDC disebut sebagai Blood
Stream Infection (BSI).
Akses langsung ke peredaran darah ini dapat berupa kateter vena
maupun arteri yang kita lakukan terhadap pasien, baik dalam rangka
perawatan maupun diagnostik, yang secara umum disebut katerer
intravaskulker (Intravascular Catheter) .
Contohnya adalah pemasangan vena sentral (CVC : Central Venous Catheter),
vena perifer (infus),
Kriteria IADP

 Kriteria 1 IADP
o Ditemukan pathogen pada kultur darah pesien, dan
o Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi
di bagian lain dari tubuh pasien
 Kriteria 2 IADP

o Pasien menunjukan minimal satu gejala klinis: demam (suhu


>38), menggigil atau hipotensi, dan
o Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan
laboratorium yang tidak berhubungan dengan infeksi dibagian
lain dari tubuh pasien, dan
o Hasil kultur ysng berasal dari > 2 kultur darah pada lokasi
pengambilan yang berada didapatkan mikroba kontaminan kulit
yang umum, misalnya difteroid (Corynebscterium spp), bacillus
spp. (bukan B antha racis), propionibacterium spp.,
staphylococcus coagulase negative termasuk S. epidermis,
Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
 Kriteria 3 IADP

o Pasien anak usia 1 tahun menujukkan minimal satu gejala seperti


berikut: demam ( suh rekta I > 38), hipotermi ( duh rektal < 37),
apnoe atau bradikardia, dan
o Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium
yang tidak berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari tubuh
pasien, dan
o Hasil kultur yang berasal dari 2 kultur darah pada lokasi
pengambilan yang berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit
yang umum, misalnyadifteroid (corynebacterium spp), Bacillus
spp (bukan B anthracis), propionibacterium spp, staphylococcus
coagu/ase negative termasuk S epidermis, streptococcus
viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.

CSEP ( Clinical SEPSIS )/SEPSIS klinis

CSEP hanya dapat dipakai untuk melaporkan IADP pada neonatus dan bayi.
Tidak dipakai untuk pasien dewasa dan anak .

 Kriteria CSEP
o Pasien berumur <1 tahun menunjukan minimal 1 tanda atau
gejala klinis tanpa ditemukan penyebab lain : demam(suhu rectal
> 38 hipotermi (suhu rektal < 37) apnoe atau bradikardi
o Tidak dilakukan kultur darah atau kultur darah negative
o Tidak ditemukan infeksi ditempat lain
o Klinisi melakukan terapi sebagai kasus sepsis

PETUNJUK PELAPORAN IADP

 Phlebitis purulent dikonfirmasikan dengan hasil positif kultur


semikuantitatif dari ujung kateter, tetapi bila hasil kultur negative atau
tidak ada kultur darah, maka bukan sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak
ditemukan infeksi lain dari bagian tubuh.

PNEUMONIA
Ada 2 jenis pneumonia yang berhubungan dengan IRS, yaitu
pneumonia yang didapatkan akibat perawatan yang lama atau sering disebut
sebagai Hospital Asquired Pneumonia (HAP) dan Pneumonia yang
terjadi akibat pemakaian ventilasi mekanik atau sering disebut sebagai
Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
HAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim
paru setelah pasien dirawat dirumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi
dan sebelumnya tidak menderita infeksi saluran nafas bawah . HAP dapat
diakibatkan tirah baring yang lama ( koma / tidak sadar, trakeostomi, refluk
gaster, endotracheal tube (ETT). VAP adalah infeksi saluran nafas bawah
yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam,
dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran nafas.

TANDA DAN GEJALA KLINIS PNEUMONIA

Bukti klinis pneumonia adalah bila ditemukan minimal 1 dari tanda dan gejala
berikut :
 Demam (>38)tanpa ditemukan penyebab lainnya
 Leukopenia ( < 4.000 WBC /mm3 ) atau leukositosis ( >000 SDP/MM3)
 Untuk penderita berumur>70 tahun ada perubahan status mental yang
tidak ditemui penyebab lainnya.
Minimal disertai 2 tanda berikut :
 Timbulnya onset baru sputum purulent atau perubahan sifat sputum
 Munculnya tanda atau terjadinya batuk yang memburuk atau dypspnoe
(sesak nafas ) atau tachypnoe (nafas frekuen) Rhonci basah atau suara
nafas bronchial
 Memburuknya pertukaran gas misalnya desatuasi O2 (PO2 <240)
Peningkatan kebutuhan oksigen atau perlunya
Populasi beresiko untuk terjadinya pneumonia IRS dibedakan
berdasarkan jenis pneumonianya :
 POPULASI BERESIKO VAP adalah semua pasien yang terpasang
ventilasi mekanik sehingga terjadinya terutama terfokus pada area
spesifik yaitu ICU, NICU / PICU, ICCU.Sehingga yang digunakan
sebagai numenator dalam menghitung laju infeksi adalah jumlah kasus
VAP perperiode tertentu ( 1 bulan,6 bulan,1 tahun) sedangkan
denominatornya adalah jumlah hari pemasangan alat ventilasi mekanik
periode tertentu.
 POPULASI BERESIKO HAP adalah pasien tirah baring lama yang
dirawat di rumah sakit sehingga dapat digunakan sebagai numenator
adalah jumlak kasus HAP per periode tertentu ( 1 bulan ,6 bulan ,1 tahun
) sedangkan denominatornya adalah jumlah hari rawat pasien tirah
baring per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun).
INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )

Infeksi saluran kemih (ISK) dalam istilah disebut sebagai saluran


kemih murni ( urethra dan permukaan kandung kemih ) atau libatkan bagian
yang lebih dalam dari organ-organ pendukung saluran kemih (ginjal, ureter,
kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitoneal atau rongga
perinefrik). Untuk itu dalam menentukan jenis ISK perlu pengelompokan sebai
berikut :
 Infeksi Saluran Kemih Simptomatis
 Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis
 Infeksi Saluran Kemih lainnya

TANDA-TANDA ISK :
 Demam ( > 38 ), Urgensi, Frekuensi, Nyeri supra pubik
TANDA –TANDA ISK ANAK< 1 TAHUN ;
 Demam > 38 rektal
 Hipotermi < 37 rektal
 Apnoe
 Bradikardi
 Letargia
 Muntah-muntah
INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO)

 IDO adalah istilah CDC disebut sebagai Surgical Site Infection


(SSI). Ada beberapa stadium dalam operasi,sehingga penilaian ada
tidaknya IDO, juga dikelompokan berdasarkan seberapa jauh organ
atau jaringan yang dioperasi, sehingga dikenal istilah :
 Drainase bahan purulent dari insisi superfisial.
 Dapat diisolasikan kuman penyebab dari biakan cairan atau
jaringan yang diambil secara aseptic dari tempat insisi superficial
 Sekurang-kurangnya terdapat
 Satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut : rasa nyeri ,
pembengkakan yang terlokalisasi , kemerahan, atau hangat pada
perabahan
 Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan
yang positif atau tidak dilakukan Hasil biakan yang negative tidak
memenuhi kriteria ini.

BAB II

RUANG LINGKUP SURVEILANS


METODE SURVEILANS

Metode-metode surveilans IRS dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :

1. Berdasarkan jenis datanya


a. Surveilans hasil, yaitu surveilans yang memantau laju angka IRS
(misalnya: ILO, IADP, ISK, PNEUMONIA)
b. Surveilans proses yaitu surveilan yang memantau pelaksanaan
langkah-langkah pencegahan IRS.
2. Berdasarkan cakupannya
a. Surveilans komprehensif (hospital –Wide/tradisional
surveillance) adalah surveilans yang dilakukan diarea perawatan
untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami infeksi selama
dirumah sakit
b. Surveilans target (targeted/sentinel surveillance) adalah
surveilansjenis infeksi yang spesifik.
3. Berdasarkan waktu
a. Surveilans periodik adalah surveilans yang dilakukan secara
rutin dengan selang waktu tertentu
b. Surveilans prevalensi (prevalensi surveillance) adalah surveilans
yang menghitung jumlah semua IRS , baik kasus lama maupun
baru pada hari tertentu atau selama periode tertentu.
4. Berdasarkan jenis rawat
a. Surveilans selama perawatan adalah surveilans yang dilakukan
selama pasien menjalani rawat inap saja
b. Surveilans paska rawat (post-discharge surveillance ) adalah
surveilans yang dilakukan sesudah pasien keluar dari rumah
sakit .Surveilans paska rawat dapat mendeteksi IRS yang tidak
langsung timbul seperti ILO yang bisa timbul 30 hari (tanpa
implant) samapai 90 hari sesudah operasi (dengan implant)
Untuk tersedianya data nasional yang seragam,surveilans yang
dilaporkan oleh semua rumah sakit adalah Surveilans secara targeted
surveilans paska rawat.
5. Tujuan Surveilans
Mendapatkan Data Dasar IRS
Pada dasarnya data surveilans IRS digunakan untuk mengukur
laju angka dasar ( basaline rate) dari infeksi rumah sakit. Dengan
demikian dapat diketahui seberapa besar resiko yang dihadapai oleh
setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Sebagian besar (90-95%)
dari IRS adalah endemic dan ini diluar dari KLB yang telah dikenal .Oleh
karena itu kegiatan surveilans IRS ditujukan untuk menurunkan laju
angka endemick tersebut.
Meskipun data surveilans dapat digunakan untuk menentukan laju angka
endemic,namun pengumpulan data saja tidak akan mempengaruhi resiko
infeksi jika tidak disertai dengan upaya pencegahan dan pengedalian infeksi
yang memadai.Bila demikian maka kegiatan surveilans akan sia-sia belaka
,bahkan selain mahal juga sangat tidak mmemuaskan semua pihak.
 Menurunkan laju infeksi ditemukan factor resiko IRS yang akan
diintervensi sehingga dapat menurunkan laju angka IRS. Untuk
mencapai tujuan surveilans harus berdasarkan cara penggunaan
data,sumber daya manusia dan dana yang tersedia.
 Identifikasi Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah Sakit
Bila laju angka dasar telah diketahui,maka kita dapat segera mengenali bila
terjadi suatu penyimpanan dari laju angka dasar tersebut.yang mencerminkan
suatu peningkatan kasus atau kejadian luar biasa (outbeak) dari IRS. Kejadian
Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologi pada daerah dalam kurun
waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus terjadinya
wabah. KLB RS adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian infeksi rumah
sakit yang menyimpang dari angka dasar endemic yang bermakna dalam
kurun waktu tertentu .
Deteksi dini merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadi
peningkatan kasus infeksi RS dengan cara melakukan pemantauan secara
terus-menerus dan sistematis (surveilans) terhadap factor resiko terjadinya
infeksi RS. Untuk mengenali adanya penyimpangan laju angka infeksi
sehingga dapat menetapkan kejadian tersebut merupakan suatu KLB sangat
dapat diperlukan ketrampilan khusus dari para petugas kesehatan yang
bertanggung jawab untuk itu.
Petugas diharapkan mampu memahami kapan suatu keadaan /kondisi
dinyatakan sebagai kejadian luar biasa .Suatu KLB dinyatakan apabila
memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :
 Timbulnya suatu penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
 Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
 Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu
menurut jenis penyakitnya.
 Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukan
kenaika dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan
dalam tahun sebelumnya.
 Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1 (satu) tahun
menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
 Angka kematia n kasus suatu penyakit (case fatality rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% (lima puluh persen)atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
 Angka proporsi penyakit (proporsional rate) penderita baru suatu penyakit
pada satu periode menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Tanpa adanya ketrampilan tersebut maka pengumpulan data yang
dilakukan tidak ada gunanya sama sekali dan KLB akan lewat demikian
saja.

 Menyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah


memerlukan penanggulan.

Data surveilans yang diolah dengan baik dan disajikan secara


rutin dapat menyakinkan tenaga kesehatan untuk menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) .Data ini dapat melengkapi
pengetahuan yang didapat dari teori karena lebih spesifik, nyata dan
terpecaya. Umpan balik tenaga kesehatan untuk melakukan upaya PPI
Rumah Sakit.
 Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI Rumah Sakit

Setelah permasalahan dapat teridentifikasi dengan adanya data


surveilans serta upaya pencegahan dan pengendalian telah
dijalankan, maka masih diperlukan surveilans secara
berkesinambungan guna menyakinkan bahwa permasalahan yang ada
benar-benar –benar telah terkendali.Dengan pemantauan terus-
menerus maka suatu upaya pengendalian yang nampaknya rasional
yang akhirnya dapat diketahui bahwa ternyata tidak efektif sama
sekali,sebagai contoh,bahwa perawatan setiap hari untuk mencegah
IRS saluran kemih yang Nampak rasional namun data
surveilans menunjukan bahwa tidak ada manfaatnya.
 Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
Penatalaksanaan pasien yang baik dan tepat dalam hal
mengatasi dan mencegah penularan infeksi serta menurunkan angka
resistensi terhadap anti mikroba akan menurunkan angka IRS
Surveilans yang baik dapat menyediakan data dasar sebagai data
pendukung rumah sakit dalam upaya memenuhi standar pelayanan
rumah sakit.
 Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS

Surveilans IRS merupakan salah satu unsur untuk memenuhi


akreditasi RS yaitu pencegahan dan pengendalian infeksi. Akan tetapi
pengumpulan data surveilans hanya untuk kepentingan akrediatasi
adalah suatu pemborosan sumber daya yang luar biasa tanpa
memberikan manfaat kepada rumah sakit atau pun tenaga yang
lain.Oleh karena itu surveilans harus dikendalikan kepada tujuan yang
sebenarnya yaitu untuk menurunkan resiko IRS.

BAB III

TATA LAKSANA SURVEILANS

IDENTIFIKASI KASUS

Apabila ditemukan kasus IRS, maka ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan
disini :
1. Apakah kasus IRS didapatkan secara pasif atau aktif ?

Pada surveilans secara pasif, orang yang tidak duduk dalam komite /
Tim PPI dipercaya untuk mencatat dan melaporkan bila menemukan infeksi
selama perawatan. Misalkan tersedia formulir yang diisi oleh dokter atau
perawat yang merawat bila menemukan IRS pada pasiennya. Oleh karena
keterampilan dan pengetahuan tenaga semacam ini lebih tertuju pada
perawatan pasien. Dari pada masalah surveilans, maka tidak heran kalau
masalah yang selalu ada pada surveilans pasif adalah selalu
mengsklasifikasi, underreporting dan kurang runutnya waktu dari data yang
terkumpul.
Surveilans aktif adalah kegiatan yangsecara khusus dilakukan untk
mencari kasus IRS oleh orang-orang yang terlatih dan hamper selalu dari
komite/Tim PPI tersebut mencari data dari sumber untuk mengumpulkan
informasi dan memutuskan apakah terjadi IRS atau tidak.
2. Apakah kasus IRS didapatkan berdasarkan pasien atau temuan
laboratorium ?

Kasus IRS didapatkan berdasarkan klinis pasien atau temuan


laboratorium

Surveilans yang didasarkan pada temuan klinis pasien, menelaah


factor resiko, memantau prosedur perawatan pasien yang terkait denagan
prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi dalam hal diperlukan
pengamatan langsung di ruang perawtan diskusi dengan dokter atau
perawatan.
Surveilans yang berdasarkan pada temuan laboratorium, semata-mata
didasarkan atas hasil pemeriksaan laboratorium atas sediaan klinik. Oleh
karena itu infeksi yang tidak dikultur yaitu yang didiagnosis secara klinik
(berdasarkan gejala dan klinik) saja, seperti sepsis dapat secara salah
diinterpretasikan sebagai IRS (misalnya hasil positif hanya merupakan
kolonisasi dan bukan infeksi)
3. Apakah kasus IRS didapatkan secara prosfektif atau retrospektif ?

Yang dimaksud dengan surveilans prospektif pemantauan setiap pasien


selama dirawat di rumah sakit dan untuk pasien operasi sampai setelah
pasien pulang (satu bulan untuk operasi tanpa implant dan satu tahun jika
ada pemasangan implant). Surveilans retrospektif hanya mengandalakan
catatan medic setelah pasien pulang untuk menemukan ada tidaknya IRS.

Keuntungan yang palin utama pada survelans prospektif adalah :


a. Dapat langsung menentukan kluster dari infeksi.
b. Adanya kunjungan komite/TIM PPI di ruan perawatan.
c. Memungkinkan analisis data berdasarkan waktu dan dapat
memberikan umpan balik.
Kelemahan adalah memerlukan sumber daya yang lebih besar dibandigkan
surveilans retrospektif.
Sistem surveilans IRS secara nasional memerlukan penemuan kasus
berdasrkan pasien yang aktif dan prospektif.

1. PENGUMPULAN DAN PENCATATAN DATA

Tim PPI bertanggungjawab atas pengumpulan data tersebut di atas karena


mereka yang memiliki keterampilan dalam mengindentifikasi IRS sesuai
dengan criteria yang ada. Sedangkan pelaksan pengumpul data adalah IPCN
yang dibantu IPCLN.
Banyak sumber data diperlukan dalam pelakasanaan surveilans IRS
tergantung dari jenis pelayanan medik yang diberikan oleh suatu rumah sakit.
Komite/Tim PPI harus memiliki askes yang luas sumber data serta perlu
mendapatkan kerja sama dari semua bagian/unit di rumah sakit tersebut, agar
dapatkan melaksanakan surveilans dengan baik atau melaksanakan
penyelidikan suatu KLB.
Sering kali diperlukan sumber dari dokter, perawat, pasien maupun keluarga
psien, dari farmasi, catatan medic, catatan perawat. Untuk mengingatkan
komite/Tim PPI kepada suatu infeksi baru dan juga untuk mencari rujukan
mengenai cara pencegahan dan pengendaliannya.
1. Pengumpulan Data Numerator

Pengumpulan numerator data dapat dilakukan oleh selain IPCN misalnya


dari database elektronik tetapi IPCN atau seorang IPCO (Infection Prevention
and Control Officer) atau IPCD (Infection Prevention and Control Doktor)
yaneg membuat keputusan final tentang adanya IRS berdasarkan kriteria yang
dipakai untuk menentukan adanya IRS.
Jenis Data Numerator yang Dikumpulkan
 Data demografik : nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor catatan
medik, tanggal masuk rumah sakit.
 Infeksi : tanggal infeksi muncul, lokasi infeksi, ruang perawatan saat
infeksi muncul pertama kali.
 Faktor resiko : alat prosedur, factor lain yang berhubungan dengan IRS.
 Data laboratorium : jenis mikroba, antibiogram, serologi, patologi
 Data radiology/imaging : X-ray, CT scan, MRI dsb.
Sumber Data Numerator
 Catatan masuk/keluar/pindah rawat, catatan laboratorium mikrobiologi.
 Mendatangi bangsal psien untuk mengamati dan berdiskusi dengan
perawat
 Data-data psien (catatan kertas atau komputer) untuk konfirmasi kasus.
 Hasil laboratorium dan radiologi/imaging
 Catatan perawat dan dokter dan konsultan
 Diagnosis saat masuk rumah sakit
 Riwayat penyakit dari pemeriksaan fisik
 Catatan diagnostik dan intervensi bedah
 Catatan suhu
 Informasi pemberian antibiotic
 Untuk kasus SSI post-dicharge, sumber data termasuk catatan dari
klinik bedah, catatan dokte, departemen emergenci.
Bagaimana IPCO mengumpulkan data numerator
 Amati catatan masuk/keluar/pindah rawat pasien-pasien yang masuk
dengan infeksi, tempatkan mereka pada kelompok resiko mendapatkan
IRS.
 Review laporan laboratorium untuk melihat pasien yang kemungkinan
terinfeksi (misalnya kultur positif mikrobiologi, temuan patologi) dan
bicarakan dengan laboratorium untuk mengidentifikasi pasien yang
kemungkinan terinfeksi dan untuk mengidentifikasi kluster infeksi,
khususnya pada area yang tidak dijadikan target rutin surveilans IRS
 Selama melakukan surveilans ke ruangan, amati lembart pengumpul
data, catatan suhu, lembar pemeberian antibiotic dan catatan medis
pasien, bicara dengan perawat dan dokter untuk mencoba
mengidentifikasi pasien-pasien yang kemungkinan terinfeksi.
 Lakukan rview data pasien yang dicurgai terkena IRS : review perjalnan
penyakit yang dibuat oleh dokter dan perawat, data laboratorium,
laporan radologi/imaging, laporan operasi, dsb : bila data elektronik ada,
review dapat dilakukan melalui computer, tetapi keliling ruangan tetap
penting untuk surveilans, pencegahan dan control aktivitas.
 Review juga dilakukan dari sumber kumpulan data lengkap IRS.
2. Pengumpulan Data Denominator

Pengumpulan data denominator dapat dilakukan oleh selain IPCN,


misalnya IPCLN yang sudah dilatih. Data juga dapat diperoleh, asalakan
data ini secara substansial tidak berbeda dengan data yang
dikumpulkan secara manual.
Jenis Data Denominator yang Dikumpulkan
a. Jumlah populasi pasien yang berisiko terkena IRS.
b. Untuk data laju densitas insiden IRS IRS yang berhubungan dengan
alat : catatan harian jumlah total pasien dan jumlah total harian
pemasangan alat (ventilator, central line, and kateter urin) pada area
yang dilakukan surveilans. Jumlahkan hitungan harian ini pad akhir
periode surveilans untuk digunakan sebagai denominator.
c. Untuk laju SSI atau untuk mengetahui indek resiko : catatan
informasi untuk prosedur operasi yang dipilih untuk surveilans
(missal : jenis prosedur, tanggal, faktor resiko, dsb.)
Sumber Data Denominator
 Untuk laju densitas insiden yang berhubungan dengan alat : datangi
area perawatan pasien untuk mendapatakan hitungan harian dari
jumlah pasien yang datang dan jumlah psien yang terpasang alat
yang umumnya berhubungan dengan kejadian IRS (missal : centrtal
line, ventilator atau kateter menetap).
 Untuk laju SSI : dapatkan data rinci dari log kamar operasi dan data-
data psaien yang diperlukan.
 Numerator
Angka kejadian infeksi dan perlu data untuk dicatat.
Terdapat tiga katagori yang perlu dicatat atas bseorang pasien
dengan IRS yaitu data demografi, infeksinya sendiri dan data
laboratorium.
 Denominator

Data yang perlu dicatat.


Denominator dari infection rate adalah tabulasi dari data pada
kelompok pasien yang memiliki yang memiliki resiko untuk mendapat
infeksi :
o Pengumpulan da denominator dan numerator dilakukan oleh
IPCN yang dibantu oleh IPCN.
o Data denominator dkumpulkan setiap hari, yaitu jumlah pasien
jumlah pemakaiaan alat-alat kesehatan (kateter urine menetap,
ventilasi mekanik, kateter vena central, kateter vena perifer)
jumlah kasus operasi.
o Data numerator dikumpulkan bila ada kasus baru infeksi seperti
infeksi saluran kemih (ISK), infeksi aliran darah primer (IADP)
pneumonia baik yang terpasang dengan ventilator maupun tidak
terpasang dengan ventilator infeksi Daerah operasi (IDO).
o Teknik Perhitungan

Ada 3 macam laju yang dipakai dalam surveilans IRS atau surveilans lainnya,
yaitu incidence, prevanlence dan incidence density.
a. Incidence
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu
kelompok populasi tertentu dalam kurun waktu tertentu pula. Di dalam
surveilans IRS maka incindence adalah jumlah kasus IRS baru dalam
kurun waktu tertentu dibagi oleh jumlah pasien dengan resiko untuk
mendapatkanIRs yang sama dalam kurun waktu yang sma pula.
b. Prevalence
Adalah jumlah total kasus baik baru maupun suatu kelompok populasi
adalah jumlah total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok
populasi dalam satu kurun waktu tertentu (priod prevenlence) atau
dalam satu waktu tertentu (point prevalence).
Point prevalence nosocomial rates adalah jumlah kasus IRS yang dapat
dibagi dengan jumlah pasien dalam survey.
Rhame menyatakan hubungan antara incidence dan prevalence adalah
sebagai berikut.
I = Incidence rates

P = Prevalences Rates

LA = nilai rata-rata dari lama rawat semua pasien

LN = NILAi rata-rata dari lama rawat pasien yang mengalami satu atau
lebih IRS.

INTN= Interval rata-rat antara waktu masuk rumah sakit dan hari
pertama terjadinya IRS pada pasien yang mengalami satu atau lebih IRS
tersebut

Dalam penerapan di rumah sakit maka prevalence rates selalu memberikan


over estimate untuk resiko infeksi karena lama rawat dari pasien yang tidak
mendapt IRS biasanya lebih pendek dari lama raat pasien dengan IRS. Hal ini
dapat mudah dilihat dengan menata ulang formula sebagai berikut :

P = I (LN – INTN)/ LA

Dimana prevalence sama dengan incidence dikali lama infeksi.

Incidence Density
Adalah rata-rata instans dimana infeksi terjadi,relative terhadap besaran
polpualsi yang bebas infeksi.Incidence density diukur dalam satuan jumlah
kasus penyakit per satuan orang per satuan waktu.
Contoh popular dari incidencedensity rates (IDR) yang sering dipakai dirumah
sakit adalah jumlah IRS per 1000 pasien/hari.
Incidence density sangant berguna terutama pada keadaan sebagai berikut:
Sangat berguna bila laju infeksinya merupakan fungsi linier dari waktu panjang
yang dialami pasien terhadap factor resiko (misalnya semakin lama pasien
terpajan,semakin besar resiko mendapat infeksi)
Contoh incidence density rate (IRD) :

Jumlah kasus ISK /jumlah hari pemasangan kateter urine oleh karena itu IDR
dapat mengontrol lamanya pasien terpajan oleh factor resikonya ( dalam hal
ini pemasangan kateter urine) yang berhubungan secara linier dengan resiko
infeksi.
Jenis laju lain yang sering digunakan Atack rate (AR) yaitu suatu bentuk
khusus dari incidence rate.Biasanya dinyatakan dengan persen (%) dimana K
= 100 dan digunakan hanya pada KLB IRS yang mana pajanan terhadap suatu
populasi tertentu terjadi dalam waktu pendek.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu dan menyita
hamper separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan penuh waktu
(full time ).Dalam hal ini bantuan computer akan sangat membantu terutama
akan sangat meningkatkan efisien pada saat analisisnya merupakan alasan
mutlak untuk menggunakan fasilitas komputer, meski di rumah
sakit kecil sekalipun lagi pula sistem surveilans tidak hanya berhadapan
dengan masalah pada waktu sekarang saja, tetapi juga harus mengantisipasi
tantangan dimasa depan.
Dalam penggunaan komputer tersebut ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu:
1. Memilih sistem komputer yang akan dipakai, komputer mainframe atau
komputer mikro

Komputer mainframe bekerja jauh lebih cepat,memuat data jauh lebih besar
dan memiliki jaringan yang dapat diakses diseluruh area rumah sakit.Semuya
data pasien seperti sensus pasien,hasil laboratorium atau sebagainya,dapat
dikirim secara elektronik.Namun harus diingat bahwa computer mainframe
adalah cukup mahal baik pembelian maupun operasionalnya. Tidak setiap
orang dapat menggunakannya dan memerlukan pelatihan yang intersif.

Software untuk program pencegahan dan pengendalian IRS bagi computer


mainframe sampai saat ini masih terbatas mikrokomputer jauh lebih murah dan
lebih mudah dioperasikannya olehn setiap petugas.

2. Mencari software yang sudah tersedia akan memilih yang digunakan.


Pemilihan software harus dilakukan hati-hati dengan
mempertimbangkan mahsud dan tujuan dari surveilans yang akan
dilaksanakan dirumah sakit.

EVALUASI,REKOMENDASI DAN DISEMINASI.

Hasil surveilans dapat digunakan untuk melaksanakan program pencegahan


dan pengendalian infeksi dirumah sakit(PPIRS) dalam satu waktu tertentu.

MEMBANDINGKAN LAJU INFEKSI DIANTARA KELOMPOK PASIEN.

Denominator dari suatu laju (rate) harus menggambarkan populasi at risk


dalam membandingkan laju antar kelompok pasien didalam suatu rumah sakit
maka laju tersebut harus disesuaikan terlebih dahulu terhadap factor resiko
yang berpengaruh besar akan terjadinya infeksi. Kerentaan pasien untuk
seperti karakteristik pasien dan pajanan.
Faktor resiko ini secara garis besar dibagi menjadi dua kategori yaitu intrinsik
dan ekstrinsik :

1. Faktor Intrinsik adalah factor yang melekat pada pasien seperti yang
mendasari dan ketentuan.Mengidentifikasi factor resiko ini dilakukan
dengan mengelompokan pasien dengan kondisi yang ( distrafiksi)

2. Faktor Ekstrinsik adalah yang lebih berhubungan dengan pelayanan


atau perawatan (perilaku petugas diseluruh rumah sakit). Meskipun
hampir semua factor ekstrinsik memberikan resiko IRS namun yang
lebih banyak perannya adalah jenis intervensi medis yang beresiko
tinggi seperti tindakan invansive,tindakan operatif atau pemasangan
alat yang invasive .Banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa
pasien yang memiliki penyakit lebih berat yang
meningkatkerentaannya.Alat tersebut merupakan jembatan bagi
masuknya kuman penyakit dari bagian tubuh yang lai dari dari pasien.

Resiko untuk mendapat Infeksi Daerah Operasi (IDO),berkaitan dengan


beberapa factor.Diantaranya yang terpenting adalah bagaimana prosedur
operasi dilaksanakan,tingkat kontaminasi mikroorganismeditempat operasi .
Lama operasi dan factor instrinsic pasien. Oleh karena itu factor-faktor tersebut
tidak dapat dieliminasi maka angka ILO disesuaikan terhadap factor-faktor
tersebut.

Demikian pula halnya dengan jenis laju yang lain,apabila akan


diperbandingkan maka harus diingat factor-facktor mana yang hanya
disesuaikan agar perbandinganya menjadi bermakna.

MEMPERBANDINGKAN LAJU INFEKSI DENGAN POPULASI PASIEN

Rumah sakit dapat menggunakan data surpelan IRS untuk menelaan program
pencegahan dan pengendaliaan IRS dengan membandingkan angka laju IRS
dengan populasi pasien yang sama laju di rumah sakit yang sama misalnya
membandingkan laju IRS dari 2 (dua) ICU atau dapat pula mengunakan laju
IRS dengan angka eksternal ( benchmark rates) rumah sakit atau dengan
mengamati perubahan angka menurut waktu di rumah sakit itu sendiri.

Meskipun angka laju infeksi telah mengalami penyesuan dan melalui uji
kemaknaan namun inter prestasi dari angka-angka tersebut harus dilakukan
secara hati-hati agar tidak terjadi kekeliruan banyak yang mengangap bahwa
angka laju infeksi di rumah sakit itu mencerminka keberhasilan dan kegagalan
dari petugas pelayanan atau perawatan pasien atau pasilitas pelayanan
kesehatan dalam upaya pencegahan dan pengendalian IRS.

Meskipun ada benarnya masih banyak factor mempengaruhi angka tersebut:

PERTAMA :Definisi yang dipakai atau tehnik dalam surpelen tidak seragam
antar rumah sakit atau tidak dipakai secara kosisten dari waktu ke waktu
meskipun dari sarana yang sama.

Hal ini menimbulkan pariasi dari sensitifitas dan spesifitas penemuan


kasusnya.

KEDUA :tidak lengkapnya informasi klinik atau bukti-bukti laboraturium yang


tertulis dicatatan medic pasien member dampak yang serius terhadap validasi
dan utilitas dari angka laju IRS yang dihasilkan

KETIGA: angka tidak disesuaikan terhadap factor resiko intrinsif, faktor resiko
ini sangat penting artinya dalam mendapatkan suatu IRS,namun sering kali
lolos dari pengamatan dan sanggat berpariasi dari rumah sakit yang satu ke
rumah sakit yang lain. Sebagai contoh,di rumah sakit yang memeliki pasien
dengan immunocompromised diharapkan memliki karekteristik pasien seperti
itu.
KEEMPAT: jumlah population at risk (misalnya jumla pasien masuk/pulang
jumlah hari rawat atau jumlah oprasi) mungkin tidak cukup besar untuk
menghitung angka laju IRS yang sesunguhnya di rumah sakit tersebut.

Meskipun tidak mungkin untuk mengontrol semua factor tersebut diatas namun
harus disadari pengaruh factor-facktor tersbut terhadap angka laju infeksi serta
mempertimbangkan hal tersebut pada saat membuat interprestasi

PELAPORAN

Laporan sebaiknya sistematik,tepat waktu informative data dapat disajikan


dalam berbagai bentuk,yang penting mudah dianalisa dan
diinterprestasi.penyajian harus jelas,sederhana,,dapat dijelaskan diri
sendiri.Bisa dibuat dalam bentuk grafik,pelaporan dengan narasi singkat.

Tujuan untuk :

 Memperlihatkan pola IRS dan perubahan yang terjadi (trend)

 Memudahkan analisis dan interprestasi data Laporan dibuat seacra


periodic,setiap bulan,triwulan,semester,tahunan.

DESIMINASI

Surveilans belumlah sempurna dilaksanakan apabila datanya belum


didesiminasikan kepada yang berkentingan untuk melaksanakan pencegahan
dan pengendalian infeksi.Oleh sebab itu hasil surveilans angka infeksi harus
disampaikan keseluruh anggota komite,direktur rum ah sakit,ruangan atau unit
terkait berkesinambangunan .Disamping itu juga didesiminasikan kepada
kepala terkait dan penanggungjawab ruangan beserta stafnya berikut
rekomendasikannya.
Oleh karena IRS mengandung hal sangat sensitive maka data yang di dapat
mengarah ke pasien atau perawatan harus benar – benar terjaga
kerahasiaannya.

Di beerapa Negara data seperti ini bersifat rahasia, data seperti ini tidak
digunakan memberikan sangsi tetapi hanya di gunakan untuk tujuan perbaikan
mutu pelayanan.

Tujuan desiminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan inforamasi tersebut


untuk menetafkan strategi pengendalian IRS. Laporan didesiminasi secara
periodic, bulanan, triwulan, tahunan. Bentuk penyampaian dapat dsecara lisan
dalam pertemuan, tertulius, papan bulletin.

Sudah selayaknya komite / tim PPI menyajikan data surveilans dalam bentuk
standar yang menarik yaitu berupa laporan narasi singkat ( rangkuman ),
table,grafik kepada Komite / tim PPI. Analisa yang mendalam dari numerator
dapat dilaksanakan untuk memberikan gambaran epidemiologinya, termasuk
kuman pathogen dan factor resikonya.

BAB IV

DOKUMENTASI

Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga
dibutuhkan data dasar infeksi untuk menurunkan angka yang ada untuk itu
perlunya dilakukan surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk
tugas dari IPCN, untuk itu diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu yang
sesuai standar jumlah yang dibutuhakan di sertai ilmu surveilans.
1. Pendokumentasian surveilans terdiri atas :
2. Laporan Harian dalam bentuk form/sensus harian
3. Laporan bulanan dalam bentuk rekapan sensus harian yang dituangkan
dalam bentuk grafik yang disertai analisa dan rekomendasi
4. Laporan triwulan, semester dan tahunan dalam bentuk grafik yang disertai
analisa dan rekomendasi

POPULASI
TEMPAT
UNSUR AT DATA
LAJU/RATIO
SURVEILANS DENOMINATOR
INFEKSI
RISK

Data yang
diperlukan

Jumlah Laju setiap 100 pasien masuk


Semua tempat
Semua pasien infeksi dan atau keluar :
Surveilans 1. Pasien masuk
yang tanggal infeksi
komprehensi atau keluar dari 1. Secara keseluruhan
memenuhi dalam bulan
setiap aplikasi
criteria masuk yang sama
surveilans. 2. Spesifik bagi tempat tertentu
dalam 2. Persalinan 3. Spesifik tempat tertentu
surveilans normal
4. Laju per 100 persalinan
3. Operator Caesar normal laju per 100 operasi
Caesar

1. Angka infeksi ICU secara


umum per 100 pasien atau 1000
a. ∑ pasien pasien.hari.

b. ∑ hari rawat 2. Angka ISJ rumah sakit yang


per 1 hari insersi keteter.
c. ∑ hari insersi
kateter urine 3. Angka sepsis untuk setiap
Semua pasien 1000 pemasangan sentra line
d. ∑ insersi
di ruang rawat
Semua tempat ventilator 4. Angka pneumonia rumah
intensif yang
infeksi dan sakit ventilator untuk 100 hari
terpilih ikut e. ∑ pasien pada
Rawat Intensif tanggal infeksi insersi disetiap ICU
pasien tanggal 1 bulan itu
dalam bulan
sampai 48 dan tanggal 1 bulan
yang sama
jam setelah berikutnya.
pulang
Ratio pemakaian
f. ∑ hari rawat
semua pasian yang 1. Umum
ada pada tanggal 1
bulan itu dan pada 2. Centra line
tanggal 1 bulan
berikutnya. 3. Ventilator

4. Kateter urine

Jumlah bayi resiko per 100


pasien dan per 1000 hari rawat.

Data dari 4 macam kategori BB


Semua bayi lahir:
dengan
perawatan 1. Rata-rata tiap 100 pasien
Data dikumpulkan beresiko atau 1000 hari rawat
Ruang rawat tingkat Semua jenis
untuk 4 macam
bayi dengan 111.Semua IRS dengan
kategori berat bayi 2. ∑ kasus bakterimia
resiko tinggi pasien diikuti masa inkubasi
(BB) Lahir nasokomial per 1000 hari insersi
selama 48
ventilator.
jam setelah
keluar

Ratio pemakaian alat:

1. Secara umum
2. Untuk setiap kategori berat
lahir

3. Central (umbilical) line

4. Ventilator

Data factor resiko


untuk setiap pasien
yang dipantau:

1. Tanggal
operasi

2. Jenis operasi

3. No.registrasi
pasien SSI ARTES BY:

4. Umur 1.Indeks prosedur

Semua macam 5. Jenis kelamin Dan resiko


Semua pasien infeksi atau
yang infeksi pada 6. Lama operasi 2.Kelas luka
menjalani luka operasi
tindakan yang dioperasi 7. Jenis luka Ratio infeksi untuk setiap
operasi dalam bulan prosedur angka rata-rata tempat
yang sama 8. Anestesi umum infeksi

9. ASA Score

10. Emergency

11. Trauma

12. Prosedur
ganda

13. Pemeriksaan
endoskopik

14. Tanggal pulang

1. hari rawat untuk Angka rata-rata untuk setiap


setiap jenis pelyanan 1000 hari rawat:
medic
Surveilans Sama dengan Sama dengan 1. Umum
komprehensif diatas diatas
2. ∑ pasien masuk
2. Jenis pelayanan
dan keluar pada
setiap ruang rawat 3. Tempat infeksi4.
3.∑ hari rawat pada 4. Tempat infeksi menurut
setiap ruang tempat pelayanan

Angka rata-ratamenurut ruang


rawat untuk setiap 100 pasien
masuk keluar atau setiap hari
rawat.

Site specific rate per 100 hari


pasien masuk atau keluar atau
1000 hari rawat.

DRG SPESIFIC rate per 100


pasien keluar dari setiap kategori
DRG.

Sebelum pemasangan alat intravaskuler


1. Edukasi petugas tentang pemasangan,pemasangan dan perawatan
kateter sentral dan pencegahan IADP.
2. Saat pemasangan alat intravaskuler
3. Pakai daftar tilik cara pemasangan
4. Lakukan kebersihan tangan
5. Hindari pemasangan pada vena femoralis pada pasien dewasa
6. Gunakan set steril untuk pemasangan kateter .
7. Pakailah APD semaksimal mungkin selama pemasangan kateter
sentral
8. Pakailah antiseptic baerbasis khlorheksidin untuk membersihkan
permukaan kulit pada pasien usia > 2 bulan
Setelah pemasangan alat intravaskuler
1. Lakukan diinfeksi area konektor (hubs), konektor tanpa jarum, sisi
tempat menyuntik sebelumpemberian caiaran /accessing
2. Segera mungkin melepaskan kateter yang tidak diperlukan
3. Untuk kateter sentral tanpa saluran (non-tunneled)pada pasien dan
gantilah dressing dengan transfaran dan lakukan disinfeksi area
dengan antiseptic berbasis khlorhexidin tiap 5-7 hari,atau bila dressing
longgar atau lembab,gantilah kassa verband tiap 2 hari atau jika perlu.
4. Jangan memakai bloodset tetapi pakailah infuset,selang transfuse sel
untuk lemak dalam periode tdak lebih dari 96 jam
5. Lakukan surveilans terhadap adanya IADP
6. Pakailah salep antibiotic pada area pemasangan kateter hemodialise.

Makassar, 21 Desember 2016


Mengetahui
Direktur Utama Ketua Komite PPI
RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar RSUP.DR. Wahidin Sudirohusodo
Makassar

Dr. dr. Khalid Saleh, SpPD-KKV FINASIM, MARS Dr. Sudirman Katu, SpPD. KPTI
NIP 196104041986121001 NIP 197006132001121002

Anda mungkin juga menyukai