KELOMPOK 10 (Makalah - Eliminasi Urine)
KELOMPOK 10 (Makalah - Eliminasi Urine)
Terima Kasih
Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
Urine adalah zat sisa metabolisme yang diekskresi oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Eliminasi urine tergantung pada fungsi ginjal,
ureter, kandung kemih (vesica urinaria) dan uretra. Ginjal menyaring produk
buangan dari darah untuk membentuk urine. Ureter mentranspor urine dari ginjal
ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan
untuk berkemih. Urine keluar dari tubuh melalui uretra. Semua organ sistem
perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine berhasil dikeluarkan dengan
baik.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Ureter
Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan
tersusun atas jaringan otot serta merupakan wadah tempat urine dan merupakan
organ ekskresi. Apabila kosong, kandung kemih berada di dalam rongga panggul
di belakang simfisis pubis. Pada pria, kandung kemih terletak pada rectum bagian
posterior dan pada wanita kandung kemih terletak pada dinding anterior uterus
dan vagina. Kandung kemih akan mengembang saat terisi urine. Kandung kemih
dapat menampung sekitar 600 ml urine, walaupun pengeluaran urine normal
sekitar 300 ml. Dalam keadaan penuh, kandung kemih membesar dan
membentang sampai ke atas simfisis pubis. Kandung kemih yang mengalami
distensi maksimal dapat mencapai umbilikus.
d. Uretra
Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui
meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urine yang mengalami turbulansi
membuat urine bebas dari bakteri. Membran mukosa melapisi uretra dan kelenjar
uretra mensekresi lendir ke dalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat
bakeriostatis dan membentuk plak mukosa yang mencegah masuknya bakteri.
Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi uretra. Uretra pada wanita memiliki
panjang sekitar 4 sampai 6,5 cm. Sfingter uretra eksterna yang terletak di sekitar
setengah bagian bawah uretra, memungkinkan aliran volunter urine. Panjang
uretra yang pendek pada wanita menjadi faktor predisposisi untuk mengalami
infeksi. Bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam uretra dari daerah perineum.
Uretra pada pria, yang merupakan saluran perkemihan dan jalan keluar sel serta
ekskresi dari organ reproduksi, memiliki panjang 20 cm. Uretra pada pria ini
terdiri dari tiga bagian, yaitu: uretra prostatik, uretra membranosa dan uretra penil
atau uretra kavernosa. Pada wanita, meatus urinarius (lubang) terletak di antara
labia minora, di atas vagina dan di bawah klitoris. Pada pria, meatus terletak pada
ujung distal penis.
e. Kerja Perkemihan
a) Retensi Urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata di dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih. Urine terus berkumpul di
kandung kemih, meregangkan dindingnya sehingga timbul perasaan tegang, tidak
nyaman, nyeri tekan pada simfisis pubis, gelisah dan terjadi diaforesia
(berkeringat). Pada kondisi normal, produksi urine mengisi kandung kemih
dengan perlahan dan mencegah aktivasi reseptor tegangan sampai distensi
kandung kemih meregang pada level tertentu. Refleks berkemih terjadi dan
kandung kemih menjadi kosong. Dalam kondisi retensi urine, kandung kemih
tidak mampu berespons terhadap refleks berkemih sehingga tidak mampu untuk
mengosongkan diri.
Klien yang mengalami ISK bagian bawah mengalami nyeri atau rasa
terbakar selama berkemih (disuria) ketika urine mengalir melalui jaringan yang
meradang. Demam, menggigil, muntah, serta kelemahan terjadi ketika infeksi
memburuk. Kandung kemih yang teriritasi menyebabkan timbulnya sensasi ingin
berkemih yang mendesak dan sering. Iritasi pada kandung kemih dan mukosa
uretra menyebabkan darah bercampur dalam urine (hematuria). Urine tampak
pekat dan keruh karena adanya sel darah putih atau bakteri. Gejala yang sering
timbul apabila infeksi menyebar ke saluran perkemihan bagian atas
(pielonefritis-ginjal) adalah nyeri panggul, nyeri tekan, demam dan menggigil.
c) Inkontinensia Urine
∙ Inkontinensia fungsional :
Involunter, jalan keluar urine tidak dapat diperkirakan pada klien yang sistem
saraf perkemihannya tidak utuh.
Keluarnya urine secara involunter, terjadi pada jarak waktu tertentu yang telah
diperkirakan. Jumlah urine dapat banyak atau sedikit.
∙ Inkontinensia stres :
∙ Inkontinensia urge :
Pengeluaran urine yang tidak disadari setelah merasakan adanya urgensi yang
kuat untuk berkemih.
∙ Inkontinensia total :
Penyebab : neuropati saraf sensorik; trauma atau penyakit pada saraf spinalis
atau sfingter uretra; fistula yang berada di antara kandung kemih dan vagina.
Gejala : urine tetap mengalir pada waktu-waktu yang tidak dapat diperkirakan;
nokturia, tidak menyadari bahwa kandung kemihnya terisi atau inkontinensia.
d) Diversi Urinarius
b) Obat-obatan
a. Persiapan Alat
· Steril
1. Kateter yang akan dipasang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan satu
(1) buah disisipkan dalam bak steril.
2. Pinset anatomis 1 buah
3. Sarung tangan 1 pasang
4. Spuit 10 -20 cc 1 buah
5. Kain kasa 2 lembar
6. Kapas sublimate dalam tempatnya
7. Aquabidest / NaCl 0,9 % secukupnya
8. Xyloxain Jelly2 % atau sejenisnya
9. Urobag
· Tidak Steril
1. Bengkok 1 buah
5. Selimut mandi
a. Persiapan Klien
1. Beri penjelasan klien tentang prosedur dan tujuan pemasangan kateter urin.
2. Atur posisi pasien (dorsal recumbent, sim), posisi tergantung prinsip dapat
memberikan perasaan nyaman bagi klien dan perawat saat melakukan
tindakan kateterisasi urin.
a. Persiapan Perawat
1. Mencuci tangan meliputi :
· menggunakan sabun
klien terbaring, perawat berada di sebelah klien, meatus uretra dan glandula
penis didesinfeksi dengan cairan antiseptic, pasang doek bolong dan perawat
memakai handscoen steril, selang kateter diberi jelly secukupnya pada
permukaan yang akan dimasukkan pada uretra, penis ditegakkan lurus keatas
dan kateter dimasukkan perlahan-lahan ke dalam buli-buli, anjurkan klien
untuk menarik nafas panjang.
Labia mayor dibuka dengan ibu jari dan telunjuk tangan perawat dibungkus
dengan kapas savlon, bersihkan vulva sekurang-kurangnya tiga kali, perawat
memakai sarung tangan dengan menggunakan kasa steril dan bethadin 10 %
desinfeksi labia mayor dan lipat paha, pasang doek bolong steril , kateter urin
dimasukkan perlahan-lahan yang sebelumnya telah diberi jelly dan klien
dianjurkan menarik nafas dalam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A, Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC. Alih Bahasa: Renata,
dkk.
Brooks MJ: Urinary incontinence assessment, treatment and reimbursement,
Home Health Care Nurse 11 (4):41, 1993.
Yoshikawa TT: Chronic urinary tract infection in elderly patients, Hasp Pract
28(6): 103, 1993.
http://fales.co/blog/prosedur-pemasangan-kateter-urin.html