Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN HASIL PENELITIAN

STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN


SEKOLAH RAMAH ANAK DI SMA KOTA TEGAL
DALAM STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL

OLEH:
Dr. Maufur, M.Pd.
NIP. 195602261982031001

Renie Tri Herdiani, S.Psi., M.Pd.


NIPY. 20762551983

Agus Maemun, S.Pd.I, M.Pd.

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


2014

i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

1. Judul : Strategi Program Pengembangan


Sekolah Ramah Anak di SMA Kota
Tegal Dalam Standar Pendidikan
Nasional
2. Peneliti
a. Nama : Dr. Maufur, M.Pd.
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. NIP : 195602261982031001
d. Jabatan/Golongan : Lektor Kepala/Iva
e. Fakultas/Prodi : FKIP/ Bimbingan dan Konseling
f. Perguruan Tinggi : Universitas Pancasakti Tegal
g. Alamat Kantor/Telp/Fks : Jl.Halmahera Km.1Tegal

3. Anggota Tim Pengusul : Renie Tri Herdiani, S.Psi., M.Pd.


Agus Maemun, S.Pd.I, M.Pd.
4. Usulan Jangka Wktu Pelaksanaan : 4 bulan
5. Pembiayaan : Rp. 2.000.000.

Tegal, Februari 2014


Mengetahui
Dekan FKIP Peneliti

Dr. Yayat Hidayat Dr. Maufur, M.Pd, dkk


NIPY. 8524051955 NIP. 195602261982031001

Menyetujui,
Kepala Lembaga Penelitian

Dr. Dino Rozano, M.Pd.


NIP. 195304041988031001

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Identitas dan Pengesahan ........................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Daftar Lampiran .......................................................................................................v
Prakata .................................................................................................................... vi
Abstrak .................................................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Pendahuluan .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................6
1.3.1 Tujuan ......................................................................................6
1.3.2 Manfaat Penelitian ...................................................................6
BAB 2 LANDASAN TEORI ..............................................................................7
2.1 Sekolah Ramah Anak .......................................................................7
2.1.1 Pengertian Sekolah Ramah Anak ............................................7
2.1.2 Indikator Sekolah Ramah Anak...............................................9
2.1.3 Ciri-Ciri Sekolah Ramah Anak .............................................11
2.1.4 Prinsip Membangun Sekolah Ramah Anak ...........................13
2.2 Pengertian Peserta Didik ................................................................15
2.3 Karakteristik Perkembangan Peserta Didik (Usia Remaja SMA) .17
BAB 3 METODE PENELITIAN ......................................................................19
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian ................................................19
3.1.1 Lokasi Penelitian ...................................................................19
3.1.2 Subyek Penelitian ..................................................................19
3.1.3 Desain Penelitian ...................................................................20
3.1.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................20
3.1.5 Teknik Analisis Data .............................................................20

iii
BAB 4 HASIL PENELITIAN ..........................................................................21
4.1 Kondisi Riil SMA Se Kota Tegal ..................................................21
4.1.1 Sekolah Ramah Anak dari Perspektif Peserta Didik .............21
4.1.2 Sekolah Ramah Anak dari Perspektif Guru .........................23
4.2 Strategi Program Pengembangan Sekolah Ramah Anak Di SMA
Kota Tegal ......................................................................................25
4.2.1 Strategi Pengembangan Sekolah Ramah Anak ....................25
4.2.2 Program Pengembangan Sekolah Ramah Anak di SMA Kota
Tegal......................................................................................27
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................36
5.1 Simpulan ..............................................................................................36
5.2 Saran .....................................................................................................37
5.2.1 Bagi Sekolah ..............................................................................37
5.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya .......................................................37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................38

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Tugas dari Lemlit UPS


2. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan
3. Angket Penelitian untuk Guru
4. Angket Penelitian untuk Peserta Didik

v
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penelitian yang kami laksanakan dapat terselesaikan dengan

baik dan lancar. Kami menyadari bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian ini selalu

melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Pancasakti Tegal

2. Kepala Lemlit Universitas Pancasakti Tegal

3. Dekan FKIP Universitas Pancasakti Tegal

4. Kepala Sekolah SMA se Kota Tegal

5. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian

Akhir kata, kami mohon maaf kepada semua pihak apabila dalam

pelaksanaan kegiatan dan penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan.

Harapan kami, laporan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan dan

berkepentingan.

Tegal, Februari 2014

Tim Peneliti

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi riil Sekolah Ramah Anak di
lingkungan SMA se Kota Tegal dan untuk menemukan strategi program
pengembangan Sekolah Ramah Anak yang sesuai dengan kondisi Kota Tegal.
Popupasi penelitian ini mencakup semua guru dan pesera didik di lingkungan
SMA se Kota Tegal sejumlah 5738 dengan rincian jumlah guru sebanyak 425 dan
peserta didik sejumlah 5313. Adapun jumlah sampel 43 guru dan 531 peserta
didik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket,
wawancara dan observasi. Selanjutnya dianalisis dengan deskriptif prosentase dan
cara berfikir induktif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan
sekolah ramah anak di lingkungan SMA Kota Tegal belum sepenuhnya
dilaksanakan meskipun sudah dimaksimalkan Adapun strategi yang digunakan
dalam mengembangkan strategi sekolah ramah anak memuat 4 unsur yaitu:
perencanaan program sekolah yang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik, lingkungan sekolah yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik,aspek sarana dan prasarana yang memadai dan
sekolah juga menjamin hak partisipasi anak. Oleh krena itu disarankan sekolah
untuk lebih mengupayakan terwujudnya program sekolah ramah anak yang
berstandar pendidikan nasional dan perlu dilakukan penelitian lebih luas dan
mendalam.

Kata kunci: sekolah ramah anak

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh

karena itu setiap warga Negara wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun

pendidikan tinggi, hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang pendidikan

dengan tujuan untuk menekan tingginya angka buta huruf. Ironisnya sistem

pendidikan di Indonesia masih “bobrok”, selain tingginya angka buta huruf, putus

sekolah, minimnya pembiayaan, dan rendahnya kualitas pendidikan sehingga

kesulitan mencapai target MDG’s (Millenium Development Goal’s) dan EFA

(Education for All), kekerasan dalam pendidikan menjadi problem terselubung

yang bila tidak diselesaikan akan menjadi masalah serius untuk pendidikan

Indonesia. Kekerasan dalam pendidikan bagaikan puncak gunung es atau dengan

kata lain kekerasan dalam pendidikan merupakan masalah yang tidak pernah

tersentuh.

Pendidikan dan pengajaran memang tidak identik dengan kekerasan,

baik di masa yang lalu maupun sekarang ini. Akan tetapi kekerasan sering kali

dihubung-hubungkan dengan kedisiplinan dan penerapannya dalam dunia

pendidikan. Istilah “tegas” dalam membina sikap disiplin pada anak didik,

sudah lazim digantikan dengan kata “keras”. Kekerasan-kekerasan yang

1
dilakukan oleh guru kepada siswa seperti dilempar penghapus dan penggaris,

dijemur di lapangan, dan dipukul. Di samping itu siswa juga mengalami

kekerasan psikis dalam bentuk bentakan dan kata makian, seperti bodoh,

goblok, kurus, ceking dan sebagainya.

Selain itu, kasus-kasus kekerasan pendidikan yang kita ketahui

dari berita-berita yang menyiarkan pelecehan oleh guru terhadap sejumlah

muridnya, kemudian dilanjutkan dengan tawuran dan konflik fisik yang

melibatkan siswa SMA maupun mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di

Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Unicef pada tahun 2006 di Jawa Tengah,

Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara mengungkapkan bahwa hampir 80% guru

pernah memberikan sanksi berupa hukuman termasuk hukuman secara verbal

Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa sebagian besar tindakan

kekerasan pada anak dilakukan oleh orang-orang di sekitar anak-anak termasuk

orang tua, guru, dan teman-temanya.

(Http//www.unicef.org/child_friendly_school_manual/040809). Selain itu

Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

Badriyah Fayumi kepada VOA mengungkapkan bahwa penelitian lembaga

tersebut menunjukkan 87,6 persen anak pernah mengalami kekerasan di sekolah

dalam berbagai bentuk. Penelitian dilakukan dalam bentuk monitoring dan

evaluasi terhadap 1.026 responden anak di sembilan daerah di Indonesia.

Berdasarkan pengakuan responden, kekerasan paling banyak dilakukan oleh

2
teman sekelas (42 persen), guru (29,9 persen) dan teman lain kelas (28

persen).(Http://voaindonesia.com/a/1474872.html).

Selanjutnya hasil survei yang dilakukan Center for Public Mental Health

(CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan

semakin tinggi kasus kekerasan di sekolah. Kemudian perasaan tidak puas para

siswa terhadap situasi kehidupan di sekolah juga tinggi.

Di luar itu, ditemukan masalah kesehatan mental dan psikososial dalam tingkat

sedang dari sepertiga responden,(ungkap Ketua Divisi Pendidikan CPMH, Prof.

Dr. Amitya Kumara dalam seminar 'Toward School Well Being' di Fakultas

Psikologi, di Bulaksumur, Yogyakarta, Sabtu (21/5/2011). Survei tersebut

dilakukan terhadap siswa SMA dan SMK di empat kota besar di Jawa Tengah

dan Jawa Timur. Sedang permasalahan siswa SMP dan SMA lebih menonjol

pada permasalahan motivasi dan permasalahan yang berkaitan dengan konsep

diri dan hubungan sosial. Kemudian berdasarkan hasil laporan praktik kerja

profesi mahasiswa psikologi, kasus pendidikan yang ditemukan di tingkat TK

hingga SMA sepanjang 2008-2011 menunjukkan di tingkat pendidikan TK

lebih banyak ditemukan permasalaham perilaku sebanyak 34%. Selanjutnya di

tingkat SD lebih banyak ditemukan kasus permasalahan kognitif. Sedangkan di

tingkat SMP dan SMA, banyak ditemukan permasalahan motivasi 32,8% dan

permasalahan sosial 26,1 %. Sementara itu Amrullah Sofyan dari Plan

Indonesia menambahkan hasil survei terhadap 300 anak SD, SLTP dan SLTA

di dua kecamatan di Bogor. Sebanyak 15,3% siswa SD, 18% Siswa SLTP dan

16% siswa SLTA mengaku sering mendapat perlakuan tindak kekerasan di

3
sekolah. Pelaku kekerasan di sekolah dilakukan oleh Guru 14,7% dan sesama

teman di sekolah 35,3%.

(http://news.detik.com/read/2011/05/21/165046/1643957/10/kasus-kekerasan-

di-sekolah-kian-meningkat).

Kemudian penelitian di Kabupaten Klaten dan Kabupaten Pemalang

mulai bulan Juni 2012 yang lalu, menunjukkan hasil pemetaan bentuk

kekerasan di Sekolah dalam rangka pengembangan Sekolah Ramah Anak

(SRA) dengan konsultasi guru dan siswa, menunjukan adanya kekerasan

terhadap siswa di SD/MI, SMP/MTs maupun SLTA baik kekerasan fisik, psikis

maupun seksual yang dilakukan oleh guru, teman termasuk kakak kelas,

maupun penjaga sekolah, orang tua dan orang di sekitar sekolah,

Kasus kekerasan terhadap anak hingga kini masih marak terjadi di

beberapa daerah, termasuk di Kota Tegal. Bahkan sesuai data dari Pusat

Pelayanan Terpadu (PPT) Puspa Tegal selaku lembaga perlindungan ibu dan

anak tercatat jumlah kekerasan terhadap anak setiap tahun mengalami

peningkatan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti kemajuan

perkembangan teknologi, pola asuh yang salah, ketidakpedulian orang tua

terhadap anak. Berikut contoh kasus kekerasan yang ada di Kota Tegal, kasus

kekerasan dan pemerkosaan terhadap siswi SMP di Kota Tegal pada bulan

Februari lalu dan pelakunya adalah lima orang temannya sendiri.

(http://www.suaramerdeka.com/vl/index.php/read/news/2013/03/04/147762/

Kasus-Kekerasan-Terhadap-Anak-di-Tegal-Semakin-Marak).

4
Kekerasan pada anak secara terus menerus mengakibatkan stress dan

kecemasan berlebihan yang akan berdampak kerusakan pada otak anak. Unicef

bersama dengan Dinas Pendidikan Jawa Tengah dan Badan Pemberdayaan

Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah

telah melakukan langkah awal guna mempromosikan pencegahan dan

penanganan terhadap bentuk-bentuk kekerasan di sekolah. Adanya pencegahan

kekerasan terhadap anak di sekolah merupakan salah satu bentuk sistem

perlindungan anak serta menjadi bagian penting dari indikator Kota/Kabupaten

Layak Anak.

Berdasarkan keadaan di atas, penulis tertarik untuk melakukan kajian

terhadap arah kebijakan dan strategi pengembangan implementasi Sekolah

Ramah Anak (SRA) Provinsi Jawa Tengah khususnya di kota Tegal.

Sehubungan belum ada di kota Tegal maka kami akan meneliti sekolah-sekolah

SMA yang ada dan mengkaji praktek-praktek, serta strategi program

pengembangan Sekolah Ramah Anak yang sesuai dengan kondisi di kota Tegal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana kondisi riil Sekolah Ramah Anak di lingkungan SMA kota Tegal?

2) Bagaimana strategi program pengembangan Sekolah Ramah Anak di

lingkungan SMA kota Tegal?

5
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi riil terhadap Sekolah Ramah Anak di

lingkungan SMA yang ada di Kota Tegal.

2. Untuk menemukan strategi program pengembangan Sekolah Ramah

Anak yang sesuai dengan kondisi Kota Tegal.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Memberikan acuan bagi UPTD Kota/Kabupaten dalam rangka

mengembangkan Sekolah Ramah Anak.

2. Menjadi acuan bagi Satuan Kerja di tingkat UPT dalam hal

mengidentifikasi dan mengimplementasikan Sekolah Ramah Anak.

3. Menjadi acuan dalam memberikan layanan terhadap anak di lingkungan

sekolah.

4. Acuan bagi masyarakat untuk berkontribusi dalam pengembangan

Sekolah Ramah Anak

6
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 SEKOLAH RAMAH ANAK

2.1.1 Pengertian Sekolah Ramah Anak

Menurut Dinas Provinsi Jawa Tengah (2013:8) sekolah ramah anak (SRA)

adalah sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak

anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab.

Prinsip utama adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan

terhadap anak. Sebagaimana dalam bunyi pasal 4 UU No.23/2002 tentang

perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup

tumbuh, berkembangan dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Disebutkan di atas salah satunya adalah berpartisipasi yang dijabarkan

sebagai hak untuk berpendapat dan didengarkan suaranya. Sekolah Ramah Anak

(SRA) adalah sekolah yang terbuka melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam

segala kegiatan, kehidupan sosial, serta mendorong tumbuh kembang dan

kesejahteraan anak.

Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang secara sadar berupaya

menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara

terencana dan bertanggung jawab. Prinsip utama adalah non diskriminasi

kepentingan, hak hidup serta penghargaan terhadap anak. Anak adalah harapan

7
orang tua. Mereka bekerja keras demi masa depan anak-anaknya. Mereka ingin

segala sesuatu yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam memilih pendidikan.

Namun hal ini terkadang justru menjadi beban yang berat bagi anak. Anak sering

menjadi pelampiasan obsesi orang tua yang belum tercapai serta

mengejawantahkan mimpi-mimpi mereka. Sekolah Ramah Anak dapat terwujud

bila ada kerja sama yang sinergi antara keluarga, masyarakat dan pihak sekolah.

Ruang lingkup keluarga dan masyarakat yang ideal, harmonis dan sehat dapat

mendukung perkembangan anak.

Demikian juga sekolah, keadaan fisik maupun psikis sekolah juga

berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Sekolah yang ideal harus

memiliki infrastruktur dan sarana yang memadai, sebagai syarat standar pelayanan

minimal. Misalnya, sekolah yang baik terletak tidak terlalu dekat dengan jalan

raya, karena di samping bising, polusi udara juga berbahaya bagi anak-anak yang

sedang bermain. Demikian juga penataan ruang bermain dan belajar. Ruang

belajar anak harus dibuat senyaman mungkin. Selama ini yang kita tahu belajar di

sekolah adalah duduk tenang di bangku, mendengarkan penjelasan guru, lalu

mengerjakan tugas. Sebenarnya ada hal yang jauh lebih menarik minat belajar

anak daripada duduk di bangku. Kita bisa membiarkan mereka belajar atau

mengerjakan segala sesuatu di lantai. Hal ini dapat mengurangi kejenuhan dan

mengendurkan otot-otot yang tegang. Mengingat kemampuan konsentrasi anak

terbatas kira-kira 1 menit X usianya, maka anak tidak boleh kita paksa untuk

terpancang pada satu tempat saja.

8
2.1.2 Indikator Sekolah Ramah Anak (SRA)

Sekolah ramah anak adalah sekolah yang terbuka melibatkan anak dan

remaja untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, serta mendorong tumbuh

kembang dan kesejahteraan anak. Menurut Yulfita (2000) untuk mencapai itu

semua diperlukan indiaktor untuk bisa mencapainya, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Inklusif secara proaktif

1) Secara proaktif mencari semua anak yang termarginalisasi dari

pendidikan.

2) Mempromosikan dan membantu anak untuk memonitor hak-hak dan

kesejahteraan semua anak di masyarakat.

3) Menghargai keberagaman dan memastikan kesetaraan kesempatan.

4) Memberikan pendidikan yang bebas biaya dan wajib serta murah dan

aksesibel.

b. Sehat, Aman dan Protektif

1) Fasilitas toilet yang bersih.

2) Akses kepada air minum yang bersih.

3) Tidak ada kuman fisik atau gangguan.

4) Pencegahan HIV dan AIDS dan non diskriminasi.

c. Partisipasi Masyarakat

1) Terfokus pada keluarga

a. Bekerja untuk memperkuat keluarga sebagai pemberi asuhan bagi

anak.

9
b. Membantu anak, orang tua dan guru membangun hubungan harmonis

dan kolaboratif.

2) Berbasis komunitas

a. Mendorong kemitraan setempat dalam pendidikan.

b. Bertindak dalam dan dengan masyarakat untuk kepentingan.

c. Efektif dan berpusat pada anak; bertindak menurut kepentingan

terbaik tiap anak, peduli kepada anak “seluruhnya”, kesehatan, status

gizi dan kesejahteraan, peduli tentang apa yang terjadi kepada anak

sebelum mereka masuk sekolah dan setelah pulang dari sekolah,

metode yang kreatif di dalam ruang kelas.

3) Kesetaraan gender

a. Mempromosikan kesetaraan gender dalam penerimaan dan prestasi.

b. Bukan hanya kesempatan yang sama tetapi kesetaraan.

c. Menghilangkan stereotipe gender.

d. Menjamin fasilitas, kurikulum, buku dan pengajaran yang sesuai

untuk anak perempuan.

d. Sistem Sekolah Ramah Anak

1) Pengajaran yang sesuai dengan kurikulum kemampuan dan gaya belajar

tiap anak.

2) Belajar aktif, kooperatif, dan demokratis.

3) Isi terstruktur dan materi dan sumber daya yang berkualitas baik.

4) Mengajar anak bagaimana belajar: melindungi anak dari pelecehan dan

bahaya kekerasan

10
2.1.3 Ciri-ciri Sekolah Ramah Anak

Ada beberapa ciri-ciri Sekolah Ramah Anak yang ditinjau dari beberapa

aspek:

a. Sikap terhadap murid;

Perlakuan adil bagi murid laki-laki dan perempuan, cerdas-lemah, kaya-

miskin, normal-cacat, anak pejabat-anak buruh, Penerapan norma agama,

sosial dan budaya setempat. Serta Kasih sayang kepada murid, memberikan

perhatian bagi mereka yang lemah dalam proses belajar karena memberikan

hukuman fisik maupun nonfisik bisa menjadikan anak trauma. Saling

menghormati hak-hak anak, baik antar murid, antar tenaga, kependidikan

serta antara tenaga kependidikan dan murid.

b. Metode Pembelajaran:

Terjadi proses belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasakan senang

mengikuti pelajaran, tidak ada rasa takut, cemas dan was-was, siswa menjadi

lebih aktif dan kreatif serta tidak merasa rendah diri karena bersaing dengan

teman siswa lain. Terjadi proses belajar yang efektif yang dihasilkan oleh

penerapan metode pembelajaran yang variatif dan inovatif. Misalnya: belajar

tidak harus di dalam kelas, guru sebagai fasilitator proses belajar

menggunakan alat bantu untuk meningkatkan ketertarikan dan kesenangan

dalam pengembangan kompetensi, termasuk lingkungan sekolah sebagai

sumber belajar (pasar, kebun, sawah, sungai, laut, dll).

11
c. Proses belajar mengajar

Didukung oleh media ajar seperti buku pelajaran dan alat bantu ajar/peraga

sehingga membantu daya serap murid. Guru sebagai fasilitator menerapkan

proses belajar mengajar yang kooperatif, interaktif, baik belajar secara

individu maupun kelompok. Terjadi proses belajar yang partisipatif. Murid

lebih aktif dalam proses belajar. Guru sebagai fasilitator proses belajar

mendorong dan memfasilitasi murid dalam menemukan cara/ jawaban sendiri

dalam suatu persoalan.

d. Murid dilibatkan dalam berbagai aktifitas yang mengembangkan kompetensi

dengan menekankan proses belajar melalui berbuat sesuatu (learning by

doing, demo, praktek, dll).

e. Penataan Kelas;

Murid dilibatkan dalam penataan bangku, dekorasi dan ilustrasi yang

menggambarkan ilmu pengetahuan, dll. Penataan bangku secara klasikal

(berbaris ke belakang) mungkin akan membatasi kreatifitas murid dalam

interaksi sosial dan kerja dikursi kelompok, Murid dilibatkan dalam

menentukan warna dinding atau dekorasi dinding kelas sehingga murid

menjadi betah di dalam kelas, Murid dilibatkan dalam memajang karya

murid, hasil ulangan/ test, bahan ajar dan buku sehingga artistik dan menarik

serta menyediakan space untuk baca (pojok baca). Bangku dan kursi

sebaiknya ukurannya disesuaikan dengan ukuran postur anak Indonesia serta

mudah untuk digeser guna menciptakan kelas yang dinamis.

12
f. Lingkungan Kelas

Murid dilibatkan dalam mengungkapkan gagasannya dalam menciptakan

lingkungan sekolah (penentuan warna dinding kelas, hiasan, kotak saran,

majalah dinding, taman kebun sekolah), Tersedia fasilitas air bersih, higienis

dan sanitasi, fasilitas kebersihan dan fasilitas kesehatan, Fasilitas sanitasi

seperti toilet, tempat cuci, disesuaikan dengan postur dan usia anak, Di

sekolah diterapkan kebijakan/peraturan yang mendukung kebersihan dan

kesehatan. Kebijakan/peraturan ini disepakati, dikontrol dan dilaksanakan

oleh semua murid (dari-oleh-dan untuk murid).

2.1.4 Prinsip Membangun Sekolah Ramah Anak

Ada beberapa prinsip yang mungkin bisa diterapkan untuk membangun sekolah

yang ramah anak, diantaranya adalah:

a. Sekolah dituntut untuk mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah media,

tidak sekedar tempat yang menyenangkan bagi anak untuk belajar.

b. Dunia anak adalah “bermain”. Dalam bermain itulah sesungguhnya anak

melakukan proses belajar dan bekerja. Sekolah merupakan tempat bermain

yang memperkenalkan persaingan yang sehat dalam sebuah proses belajar-

mengajar.

c. Jika saat ini sekolah hanya menuntut anak dengan berbagai nilai-nilai positif

berdasarkan perspektif prestasi orang tua dan target pengajaran para pendidik,

maka sekolah perlu menciptakan ruang bagi anak untuk berbicara mengenai

13
sekolahnya. Tujuannya agar terjadi dialektika antara nilai yang diberikan oleh

pendidikan kepada anak.

d. Para pendidik tidak perlu merasa terancam dengan penilaian peserta didik

karena pada dasarnya nilai tidak menambah realitas atau substansi para obyek,

melainkan hanya nilai. Nilai bukan merupakan benda atau unsur dari benda,

melainkan sifat, kualitas, suigeneris yang dimiliki obyek tertentu yang

dikatakan “baik”. (Risieri Frondizi, 2001:9)

e. Sekolah bukan merupakan dunia yang terpisah dari realitas keseharian anak

dalam keluarga karena pencapaian cita-cita seorang anak tidak dapat terpisahan

dari realitas keseharian. Penting bagi peserta didik untuk memiliki pemahaman

bahwa ilmu yang didapat di sekolah tidak terpisah dari kehidupan ri’il.

Keterbatasan jam pelajaran dan kurikulum yang mengikat menjadi kendala

untuk memaknai lebih dalam interaksi antara pendidik dengan anak. Untuk

menyiasati hal tersebut sekolah dapat mengadakan jam khusus diluar jam

sekolah yang berisi sharing antar anak maupun sharing antara guru dengan

anak tentang realitas hidupnya di keluarga masing-masing, misalnya: diskusi

bagaimana hubungan dengan orang tua, apa reaksi orang tua ketika mereka

mendapatkan nilai buruk di sekolah, atau apa yang diharapkan orang tua

terhadap mereka. Hasil pertemuan dapat menjadi bahan refleksi dalam sebuah

materi pelajaran yang disampaikan di kelas. Cara ini merupakan siasat bagi

pendidik untuk mengetahui kondisi anak karena disebagian masyarakat, anak

dianggap investasi keluarga, sebagai jaminan tempat bergantung di hari tua

(Yulfita, 2000:22).

14
2.2 Pengertian Peserta Didik

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system

pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta

didik, peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha,

bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan

tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara,

sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang

menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan

kegiatan pendidikan.Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi

yang belum dewasa) yang di serahkan kepada tanggung jawab pendidik.

Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi)

dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk

mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.

Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta

didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang

berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar

dari suatu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan

semua orang yang sedang belajar, baik pada lembaga pendidikan secara formal

maupun lembaga pendidikan non formal. Anak didik adalah subjek utama dalam

15
pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus

selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif.

Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang

berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis

menurut fitrahnya masing-masing (Madyo Ekosusilo, 1993: 20). Sebagai individu

yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan

pengarahan yang konsisten menuju ke arah titk optimal kemampuan fitrahnya.

Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di

atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki sejumlah

karakteristik, diantaranya:

1. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang

khas, sehingga ia meruoakan insan yang unik.

2. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik

tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik

yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahykan pada

penyesuaian dengan lingkungannya.

3. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan

perlakuan manusiawi.

4. Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa,

Warga Belajar, Palajar, Murid serta Santri.

16
 Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah.

 Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan

perguruan tinggi

 Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

 Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang

mengikuti pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat atas,

 Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.

 Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal,

khususnya pesantren atau sekolah-sekolah yang berbasiskan agama islam.

Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik

terhadap peserta didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun

bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap

kemungkinan peserta didik untuk di didik. Sesuai dengan fitrahnya manusia

adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia dilahirkan dalam keadaan yang

tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan untuk menjadi baik atau

buruk.

2.3 Karakteristik Perkembangan Peserta Didik (Usia Remaja-SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa

kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang yang dewasa. Masa remaja

sering dikenal denga masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai

dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

17
1. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

2. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagi pria atau wanita dewasa yang

menjunjung tinggi oleh masyarakat

3. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efaektif

4. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

5. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan

kemampuannya

6. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan

memiliki anak

7. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan

sebagi warga Negara

8. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social

9. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam

bertingkah laku .

10. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas

18
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 METODE DAN PENDEKATAN PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode ini dipilih karena masalah

yang dikaji adalah menyangkut hal-hal yang sedang berlangsung dalam kehidupan

sehari-hari.

Pendekatan ini dipilih dengan alasan data tentang gejala-gejala yang akan

diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut perbuatan dan kata-kata dari

responden yang sedapat mungkin tidak dipengaruhi dari luar, sehingga bersifat

alami apa adanya.

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Se-Kota Tegal.

3.1.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru dan peserta didik di lingkungan SMA se

kota Tegal sejumlah 5738 dengan rincian jumlah guru sebanyak 425 dan peserta

didik sejumlah 5313. Berdasarkan jumlah populasi yang lebih dari 100 buah,

Arikunto (1998:133) mengatakan bahwa sampel yang digunakan bisa 10-15%.

Dalam penelitian ini menggunakan 10% dari populasi yang ada untuk guru dan

peserta didik.

19
3.1.3 Desain Penelitian
RANCANGAN PROGRAM
PELAKSANAAN SEKOLAH RAMAH ANAK
TEKNIK
PENDIDIKAN
PENGUMPU (INKLUSIF, SEHAT, AMAN,
DI KOTA TEGAL
LAN DATA PROTEKTIF, PARTISIPASI
MASARAKAT)

CIRI-CIRI:
STRATEGI PROGRAM
PENGEMBANGAN SIKAP, METODE, PROSES,
SEKOLAH RAMAH ANAK KETERLIBATAN PESERTA
DIDIK, LINGKUNGAN KELAS

3.1.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan angket yaitu digunakan untuk mengetahui kondisi

riil pelaksanaan pendidikan di SMA Kota Tegal. Teknik wawancara digunakan

untuk menggali data mengenai pendapat peserta didik tentang perlakuan yang

diberikan oleh guru, serta mengetahui pendapat guru mengenai tugas dan

kewajiban seorang guru. Dan terakhir dengan teknik dokumentasi yang digunakan

untuk melengkapi dan memperkuat data-data yang diperoleh dari metode angket

dan wawancara yaitu mendapatkan data jumlah siswa, guru SMA yang ada di kota

Tegal.

3.1.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan analisis deskriptif dan

kualitatuf berfikir induktif.

20
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 KONDISI RIIL SMA SE-KOTA TEGAL

4.1.1 Sekolah Ramah Anak dari Perspektif Peserta Didik

Penelitian ini dilakukan di SMA Se-Kota Tegal pada tahun pelajaran

2013/2014. Kemudian untuk memperoleh data yang komprehensif tentang

pelaksanaan sekolah yang ramah anak, peneliti melakukan wawancara dengan

beberapa guru dan peserta didik SMA Se-Kota Tegal dengan menggunakan

angket. Kemudian juga melakukan observasi pelaksanaan dan pengamatan

langsung dari bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Februari 2014. Berikut

adalah hasil dari observasi dan wawancara tentang pelaksanaan sekolah ramah

anak di SMA Kota Tegal.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan ditemukan beberapa hal yang

kurang menunjukkan kriteria sekolah ramah anak, misalnya dari sudut kebersihan

masih banyak sampah yang belum di buang dan masih tersimpan dipojok gedung,

kantin yang kurang bersih sehingga membuat sebagian peserta didik merasa

kurang nyaman, kamar mandi/WC yang bau dan jumlahnya masih kurang hal

tersebut terlihat karena banyaknya peserta didik yang antri, rumput taman yang

tinggi, taman sekolah yang tidak terurus, ruang kelas yang kotor. Selain itu ada

beberapa hal lagi yang tidak menunjukkan sekolah ramah anak, seperti sikap acuh

tak acuh dilingkungan sekolah yang dilakukan oleh sebagian guru, satpam, TU,

maupun peserta didik itu sendiri. Selama peneliti di sekolah menjumpai kejadian

21
kekerasan psikis yang dilakukan oleh guru, yaitu pada saat ada peserta didik yang

menanyakan pulangnya bebas karena habis melaksanakan ujian bahasa Inggris,

langsung dimarahi di depan umum dan dengan cacimaki. Kemudian pada saat

guru minta tolong petugas kebersihan melakukan sesuatu, itupun dilakukan

dengan nada yang tidak enak apalagi dilakukan di depan peserta didik. Selain itu

tempat parkir peserta didik pun masih terlihat kurang rapi, penataan kendaraan

yang tidak pada tempatnya dikarenakan masih ada sekolah yang kurang

menyediakan tempat parkir kendaraan peserta didik. Kemudian ada beberapa

sekolah yang lingkungannya tidak kondusif/ramai dan kurang nyaman disebabkan

bau menyengat tidak sedap, mushola kotor, ruang laboratorium kecil dan

sederhana, ruang perpustakaan kecil dan bukunya sedikit pula, serta masih banyak

lagi lainnya.

Dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa

sekolah yang belum menunjukkan sekolah ramah anak. Untuk lebih meyakinkan

lagi kemudian peneliti melakukan wawancara kepada sejumlah peserta didik dan

guru. Hasil wawancara dengan peserta didik menujukkan bahwa masih ada sikap

yang kurang menyenangkan dari beberapa guru maupun staf, sebagian peserta

didik pernah mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan seperti dimarahi,

dipermalukan karena tidak bisa mengerjakan soal atau ulangan dapat nilai jelek,

membayar iuran telat, berangkat sekolah terlambat. Selain itu fasilitas sekolah

juga kurang maksimal seperti kantin yang kecil sehingga kalau mau membeli jajan

selalu berdesakan, ruang perpustakaan sempit dan bukunya sedikit, tempat parkir

kecil, ruang kelas kurang menyenangkan terlihat kotor, meja kursi ada yang sudah

22
rusak, banyak coretan belum diganti/belum dibersihkan. Laboratorium tidak

lengkap, mushola kotor, dan masih banyak yang lainnya.

Berdasarkan hasil angket yang disebar ke peserta didik SMA se-Kota

Tegal, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1
Pelaksanaan SRA menurut pendapat Peserta Didik SMA Se-Kota Tegal

Interval Frekuensi Prosentase Katagori


102 - 120 5 0.9% Sangat Sesuai
83 - 101 114 21.5% Sesuai
64 – 82 327 61.6% Kurang Sesuai
45 – 63 69 13% Tidak Sesuai
25 - 44 16 3% Sangat Tidak Sesuai
Jumlah 531 100%

Dari data tersebut, menunjukan bahwa pendidikan yang selama ini

dilaksanakan di sekolah-sekolah menurut peserta didik masih belum maksimal.

Terlebih jika dikaitkan dengan pelaksanaan sekolah ramah anak, karena fasilitas

kurang memadai dan mereka masih sering menerima hukuman baik psikis

maupun fisik dari guru maupun pihak lain yang terkait dengan lingkungan

pendidikan. Kondisi sekolah saat ini dapat dimaknai sebagai suatu sekolah yang

kurang memfasilitasi dan memberdayakan anak namun lebih kepada tuntutan oleh

para guru agar mampu menyelesaikan ujian dengan baik.

4.1.2 Sekolah Ramah Anak dari Perspektif Guru

Selain melakukan wawancara dengan peserta didik, peneliti juga

melakukan wawancara dengan beberapa guru dan hasilnya beberapa guru masih

23
mengakui melakukan tindakan kekerasan baik fisik maupun psikis dengan alasan

karena emosi yang kadang tidak terkontrol, ada juga yang mengatakan kalau

peserta didik tidak diberi kekerasan maka biasanya peserta didik tersebut akan

menyepelekan tugas-tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru yang

bersangkutan. Sedangkan fasilitas sekolah diakui memang terbatas tetapi sudah

dimaksimalkan meskipun belum sempurna, begitu juga dengan program sekolah

ramah anak yang sudah diupayakan semaksimal mungkin.

Berdasarkan hasil angket yang disebar ke guru SMA se-Kota Tegal, maka

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2
Pelaksanaan SRA menurut pendapat Guru SMA Se-Kota Tegal

Interval Frekuensi Prosentase Katagori


87 - 95 4 9.3% Sangat Sesuai
78 - 86 20 46.5% Sesuai
69 - 77 9 20.9% Kurang Sesuai
60 - 68 8 18.6% Tidak Sesuai
51 - 59 2 4.7% Sangat Tidak Sesuai
Jumlah 43 100%

Dari data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan yang selama ini

dilakukan di sekolah-sekolah sudah dimaksimalkan sesuai dengan keadaan

meskipun belum sepenuhnya. Sebanyak 46.5% guru yang menyatakan

pelaksanaan pendidikan di sekolah sudah sesuai, 20.9% guru mengatakan kurang

sesuai, 18.6% tidak sesuai, sebanyak 9,3% menyatakan sangat sesuai dan 4.7%

mengatakan sangat tidak sesuai.

24
4.2 STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN SEKOLAH
RAMAH ANAK DI SMA KOTA TEGAL
4.2.1 Strategi Pengembangan Sekolah Ramah Anak

Sekolah adalah penyelenggara proses pendidikan dan pembelajaran secara

sistematis dan berkesinambungan. Para pendidik dan tenaga kependidikan di

sekolah diharapkan menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang mampu

memfasilitasi peserta didik berperilaku terpelajar. Perilaku terpelajar ditampilkan

dalam bentuk pencapaian prestasi akademik, menunjukan perilaku yang beretika

dan berahlak mulia, memiliki motivasi belajar yang tinggi, kreatif, disiplin,

bertanggung jawab, serta menunjukan karakter diri sebagai warga masyarakat,

warga Negara dan bangsa yang baik.

Sekolah harus dapat menciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik

merasa nyaman dan dapat mengekspresikan potensinya. Agar tercipta suasana

kondusif tersebut, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Perencanaan program sekolah yang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan

dan perkembangan peserta didik. Peserta didik tidak harus dipaksakan

melakukan sesuatu, tetapi dengan program tersebut peserta didik secara

otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya. Faktor penting yang perlu

diperhatikan sekolah adalah partisipasi aktif peserta didik terhadap berbagai

kegiatan yang diprogramkan, namun sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

b. Lingkungan sekolah yang mendukung. Jika suasana ini dapat tercipta di

sekolah, maka suasana di lingkungan sekolah sangat kondusif untuk

menumbuh-kembangkan potensi peserta didik karena peserta didik dapat

mengekspresikan dirinya secara leluasa sesuai dengan dunianya. Di samping

25
itu, penciptaan lingkungan yang bersih, akses air minum yang sehat, bebas

dari sarang kuman, dan gizi yang memadai merupakan faktor yang penting

bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

c. Aspek sarana-prasarana yang memadai, terutama yang berkaitan dengan

kebutuhan pembelajaran peserta didik. Sarana-prasarana tidak harus mahal

tetapi sesuai dengan kebutuhan anak. Adanya zona aman dan selamat ke

sekolah, adanya kawasan bebas reklame rokok, pendidikan inklusif juga

merupakan faktor yang diperhatikan sekolah. Penataan lingkungan sekolah

dan kelas yang menarik, memikat, mengesankan, dan pola pengasuhan dan

pendekatan individual sehingga sekolah menjadi tempat yang nyaman dan

menyenangkan.

d. Sekolah juga harus menjamin hak partisipasi peserta didik. Adanya forum

anak, ketersediaan pusat-pusat informasi layak anak, ketersediaan fasilitas

kreatif pada peserta didik, ketersediaan kotak saran kelas dan sekolah,

ketersediaan papan pengumuman, ketersediaan majalah atau koran anak.

Sekolah hendaknya memungkinkan peserta didik untuk melakukan sesuatu

yang meliputi hak untuk mengungkapkan pandangan dan perasaannya

terhadap situasi yang memiliki dampak pada dirinya.

Sekolah yang ramah anak merupakan institusi yang mengenal dan

menghargai hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan, kesehatan,

kesempatan bermain dan bersenang, melindungi dari kekerasan dan pelecehan,

dapat mengungkap pandangan secara bebas, dan berperan serta dalam mengambil

keputusan sesuai dengan kapasitas mereka. Sekolah juga menanamkan tanggung

26
jawab untuk menghormati hak-hak orang lain, kemajemukan dan menyelesaikan

masalah perbedaan tanpa melakukan kekerasan.

4.2.2 Program Pengembangan Sekolah Ramah Anak di SMA Kota Tegal

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, diharapkan kondisi dan perlindungan

anak menjadi lebih baik karena undang-undang tersebut memuat perlindungan

terbaik bagi anak, yaitu hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, partisipasi

serta perlindungan anak dari kekerasan.

Dalam upaya melindungi anak dari kekerasan, program Sekolah Ramah

Anak secara khusus berupaya mencegah kekerasan pada anak di sekolah.

Aksesibilitas di sekolah lebih mudah dibandingkan di rumah, sekolah mempunyai

peran strategis dalam mencegah kekerasan terhadap anak. Guru-guru perlu

mengetahui tentang pencegahan kekerasan, termasuk cara alternatif dalam

mendidik dan mendisiplinkan peserta didik.

Di bawah ini beberapa program pengembangan sekolah ramah anak dan

implementasinya kedalam delapan standar pendidikan nasional.

1. Standar kompetensi lulusan

Standar ini digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan

peserta didik dari satuan pendidikan sehingga dengan adanya standar ini

diharapkan lulusan memiliki sikap anti kekerasan, lulusan memiliki sikap

toleransi yang tinggi, lulusan memiliki sikap peduli lingkungan, lulusan

27
memiliki sikap setia kawan dan lulusan memiliki sikap bangga terhadap

sekolah dan almamater.

2. Standar Isi

Standar ini merupakan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang memuat

beban belajar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan atau kurikulum yang

terbaru, kemudian dimuat dalam kalender pendidikan atau kalender

akademik. Dalam standar isi mencantumkan pelaksanaan Sekolah Ramah

Anak dan dasar hukum mencantumkan Undang-Undang Perlindungan Anak

(UUPA).

3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam rangka mewujudkan Sekolah

Ramah Anak atau sekolah yang bebas dari kekerasan:

a. Kekerasan fisik (physical abuse)

Secara sengaja dilakukan terhadap bagian tubuh anak yang bisa

menghasilkan luka fisik pada anak misalnya: memukul, mencekik,

menendang, menyundut anak dengan rokok, dan lain-lain.

b. Kekerasan sexual (sexual abuse)

Jika anak digunakan untuk tujuan seksual bagi orang yang lebih tua

usianya. Misalnya memaparkan anak pada kegiatan atau prilaku seksual,

memegang atau raba anak atau mengundang anak melakukannnya.

28
Termasuk disini adalah penyalahgunaan anak untuk pornografi, pelacuran

atau bentuk ekploitasi seksual lainnya.

c. Kekerasan emosional (emotional abuse)

Meliputi serangan terhadap perasaan dan harga diri anak. Perlakuan salah

ini sering luput dari perhatian padahal kejadian bisa sangat sering karena

biasannya terkait pada ketidakmampuan dan atau kurang efektifnya guru

dalam menghadapi anak. Bentuknya bisa mempermalukan anak,

penghinaan, penolakan, mengatakan anak “bodoh” “malas”, “nakal”,

menghardik, menyumpahi anak dan lain-lain. Untuk itulah pendidik dan

tenaga kependidikan harus memahami Undang-Undang Perlindungan

Anak (UUPA).

4. Standar Proses

Proses pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berperan aktif serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat,

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Paling tidak ada beberapa

ciri yang harus dimiliki apabila suatu ketika ingin menjadi Sekolah Ramah

Anak yaitu:

a. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan.

b. Memberi bantuan berupa sandang seperti seragam, sepatu, tas, buku dan

lain-lain. Juga tersedia fasilitas kesehatan sebagai bentuk bantuan pangan.

c. Memberi ruang kepada peserta didik untuk berkreasi, dan partisipasi sesuai

dengan tingkat umur dan kematangannya.

29
d. Memberikan perlindungan dan rasa aman bagi peserta didik.

e. Menghargai keragaman dan memastikan kesetaraan.

f. Perlakuan adil bagi peserta didik, cerdas lemah, kaya-miskin, normal-

cacat, dan anak pejabat dan anak buruh.

g. Penerapan norma agama, sosial, dan budaya kota Tegal.

h. Kasih sayang kepada peserta didik, memberikan perhatian bagi mereka

yang lemah dalam proses belajar karena memberikan hukuman fisik

maupun non fisik bisa menjadikan mereka trauma.

i. Saling menghormati hak-hak peserta didik baik antar peserta didik, antar

tenaga pendidik serta antar tenaga pendidik dengan peserta didik.

j. Terjadi proses belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik merasa

senang mengikuti pelajaran, tidak ada rasa takut, cemas dan was-was,

tidak merasa rendah diri karena bersaing dengan teman lain.

k. Membiasakan etika mengeluarkan pendapat dengan tata cara:

- Tidak memotong pembicaraan orang.

- Mengacungkan tangan saat ingin berpendapat, berbicara setelah

dipersilahkan.

- Mendengarkan pendapat orang lain.

l. Proses belajar mengajar didukung oleh media ajar seperti buku pelajaran

dan alat bantu ajar atau peraga sehingga membantu daya serap peserta

didik.

30
5. Standar Sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana yang harus dipenuhi untuk menjadi sekolah

ramah anak adalah:

a. Penataan Kelas

- Peserta didik dilibatkan dalam penataan bangku, dekorasi, dan kebersihan

agar betah di kelas.

- Penataan tempat duduk yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan.

- Peserta didik dilibatkan dalam memajang karya, hasil ulangan/tes, bahan

dan buku sehingga artistik dan menarik serta menyediakan pojok baca.

- Bangku dan kursi ukurannya disesuaikan dengan ukuran postur anak Tegal

serta mudah untuk digeser guna menciptakan kelas yang dinamis.

b. Lingkungan Sekolah

- Peserta didik dilibatkan dalam pendapat untuk menciptakan lingkungan

sekolah (penentuan warna dinding kelas, hiasan, kotak saran, majalah

dinding, taman kebun sekolah.

- Guru terlibat langusng dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan

memberikan contoh seperti memungut sampah, membersihkan meja

sendiri.

- Fasilitas sanitasi seperti toilet, tempat cuci, disesuaikan dengan postur dan

fasilitas.

- Lingkungan sekolah bebas asap rokok.

- Tersedia fasilitas air bersih, fasilitas kebersihan dan fasilitas kesehatan.

31
- Penerapan kebijakan/peraturan yang mendukung kebersihan dan kesehatan

yang disepakati, dikontrol dan dilaksanakan oleh semua peserta didik dan

warga sekolah.

- Penerapan kebijakan/peraturan yang melibatkan peserta didik, misalnya

tata tertib sekolah.

- Menyediakan tempat dan sarana bermain karena bermain menjadi dunia

anak agar memperoleh kesenangan, persahabatan, memeperoleh teman

baru, merasa enak, belajar keterampilan baru.

- Kamar mandi bersih bebas bau.

- Ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang Laboratorium, tempat

berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi

merupakan tempat yang representatif bagi peserta didik.

- Ruang kantin bersih, bebas dari debu dan lalat, kantin yang menjual

makanan yang tidak membahayakan bagi kesehatan peserta didik.

- Menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik makan tidak

sambil berdiri.

- Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk beraktivitas.

6. Standar Pembiayaan

Dalam standar pembiayaan, paling tidak ada tiga unsur yang perlu

diperhatikan agar sekolah dikatakan sebagai sekolah ramah anak yaitu:

a. Peserta didik tidak dilibatkan dalam urusan keuangan yang terkait dengan

kewajiban orang tua/ wali murid.

32
b. Infaq tidak digunakan untuk alasan mencari dana tambahan (tidak ada

tekanan dan sindirian bagi peserta didik yang tidak mampu memberi

infaq).

c. Program wisata dibahas secara transparan dengan orang tua murid dan

peserta didik (disinyalir ada unsur “paksaan”).

7. Standar Pengelolaan

1. Tata tertib guru dipajang agar peserta didik dapat membaca.

2. Sanksi yang diberikan kepada peserta didik yang melanggar tata tertib,

disepakati antara guru, peserta didik dan orang tua pada awal tahun

pelajaran.

3. Penerapan konsekuensi logis bagi pelanggaran tata tertib, contoh penerapan

“poin”.

4. Pemberian “reward” disosialisasikan kepada masyarakat sekolah pada awal

tahun pelajaran.

5. Program sekolah/kebijakan sekolah disosialisasikan kepada masyarakat

sekolah.

8. Standar Penilaian Pendidikan

Standar penlitian pendidikan merupakan standar nasional penilaian pendidikan

tentang mekanisme prosedur dan instrument penilaian hasil belajar peserta

didik, diantaranya:

a. Memberikan reward bagi peserta didik berprestasi baik akademik maupun

non akademik.

33
b. Memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta didik yang kurang

berhasil dalam evaluasi.

c. Tidak mempermalukan peserta didik dihadapan temannya terhadap

prestasinnya yang kurang.

d. Guru secara transparan menjelaskan kepada peserta didik kriteria

penilaian.

e. Mengoreksi dan menilai pekerjaan rumah.

f. Peserta didik diberi kesempatan menilai kinerja guru.

Agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang mengarah kepada sekolah

ramah anak, maka guru harus mampu menciptakan suasanan pembelajaran yang

kondusif. Maka disinilah guru memiliki peran yang sangat strategis. Dari hasil

analisis dan diskusi dengan beberapa guru SMA di Kota Tegal maka, peranan

tersebut adalah:

1. Guru sebagai fasilitator, yaitu memberi akses ke sumber belajar, alat dan

bahan serta program kerja.

2. Guru sebagai penasehat, yaitu membantu mengatasi masalah dan saran

alternatif.

3. Guru sebagai pengelola, yaitu melakukan pengecekan, memonitor dan

memberikan umpan balik.

4. Guru sebagai pemandu, yaitu menyarankan jadwal untuk melaksanakan

kegiatan atau penelitian, menulis laporan dan lain-lain.

5. Guru sebagai pemeriksa, yaitu memeriksa, menilai dan memberikan umpan

balik.

34
6. Guru sebagai pengarah, yaitu menentukan lingkup bahasan yang ingin

dipelajari atau memberi gagasan.

7. Guru sebagai pemberi kebebasan kepada peserta didik dalam mengambil

keputusan.

8. Guru sebagai pendukung dalam mendorong, memfokuskan perhatian dan

mendiskusikan gagasan peserta didik.

Didalam melaksanakan peran di atas, guru harus memperhatikan

konsekuensi logis yang biasanya di sekolah-sekolah dikenal dengan istilah

hukuman atau punishment sehingga suasana kondusif di sekolah tercipta dengan

baik. Berikut penulis sajikan perbedaan anatara hukuman dengan konsekuensi

logis sebagai panduan guru dalam melakukan punishment sehingga bisa

menciptakan suasana sekolah yang ramah anak.

Hukuman Konsekuensi Logis

Menitik beratkan kekuasan orang dewasa Menitikberatkan pada realitas dan

aturan

Sembarangan dan tidak berkaitan dengan Secara logis berkaitan dengan

tindakan. perilaku salahnya.

Menitik beratkan pada perilaku salah Memperhatikan masa sekarang dan

yang telah lalu. masa depan.

Ancaman dan sangsi. Berkomunikasi atas rasa hormat,

kemauan baik, tidak mengancam

peserta didik dengan harga dirinya.

Pemenuhan secara paksa. Dihadapkan pada pilihan.

35
BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil pengumpulan dan analisis data diperoleh simpulan sebagai

berikut: Pertama, menunjukkan bahwa program sekolah ramah anak di SMA kota

Tegal belum sepenuhnya dilaksanakan meskipun sudah dimaksimalkan.

Berdasarkan hasil wawancara dan angket menyebutkan bahwa sebagian besar

peserta didik menganggap pelaksanaan sekolah ramah anak belum sesuai karena

masih banyak sarana dan prasarana yang kurang mendukung selain itu peserta

didik juga masih sering mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan baik

secara fisik maupun psikis. Hal tersebut juga diakui oleh sebagian guru meskipun

sebenarnya dari pihak sekolah sudah mengupayakan program sekolah ramah anak.

Pernyataan tersebut didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti,

salah satunya tentang fasilitas yang kurang memadai baik di sekolah swasta

maupun sekolah negeri. Fasilitas bukan hanya sebagai penentu kriteria sekolah

ramah anak, sikap guru maupun staf yang bijaksanan tanpa adanya kekerasan baik

secara fisik maupun psikis juga sebagai bagian dari kriteria program sekolah

ramah anak.

Kedua, strategi yang digunakan dalam mengembangkan program sekolah

ramah anak di SMA kota Tegal setidaknya memuat empat unsur, yaitu (a)

perencanaan program sekolah yang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan

perkembangan peserta didik, (b) lingkungan sekolah yang mendukung

36
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, (c) sarana dan prasarana yang

memadai, dan (d) sekolah juga menjamin hak partisipasi anak.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Sekolah

Untuk dapat mewujudkan sekolah ramah anak, maka harus lebih

mengupayakan lagi pengembangan program sekolah ramah anak yang

diimplementasikan kedalam standar pendidikan nasional. Hal ini

merupakan tugas bagi semua pihak yang terkait bukan hanya guru tetapi

semua anggota di lingkungan sekolah tersebut. Kerja sama dan dukungan

dari semua pihak yang terkait akan memperlancar terwujudnya program

sekolah ramah anak.

5.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa bagian program

pengembangan sekolah ramah anak di SMA maka untuk peneliti

selanjutnya diharapkan melakukan penelitian sekolah ramah anak yang

lebih luas dan mendalam.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

Aqib, Zainal (2008). Sekolah ramah Anak. Jakarta: Yrama Widya

Dinas Provinsi Jawa Tengah, Panduan Implementasi Sekolah Ramah Anak


Dalam Standar Nasional Pendidikan Provinsi Jawa Tengah,2013.

Dorji, Rinchen. (2008). UNICEF Innocentty Research. Tersedia dalam


http://www.idp-europe.org/eenet/CFS.

Undang-undang No. 23 Tahun 2013 tentang perlindungan anak.

http://www.idp-europe.org/eenet/newsletter2_Indonesia/page30.php

Htttp//www. unicef.org/child_friendly_school_manual/040809.

http://tomindflys.blogspot.com/2010/02/sekolah-ramah-anak.html

http://www.yskk.org/berita/sekolah-ramah-anak-sebagai-pendidikan
berorientasi-pada-kebutuhan-anak.html/

http://jhoeydhyn.blogspot.com/2011/10/pengertian-guru-dan-peserta-
didik.html

http://m.voaindonesia.com/a/1474872.html

http://news.detik.com/read/2011/05/21/165046/1643957/10/kasus-
kekerasan-di-sekolah-kian-meningkat

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/03/04/147762/
Kasus-Kekerasan-Terhadap-Anak-di-Tegal-Semakin-Marak

38
YAYASAN PENDIDIKAN PANCASAKTI TEGAL
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

tu)
IEEII.
LEMBAGA PENELITIAN
Jl. Halmahera Km-1 -1e9a152122
sekretariat: Telo. (0283) 351082 i Rektor: Telp./Fax. 351267
website : www.Ljpstegal.ac.id email : upstegal@gmail.com
.

SURAT TUGAS
Nomot | 277 /KlLemlir/uPs /l/2014

Kepala Lembaga Penelitian, menugaskan kepada :

1. Nama : Dr. Maufur, M.Pd


Renie Tri Herdiani, S.Pi, M.Pd
Agus Maemun, S.Pdl, M.Pd

2. Unit Kerja : Fakultas Keguruan dan tlmu Pendidikan

3. Tugas : Melaksanakan Penelitian dengan ludul : "Strategi Program


Pengembangan Sekolah Ramah Anak di SMA Kota Tegal dalam
Standar Nasional Pendidikan"

4. Jangka waktu i Desember 2013 - Maret 2014

Demikian surat tugas ini, agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya'

Tegal, 13 Januari 2014

,1,^\\
s.lro\

198803 1001
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
Gedung E Jl. Ki Gede Sebayu No. I Tegal
Telp. (0283) 351008 Kode Pos 52123

REKOMENDASI
NoMoR: 07L/ot

Berdasarkan Surat Kepala Badan Percncanaan Pembangunan Daerah Kota Tegal


Nomor : 071/005/1i2014 tanggal 20 Januari 2014 pe hal Rekomendasi Permohonan ljin
Riset, bahwa Kepala Dinas Pendidikan Kota Tegal tidak berkeberatan / memberi ijin atias
pelaksanaan penyelenggaraan Kegiatan "ljin Riset" yang akan dilaksanakan oleh :

1. Dr. MAUFUR, M.Pd


2. RENIE TRI HERDIANI, S.SPi, M.Pd
3. AGUS MAEMUN, S.PdI, M.Pd
Pekerjaan Dosen Universitas Pancasakti Tegal
Alamat Jl. Halmahera Km.1 Kota Tegal
Penanggung jawab Dr, Dino Rozano, M.Pd
Tuiuan Risel "STRATEGI PROGRAM PENGEII'IBANGAN SEKOLAH RAMAH
ANAK DI SMA KOTA TEGAL DALAM STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN"
Lokasi SMA se-Kota Tegal
Peserta 3 (tiga) orang

dengan ketentuan - ketentuan sebagai berikut :


a. Pelaksanaan Kegiatan tidak dilaksanakan untuk tujuan tertentu yang dapat mengganggu
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM);
b. Sebelum melaksanakan kegiatan, \ rajib berkoordinasi dengan masing-masing Kepala
Sekolah;
c. Setelah selesai Kegiatan u,ajib melapod€n hasilnya kepada Kepala Dinas Pendidikan
Kota Tegal;
d. Surat Rekomendasi ini berlaku dari tanggal 20 Januari s.d. 20 April 2014.
Demikian rekomendasi ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tegal, -z3Januari 20'14

Tembusan:
1. Walikota Tegal.
2. Kepala SMA Negeryswasta se- Kota Tegal
3. Arsip.
ANGKET PENELITIAN UNTUK GURU

PEMANTAUAN PELAKSANAAN SEKOLAH RAMAH ANAK

DI TINGKAT SMA SE KOTA TEGAL

I. PENGANTAR PENELITI

1. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif dari Bapak/Ibu


guru, berkaitan dengan pelaksanaan Sekolah Ramah Anak di SMA Kota
Tegal.
2. Angket ini tidak ada kaitannya dengan penilaian kinerja Bapak/Ibu guru
dan isinya dijamin kerahsiaannya. Oleh karena itu isilah sesuai dengan
pendapat Anda.

II. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Isilah identitas sekolah Anda ditempat yang telah disediakan.


2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian jawab dan beri tanda
centang (v) pada kolom yang menurut Anda anggap paling tepat.
3. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga tidak ada
pertanyaan yang terlewatkan.
4. Terima kasih atas kerjasamanya.
Nama Sekolah : ...................................................................

Alamat : ...................................................................

JAWABAN
No PERTANYAAN SUDAH/ DALAM BELUM/
ADA PROSES TIDAK ADA
1. Tersedianya kesempatan dan tempat belajar yang
sama bagi semua peserta didik.

2. Adanya pengembangan kurikulum yang bermutu


dengan menggunakan materi dan bahan ajar yang
relevan dengan keseharian peserta didik.

3. Tersedia model-model kurikulum dan bahan ajar


yang memenuhi kebutuhan, minat, bakat dan
tingkat kemampuan anak dengan mutu yang
relevan dengan nilai luhur dan lingkungan yang
layak anak.

4. Digunakan metode pembelajaran yang


menyenangkan, variatif dan tanggap terhadap
perubahan kebutuhan dan cara belajar peserta
didik.

5. Apa sudah diciptakannya lingkungan yang


mendukung peserta didik didengar pendapatnya,
ditanggapi dengan serius selama proses
pembelajaran dan saat evaluasi hasil belajar?

6. Bangunan berketinggian dilengkapi tangga dan


sarana yang memenuhi persyaratan keselamatan,
kemudahan, kelayakan, kenyamanan dan
keamanan bagi peserta didik.

7. Apakah bangunan telah memenuhi persyaratan


kesehatan sesuai dengan indikator sekolah sehat?

8. Apakah telah tersedia ruang konseling khusus?

9. Apakah telah tersediannya ruang terbuka hijau di


sekolah?
JAWABAN
No PERTANYAAN SUDAH/ DALAM BELUM/
ADA PROSES TIDAK ADA
10. Apakah resiko-resiko yang ditimbulkan pembawa
penyakit telah diminimalkan, misalnya: genangan
air, lubang, bangunan kosong dan kotor dll?

11. Apakah telah dipastikan bersama instansi terkait


dan masyarakat bahwa kawasan sekitar sekolah
terbebas dari ancaman asap rokok, narkoba,
pornografi, dan pengaruh lingkungan yang buruk
bagi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
peserta didik?

12. Apakah pengaturan tempat duduk telah menjamin


kenyamanan peserta didik untuk berinteraksi
dengan teman sebaya dan guru?

13. Apakah papan tulis ditempatkan pada posisi yang


memungkinkan seluruh peserta didik menjangkau
dan melihat tulisan dengan jelas?

14. Hal-hal yang terkait dengan kelistrikan apakah


sudah tertata rapi dan mudah diawasi/dirawat?

15. Apakah telah tersedia sarana bagi anak untuk


memajang hasil karya masing-masing?

16. Apakah telah tersedia perpustakaan atau


setidaknya sudut baca di setiap kelas?

17. Apakah telah tersedia fasilitas dan perlengkapan


untuk menumbuhkan minat, bakat, dan
kemampuan anak di bidang akademik, seni,
keterampilan dan olah raga?

18. Apakah tersedia satu paket buku penunjang


pembelajaran yang lengkap bagi setiap peserta
didik?

19. Apakah telah ada perlindungan guru dan tenaga


kependidikan sebagai pekerja profesi?
JAWABAN
No PERTANYAAN SUDAH/ DALAM BELUM/
ADA PROSES TIDAK ADA
20. Apakah ada dukungan dan supervisi bagi guru
untuk mengembangkan model-model
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan bagi anak?

21. Apakah guru telah mengembangkan materi dan


bahan ajar yang bermutu dan relevan dengan
nilai-nilai luhur dan lingkungan yang layak anak?

22. Apakah guru telah mengembangkan suasana


belajar dan proses pembelajaran kepada peserta
didik sesuai dengan tumbuh kembang minat,
bakat, dan kemampuan masing-masing?

23. Apakah kepala sekolah dan guru secara teratur


telah memantau dan menilai hasil belajar peserta
didik?

24. Apakah ada partisipasi peserta didik dalam


penyusunan visi dan misi sekolah?

25. Apakah ada sistem pengelolaan kantin sekolah


yang menyediakan makanan yang sehat dan
bergizi?

26. Apakah tersedia sistem yang dapat memeriksa


kehadiran peserta didik dan mengatasi masalah
yang terkait dengan ketidak hadiran peserta didik?

27. Apakah telah tersedia kode etik yang disusun,


disepakati dan dipahami oleh semua warga
sekolah mengenai: tata tertib, anti kekerasan, anti
pelanggaran hak?

28. Apakah ada upaya untuk mendorong komite


sekolah untuk membentuk tim pengembangan
sekolah ramah anak yang berkomitmen penuh
dalam memberdayakan peran pemangku
kepentingan termasuk anak dalam perencanaan,
desain analisa, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
dalam mewujudkan sekolah ramah anak?
JAWABAN
No PERTANYAAN SUDAH/ DALAM BELUM/
ADA PROSES TIDAK ADA
29. Apakah telah dikembangkan mekanisme
pemantauan dan evaluasi penerapan sekolah
ramah anak yang melibatkan para pemangku
kepentingan termasuk anak yang memberikan
perhatian mengenai ketercukupan gizi anak,
kondisi kesehatan anak, kelangsungan hidup,
tumbuh kembang dan partisipasi anak termasuk
dalam keadaan darurat?

30. Apakah ada partisipasi para pemangku


kepentingan termasuk anak dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan laporan
pembiayaan yang transparan untuk kegiatan-
kegitan yang didanai APBN, APBD dan sumber
dana lainya di sekolah?
ANGKET PENELITIAN UNTUK PESERTA DIDIK

PEMANTAUAN PELAKSANAAN SEKOLAH RAMAH ANAK


DI SMA SE KOTA TEGAL

I. PENGANTAR PENELITI

1. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif dari peserta


didik, berkaitan dengan pelaksanaan Sekolah Ramah Anak di SMA Kota
Tegal.
2. Angket ini tidak ada hubungannya dengan nilai Anda di sekolah dan
isinya dijamin kerahsiaannya. Oleh karena itu isilah sesuai dengan
pendapat Anda.

II. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Isilah identitas sekolah Anda ditempat yang telah disediakan.


2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian jawab dan beri tanda
centang (v) pada kolom yang menurut Anda anggap paling tepat.
3. Bila Anda merasa:
(a). sangat setuju/sangat sesuai maka pilih kolom SS;
(b). setuju/sesuai pilih kolom S;
(c). kurang setuju/kurang sesuai pilih kolom KS;
(d). tidak setuju/tidak sesuai pilih kolom TS, dan
(e). sangat tidak setuju/sagat tidak sesuai, pilih STS.
4. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga tidak ada
pertanyaan yang terlewatkan.
5. Terima kasih atas kerja samanya.
Nama Sekolah : ...................................................................

Alamat Sekolah : ...................................................................

JAWABAN
NO PERTANYAAN
SS S KS TS STS
1. Fasilitas yang disediakan oleh sekolah untuk
kepentingan belajar mengajar sudah memadai.
2. Lingkungan sekolah kami bersih, sehat, dan aman,
sehingga kami merasa nyaman belajar di sekolah.
3. Metode pembelajaran yang digunakan oleh
Bapak/Ibu guru menurut kami kreatif.
4. Ruang kelas yang ada di sekolah kami sudah
nyaman.
5. Kami sudah merasa bahwa Bapak/Ibu guru telah
memberikan perhatian yang sama kepada semua
peserta didik.
6. Komunikasi kami dengan Bapak/Ibu guru, staff,
dan pegawai sekolah yang lain lancar.
7. Menurut kami setiap peserta didik telah diberi
kesempatan yang sama untuk berprestasi di
sekolah.
8. Bapak/Ibu guru dalam memberi tugas sudah sesuai
dengan tujuan kurikuler.
9. Tata tertib yang ada di sekolah sudah jelas, tinggal
mengikuti saja.
10. Kami dapat menyesuaikan diri dengan tata tertib
yang ada di sekolah.
11. Tata tertib sekolah ternyata dapat membantu kami
berdisiplin.
12. Menurut kami Bapak/Ibu guru dalam membimbing
sudah melakukannya dengan ramah.
13. Menurut kami, Bapak/Ibu guru dalam mendidik
peserta didik bersikap demokrasi.
14. Di sekolah kami, biaya pendidikan tergolong
relatif murah.
15. Sekolah kami tidak pernah memungut iuran yang
tidak jelas penggunaanya.
JAWABAN
NO PERTANYAAN
SS S KS TS STS
16. Pelayanan TU di sekolah kami tertib dan ramah.
17. Kantin di sekolah kami sudah cukup memenuhi
kebutuhan peserta didik.
18. Kebersihan kantin di sekolah kami sudah terjaga
dengan baik.
19. Toilet di sekolah kami bersih dan jumlahnya cukup
memadai.
20. Petugas keamanan (satpam) di sekolah kami sangat
disiplin dan ramah.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai