Anda di halaman 1dari 5

Kompetisi : Mungkinkah Selalu Buruk ?

Disusun Oleh:
Ahmad Jamiluddin (1702055056)
Devi Chicilia (1702055071)
Siti Istaqul Mutafsiroh (1702055066)
Widya Dwi Wandira (1702055061)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2019
Hasil diskusi tentang kompetisi :

Dalam sosiologi terdapat dua jenis proses interaksi sosial yaitu proses asosiatif
dan proses disosiatif. Salah satu bentuk proses disosiatif adalah persaingan
(competition). Persaingan (compettion) adalah suatu usaha yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih dengan tujuan untuk menguntungkan salah satu pihak melalui cara
yang fair maupun tidak fair (Bungin, 2006). Menurut kami persaingan dapat berupa :

Pertama, persaingan antar mahasiswa yaitu berupa tindakan dimana seseorang


mahasiswa mengubah pola belajarnya untuk meningkatkan ipk mahasiswa itu sendiri
menjadi lebih baik. Namun, tantangannya adalah bukan hanya salah seorang mahasiswa
saja melainkan banyak mahasiswa yang melakukan hal tersebut karena pola persaingan
yang begitu ketat. Bentuk tindakan ini merupakan tindakan yang fair karena dalam hal
ini tidak ada yang merasa di curangi atas tindakan awal yang di lakukan.

Kedua, persaingan dalam merebut jabatan merupakan tindakan dimana antar


individu saling bersaing dalam merebut posisi penting dalam suatu instansi. Dalam
persaingan ini antar individu bisa saja melakukan tindakan yang tidak fair atau
melakukan tindakan yang curang agar individu tersebut dapat menduduki jabatan yang
diinginkannya. Cara yang tidak fair ini biasanya dengan memberikan sejumlah uang
kepada para petinggi perusahaan agar individu tersebut mendapatkan jabatannya.

Ketiga, persaingan dalam berdagang merupakan persaingan yang dapat


dilakukan antar individu dengan tujuan agar usaha mereka lebih dilirik oleh konsumen
sehingga mereka mendapat keuntungan yang lebih besar di banding pesaingnya dengan
cara membuat inovasi yang baru dan dibutuhkan konsumen. Namun terkadang
persaingan antar pedagang dapat dilakukan dengn melakukan cara-cara yang tidak baik
contohnya saling menjatuhkan produk pesaingnya.

Keempat, persaingan antar perusahaan ojek online yang saling memperlihatkan


keunggulan masing-masing dengan cara meningkatkan kualitas driver dan
memperbanyak promo guna menarik customer. Hal ini dapat terlihat bahwa persaingan
yang terjadi adalah persaingan secara sehat karena kedua perusahaan tidak saling
menjatuhkan melainkan peningkatan kualitas kedua perusahaan tersebut.
Adapun manfaat dari persaingan (competition) : satu, persaingan menyalurkan
keinginan individu atau kelompok yang memiliki keinginan yang sama dan menuntut
untuk diwujudkan. Dua, persaingan dapat menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai
dalam masyarakat. Tiga, dan mampu menyeleksi individu yang berhak memperoleh
status dan peran sesuai dengan keahliannya.

Contoh nyata dari persaingan (competition)

Persaingan banyak terjadi bukan hanya persaingan yang bersifat negatif


melainkan ada juga persaingan yang bersifat positif. Salah satu bentuk persaingan yang
bersifat positif adalah kompetisi debat ilmiah, yang mana dalam kompetisi debat kita
beradu argumen dan opini yang mendukung mosi yang sedang diperdebatkan. Dalam
hal ini kompetisi debat bisa berguna untuk meningkatkan analisis dan ketajaman
berfikir mahasiswa. Dalam kompetisi debat mahasiswa dituntut untuk menyampaikan
argumen yang rasional serta ilmiah, bukan hanya bermodal argumen tak berdasar
melainkan perlu adanya data – data untuk memperkuat argumen serta fakta – fakta
sosial yang mendukung argumen dalam setiap tim. Setiap tim dalam perdebatan
melakukan persaingan yang menunjukkan kemampuan berfikir dalam setiap tim.

Setiap tim biasanya berfokus pada pembagian tim kedalam tim pro maupun tim
kontra. Tim pro biasanya mendukung mosi perdebatan sedangkan tim kontra biasanya
menolak mosi perdebatan. Dalam perdebatan kita juga dilatih untuk komsister terhadap
argumen dalam mosi perdebatan. Sehingga alur berfkir kita akan terstruktur sehingga
ketika berbicara akan menjelaskan keruntutan berfikir kita dalam pola kalimat yang
baik. Sehingga dalam perdebatan ini pola persaingan tidak menunjukkan adanya
kekerasan melainkan sebagaimana kita mempertahanan dasar argumen kita dan sebisa
mungkin untuk selalu membidas pernyataan lawan. Walaupun terlihat seperti terjadi
konflik, namun dalam perdebatan terjadi persaingan berfikir yang ilmiah.
Daftar Pustaka
Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai