Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENYEBAB UJI COBA NUKLIR SERING TERJADI DI KOREA UTARA


Makalah Ini Disusun Berdasarkan Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh:
Kelompok XIV
1. Budi Hastuti 011711223014
2. Farida Umi Choviva 011711223
3. Heni Hastanti 011711223047
4. Noza Loviana 011711223027
5. Rida Eka Setiani 0117112230

FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI PENDIDIKAN BIDAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3. Tujuan ................................................................................... 2
1.4. Manfaat ..................................................................................
BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1. Pengembangkan nukir di Korea Utara ..................................
2.2. Ancaman Amerika Serikat terhadap Korea Utara .................
2.3. Sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terhadap Korea
Utara ......................................................................................
2.4. Korea Utara mampu mempertahankan uji coba nuklir dari
ancaman AS maupun sanksi PBB .........................................
BAB III. PEMBAHASAN
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................ 15
4.2. Saran ...................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Uji coba nuklir sering terjadi ditemukan di Korea Utara. Tercatat sudah 5 kali
uji coba nuklir dilakukan oleh Korea Utara sepanjang tahun 2017 (Leonardo
2017). Korea Utara memulai uji coba nuklir yang pertama pada tahun 2006,
disusul dengan uji coba yang kedua pada tahun 2013, setelah tahun 2013 hingga
saat ini, Korea Utara melakukan uji coba nuklir secara berkala (‘Sejarah program’
2017). Uji coba nuklir Korea Utara telah menimbulkan berbagai reaksi, kutukan
dan kecaman internasional (‘Reaksi internasional’ 2016). Uji coba nuklir yang
sering terjadi ditemukan di Korea Utara belum dapat dijelaskan.
Uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara menimbulkan gempa di
sekitar wilayah lokasi uji coba nuklir, mengakibatkan sejumlah gedung runtuh,
puluhan orang tewas dan 150 anak luka (‘Tes nuklir’ 2017). Sejumlah tentara
yang menderita akibat efek radiasi membanjiri rumah sakit pasca uji coba (‘Tes
nuklir 2017). Bahaya kebocoran radiasi pada uji coba nuklir Korea Utara tidak
hanya mengancam Korea Utara namun juga Jepang (‘Ngeri! wilayah’ 2017).
Dampak dari kebocoran radiasi nuklir yaitu mengancam keberlangsungan hidup
manusia, lingkungan dan makhluk hidup lain (Saputra 2012). Uji coba nuklir oleh
Korea Utara juga menyebabkan ketegangan tidak hanya di semenanjung Korea,
namun juga antara Korea Utara dengan Amerika Serikat (Saubani 2017). Sanksi
keras Dewan Keamanan PBB terhadap Korea Utara belum mampu menghentikan
uji coba nuklir yang sering terjadi (Leonardo 2017). Jika ketegangan ini tidak
segera diselesaikan, perang nuklir dapat terjadi kapan saja (Virantika 2017). Baik
kesepakatan internasional maupun kesepakatan antar Negara pemilik senjata
nuklir telah di langgar oleh Korea Utara (‘Sejarah program’ 2017). Berbagai
sanksi Dewan Keamanan PBB kepada Korea Utara tidak mampu menghentikan
uji coba nuklir yang dilakukan (Dewi 2017). Bahkan Korea Utara kembali
meluncurkan rudalnya ke laut Jepang pada 28 November 2017 (Leonardo 2017).

1
Pengembangan nuklir di Korea utara telah dimulai sejak 1950, Korea Utara
telah mengikuti kesepakatan tentang pengembangan nuklir sekaligus
mengingkarinya (‘Sejarah program’ 2017). Dari rentang waktu 2006 hingga saat
ini, Korea Utara melakukan uji coba nuklir secara berkala, hal ini mendapat
kecaman dan kutukan internasional, salah satunya dari Negara Amerika Serikat
yang tertuang di dalam pidato Donald Trump yang berisi tentang ancaman hancur
leburkan Korea Utara, pada sidang umum Dewan Keamanan PBB ke-72 tanggal
19 September 2017 (Nurmansyah 2017). Dewan Keamanan PBB mejatuhkan
sanksi baru bagi Korea Utara atas uji coba nuklirnya (Dewi 2017). Sanksi ini tidak
mampu menyurutkan apalagi menghentikan Korea Utara melakukan uji coba
nuklir (Leonardo 2017).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengembangkan nukir di Korea Utara?
2. Bagaimana ancaman Amerika Serikat terhadap Korea Utara?
3. Bagaimana sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terhadap Korea
Utara?
4. Mengapa Korea Utara mampu mempertahankan uji coba nuklir dari
ancaman AS maupun sanksi PBB?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan uji coba nuklir yang sering terjadi ditemukan di Korea
Utara
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengembangan nuklir di Korea Utara
2. Menjelaskan ancaman Amerika Serikat terhadap Korea Utara
3. Menjelaskan Sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terhadap
Korea Utara
4. Menjelaskan Korea Utara mampu mempertahankan uji coba nuklir
dari ancaman AS maupun sanksi PBB

2
1.4 Manfaat
1. Mencegah uji coba nuklir berulang dengan pendekatan soft approach.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korea Utara


Korea Utara, secara resmi disebut Republik Rakyat Demokratik Korea,
sebuah negara di Asia Timur, yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea.
Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Pyongyang. Zona Demiliterisasi
Korea menjadi batas antara Korea Utara dan Korea Selatan. Baik Korea Utara
maupun Selatan mengklaim kedaulatan di atas seluruh semenanjung, yang
berujung kepada Perang Korea tahun 1950. (1)
Pemerintahan negara mengikuti ideologi Juche, yang digagas oleh Kim Il-sung,
mantan pemimpin negara ini. Juche menjadi ideologi resmi negara ketika negara
ini mengadopsi konstitusi baru pada 1972, kendati Kim Il-sung telah
menggunakannya untuk membentuk kebijakan sejak sekurang-kurangnya awal
tahun 1955. Sementara resminya sebagai republik sosialis, Korea Utara dipandang
oleh sebagian besar negara sebagai negara kediktatoran totaliter
berpaham Stalinis. Setelah kematian Kim Jong-il pada tanggal 19 Desember 2011,
pemimpin Korea Utara berikutnya adalah Kim Jong-un, anak termuda Kim Jong-
il. (1)
1. Berdirinya Korea Utara
Perang Dunia II diakhiri dengan kemenangan blok sekutu (Amerika
Serikat, Britania Raya, Uni Soviet, Tiongkok) atas blok poros (Jerman,
Italia dan Jepang), berakhirnya penjajahan Jepang atas Korea setelah 35
tahun lamanya memberikan dampak pembagian Korea menjadi dua
wilayah yakni Korea Utara dan Korea Selatan (Wikipedia, 2017).
2. Perang Korea (1950-1953)
Perang Korea terjadi pada tangga 25 Juni 1950, konflik diakibatkan oleh
pembagian Korea dan upaya kedua Korea untuk menyatukan kembali
Korea, namun usaha ini gagal dan berakhir dengan pulih kembali
perbatasan awal Korea Utara dan Korea Selatan. Kubu Korea Selatan

4
pada perang Korea didukung oleh PBB, Amerika Serikat dan sekutunya,
sedangkan Korea Utara didukung oleh tiongkok (Wikipedia 2017)
3. Pemerintah dan politik
Juche adalah ideologi resmi yang dianut oleh Korea Utara. Juche
mengandung prinsip bahwa "manusia menguasai segala sesuatu dan
memutuskan segala sesuatu". Juche mengandung pengertian "self-
reliance" atau "percaya pada kemapuan sendiri". Ideologi ini pertama kali
dicetuskan oleh Kim Il-sungsekitar awal tahun 1955. Pemujaan
kepribadian terhadap Kim Il-sung dan Kim Jong-il dilakukan secara
terorganisir.
4. Hubungan Luar Negeri
Korea Utara telah memelihara hubungan yang akrab dengan Tiongkok dan
Rusia sejak lama. Jatuhnya komunisme di Eropa Timur tahun 1989, dan
pecahnya Uni Soviet pada 1991, berdampak pada semakin berkurangnya
bantuan kepada Korea Utara dari Rusia, meskipun Tiongkok tetap saja
memberikan bantuan penting. Korea Utara memelihara ikatan yang kuat
dengan sekutu sosialisnya di Asia Tenggara, yaitu Vietnam, Laos,
dan Kamboja. Sebagai akibat dari program senjata nuklir Korea
Utara, pembicaraan enam-pihak diselenggarakan untuk mencari
penyelesaian damai terkait ketegangan di antara dua pemerintah Korea,
Federasi Rusia, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat.
(1)
5. Militer
Kim Jong-un adalah Komandan Tertinggi Tentara Rakyat
Korea dan Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara. Tentara
Rakyat Korea adalah nama untuk angkatan bersenjata Korea Utara.
Tentara ini memiliki empat cabang: Angkatan Darat, Angkatan
Laut, Angkatan Udara, dan Departemen Keamanan Negara. Korea Utara
memiliki persentase personel militer per kapita tertinggi di dunia, dengan
sekitar 1 serdadu terdaftar untuk setiap 25 warga negara, Tentara Rakyat
Korea memiliki berbagai perlengkapan, meliputi tank, APC,

5
artileri(termasuk mortir), senjata pertahanan udara, kapal perang, dan
pesawat tempur. (1)
Korea Utara juga menjual misil balistik dan peralatan militernya ke
berbagai negara. Pada April 2009, PBB menyebut Perusahaan
Perdagangan Pembangunan dan Pertambangan Korea (alias KOMID)
sebagai agen penjual utama Korea Utara dan pengekspor terbesar misil
balistik dan senjata konvensional. (1)
6. Ekonomi

Korea Utara memiliki ekonomi komando yang terindustrialisasi, autarkik,


dan sangat terpusat. Dari lima negara sosialis yang tersisa di dunia, Korea
Utara adalah satu dari dua negara (bersama-sama dengan Kuba) dengan
ekonomi yang dimiliki negara dan direncanakan oleh pemerintah
sepenuhnya. Kebijakan isolasi Korea Utara berarti bahwa perdagangan
internasional sangatlah dibatasi.

A. Senjata Nuklir
Senjata nuklir adalah senjata yang mendapat tenaga dari reaksi nuklir dan
mempunyai daya pemusnah yang dahsyat - sebuah bom nuklir mampu
memusnahkan sebuah kota. Senjata nuklir telah digunakan hanya dua kali
dalam pertempuran - semasa Perang Dunia II oleh Amerika Serikat terhadap
kota-kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki.Pada masa itu daya ledak bom
nuklir yg dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasakisebesar 20 kilo(ribuan) ton
TNT. Sedangkan bom nuklir sekarang ini berdaya ledak lebih dari
70 mega(jutaan) ton TNT.
Senjata nuklir kini dapat dilancarkan melalui berbagai cara, seperti
melalui pesawat pengebom, peluru kendali, peluru kendali balistik,
dan Peluru kendali balistik jarak benua.
2.2 Ancaman

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tahun 2017 adalah


menyatakanmaksud (niat, rencana) untuk melakukan sesuatu yang merugikan,

6
menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain; memberi pertanda atau
peringatan mengenai kemungkinan malapetaka yang bakal terjadi.

2.3 Sanksi

Menurut KBBI tahun 2017 adalah tanggungan (tindakan, hukuman, dan


sebagainya) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati
ketentuan undang-undang (anggaran dasar, perkumpulan dan sebagainya);
tindakan (mengenai perekonomian dan sebagainya) sebagai hukuman kepada
suatu negara; imbalan negatif, berupa pembebanan atau penderitaan yang
ditentukan dalam hukum; imbalan positif, yang berupa hadiah atau anugerah
yang ditentukan dalam hukum;

2.3 Dewan Keamanan Peserikatan Bangsa Bangsa

Dewan Keamanan PBB adalah salah satu dari enam badan utama PBB. Piagam
PBB memberikan mandat kepada Dewan Keamanan untuk menjaga perdamaian
dan keamanan internasional. Piagam PBB juga memberikan kewenangan kepada
Dewan Kemanan untuk:

1. Menginvestigasi situasi apapun yang mengancam perdamaian dunia


2. Merekomendasikan prosedur penyelesaian sengketa secara damai
3. Meminta seluruh negara anggota PBB untuk memutuskan hubungan ekonomi,
serta laut, udara, pos, komunikasi radio, atau hubungan diplomatik
4. Melaksanakan keputusan Dewan Keamanan secara militer, atau dengan cara-
cara lainnya.
2.3 Sanksi Dewan Keamanan PBB
Sanksi Dewan Keamanan PBB adalah tindakan sebagai hukuman kepada suatu
negara yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBB.

7
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengembangan Nuklir di Korea Utara
Korea Utara memulai program nuklir sebagai sumber energi dibantu oleh
Uni Soviet pada tahun 1950 (‘Sejarah Program’ 2017). Korea Utara bergabung
dengan Badan Energi Atom Internasional atau IAEA (International Atomic
Energy Agency) pada tahun 1974 dan badan pengawal internasional mempunyai
kewenangan memeriksa pengembangan nuklir di Korea Utara(‘Sejarah Program’
2017). Pada tahun 1985 Rusia menjelaskan bahwa Korea Utara mengembangkan
nuklir sebagai sumber energi terutama listrik, kemudian Korea Utara
mendandatangani perjanjian NPT (Nuclear-non Proliferation treaty) atau Non
Proliferasi Nuklir (‘Sejarah Program’ 2017). Setelah perjanjian NPT disepakati,
Korea Utara mulai mengoperasikan reaktor nuklir di Yongbon sebagai tempat
pengayaan uranium dan fasilitas itu dapat memproduksi plutonium yang akan
dijadikan senjata (‘Sejarah Program’ 2017). Korea Utara menolak memberikan
rincian program nuklirnya kepada IAEA kemudian keluar dari perjanjian NPT
pada tahun 1993 (‘Sejarah Program’ 2017). Korea Utara setuju untuk
mengehentikan program nuklir dan mengembalikan sumber energi kepada
energi fosil serta berupaya mentralisir hubungan politik dan ekonomi dengan
barat, hal ini tertuang dalam Agreed Framework antara Korea Utara dan
Amerika Serikat pada tahun 1994, Korea Utara juga setuju mematuhi IAEA
(‘Sejarah Program’ 2017). Korea Utara melanggar Agreed Framwork pada tahun
2002, pelanggaran ini berupa pengayaan uranium dan pengembangan teknologi
plutonium yang bertujuan untuk mengembangkan senjata nuklir (‘Sejarah
Program’ 2017). Pelanggaran ini kemudian disusul dengan penarikan Korea
Utara dari NPT dan penolakan penghentian program pengembangan nuklir
(‘Sejarah Program’ 2017). Pada tahun 2005 Korea Utara bergabung kembali
dengan NPT dan setuju membatalkan program nuklirnya (‘Sejarah Program’
2017). Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklir pertama pada tahun 2006,
total 2 kali uji coba nuklir dilakukan pada tahun 2006, hal ini merupakan
pelanggaran terhadap perjanjian NPT (‘Sejarah Program’ 2017). Uji coba nuklir

8
ke-3 dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2013 (‘Sejarah Program’ 2017).
Uji coba bom hidrogen dilaksanakan pada bulan Januari 2016 (‘Sejarah
Program’ 2017). Korea Utara melakukan 5 kali uji coba nuklir pada tahun 2016
(‘Uji Coba’ n.d). Hingga bulan Desember 2017, Korea Utara juga telah
melakukan uji coba nuklir sebanyak 5 kali (Dadan 2017).
Pengembangan dan uji coba nuklir membutuhkan dana yang banyak, sumber
dana berasal dari perdagangan sumber daya alam yaitu batu bara, emas,
perak, uranium, bijih besi dan logam langka, sumber daya ini di jual oleh
Korea Utara kepada Uni Soviet dan Cina (‘Bagaimana Korea’ 2017). Sumber
kedua adalah pekerja Korea Utara yang dikirim ke Cina, Rusia, Timur
Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara, yang memberi pemasukan bagi
negara (‘Bagaimana Korea’ 2017). Penjualan senjata di Asia, Afrika dan
Timur Tengah serta industri narkoba juga merupakan pemasukan bagi Korea
Utara (‘Bagaimana Korea’ 2017).
Korea Utara merupakan negara komunis yang memilik ideologi juche (percaya
pada kemampuan sendiri), senjata nuklir digunakan oleh Korea Utara untuk
melanggengkan ideologinya dan menjaga stabilitas pemerintahan yang sejak
merdeka hingga sekarang masih dipimpin oleh para penerus generasi Kim
(‘Nuklir dan’ 2014). Nuklir merupakan satu alasan bagi Amerika Serikat
untuk tidak mengusik Korea Utara, baik lewat agen CIA (Central Intelligency
Agency) Amerika Serikat yang terkenal lihai membuat sebuah kerusuhan,
maupun melalui serangan militer langsung (‘Nuklir dan’ 2014). Korea Utara
mengambil pelajaran dari Muamar Gadafi yang memimpin Libya, Muamar
Gaddafi langsung ditumbangkan oleh kudeta dukungan CIA setelah
memutuskan menghentikan program pengembangan nuklirnya (‘Nuklir dan’
2014). Uni Soviet menopang perekonomian Korea Utara sebelum pecah,
setelah perpecahan Uni Soviet, Korea Utara mengalami guncangan yang luar
biasa terutama di bidang ekonomi, hal ini membuat Korea Selatan, Amerika
Serikat dan PBB memberikan bantuan untuk menyelamatkan perekonomian
Korea Utara (‘Nuklir dan’ 2014). Terkadang suplai bantuan sengaja dikurangi
oleh donator untuk menciptakan kekacauan di negeri yang kini dipimpin oleh

9
Kim Jong Un tersebut. Donatur berharap kekacauan tersebut memantik
semangat rakyat untuk memberontak terhadap dinasti Kim, tapi pemerintah
Korea Utara juga tidak bodoh, begitu bantuan dikurangi, mereka langsung
menggertak akan melakukan pengembangan senjata nuklir, yang diperkirakan
sanggup menjangkau hingga ke Washington, Amerika Serikat (‘Nuklir dan’
2014).

4.2 Ancaman Amerika Serikat Terhadap Korea Utara


Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam Sidang Majelis Umum
PBB ke-72 di New York, Amerika Serikat menyampaikan ancaman untuk
menghancurkan Korea Utara. Dikutip dari pidato Trump "AS memiliki kekuatan
dan kesabaran yang besar, tapi jika terpaksa mempertahankan diri atau sekutu-
sekutunya, kita tidak punya pilihan selain memusnahkan Korea Utara sehancur-
hancurnya. Rocket Man --julukan bagi Kim Jong-un-- tengah dalam misi bunuh
diri dan menghabisi rezimnya. Amerika Serikat siap, mau, dan mampu, tapi
semoga itu tidak perlu dilakukan".
Dalam pidato di Sidang Umum PBB pada Selasa (19/09), Presiden Trump
berjanji untuk "menghancurkan secara total" Korea Utara jika negara itu
mengancam Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Presiden Korea Selatan
Moon Jae-In berpidato di Sidang Umum Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan
bahwa Korea Selatan tidak ingin Korea Utara runtuh tetapi negara tetangga itu
harus menghentikan program nuklirnya dan kembali ke meja perundingan. (5)

4.3 Sanksi PBB


Dalam uji coba rudal balistik antar benua pada bulan Juli lalu, Korea Utara
menyatakan memiliki kemampuan untuk menyerang wilayah manapun di
Amerika Serikat. Namun, para ahli meragukan kemampuan rudal-rudal Korea
Utara untuk mencapai target mereka secara tepat. Uji coba itu juga tidak disetujui
oleh Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat, sehingga mendorong PBB untuk
memberikan sanksi kepada Korea Utara. (1)

10
Sebenarnya, Dewan Keamanan PBB sudah memberikan sanksi kepada
Korea Utara dalam 11 Tahun terakhir dari tahun 2006 hingga tahun 2017
(3)
menyangkut program senjata nuklirnya.
Tanggal 14 Oktober 2006, DK PBB dalam Resolusi 1718 menyatakan
bahwa Korea Utara diharuskan untuk tidak lagi melakukan uji coba nuklir, tidak
meluncurkan rudal balistik serta menanggalkan semua senjata nuklir dan program
nuklirnya. Sanksi yang diberikan yaitu memberlakukan larangan ekspor dan
impor produk militer Korea Utaraa dan negara anggota PBB juga diharuskan
membekukan aset individu dan perusahaan Korea Utara yang terlibat dalam
program nuklir. Sanksi ini diberikan setelah Korea Utara melakukan uji coba
nuklir pada 9 Oktober 2006. (3)
Tanggal 12 Juni 2009, PBB dalam Resolusi 1874 kembali menjatuhkan
sanksi sanksi ekonomi dan komersial lebih lanjut kepada Korea Utara serta
mendesak negara-negara anggota PBB agar menggeledah kargo Korea Utara.
Sanksi ini dijatuhkan setelah uji coba nuklir bawah tanah pada 25 Mei 2009. (3)
Tanggal 7 Juni 2010, PBB dalam Resolusi 1928 menjatuhkan sanksi
dengan memperpanjang mandat panel ahli yang mengawasi sanksi terhadap
negara itu hingga 12 Juni 2011. (3)
Tanggal 10 Juni 2011, PBB dalam Resolusi 1985 menjatuhkan sanksi
dengan memperpanjang mandat panel ahli yang mengawasi sanksi terhadap
(3)
negara itu hingga 12 Juni 2012.
Tanggal 23 Januari 2013, PBB dalam Resolusi 2087 menjatuhkan sanksi
yang mengharuskan Korea Utara mematuhi resolusi sebelumnya dan melepaskan
semua senjata nuklir serta program nuklirnya. Selain itu Korea Utara juga tidak
diperbolehkan menggunakan teknologi rudal balistik, uji coba nuklir, atau
melakukan provokasi. Sanksi ini dijatuhkan setelah peluncuran roket balistik pada
12 Desember 2012. (3)
Tanggal 7 Maret 2013, PBB dalam Resolusi 2094 menjatuhkan sanksi
dalam bentuk menghentikan transfer uang dan menutup Pyongyang dari sistem
keuangan internasional. Pemberian sanksi setelah uji coba ketiga nuklir Korea
Utara. (3)

11
Tanggal 2 Maret 2016, PBB dalam Resolusi 2270 dengan 15 anggota DK
PBB secara bulat memberikan suara setuju atas sanksi terhadap Korea Utara.
Sanksi itu antara lain embargo senjata, memberi wewenang kepada semua negara
untuk melakukan pemeriksaan paksa terhadap kargo dari dan ke Korea Utara
yang dikirim baik lewat laut maupun udara, melarang Korea Utara mengimpor
semua produk yang mungkin dapat digunakan untuk tujuan militer, dan akan
mendeportasi diplomat Korea Utara yang melakukan kegiatan ilegal. (3)
Tanggal 30 November 2016, PBB dalam Resolusi 2320 memberikan
sanksi membatasi ekspor batu bara Korea Utara dan melarang ekspor tembaga,
nikel, seng, dan perak. Sanksi ini dijatuhkan setelah uji coba nuklir kelima yang
dilakukan Pyongyang pada bulan September. (3)
Pada tanggal 6 Agustus 2017, PBB dengan 15 anggota DK PBB secara
bulat memberikan suara setuju atas sanksi terhadap Korea Utara uji coba rudal
balistik antarbenua atau rudal ICBM pada Juli lalu. Resolusi Dewan Keamanan
PBB yang oleh Amerika Serikat itu melarang ekspor batu bara, besi, bijih besi,
timah hitam, dan makanan laut dari Korea Utara dan sektor-sektor yang dijadikan
sasaran adalah industri tekstil, perikanan, teknologi informasi dan manufaktur.
Selain itu anggota PBB juga dilarang meningkatkan jumlah pekerja Korea Utara
di negaranya, melarang usaha patungan baru dengan Korea Utara dan investasi
(3,5)
baru dalam usaha patungan yang ada saat ini. Ini merupakan resolusi
kesembilan sejak 2006 yang secara bulat disahkan oleh PBB.(4)
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley mengatakan bahwa ini adalah
sanksi paling keras terhadap suatu negara dalam satu generasi. Diperkirakan,
Korea Utara mendapatkan sekitar $3 miliar pendapatan setiap tahun dari ekspor
batubara, bijih besi dan bahan mentah lainnya ke Cina - dan sanksi ini dapat
menghilangkan sepertiga dari perdagangan atau setara Rp 39,9 triliun yang
merupakan satu dari setikit sumber pemasukan Korea Utara.(2) Sanksi itu turut
melarang negara-negara memberikan izin untuk meningkatkan tenaga kerja asal
Korut, di mana ini merupakan sumber uang lainnya bagi rezim Kim Jong-un. (1)
Cina, satu-satunya sekutu internasional Korea Utara dan anggota Dewan
Keamanan PBB yang memegang hak veto, kali ini mendukung resolusi tersebut.

12
Sebelumnya, Cina sering kali melindungi Pyongyang dari resolusi yang
berdampak buruk terhadap Korea Utara. Dan awal tahun ini, Cina -yang mendapat
dukungan penuh oleh Rusia- menghentikan impor batubara untuk meningkatkan
(2)
tekanan pada Pyongyang. Langkah lainnya yaitu larangan ekspor tekstil yang
dimaksudkan untuk menghentikan kemampuan Pyongyang dalam mendanai dan
bahan bakar program nuklirnya.
Langkah selanjutnya dilakukan oleh Amerika Serikat pada tanggal 11
september 2017 mengeluarkan rancangan resolusi yang menyerukan pelanggran
penuh ekspor minyak ke Korea Utara dan membekukan aset Kim Jong-Un, Partai
Pekerja dan pemerintah Korea Utara.(1) Presiden Amerika Serikat Donald Trump
mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap para individu dan perusahaan yang
menjalin usaha dengan Korea Utara sehubungan dengan program nuklirnya.
Presiden Trump memberikan wewenang kepada Departemen Keuangan AS untuk
memberikan sanksi-sanksi kepada perusahaan-perusahaan dan berbagai institusi
keuangan yang menjalin bisnis dengan Korea Utara. (5)
4.4 Korea Utara mampu Mempertahankan Uji Coba Nuklir dari Ancaman
AS maupun Sanksi DK PBB
Menurut Andi Purnomo dan Ahmad Saifudin Zuhri (2010), tujuan Korea
Utara memiliki nuklir yaitu: (1) Menjaga keamanan rejim Korea Utara, karena
pada umumnya Pyongyang menganggap Washington sebagai ancaman utama di
kawasan Asia Timur. Amerika Serikat akhirnya mengawasi Korea Utara sebagai
negara pendukung teroris. (2) Dengan kepemilikan senjata nuklir, Korea Utara
akan memiliki posisi unggul dalam negosiasi di dalam percaturan internasional,
terutama dalam hubungannya dengan Amerika Serikat. Keamanan rejim bisa
Korea Utara dicapai sempurna melalui perbaikan hubungan dengan Amerika
Serikat. (3) Memenuhi kebutuhan sumber daya negara dengan memiliki nuklir
maka ketika Korea utara diminta untuk menutupnya dan menyetujuinya, Korut
akan diberikan imbalan berupa pasokan solar yang sangat banyak ataupun
pencabutan sanksi-sanksi ekonomi yang pernah diberikan kepada Korea Utara.
Jo dan Gartzke (2007, 169) memaparkan bahwa ada faktor-faktor yang
mendorong suatu negara mengembangkan nuklir. Pertama, kemajuan teknologi

13
dan ilmu pengetahuan. Suatu negara yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, cenderung akan juga melakukan pengembangan dalam bidang nuklir.
Dalam hal ini lantaran nuklir merupakan sumber energi yang terbilang sangat
ekonomis, bila dibandingkan dengan sumber-sumber energi yang lain, serta disaat
yang sama menghasilkan daya yang sangat besar. Kedua yakni kemampuan dan
kapabilitas suatu negara dalam mengelola pengembangan nuklir tersebut. Untuk
melakukan pengembangan nuklir, suatu negara perlu memiliki teknologi yang
mutakhir, dan tentulah biaya yang diperlukan juga besar. Faktor ketiga, kapasitas
negara dalam membuat kebijakan dan peraturan dalam pengelolaan bahan baku
nuklir. Pengembangan nuklir termasuk salah satu proyek pengembangan paling
berisiko, sehingga kemampuan suatu negara dalam mengatur kebijakan-kebijakan
terkait dengan proyeknya tersebut menjadi faktor utama dalam mendorong
kelanjutan suatu negara dalam pengembangan nuklir.
Menurut pendapat lain, faktor-faktor yang menjadi alasan Korea Utara
tetap bertahan dengan kebijakan pengembangkan nuklir. Faktor pertama dalam
rasionalitas pengembangan nuklir Korea Utara adalah model kepemimpinan yang
ada. Dengan kediktatoran seorang pemimpin, proses pengambilan keputusan
dilakukan secara individual (Park 2010, 9). Ini sudah berlangsung sejak masa
kepemimpinan Kim Il Sung sampai Kim Jong Il dan Kim Jong Un. Ketiganya
menjalankan kepemimpinan sebagai diktator yang memegang peran paling
penting dalam setiap perumusan kebijakan Korea Utara. Keputusan untuk
mengembangkan nuklir Korea Utara sering dinilai irasional oleh dunia
internasional. Namun, pemimpin-pemimpin Korea Utara menilai itu sebagai
sesuatu yang penting bagi kepentingan nasional, juga bagi citra pemimpin yang
karismatik.
Faktor kedua dalam rasionalitas Korea Utara mengembangkan nuklirnya
adalah sejarah. Latar belakang historis Semenanjung Korea memperlihatkan
bahwa ancaman keamanan akan selalu ada. Tidak hanya dari negara-negara
tetangga yang kekuatannya semakin besar, tetapi juga dari negara-negara lain di
luar kawasan Asia Timur. Terdapat fakta sejarah bahwa Korea menjadi
tempat proxy war antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet di masa Perang

14
Dingin. Hal ini membuat Korea terpisah dan masih memunculkan kekhawatiran
Korea Utara terhadap Korea Selatan. Ditambah lagi dengan negara-negara
komunis yang dianggap sebagai axis of evil yang harus dijinakkan oleh Amerika
Serikat. Hal ini menjadi ancaman besar bagi Korea Utara sehingga memunculkan
kebijakan Korea Utara agar militer diperkuat. Itu disebut sebagai Military First
Politics yang dimulai sejak tahun 1990-an (Park 2010, 11).
Faktor ketiga yang mendasari rasionalitas Korea Utara dalam
mengembangkan nuklir adalah kepentingan ekonomi. Hal ini awalnya hanya
menjadi dugaan tentang alasan Korea Utara melakukan pengembangan nuklir.
Namun, jika dilihat latar belakang kondisi domestik Korea Utara maka faktor
tersebut bisa saja berpengaruh. Setelah Perang Korea berakhir, kemiskinan di
Korea Utara mulai masif, sedangkan pemerintah masih menjalankan kolektivisasi
lahan sehingga rakyat tidak bisa leluasa melakukan produksi. Hal ini menjadikan
rakyat kesulitan dalam mengakses kebutuhan dasar terutama makanan, bahkan
industrialisasi tidak membantu perbaikan taraf hidup penduduknya karena hanya
mengutamakan heavy indsutries. Kebijakan untuk mengutamakan militer pun
semakin memperparah kemiskinan. Ditambah lagi dengan tidak berjalannya
pemikiran juche yang mengandalkan self-sufficiency dan self-reliace. Ketika Uni
Soviet lambat laun mengurangi bantuannya pada 1990-an, kemiskinan di Korea
Utara semakin parah yang juga sebagai dampak banjir bandang (Seth 2011, 444).
Cara Korea Utara untuk dapat mempertahankan pembangunan kekuatan
militer sekaligus mencari solusi kemiskinan adalah dengan terus mengembangkan
nuklirnya. Desakan non-proliferasi dari dunia internasional menjadi kesempatan
Korea Utara untuk bernegosiasi tentang materi. Ketika IAEA akan melakukan
inspeksi nuklir, Korea Utara mengharapkan adanya imbalan berupa bantuan
makanan dan bahan bakar dari Cina dan Korsel. Untuk melakukan dialog pun,
Korea Utara meminta Amerika Serikat mencairkan dana sebesar USD 25 juta
yang disimpan di Macau dan sebelumnya telah dibekukan (Hartati 2013, 40).
Perlu diketahui bahwa Korea Utara memang memenuhi kebutuhan suplai
makanan selain dari produksi dalam negeri dan impor, juga dari bantuan luar
negeri. Bantuan-bantuan itu didapat dari badan PBB World Food Programme,

15
Amerika Serikat, Korea SelatanAmerika Serikat, Jepang, dan Cina (Haggard dan
Noland 2005, 12).
Berdasarkan dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa, Korea
Utara mempunyai model kepemimpinan diktator sehingga keputusan untuk tetap
melakukan uji coba nuklir berada di tangan pemimpin. Uji coba nuklir tetap
dilakukan dan semakin sering terjadi, hal ini karena faktor keamanan dan
ekonomi. Semakin diancam dan dikecam, Korea Utara akan merasa semakin
terancam keamanannya, Dengan melakukan uji coba nuklir yang sering selain
ditujukan untuk mengetahui kemampuan senjata nuklirnya juga sebagai alat
pelindung dari ancaman luar.
Korea Utara menganggap bahwa Sanksi dari Dewan Keamanan PBB
dalam resolusi masih ditunggangi oleh Amerika Serikat. Dilain sisi Amerika
Serikat merupakan negara yang mendukung Korea Selatan. Setelah perang Korea
berakhir tidak lantas memberikan jaminan aman dan damai pada dua negara
melainkan hanya sebatas menyepakati perjanjian gencatan senjata. Korea Utara
masih merasa terancam dengan Amerika Serikat. Maka ketika Amerika Serikat
mengancam akan menghancurkan Korea Utara semakin menyulut Korea Utara
untuk mengembangkan nuklirnya dengan uji coba nuklir. Hal tersebut yang
kemudian membuat Korea Utara semakin yakin mengembangkan teknlogi
nuklirnya. Belajar dari pengalaman Cina yang pada dekade 1950-an mengalami
tiga kali ancaman serangan nuklir dari Amerika Serikat, membuat pemerintah
Korea Utara merasa waswas terhadap Amerika Serikat (Fukuyama & Oh 1993,
26).

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa peristiwa uji coba nuklir di Korea Utara maka penulis
menemukan berbagai faktor penyebab uji coba nuklir sering terjadi di
Korea Utara:
1. Pada awalnya sebagai sumber energi
2. Bentuk kekuatan rezim Korea Utara
3. Pertahanan keamanan Korea Utara
4. Instrumen Diplomasi Politik Internasional
Dengan adanya nuklir di Korea Utara maka akan menjadi perhatian
internasional. Dimana Korea Utara menyetujui aksi menghentikan uji
coba nuklir dengan berbagai syarat yang diajukan ke negara lain.
5. Ancaman dari luar
Korea Utara merupakan negara diktator, sehingga semakin nyata ada
ancaman dari luar maka akan semakin berusaha untuk memperkuat
kemananan negara. Dengan uji coba nuklir, Korea utara semakin merasa
kuat dan tidak bisa terkalahkan oleh negara lain. Ancaman tersebut
terutama hal untuk menghancurkan rezim Korea Utara.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pada tahun 1950an program nuklir Korea Utara dimulai. Korea Utara
sudah melakukan uji coba nuklir yaitu Oktober 2006 sebanyak 2 kali,
Februari 2013, Januari 2016, September 2016, April 2017, September
2017 sebanyak 2 kali.
2. Berbagai faktor penyebab uji coba nuklir sering terjadi di Korea Utara
adalah; awalnya sebagai sumber energi, bentuk kekuatan rezim Korea
Utara, pertahanan keamanan Korea Utara, sebagai instrumen diplomasi
politik internasional.dan karena pengaruh ancaman dari luar.

4.2 SARAN
1.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://m.liputan6.com/global/read//3101309/pidato-donald-trump-di-pbb-
targetkan-korut-iran-dan-venezuela diakses pada tanggal 27 November
2017 pukul 10.15 Wib
ALUR PIKIR ILMIAH

1. Topik
Korea Utara
2. Fenomena
Uji coba nuklir sering terjadi ditemukan di Korea Utara
3. Masalah
Uji coba nuklir yang sering terjadi ditemukan di Korea Utara belum dapat
dijelaskan
4. Tujuan Umum
Menjelaskan uji coba nuklir yang sering terjadi ditemukan di Korea Utara
5. Kerangka Konseptual

Korea Utara

Pengembangan Nuklir di Korea Utara

Ancaman Amerika Serikat Sanksi PBB


terhadap Korea Utara

Uji Coba Nuklir sering terjadi

6. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengembangan nuklir di Korea Utara
b. Menjelaskan ancaman Amerika Serikat terhadap Korea Utara
c. Menjelaskan Sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terhadap Korea
Utara
d. Menjelaskan Korea Utara mampu mempertahankan uji coba nuklir dari
ancaman AS maupun sanksi PBB
7. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengembangkan nukir di Korea Utara?
b. Bagaimana ancaman Amerika Serikat terhadap Korea Utara?
c. Bagaimana sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terhadap Korea
Utara?
d. Mengapa Korea Utara mampu mempertahankan uji coba nuklir dari
ancaman AS maupun sanksi PBB?
8. Manfaat
a. Mencegah uji coba nuklir berulang dengan pendekatan soft approach.
9. Judul
Berbagai Faktor Uji Coba Nuklir Sering Terjadi Di Korea Utara

Anda mungkin juga menyukai