Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 1 (2) (2017)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

IKLIM KERJA PANAS DAN KONSUMSI AIR MINUM SAAT KERJA


TERHADAP DEHIDRASI

Megayani Puspita Sari 

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Lingkungan kerja yang panas dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, salah satunya adalah
dehidrasi. Dehidrasi adalah kondisi dimana kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena
Diterima Februari 2017
penggantian cairan yang tidak cukup akibat asupan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dan
Disetujui Maret 2017 terjadi peningkatan pengeluaran air sehingga dibutuhkan asupan cairan yang terpenuhi dengan
konsumsi air minum yang cukup. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan iklim kerja panas
Dipublikasikan April
dan konsumsi air minum dengan dehidrasi pada pekerja PT. Candi Mekar Pemalang bagian
2017
weaving. Jenis penelitian cross sectional. Populasi pekerja 111 pekerja dan teknik sampel yang
________________ digunakan adalah purposive sampling sehingga sampel yang didapatkan 53 pekerja. Instrumen
Keywords: yang digunakan pengukuran iklim kerja dengan alat Quest Temp dan pengukuran dehidrasi
Dehydration, Hot work menggunakan metode Berat Jenis Urin (BJU) dengan alat urinometer, serta kuesioner untuk
environment, water mengetahui jumlah konsumsi air pekerja. Analisis data secara univariat dan bivariat. Hasil
consumption, textile weaving penelitian terdapat hubungan antara iklim kerja panas (p=0,00) dengan dehidrasi dan ada
workers hubungan konsumsi air (p=0,001) dengan dehidrasi.
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Workplaces with heat condition can cause heat-related illness, one of them is dehydration. Dehydration is a
condition when a human’s body loses more fluid because the fluids coming through the body cannot supply the
needs of the body itself and the increasing of fluid loss, that it needs more than enough water consumption to
fulfill the need. The purpose of this study is to find out the correlation between Hot Work Environment and
water consumption with dehydration toward the workers of PT Candi Mekar Pemalang in Weaving
department. The type of research was cross sectional project. The worker population was 111 people and the
type of sampling was using purposive sampling so that the sampling being used was 53 workers. The research
instrument being used were an area heat monitor with Quest Temp tool and a dehydration-level monitor using
the method of Urine Specific Gravity (BJU), together with a questionnaire in order to find out the quantity of
the worker’s desire to drink. The data analysis varied from univariate and bivariate. Result of the research
confirmed that there was a correlation between hot work environment (p=0,00) with dehydration and there
was a correlation between water consumption (p=0,006) with dehydration.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: psmegayani@gmail.com

108
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

PENDAHULUAN Menurut International Labour Organitation


(ILO) tahun 2016 setiap 15 detik seorang
Indonesia merupakan negara pekerja meninggal dunia karena kecelakaan.
berpenduduk padat dengan tingkat hidup yang Setiap hari, 6.300 orang meninggal akibat
relatif rendah, dimana tenaga kerja tersedia kecelakaan kerja atau penyakit yang
dalam jumlah berlebih. Undang-undang berhubungan dengan pekerjaan lebih dari 2,3
Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang juta kematiaan per tahun. 317 juta kecelakaan
ketenagakerjaan pasal 86 menyebutkan bahwa terjadi pada pekerjaan per tahun banyak dari
setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk yang mengakibatkan absen diperpanjang dari
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan pekerjaan. Kerugian akibat terjadinya penyakit
kesehatan kerja guna mewujudkan produktifitas akibat kerja dan kecelakaan kerja di seluruh
kerja yang optimal. Tenaga kerja yang sehat dunia diperkirakan sebesar US $ 2,8 triliun
dapat meningkatkan produktifitas dan (ILO, 2016).
keselamatan kerja, serta menurunkan Penerapan teknologi maju di dalam
ketidakhadiran karena sakit. Tenaga kerja dapat proses produksi sampai saat ini telah semakin
terjamin kesehatan dan produktivitas kerjanya intensif, sehingga efek samping yang berupa
secara optimal bila terdapat keseimbangan faktor fisik yang ditimbulkan juga semakin
antara beban kerja, beban tambahan akibat beraneka ragam, salah satunya adalah
lingkungan kerja, serta kapasitas kerja lingkungan kerja ekstrim. Lingkungan kerja
(Suma’mur, 2009). merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan
Kondisi fisik lingkungan tempat kerja di dari jenis dan lokasi pekerjaan karena
mana para pekerja beraktivitas sehari-hari produktifitas kerja salah satunya tergantung dari
mengandung banyak bahaya langsung maupun tempat dan lingkungan kerja. Oleh karena itu,
tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja perlu mendapatkan perhatian
pekerja (Septiana, 2017). Sesuai undang-undang serius dan utama, karena rumah kedua pekerja
No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan adalah tempat kerja (Suma’mur, 2008).
Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus Dalam suatu lingkungan kerja, tenaga
diselenggarakan di semua tempat kerja, kerja akan menghadapi tekanan lingkungan
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko kerja dan beban kerja utama yaitu tugas dalam
bahaya kesehatan dan mudah terjangkit melaksanaan pekerjaan sesuai dengan bagian
penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit yang dilaksanakan terdapat pula faktor yang
10 orang (Suma’mur, 2009). Perkembangan menyebabkan beban tambahan sehingga dapat
industri telah mengangkat standar hidup menimbulkan gangguan bagi tenaga kerja.
manusia dan mengurangi sumber kecelakaan, Faktor tersebut antara lain faktor fisik, faktor
cidera, penyakit akibat kerja. Namun demikian, kimia, faktor biologis, faktor fisiologis, dan
di sisi lain kemajuan teknologi juga faktor mental psikologi. Tekanan panas
mengakibatkan berbagai dampak yang merupakan salah satu faktor fisik yang dalam
merugikan yaitu berupa terjadinya peningkatan keadaan tertentu dapat menimbulkan gangguan,
pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja dan oleh karena itu iklim kerja atau cuaca kerja
timbulnya berbagai penyakit akibat kerja. harus dibuat senyaman mungkin dengan
Penggunaan bahan berbahaya akan terus mengatur dan mengendalikan suhu udara,
meningkat sesuai dengan kebutuhan kelembaban udara dan kecepatan udara untuk
industrialisasi. Di samping itu faktor lingkungan meningkatkan produktivitas dan mengurangi
kerja yang tidak memenuhi syarat keselamatan tekanan panas (Tarwaka dkk, 2004).
dan kesehatan kerja (K3), proses kerja tidak Keadaan yang disebabkan oleh kondisi
aman, dan sistem kerja yang modern dapat dan lingkungan kerja yang tidak memenuhi
menjadi ancaman bagi keselamatan dan persyaratan kesehatan adalah penyakit akibat
kesehatan tenaga kerja (Tarwaka dkk, 2004). kerja dan pemburukan keadaan sakit. Dari

109
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

pengalaman negara maju seperti Amerika lingkungan tidak panas membutuhkan air
Serikat, menyatakan bahwa penyakit akibat dianjurkan sekurang-kurangnya 1,9 liter/hari
kerja terbesar yang sering ditemukan disebabkan (Direktorat Kesehatan Kerja RI, 2014). Air
oleh faktor kimia (bahan-bahan kimia). Selain tersebut sebaiknya diberikan dalam jumlah kecil
faktor bahan-bahan kimia yang merupakan tapi frekuensinya lebih sering yaitu 1 jam
kelompok terbesar pertama di lingkungan kerja, minum 2 kali, dengan interval 20-30 menit,
maka faktor fisik adalah kelompok terbesar dengan suhu optimum air adalah 10˚C-21˚C
kedua dan menjadi sumber masalah penting (Suma’mur, 2008).
lainnya. Salah satu faktor fisik adalah iklim Industri sandang (tekstil) kian hari kian
kerja yang panas (Soeripto, 2008). penting kedudukannya dalam perekonomian
Paparan lingkungan kerja fisik seperti negara kita, sesuai dengan tujuan pemerintah
lingkungan kerja panas yang terus berlanjut untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, masalah sandang. Perindustrian tekstil ditinjau
salah satunya adalah dehidrasi. Konsumsi air dari segi higene perusahaan dan kesehatan kerja
minum perlu diperhatikan karena kekurangan sangat penting. Faktor-faktor fisik seperti
cairan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi tekanan panas dan kegaduhan dapat
juga. Dehidrasi yang berkepanjangan dapat menimbulkan gangguan kesehatan
menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Selain itu, (HIPERKES, 2011).
dehidrasi juga dapat mempengaruhi berat badan Salah satu pabrik tekstil yang mempunyai
seseorang akibat keringat dan urin yang keluar lingkungan kerja yang memiliki tekanan panas
selama beraktivitas. Dehidrasi adalah yang tinggi adalah PT. Candi Mekar yang
kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena memproduksi kain putih atau kain mori.
penggantian cairan yang tidak cukup akibat Perusahaan ini satu-satunya perusahaan tekstil
asupan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh terlama di Kabupaten Pemalang. Dalam proses
dan terjadi peningkatan pengeluaran air produksi kain putih atau kain mori ada dua
(Hardinsyah, 2010). bagian yaitu bagian weaving dan bagian finishing.
Pekerja industri merupakan populasi yang Bagian weaving adalah proses dari bahan baku
sering melakukan kegiatan fisik di lingkungan benang menjadi kain, dalam proses ini pekerja
panas dalam waktu yang lama sehingga paling berdiri selama 8 jam dan kondisi lingkungan
berpotensi untuk mengalami kekurangan cairan kerja yang panas melebihi 30,6°C (nilai ambang
karena pengeluaran keringat berlebih dan terjadi batas faktor fisik tempat kerja 75% kerja dan
peningkatan respirasi, namun masalah ini masih 25% istirahat dengan beban kerja ringan) yaitu
sering diabaikan. Pekerja memiliki asupan mencapai 31,47°C. Oleh karena itu, pekerja
cairan yang cukup merupakan cara intervensi yang bekerja pada bagian weaving merupakan
yang paling efektif untuk menjaga kesehatan pekerjaan yang sangat melelahkan. Alat dalam
dan produktivitas pekerja selama bekerja. proses weaving masih menggunakan alat semi-
Pekerja dalam lingkungan panas sekurang- modern dibandingkan dengan perusahaan tekstil
kurangnya harus mengkonsumsi air sebanyak lainnya, hal ini dikarenakan kualitas kain yang
2,8 liter. dihasilkan lebih bagus dan halus sehingga
Air minum merupakan unsur pendingin membutuhkan pekerja lebih banyak dalam
tubuh yang penting dalam lingkungan panas proses produksinya, selain itu pekerja yang baru
terutama bagi tenaga kerja yang terpapar oleh bekerja 1-6 bulan sering mengeluhkan panas
panas yang tinggi sehingga banyak saat bekerja dan rasa haus yang berlebih, hal
mengeluarkan keringat. Sebagai pengganti tersebut terkait dengan gejala dehidrasi.
cairan yang hilang, kebutuhan air dan garam Sedangkan, bagian finishing adalah proses
perlu mendapat perhatian. Dalam lingkungan pencelupan dan penggolongan yang merupakan
kerja yang panas diperlukan ≥ 2,8 liter/hari, bahan baku kain. Kondisi lingkungan kerja lebih
sedangkan untuk pekerjaan dengan suhu dingin daripada di bagian weaving.

110
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

PT. Candi Mekar telah menyediakan air pertukaran panas antara tubuh dengan
minum berupa air dalam galon besar, dalam tiga lingkungan sekitar (Suma’mur, 2009).
ruangan di bagian weaving, setiap sudut ruangan Keseimbangan air di dalam tubuh perlu
diletakkan satu galon besar berisi 30 liter untuk dijaga melalui pemenuhan kebutuhan air.
setiap shift dan pekerja minum dengan Kebutuhan air bagi setiap individu akan
menggunakan gelas plastik yang telah berbeda-beda, tergantung dari ukuran fisik,
disediakan di dekat galon tersebut, satu gelas umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan
berisi 250 ml. Pada bagian weaving terdapat tiga lingkungannya. Perkiraan kebutuhan air tubuh
ruangan yaitu weaving persiapan, weaving I dan biasanya berdasarkan asupan energi, luas
weaving II, setiap ruangan terdiri dari 40-60 permukaan tubuh, atau berat badan tubuh.
pekerja untuk setiap shift perbagian. Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan proporsi terhadap jumlah energi yang
pada tanggal 19 mei 2016, dari 15 pekerja 10 dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan
pekerja (70%) frekuensi konsumsi air saat rata-rata. Pemenuhan kebutuhan air diperlukan
bekerja cenderung jarang bahkan hanya 1 kali untuk menggantikan pengeluaran air dari
minum dalam 7 jam kerja tidak termasuk saat pernapasan, kulit, ginjal (urin), serta saluran
istirahat. Dan 11 pekerja (73,34%) mengalami pencernaan (Santoso, 2012).
perasaan haus saat bekerja, 12 pekerja (84%) Keseimbangan cairan tubuh adalah
mengalami perasaan lemas saat bekerja, 10 keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk
pekerja (70%) mengalami perasaan panas saat dan keluar tubuh. Keseimbangan air di dalam
bekerja, hal ini terkait dengan gejala dehidrasi. tubuh dipengaruhi oleh konsumsi cairan dan
Hasil pengukuran suhu ruang kerja yang di pengeluaran air. Melalui mekanisme
lakukan pada 5 titik pengukuran yang dilakukan keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan di
pada pukul 12.30-14.30 WIB di tiga ruangan dalam tubuh setiap waktu berada di dalam
didapatkan hasil suhu ruang kerja tertinggi jumlah yang tetap/konstan. Apabila
mencapai 31,47°C, berdasarkan Keputusan terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam
Menteri Tenaga Kerja No: Kep-51/MEN/1999 tubuh, akan timbul kejadian dehidrasi
tentang nilai ambang batas faktor fisik tempat (kehilangan air secara berlebihan). Konsumsi air
kerja yaitu untuk iklim kerja berdasarkan indeks terdiri atas air yang diminum dan yang
suhu basah (ISBB) adalah beban kerja ringan diperoleh dari makanan sebagai hasil
dan waktu kerja 75% kerja dan waktu istirahat metabolisme yang keluar dari tubuh termasuk
25% iklim kerja seharusnya 30,6°C. Dengan yang dikeluarkan sebagai urine, air di dalam
kondisi ruangan yang beratapkan asbes, tidak feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan
terdapat ventilasi terbuka yang cukup dan paru-paru (Almatsier, 2009).
keadaan lingkungan kerja yang tertutup, Dehidrasi adalah gangguan dalam
sehingga panas di tempat tersebut tidak dapat keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal
dialirkan ke luar dengan lancar, serta keluhan ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak
pekerja selama bekerja yaitu cepat merasa haus daripada pemasukan (misalnya minum).
dan merasa panas sehingga mempengaruhi Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai
produktivitas kerja. dengan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh
Iklim kerja panas adalah kombinasi (Santoso, 2012).
antara suhu udara, kelembaban udara, Berdasarkan latar belakang yang telah
kecepatan gerakan dan suhu radiasi, kombinasi diuraikan maka dirumuskan masalah mengenai
keempat faktor itu dihubungan dengan produksi Hubungan iklim kerja panas dan konsumsi air
panas oleh tubuh. Suhu tubuh manusia minum saat kerja dengan dehidrasi pada pekerja
dipertahankan hampir menetap akibat di PT Candi Mekar Pemalang bagian weaving
keseimbangan antara panas yang dihasilkan di tahun 2016.
dalam tubuh sebagai akibat metabolism dan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

111
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

mengetahui hubungan iklim kerja panas dan yang telah berpengalaman, sehingga sampel
konsumsi air minum saat kerja dengan dehidrasi yang didapatkan 53 pekerja.
pada pekerja di PT Candi Mekar Pemalang Sumber data dalam penelitian ini data
bagian weaving tahun 2016. yang diperoleh berasal dari dua sumber yaitu:
data primer merupakan data hasil pengamatan
METODE atau data yang diolah oleh peneliti. Data primer
dalam penelitian ini diperoleh langsung melalui
Variabel penelitian yaitu suatu atribut, penilaian lingkup lingkungan kerja untuk
sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan mengukur iklim kerja panas dengan
yang mempunyai variasi tertentu, ditetapkan menggunakan alat Quest Temp berdasarkan
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik NAB (Nilai Ambang Batas) iklim kerja panas
kesimpulannya. Pada penelitian ini variabel dan pengukuran dehidrasi dengan
yang digunakan yaitu: variabel bebas menggunakan pengukuran berat jenis urin.
merupakan variabel yang berhubungan atau Selain itu juga dilakukan wawancara
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya menggunakan kuesioner untuk mengetahui usia
variabel independent. Variabel bebas dalam responden, status gizi dengan mengetahui berat
penelitian ini adalah iklim kerja panas dan badan dan tinggi badan responden, obat-obatan
konsumsi air. Variabel terikat atau dependent (obat hipertensi, doping golongan diuretik dan
merupakan variabel yang berhubungan atau obat pelangsing perut atau obat diet) yang
yang menjadi akibat karena adanya variabel dikonsumsi responden di PT Candi Mekar
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini Pemalang bagian weaving, dan kuisioner untuk
adalah dehidrasi. Variabel perancu adalah mengetahui terjadinya dehidrasi pada pekerja.
variabel yang mengganggu hubungan antara Selain itu, data sekunder diperoleh dari PT
variabel bebas dan varaibel terikat. Variabel Candi Mekar di Pemalang, buku perpustakaan,
perancu dalam penelitian ini yaitu usia, status jurnal, dan media internet yang berhubungan
gizi, masa kerja dan obat-obatan yang dengan media penelitian yaitu meliputi:
menganggu sirkulasi darah terhadap tekanan gambaran umum dan proses produksi yang
panas. terdapat di PT Candi Mekar Pemalang bagian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian weaving serta gambaran umum tentang
analitik. Metode atau rancangan penelitian yang terjadinya dehidrasi.
digunakan adalah metode penelitian survey Instrumen penelitian adalah perangkat
analitik dengan menggunakan pendekatan cross yang digunakan untuk mengungkap data,
sectional. Populasi adalah keseluruhan elemen sehingga data dapat dianalisis dan akhirnya
atau subjek riset (misalnya manusia) yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah Instrumen penelitian yang digunakan adalah
keseluruhan subjek atau semua pekerja bagian sebagai berikut: Instrumen penelitian untuk
weaving persiapan, weaving I dan weaving II di mengukur iklim kerja panas dengan
PT Candi Mekar Pemalang tahun 2016 yang menggunakan alat Quest Temp berdasarkan
berjumlah 111 orang pekerja. Sampel adalah NAB iklim kerja panas, instrument untuk
bagian dari jumlah dan karakteristik yang mengukur tingkat dehidrasi adalah dengan
dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang menggunakan pengukuran Berat Jenis Urin
diperoleh adalah pekerja bagian weaving dengan alat Urinometer, dan instrumen untuk
persiapan, weaving I dan weaving II. Teknik mengetahui konsumsi air responden saat
pengambilan sampel dalam penelitian ini pekerja, usia, status gizi dengan informasi berat
menggunakan purposive sampling yaitu teknik badan dan tinggi badan, masa kerja, serta obat-
pengambilan sampel yang dilakukan sedemikian obatan yang dikonsumsi responden dengan
rupa sehingga keterwakilannya ditentukan oleh menggunakan kuesioner.
peneliti berdasarkan pertimbangan orang-orang Teknik pengambilan data yang digunakan

112
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

dalam penelitian ini adalah pengukuran, Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan


wawancara, dan dokumentasi. Analisis data Usia
dalam penelitian ini menggunakan analisis Usia
No Frekuensi Persentase (%)
univariat bertujuan untuk menjelaskan atau (Tahun)
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel 1. 20-29 6 11,3%
2. 30-39 15 28,3%
penelitian. Analisis univariat digunakan untuk
3. 40-50 32 60,4%
mendeskripsikan iklim kerja panas dan Jumlah 53 100
konsumsi air dengan terjadinya dehidrasi dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan prosentase terbesar yaitu 40-50 tahun sebanyak 32 pekerja
variabel yang diteliti. Variabel dengan hasil data (60,4%). Semakin tua semakin sulit berkeringat
kategori akan dianalisis dengan menggunakan sehingga memperkecil kemampuan untuk
prosentase. Analisis bivariat dilakukan terhadap menurunk-an suhu inti pada pekerjaan yang
dua variabel yang diduga mempunyai hubungan sama, tenaga kerja yang berusia tua mempunyai
atau korelasi dengan pengujian statistik. suhu inti lebih tinggi daripada tenaga kerja yang
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan berusia lebih muda. Untuk itu pemulihan
untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu kondisi tubuh selama istirahat membutuhkan
variabel bebas dan variabel terikat, dalam hal ini waktu lebih lama (Heru, 2008).
iklim kerja panas dan konsumsi air yang Menurut hasil penelitian, usia pekerja di
mempunyai hubungan dengan dehidrasi. Uji bagian weaving antara 40-50 tahun. Hal ini
statistik yang dilakukan dalam penelitian ini dikarenakan sebagian besar masa kerja pekerja
disesuaikan dengan jenis skala datanya. Untuk diatas 20 tahun, semakin tinggi usia pekerja
melakukan analisis bivariat ini digunakan akan semakin sulit merespon panas karena
program komputer. penurunan efisiensi cardiovaskuler (jantung)
Uji statistik dalam penelitian ini adalah dan mempunyai suhu inti lebih tinggi daripada
uji chi square, karena jenis hipotesis adalah pekerja yang berusia lebih muda sehingga untuk
hipotesis komparasi atau asosiasi dengan skala pemulihan kondisi tubuh setelah istirahat
pengukuran variabel kategorik dan data tidak membutuhkan waktu lebih lama.
berpasangan. Kriteria hubungan berdasarkan Menurut Siswantara dan Ika (2006),
nilai p value (probabilitas) yang dihasilkan pekerja dengan usia diatas 40 tahun kelenjar
dibandingkan dengan nilai kemaknaan yaitu keringat mempunyai respon yang lebih lambat
jika p value> 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak, terhadap beban panas metabolik dan lingkungan
dan jika p value<0,05 maka Ho ditolak, Ha dari pada pekerja muda. Pada kondisi dimana
diterima. radiasi panas di tempat kerja tinggi maka akan
menyerap panas lebih banyak karena pembuluh
HASIL DAN PEMBAHASAN darah mereka yang terdapat di dekat kulit
sehingga kulit akan terpapar panas dan
Berdasarkan penelitian yang telah menyerap panas lebih banyak dari pada pekerja
dilakukan terhadap 53 pekerja PT. Candi Mekar usia muda. Pekerja yang berusia diatas 40 tahun
Pemalang bagian Weaving diperoleh hasil mempunyai penurunan kemampuan untuk
distribusi karakteristik responden yang dapat mengembalikan suhu tubuh pada suhu normal.
dilihat pada tabel 1. Karakteristik responden Karakteristik responden menurut status
menurut usia, semua responden se-banyak 53 gizi dapat dilihat dari hasil pengukuran Indeks
responden berusia antara 20-50 tahun. Pada Masa Tubuh (IMT) pada pekerja PT Candi
tabel 1. diketahui distribusi responden menurut Mekar Pemalang bagian weaving. Semua
usia yaitu, dari 53 pekerja terdapat sebanyak 6 responden sebanyak 53 responden yang
pekerja (11,3%) berusia 20-29 tahun, 15 pekerja berstatus gizi normal yaitu Indeks Masa Tubuh
(28,3%) berusia 30-39 tahun dan 32 pekerja (IMT) 18,5-22,9 (Suma’mur, 2009).
(60,4%) berusia 40-50 tahun. Kelompok usia Menurut Siswanto (2001), Seseorang

113
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

yang status gizinya buruk akan menunjukkan Tabel 2. Distribusi iklim kerja
respon yang berlebihan terhadap tekanan panas, No Iklim Kerja Frekuensi Persentase (%)
hal ini disebabkan karena sistem kardiovaskuler 1. Panas 35 66,0
yang tidak stabil. Cara untuk menentukan status 2. Sesuai atau 18 34,0
sejuk
gizi seseorang di dunia kesehatan menggunakan
Jumlah 53 100
IMT (Indeks Massa Tubuh) atau BMI (Body
Mass Index). Oleh karena itu, status gizi yang lingkungan kerja baik fisika, kimia, biologi, dan
digunakan sebagai responden penelitian adalah sebagainya. Manusia dapat beradaptasi dengan
pekerja dengan status gizi normal, sehingga suhu lingkungan yang ekstrim baik suhu panas
responden penelitian tidak akan menunjukkan maupun suhu dingin paling cepat dalam waktu
respon yang berlebihan terhadap tekanan panas. dua minggu dengan paparan kurang dari satu
Menurut Metta (2012), lemak dalam hari sesuai dengan kondisi fisik yang baik dan
tubuh merupakan isolasi panas yang baik bagi kemampuan aklimatisasi. Pekerja pada suhu
tubuh karena tubuh mengabsorbsi panas ling- yang panas beraklimatisasi dengan baik dengan
kungan tetapi sulit untuk melepaskannya. Oleh paparan panas setiap hari > 2 tahun masa kerja.
karena itu, orang gemuk kurang baik bekerja Karakteristik responden menurut obat-
pada lingkungan kerja yang panas sehingga di- obatan yang menganggu sirkulasi darah atau
sarankan orang yang mempunyai status gizi respon jantung terhadap tekanan panas, semua
yang baik untuk bekerja dalam lingkungan kerja responden sebanyak 53 pekerja tidak me-
yang panas. Hal ini dikarenakan proporsional ngonsumsi obat-obatan yang menganggu
tubuh berbanding lurus dengan kebutuhan sirkulasi darah atau respon jantung terhadap
cairan, selain proporsi ukuran tubuh, komposisi tekanan panas yaitu obat-obatan yang digunak-
dalam tubuh pun ikut mempengaruhi jumlah an untuk penderita darah tinggi (Antihyperten-
total cairan dalam tubuh. sive). Responden yang menderita penyakit
Karakteristik responden menurut masa hipertensi sebanyak 5 orang, namun tidak
kerja, semua responden sebanyak 53 responden mengonsumsi obat-obatan terkait hipertensi.
masa kerja >2 tahun. Pekerja yang dipekerjakan Antihypertensive adalah obat yang
pada bagian weaving, yaitu pekerja yang masa digunakan untuk penderita darah tinggi. Obat
kerjanya telah 1 tahun bekerja di PT. Candi tersebut dapat mengendurkan kandung kemih
Mekar Pemalang. Hal ini dikarenakan lingkung- bersamaan dengan pembuluh darah dan adanya
an kerja pada bagian weaving cenderung panas penambahan volume urine yang di produksi.
sehingga pekerja baru akan dipekerjakan pada Hal ini membuat seseorang yang mengonsumsi
bagian lainnya seperti bagian finishing, obat tersebut rentan terhadap stres
kemudian setelah masa kerja 1 tahun dan dapat inkontinensia, yang memungkinkan urin keluar
rekomendasikan oleh kepala bagian tersebut, tanpa sengaja ketika bersin, batuk, tertawa,
pekerja baru bisa pekerja di bagian weaving. berlari atau melompat.
Pekerja pada suhu yang panas beraklimatisasi Hasil analisis univariat mengenai
dengan baik dengan paparan panas setiap hari distribusi iklim kerja dapat dilihat pada tabel 2.
>2 tahun masa kerja (suma’mur, 2009). Berdasarkan tabel 2. diketahui distribusi
Menurut Suma’mur (2009), masa kerja responden yang bekerja di ruangan dengan
menentukan lama paparan seseorang terhadap iklim panas yaitu bagian weaving I dengan suhu
faktor risiko yaitu tekanan panas. Maka se- ruangan kerja mencapai 32,22˚C dan weaving II
makin lama masa kerja seseorang kemungkinan dengan suhu ruangan kerja mencapai 31,96˚C
besar orang tersebut telah mengalami adalah 35 pekerja (66%), sedangkan banyaknya
aklimatisasi terhadap iklim kerja (ISBB). Masa responden yang bekerja di ruangan dengan
kerja menunjukan lama paparan di tempat iklim sejuk atau sesuai yaitu bagian weaving
kerja. Semakin lama bekerja di suatu tempat persiapan dengan suhu ruangan kerja mencapai
maka semakin besar pula kemungkinan terpapar 29,72˚C adalah 18 pekerja (34%).

114
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Tabel 3. Distribusi Konsumsi Air


Kerja No: Kep-51/MEN/1999 tentang nilai Konsumsi
No Frekuensi Prosentase (%)
ambang batas faktor fisik tempat kerja yaitu Air
untuk iklim kerja berdasarkan indeks suhu 1. Kurang 24 45,3
2. Cukup 29 54,7
basah (ISBB) adalah beban kerja ringan dan
waktu kerja 75% kerja dan waktu istirahat 25% Jumlah 53 100
iklim kerja yaitu 30,6°C.
perlukan ≥ 2,8 liter/hari air minum bagi seorang
Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja
tenaga kerja, sedangkan untuk pekerjaan dengan
pada bagian weaving, yaitu weaving I, weaving II
suhu lingkungan tidak panas dianjurkan se-
dan weaving persiapan. Dari ketiga ruangan
kurang-kurangnya 1,9 liter/hari (Direktorat
tersebut masing-masing diambil 5 titik peng-
Kesehatan Kerja RI, 2014).
ukuran pada waktu yang berbeda didapatkan
Menurut Indra (2014), pekerja yang
hasil rata-rata pada bagian weaving I mencapai
bekerja di lingkungan panas sebaiknya meng-
32,22˚C, bagian weaving II mencapai 31,96˚C
konsumsi air minum sebanyak 1 gelas setiap 20-
dan bagian weaving persiapan mencapai
30 menit. Pekerja yang minum pada saat haus
29,72˚C. Pengukuran tersebut menunjukkan
saja tidak akan memberikan hasil yang me-
bahwa pada bagian weaving I dan weaving II
muaskan. Kebiasaan minum air yang baik dapat
melebihi NAB yaitu 30,6°C, sedangkan pada
mencegah terjadinya dehidrasi tubuh setelah ter-
bagian weaving persiapan tidak melebihi NAB.
papar panas dalam kurun waktu tertentu. Ke-
Keadaan panas lingkungan kerja bagian weaving
biasaan minum air yang tidak dilakukan dalam
I dan weaving II disebabkan di tempat kerja
kurun waktu yang sering tetap memungkinkan
tersebut tidak terdapat ventilasi terbuka yang
terjadinya dehidrasi, meskipun jumlahnya
cukup dan keadaan lingkungan kerja yang
cukup. Secara fisiologis, manusia sudah dibekali
tertutup, sehingga panas di tempat tersebut tidak
dengan respon untuk memasukkan cairan ke
dapat dialirkan ke luar dengan lancar.
dalam tubuh. Respon haus merupakan refleks
Menurut Suma’mur (2009), tenaga kerja
yang secara otomatis menjadi perintah kepada
bekerja di tempat kerja yang melebihi NAB
tubuh memasukkan cairan.
iklim kerja maka dapat mengalami efek tekanan
Distribusi responden yang berdasarkan tingkat
panas. Efek tekanan panas terjadi sebagai akibat
dehidrasi diketahui dari tabel 4. Responden
dari proses tubuh dalam mempertahankan
dengan kategori dehidrasi berat sebanyak 14
panas tubuh tidak berhasil. Efek tekanan panas
pekerja (26,4%), responden yang memiliki
tersebut dapat berupa keluhan subjektif akibat
tingkat dehidrasi dengan kategori sedang
tekanan panas seperti mengeluh rasa panas,
sebanyak 23 pekerja (43,4%) dan responden
banyak keringat, selalu haus, perasaan tidak
yang memiliki tingkat dehidrasi dengan kategori
enak dan hilangnya nafsu makan yang disebab-
optimal sebanyak 16 pekerja (30,2%).
kan oleh hilangnya cairan dari tubuh oleh peng-
Berdasarkan hasil pengukuran Berat Jenis Urin
uapan keringat.
(BJU) yang dilakukan pengambilan urin pada
Sementara itu, distribusi responden menurut
pekerja bagian weaving setelah 6 jam kerja, dari
jumlah konsumsi air dapat dilihat pada tabel 3.
53 responden frekuensi paling banyak yaitu 23
Pada tabel 3. diketahui distribusi responden
pekerja (43,4%) memiliki tingkat dehidrasi
yang konsumsi airnya masih kurang sebanyak
dengan kategori sedang. Hal ini dikarenakan
24 pekerja (45,3%) dan responden yang
sebagian besar pekerja tidak mem-biasakan
konsumsi airnya cukup sebanyak 29 pekerja
minum air saat kerja tetapi pekerja minum air
(54,7%). Konsumsi air cukup jika jumlah
pada saat haus saja yaitu pada saat istirahat saja
konsumsi air ≥ 11 gelas (1gelas = 250ml) sehari
sehingga tidak mencegah terjadi-nya dehidrasi
dan konsumsi air kurang jika jumlah konsumsi
tubuh setelah terpapar panas dalam kurun
air < 11 gelas (1gelas = 250ml) sehari.
waktu tertentu.
Dalam lingkungan kerja yang panas di-
Menurut Suma’mur (2009), pekerjaan di

115
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

Tabel 4. Distribusi Tingkat Dehidrasi Tabel 5. Analisis Bivariat


No Tingkat Frekuensi Persentase No Variabel Bebas p value Keterangan
Dehidrasi (%) 1. Iklim Kerja Panas 0,00 Ada hubungan
1. Dehidrasi Berat 14 26,4 2. Konsumsi Air 0,001 Ada hubungan
2. Dehidrasi 23 43,4
Sedang
3. Optimal 16 30,2 mengalami tingkat dehidrasi optimal, 18 pekerja
Jumlah 53 100 (34%) mengalami tingkat dehidrasi sedang, dan
13 pekerja (24,5%) mengalami tingkat dehidrasi
tempat panas harus diperhatikan secara khusus berat. Pada 18 responden yang bekerja di iklim
kebutuhan air dan garam sebagai pengganti kerja sejuk atau sesuai yaitu bagian weaving
cairan untuk penguapan. Air minum merupakan persiapan dengan suhu ruangan kerja mencapai
unsur pendingin tubuh yang penting dalam 29,72˚C, terdapat 12 pekerja (22,6%) mengalami
lingkungan panas terutama bagi tenaga kerja tingkat dehidrasi optimal, 5 pekerja (9,4%)
yang terpapar oleh panas yang tinggi sehingga mengalami tingkat dehidrasi sedang, dan 1
banyak mengeluarkan keringat. pekerja (1,9%) mengalami tingkat dehidrasi
Menurut Andayani (2013), Dehidrasi berat. Hasil analisis diperoleh keterangan nilai
pada pekerja dapat menurunkan kemampuan PC (pearson chi square) 18,036 dengan sig 0,00 <
kognitif seperti penurunan konsentrasi dan daya 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukan
ingat sesaat, mempengaruhi suasana hati dan ada hubungan antara iklim kerja panas dengan
semangat kerja, serta menurunkan kapasitas dehidrasi pada pekerja PT. Candi Mekar
kerja fisik akibat kelelahan, lemas, atau pusing. Pemalang bagian weaving.
Hal tersebut dapat menurunkan produktivitas Berdasarkan hasil dapat diketahui bahwa
kerja, meningkatkan risiko kecelakaan kerja dan pekerja yang bekerja di iklim kerja panas atau
ketidakhadiran karena sakit. Produktivitas, ke- lingkungan kerja panas sebanyak 18 pekerja
selamatan, dan kesehatan pekerja perlu dijaga mengalami tingkat dehidrasi sedang dan 13
agar dapat menjalankan pekerjaan semaksimal pekerja mengalami tingkat dehidrasi berat. Hal
mungkin sehingga dapat mencapai keuntungan ini dikarenakan, Pekerja dalam lingkungan
yang maksimal bagi perusahaan. Apabila panas dapat mengalami tekanan panas sehingga
paparan tekanan panas terus berlanjut, maka tubuh akan melakukan adaptasi dengan
dapat menyebabkan gangguan panas seperti lingkungan. Saat suhu lingkungan meningkat,
heat cramps atau kejang otot, heat exhaustion maka suhu tubuh akan meningkat, kelenjar
atau kelelahan¸dan heat stroke. Heat stroke hipotalamus akan mengaktifkan mekanisme
terjadi saat tubuh kehilangan cairan 15% dan regulasi panas tubuh dengan memberikan reaksi
suhu tubuh meningkat sehingga menyebabkan untuk memelihara panas yang konstan dengan
kerusakan jaringan. menyeimbangkan panas yang diterima dari luar
Hasil analisis bivariat antara masing- tubuh dengan kehilangan panas dari dalam
masing variabel dengan dehidrasi dapat dilihat tubuh melalui proses penguapan yaitu pernapas-
pada tabel 5. Pada tabel 5. tersebut dapat an dan keringat. Penguapan terbanyak terjadi
diketahui bahwa variabel bebas yang ber- melalui keringat. Keringat yang berlebih dapat
hubungan dengan dehidrasi pada pekerja menyebabkan dehidrasi bila tidak diikuti dengan
weaving yaitu iklim kerja panas dan konsumsi asupan cairan yang cukup.
air. Hasil penelitian tentang hubungan antara Lingkungan kerja yang beratapkan asbes
iklim kerja panas dengan dehidrasi pada 53 sehingga suhu di lingkungan kerja menjadi
responden, sebanyak 35 responden yang bekerja panas dan di tempat kerja tersebut tidak terdapat
di iklim kerja panas yaitu bagian weaving I ventilasi terbuka yang cukup, serta keadaan
dengan suhu ruangan kerja mencapai 32,22˚C lingkungan kerja yang tertutup, sehingga panas
dan weaving II dengan suhu ruangan kerja di tempat tersebut tidak dapat dialirkan ke luar
mencapai 31,96˚C, terdapat 4 pekerja (7,5%) dengan lancar. Suhu lingkungan kerja yang

116
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

tinggi atau panas menyebabkan pengeluaran yang asupan cairannya tidak memenuhi ke-
cairan tubuh melalui pernapasan dan keringat butuhan dapat mengalami dehidrasi, sehingga
meningkat sehingga mengakibatkan dehidrasi. pekerja yang konsumsi airnya kurang lebih
Dehidrasi yang dialami pekerja disebabkan banyak mengalami dehidrasi berat disbanding-
karena peningkatan kebutuhan cairan akibat kan pekerja yang konsumsi airnya cukup.
faktor suhu lingkungan dan tidak diimbangi Sebanyak 29 responden (54.7%) konsumsi
dengan asupan cairan yang cukup. airnya ≥ 11 gelas (1gelas = 250ml) sehari. Pada
Penelitian ini didukung dengan penelitian pekerja dalam lingkungan panas harus lebih
yang dilakukan sebelumnya oleh Sari (2014) memperhatikan frekuensi minum yang lebih
terdapat hubungan iklim kerja panas dengan sering. Asupan cairan yang tidak memenuhi
dehidrasi pada tenaga kerja bagian boiler di PT. kebutuhan cairan tubuh dapat terjadi karena
Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang faktor kebiasaan minum pekerja.
dengan nilai p value 0,023 < 0,05. Menurut Metta (2012), pekerja memiliki
Hasil penelitian tentang hubungan antara kebiasaan minum saat sudah merasa haus.
konsumsi air dengan dehidrasi pada 53 Padahal haus merupakan respon bahwa tubuh
responden dengan 24 responden konsumsi telah kehilangan cairan sebesar 1-2% berat
airnya kurang (jumlah konsumsi air < 11 gelas badan tubuh. Respon tersebut dikendalikan oleh
(1gelas = 250ml) sehari) yaitu 11 pekerja sistem saraf pusat. Saat terlambat minum, air
(20,8%) mengalami dehidrasi berat, 11 pekerja tubuh menurun, dan osmolalitas cairan tubuh
(20,8%) mengalami dehidrasi sedang, dan 2 meningkat. Ada perbedaan waktu antara tubuh
pekerja (3,8%) mengalami tingkat dehidrasi mulai kekurangan air dengan muncul rasa haus.
optimal. Sedangkan pada 29 responden yang Haus muncul setelah beberapa menit organ
konsumsi airnya cukup (jumlah konsumsi air ≥ tubuh utama kekurangan air dan memberi
11 gelas (1gelas = 250ml) sehari) yaitu terdapat sinyal ke hipotalamus. Seharusnya seseorang
3 pekerja (5,7%) mengalami tingkat dehidrasi mengonsumsi cairan sebelum merasa haus,
berat, 12 pekerja (22,6%) mengalami dehidrasi tetapi hanya sebagian kecil pekerja yang minum
sedang, dan 14 pekerja (26,4%) mengalami sebelum merasa haus.
dehidrasi optimal. Hasil analisis diperoleh Penelitian ini didukung dengan penelitian
keterangan nilai PC (pearson chi square) 13,261 yang dilakukan oleh Andayani (2013) terdapat
dengan sig 0,001 < 0,05 sehingga Ho ditolak. hubungan konsumsi cairan dengan status
Hal ini menunjukan ada hubungan antara hidrasi pada pekerja industri laki-laki dengan
konsumsi air dengan dehidrasi pada pekerja PT. nilai p value 0,006 < 0,05. Sehingga penelitian
Candi Mekar Pemalang bagian weaving. ini selaras dengan penelitian sebelumnya bahwa
Pada lingkungan kerja yang panas di- terdapat hubungan antara konsumsi air dengan
perlukan ≥ 2,8 liter/hari air minum bagi seorang dehidrasi.
tenaga kerja, sedangkan untuk pekerjaan dengan
suhu lingkungan tidak panas dianjurkan PENUTUP
sekurang-kurangnya 1,9 liter/hari (Direktorat
Kesehatan Kerja RI, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Berdasarkan hasil dapat diketahui bahwa dilakukan mengenai hubungan iklim kerja panas
pekerja yang konsumsi airnya kurang sebanyak dan konsumsi air minum saat kerja dengan
11 pekerja mengalami tingkat dehidrasi berat dehidrasi pada pekerja di PT. Candi Mekar
dibandingkan pekerja yang konsumsi air cukup Pemalang bagian weaving, hasil menunjukkan
sebanyak 3 pekerja saja yang mengalami tingkat terdapat hubungan antara iklim kerja panas
dehidrasi berat. Hal ini dikarenakan, Pekerja (p=0,00) dan konsumsi air (p=0,001) dengan
yang mengonsumsi cairan dalam jumlah cukup dehidrasi.
atau sesuai dengan kebutuhan tubuh maka akan Saran untuk pekerja adalah Melakukan
memiliki status hidrasi baik, sedangkan pekerja istirahat 5-10 menit saat sudah mulai merasakan

117
Megayani Puspita Sari /Iklim Kerja Panas / HIGEIA 1 (2) (2017)

haus dan panas ketika bekerja serta segerakan Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY Balai
untuk minum air yang telah disediakan di setiap Hiperkes dan Keselamata Kerja
sudut depan ruangan kerja, dan Konsumsi air ILO. 2016. Good Practices and Challenges Ni Promoting
Decent Work Ni Construction and Infrastructure
minum yang cukup saat kerja minimal 11 gelas
Projects. Ganeva: ILO
kecil (1gelas = 250ml) atau 2,8 liter per hari dan
Indra, M., Furqaan, N., dan Andi, W. 2014.
sebaiknya mengonsumsi air minum sebanyak 1 Determinan Keluhan Akibat Tekanan Panas Pada
gelas setiap 20-30 menit. agar terhindar dari efek Pekerja Dapur Rumah Sakit Di Kota Makassar.
buruk seperti dehidrasi karena bekerja di Skripsi. Makassar: Fakultas Kesehatan
lingkungan yang iklim kerjanya panas. Masyarakat Universitas Hasanuddin
Saran untuk Perusahaan adalah Metta, F. 2012. Sehat dengan Air Putih. Yogyakarta:
memperbaiki ventilasi terbuka atau pemasangan Stomata
blower disetiap sudut ruangan kerja agar Santoso. 2012. Higiene Perusahaan Panas. Solo:
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
sirkulasi udara dapat mengalir dengan baik,
Maret
sehingga panas di tempat kerja dapat dialirkan
Septiana, N dan Widowati, E. 2017. Gangguan
ke luar dengan lancar, meningkatkan fasilitas Pendengaran Akibat Bising. HIGEIA 1(1):73-
perusahaan untuk mempermudah pekerja dalam 82
mengakses air minum, misalnya menambah Siswantara P dan Ika SP. 2006. Perbedaan Efek
jumlah galon dan dispenser disetiap sudut Fisiologis pada Pekerja Sebelum dan Sesudah
ruangan kerja, dan memberikan edukasi pada Bekerja di Lingkungan Kerja Panas. Jurnal
pekerja tentang kebutuhan cairan tubuh untuk Kesehatan Lingkungan. Vol.2 No. 2. Januari
lingkungan kerja panas, tanda-tanda dehidrasi, 2006:163-172
Siswanto. 2001. Tekanan Panas. Surabaya: Balai
akibat dehidrasi, dan cara mencegahnya.
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur
Saran untuk peneliti selanjutnya adalah
Soeripto M. 2008. Higiane Industri. Jakarta: Balai
peneliti selanjutnya dalam pengukuran tingkat penerbit FK UI
dehidrasi sebaiknya dapat menggunakan Suma’mur P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan
metode lain, seperti penurunan berat badan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:Sagung Seto
metode warna urine, dan peneliti selanjutnya Suma’mur, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
diharapkan meneliti faktor-faktor lain yang Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat
berhubungan dengan terjadinya dehidrasi. Kerja. Surakarta:Harapan Press
Tarwaka., Bakri, S H,. Sudiajeng L. 2004. Ergonomi
untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
DAFTAR PUSTAKA
Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Andayani, K. 2013. Hubungan Konsumsi Cairan dengan
Status Hidrasi Pada Pekerja Industri Laki-laki.
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro
Semarang
Direktorat Kesehatan Kerja RI. Bekerjasama dengan
Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi
Indonesia. 2014. Pedoman kebutuhan cairan bagi
pekerja agar tetap sehat dan produktif. Edisi1
Hardinsyah, Briawan, Hartati. 2010. Kebiasaan
Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan
Dewasa di Beberapa Daerah di Indonesia –
THIRST. Pergizi Pangan Indonesia, FEMA
IPB, FKM UNAIR, dan FKM UNHAS
HIPERKES. 2011. Praktikum Laboratorium Hiperkes
Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Dinas Tenaga

118

Anda mungkin juga menyukai