Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

PADA ANAK DI KELURAHAN WAGOM UTARA DISTRIK


PARI WARI KABUPATEN FAKFAK

Delfina Rowati Onya 1, Elly Lilianty Sjattar 2, Arnis Puspitha R 3.


1Student in Bachelor Of Nursing Study Program, Faculty Of Nursing, Hasanuddin University
2lecturer in bachelor of nursing study program, faculty of nursing, Hasanuddin University
3nursing science study program students, Faculty Of Nursing, Hasanuddin University

Email: rowationya@gmail.com

ABSTRAK

Delfina Rowati Onya. C051171752. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Demam Berdarah
Dengue (Dbd) Pada Anak Di Kelurahan Wagom Utara Distrik Pari Wari Kabupaten Fakfak. Dimbing
oleh Elly Lilianty Syattar dan Arnis Puspitha R.
Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit dengan
penyebaran yang cenderung meningkat dan menyerang terutama pada anak anak. DBD di sebabkan
oleh Aedes Aegipty dan Aedes Albupictus. Meningkatnya data penyakit DBD daerah Wagong dari
tahun ketahun semakin meningkat 160 penderita pada tahun 2017 dan meningkat di tahun 2018
sebanyak 172 penderita.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Demam Berdarah Dengue.
Metode: desain penelitian deskriptif survey dimana dalam pengumpulan data tidak di lakukan
intervensi tapi dilakukan cara menjawab pertanyaan pada kuesioner.
Hasil Penelitian: bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang DBD pada Anak di wilayah kelurahan
Wagom utara Distrik Pariwari Kabupaten Fakfak, dapat di lihat dari presentase berada pada kategori
cukup 96 responden dengan presentase (43%) dari total 223 responden. Maka dari hasil tersebut
dapat di ketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu belum sepenuhnya menguasai tentang Demam
Berdarah Dengue.
Kesimpulan dan Saran: gambaran tingkat pengetahuan, penyebab, gejala, perawatan ibu secara
umum tentang demam berdarah dengue di wilayah Kelurahan Wagom Utara pada kategori cukup.
Kata Kunci : DBD, Pengetahu, Ibu dan Anak.
Literature : 25 daftarpustaka (2017-2019)

ABSTRACT

Delfina Rowati Onya. C051171752. DESCRIPTION OF WOMEN'S KNOWLEDGE LEVEL WITH


DENGUE BLOOD FEVER (DHF) IN CHILDREN IN KELURAHAN WAGOM UTARA FAKFAK
DISTRICT PARI WARI KABUPATEN. Supervisor by Elly Lilianty Syattar and Arnis Puspitha R.
Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease with a spread that tends to increase and
attack especially in children. DHF is caused by Aedes Aegipty and Aedes Albupictus. Increased data
on Wagong DHF from year to year has increased 160 patients in 2017 and increased in 2018 as
many as 172 sufferers.
Objective: to determine the level of knowledge of mothers about Dengue Hemorrhagic Fever.
Method: a descriptive survey research design wherein the data collection was not intervened but was
carried out how to answer the questions on the questionnaire.
Results: that the level of knowledge of mothers about DHF in children in the area of North Wagom
sub-district Pariwari District of Fakfak Regency, can be seen from the percentage of 96 respondents
with a percentage (43%) of a total of 223 respondents. So from these results it can be seen that the
level of knowledge of mothers has not been fully mastered about Dengue Hemorrhagic Fever.
Conclusions and Suggestions: an overview of the level of knowledge, causes, symptoms, and general
maternal care about dengue hemorrhagic fever in the North Wagom sub-district in the sufficient
category.
Keywords : DHF, Knowledge, Mother and Child.
Literature : 25 bibliography (2017-2019)
PENDAHULUAN meningkat di tahun 2018 sebanyak 172
Demam Berdarah Dengue (DBD) penderita atau 1,08 % dengan angka kematian
merupakan salah satu penyakit menular sebanyak 2 penderita.
dengan penyebaran yang cenderung Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
meningkat dan menyerang terutama pada mulai tingkat nasional sampai daerah dalam
anak-anak. DBD disebabkan oleh nyamuk rangka menurunkan angka kesakitan dan
Aedes Aegipty dan Aedes Albupictus. Vektor kematian DBD yaitu dengan melakukan
ini sering ditemukan di daerah yang beriklim Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
tropis dan sub tropis. World Health secara optimal melalui Gerakan 1 Rumah 1
Organization (WHO) menyatakan bahwa lebih Juru Pemantau Jentik Nyamuk (Jumantik).
dari 70% di kawasan Asia Tenggara dan Kegiatan ini pun sudah dilakukan oleh
Pasifik Barat merupakan daerah yang paling puskesmas –puskesmas di kabupaten Fakfak
serius terkena dampak dari DBD (WHO,2011). dengan selalu memantau kegiatan PSN oleh
Hingga saat ini, WHO memperkirakan Jumantik setiap bulan. Selain kegiatan PSN
sebanyak 50 sampai 100 juta orang terinfeksi oleh Jumantik, setiap rumah diberi kelambu
Dengue setiap tahunnya, dengan jumlah berinsektisida secara gratis, pembagian abate
kasus sebanyak 500.000 dan jumlah kematian dan dilakukan penyuluhan setiap bulan disaat
karena DBD sebanyak 22.000 dimana ada kegiatan posyandu bayi balita. Fokus
sebagian besar terjadi pada anak-anak sasaran penyuluhan di setiap posyandu yaitu
(WHO,2015;CDC, 2015). ibu-ibu yang datang membawa anak ke
Menurut Kemenkes, 2016 dalam Asean posyandu bayi balita karena insiden terjadinya
Dengue Day menyatakan bahwa di wilayah DBD lebih banyak dialami oleh anak-anak
Asia Tenggara, Indonesia, dan Filipina dengan rentang usia 1-4 tahun. Tidak
memiliki tanggungan beban besar dalam menutup kemungkinan pemberitahuan tentang
kasus demam berdarah. Pada tahun 2013 DBD juga dilakukan di setiap rumah ibadah
Indonesia menempati urutan ke-3 dengan yaitu Mesjid dan Gereja.
kasus sebanyak 101.218 kasus setelah Hasil penelitian Gunasekara,
Filipina (166.107 kasus) dan Thailand Velathhantiri, Weeresekara, at al (2012),
(150.454 kasus). mengatakan bahwa dari 349 warga yang
Jumlah kasus DBD fluktuatif setiap diteliti, hampir semua pernah mendengar
tahun. Data dari Direktorat Pencegahan dan tentang DBD (98%), namun berdasarkan
Pengendalian Penyakit menular Vektor dan sistem penilaian hanya 58 % yang memiliki
Zoonotik, Kemenkes RI tahun 2014 pengetahuan yang memuaskan tentang DBD.
menunjukkan jumlah penderita di Indonesia Hal ini didukung dari hasil penelitian Wati,
mencapai 100.347, 907 orang diantaranya Astuti, dan sari (2016) antara pengetahuan
meninggal. Tahun 2015, penderita DBD orang tua tentang upaya pencegahan dengan
dilaporkan mencapai 129,650 orang dengan kejadian DBD pada anak, yaitu sebagian
1.071 kematian. Angka ini meningkat lagi di besar anak positif DBD dengan persentase
tahun 2016 sebanyak 202.314 penderita dan pengetahuan kurang sebanyak 18 responden (
1.593 kematian. Tahun 2017, terhitung dari 79,5%). Hal ini menunjukkan bahwa masih
bulan Januari hingga bulan Mei sebanyak banyak orangtua yang tidak mengetahui
17.877 kasus dengan angka kematian bahaya penyakit DBD dan kaitannya dengan
sebanyak 115 orang. Angka kesakitan atau pentingnya melaksananakan pencegahan
incident rate (IR) di 35 provinsi di tahun 2015 terhadap kejadian DBD melalui usaha PSN
mencapai 50.75 per 100 ribu penduduk dan IR ataupun dengan cara 3 M plus.
di 2016 mencapai 78.85 per 100 ribu Sudah banyak cara yang dilakukan oleh
penduduk. Angka ini sangat tinggi dari target petugas kesehatan tentang bagaimana
nasional yaitu 49 per 100 ribu penduduk mengatasi angka kejadian DBD dengan
(Kemenkes RI, 2017). memutus rantai berkembangbiaknya larva
Kabupaten Fakfak merupakan salah nyamuk Aedes Aegipty namun masih saja
satu penyumbang kasus DBD di propinsi banyak kejadian DBD . Hasil penelitian Parnali
Papua Barat. Berdasarkan data yang Dhar- chowdhury, at al(2017) mengatakan
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten bahwa Dengue virus ( DENV) dalam
Fakfak Papua Barat, Distrik Pariwari paparannya virus dengue sangat erat
merupakan wilayah dengan kasus DBD hubungan dengan usia, kepemilikan tanaman
tertinggi. Distrik Pariwari memiliki sembilan pot dalam ruangan, jenis tindakan
kelurahan dengan total jumlah jiwa 19.200. Di pengendalian yang digunakan, termasuk
Kabupaten Fakfak kejadian DBD mengalami pengolahan air atau praktek penyimpanan.
peningkatan setiap tahun. Data yang diperoleh Penderita yang masuk di RSUD Fakfak
sebanyak 160 penderita pada tahun 2017 dan sudah dengan status Demam Berdarah
Dengue (klasik) dan bahkan ada yang dengan 3. Memasukkan data (Data Entry) atau
Dengue Syok Sindrom (DSS). Kebanyakan Processing
keluarga membawa anak-anaknya berobat ke Data entry adalah kegiatan
sarana kesehatan jika anak sudah mengalami memasukan data, yakni jawaban-jawaban
demam selama 3-5 hari atau mengalami syok dari masing-masing responden yang
dan ada juga muncul dampak dari dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)
peningkatan DBD yang tak kalah pentingnya dimasukkan kedalam program atau
yaitu dampak psikologis ,yang mana muncul software komputer. Salah satu paket
merebak di kalangan masyarakat Fakfak program yang paling sering digunakan
ketika ada korban yang meninggal dengan untuk “entri data” penelitian adalah paket
kasus DBD yaitu anak dari petugas kesehatan program SPSS for windows.
di Rumah Sakit Umum Daerah Fakfak. 4. Pembersihan Data (Cleaning)
Hal ini memicu peneliti untuk meneliti Apabila semua data dari setiap
gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang sumber data atau responden selesai
Demam Berdarah Dengue (DBD ) pada anak dimasukkan, perlu dicek kembali untuk
di kelurahan wagom distrik Pariwari terhadap melihat kemungkinan-kemungkinan
kejadian DBD . apakah keluarga mampu adanya kesalahan-kesalahan kode,
mengenali anak dengan DBD, bagaimana ketidak lengkapan, dan sebagainya,
merawat anak dirumah, bagaimana mengenali kemudian dilakukan pembetulan atau
tanda-tanda berbahaya untuk segera koreksi.
membawa anak ke rumah sakit dan
bagaimana mencegah DBD. Analisis data
Analisa data diolah dengan
BAHAN DAN METODE sistem komputerisasi menggunakan program
lokasi, populasi dan sampel SPSS for windows untuk kemudian dilakukan
Penelitian ini akan mulai dilaksanakan analisa univariat.
pada bulan April – Mei 2019. Lokasi Penelitian
ini telah dilaksanakan di Kelurahan Wagom HASIL PENELITIAN
Utara Distrik Pariwari Kabupaten Fakfak 1. Kriteria Umum Pasien
Propinsi Papua Barat. Populasi dalam Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden
penelitian ini sebanyak 500 responden. Berdasarkan Karakteristik Ibu Terhadap
Sampel dalam penelitian ini sebasar 223 Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
orang. anak di Kelurahan Wagom Utara Distrik
1. Kriteria Inklusi Pariwari Kabupaten Fakfak (n = 223)
a. Ibu yang mempunyai anak dari 0-18
tahun Karakteristik n %
b. Memahami bahasa Indonesia. Umur
c. Sehat jasmani dan rohani Remaja Akhir (17-25) 55 24.1
d. Bersedia menjadi responden. Dewasa Awal (26-35) 91 41.2
Dewasa Akhir (36-45) 63 25.8
2. Kriteria eksklusi Lansia awal (46-55) 14 4.7
a. Tidak bersedia menjadi responden Pendidikan
b. Pasien yang tidak datang berobat di Tidak Tamat SD 6 2,7
Puskesmas Antara. Tamat SD/Sederajat 21 9,4
Tamat SMP/Sederajat 25 11,2
Pengolahan Data Tamat SMA/Sederajat 87 39,0
1. Editing Tamat 84 37,7
Hasil wawancara, angket, atau Akademik/Sederajat
pengamatan dari lapangan harus Pekerjaan
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih PNS 65 29,1
dahulu. Secara umum editing adalah Wiraswasta 50 22,4
merupakan kegiatan untuk pengecekan Petani 12 5,4
dan perbaikan isian formulir atau Tidak Bekerja 96 43,0
kuesioner tersebut. Mendapatkan Informasi
2. Coding atau pengkodean DBD
Setelah semua kuesioner diedit Ya 218 97,8
atau disunting, selanjutnya dilakukan Tidak 5 2,2
peng”kodean” atau coding, yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan pengetahuan tentang DBD, yaitu sebesar
bahwa mayoritas responden berada pada 11.7% ( 26 responden).
usia awal (91 orang, lebih dari 87 orang
(39,0%) dengan latar belakang pendidikan Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Tingkat
tamat SMA, mayoritas responden tidak Pengetahuan Berdasarkan Umur
bekerja sebanyak 96 orang (43,0%) dan
telah terpapar informasi tentang DBD Baik Cukup Kurang
sebanyak 218 orag (97.,8 %). Umur
n % n % n %
Remaj 8 3.5 2 10. 23 10.
2. Analisis Bivariat
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Tingkat a Akhir 4 5 1
Pengetahuan Responden DBD (17-
Pengeta Baik Cukup Kurang 25)
huan n % n % n %
Dewas 3 14. 3 15. 27 11.
6 28. 96 43. 63 28.
a Awal 1 2 3 1 9
4 7 0 3
(26-
Berdasarkan tabel menunjukkan 35)
hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu
terhadap DBD pada anak di kelurahan Dewas 2 9.3 3 12. 10 4.4
Wagom Utara Distrik Pariwari Kabupaten a Akhir 2 1 1
Fakfak menunjukkan pengetahuan yang (36-
cukup terhadap DBD, yaitu sebesar 43.0% 45)
( 96 responden).
Lansia 1 0.4 7 3.0 2 1.3
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Awal
Pengetahuan Berdasarkan Tingkat
(46-
Pendidikan
55)
Tingkata Baik Cukup Kurang
n
Pendidik n % n % n % Berdasarkan tabel menunjukkan hasil
an bahwa responden pada usia dewasa awal
Tidak 0 0.0 2 0.2 4 1.8 mempunyai tingkat pengetahuan yang baik
Tamat tentang DBD, yaitu sebesar 14.2% ( 31
SD responden).
Tamat 1 5.8 8 3.6 0 0.0
SD Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Tingkat
3
Pengetahuan Berdasarkan Umur
Tamat 0 0.0 13 5.8 0 0.0
Baik Cukup Kurang
SMP Pekerjaan
Tamat 1 8.5 42 18. 26 11. n % n % n %
SMA 9 8 7 Petani 2 0.9 3 1.3 7 3.1

Tamat 4 20. 31 13. 8 3.6 PNS 34 15. 2 11. 5 2.2


Pergur 5 2 9 2 5 2
uan
Tinggi Tidak 10 4.5 5 22. 35 16.
Bekerja 0 4 1
Berdasarkan tabel menunjukkan
hasil bahwa responden pada tingkat Wiraswa 18 8.1 1 8.1 15 6.7
perguruan tinggi mempunyai persentase sta 8
yang lebih besar, memiliki kategori baik
dari segi pengetahuan tentang DBD, yaitu
sebesar 20.2% (45 responden). Berdasarkan tabel menunjukkan hasil
Sedangkan responden yang memiliki bahwa responden yang mempunyai
pendidikan SMA atau sederajat memiliki pekerjaan sebagai PNS memiliki tingkat
kategori yang kurang dari segi pengetahuan yang baik tentang DBD, yaitu
sebesar 15.2% ( 34 responden). Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa
Sedangkan responden yang tidak bekerja responden yang mendapatkan informasi
memiliki tingkat pengetahuan kurang yang tentang DBD memiliki persentase yang
lebih tinggi, yaitu sebesar 16.1% (35 lebih tinggi dalam tingkat pengetahuan
responden). mereka, yaitu sebesar 28.3% ( 63
responden).
Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi Tingkat
Pengetahuan Berdasarkan Mendapat Atau PEMBAHASAN
Tidak Informasi DBD Hasil penelitian menunjukan bahwa dari
223 responden, tingkat pengetahuan ibu
Pengeta Baik Cukup Kurang tentang DBD pada anak di Kelurahan Wagom
huan Utara, kecamatan Pariwari kabupaten Fakfak
tentang n % n % n % tahun 2019, dapat dilihat presentasenya
berada pada kategori cukup yaitu 96
DBD
responden (43%), dan pengetahuan ibu
1 1 tentang DBD pada kategori baik sebanyak 63
Penyeb 0 46. 0 46. 6.7 responden (28,3%) serta pengetahuan ibu
ab DBD 4 64 4 64 15 3 dengan kategori kurang sebanyak 64
1 responden (28,7%).
Gejala 4 21. 5 69. 8.9 Berdasarkan hasil penelitian diatas,
DBD 8 52 5 51 20 7 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
1 pengetahuan Ibu tentang DBD pada anak di
Perawat 2 56. 8 38. 4.4 wilayah kelurahanWagom Utara Distrik
an DBD 7 95 6 57 10 8 Pariwari Kabupaten Fakfak, dapat dilihat dari
Penceg 1 presentase berada pada kategori cukup 96
ahan 3 61. 7 33. 5.3 responden dengan presentase (43%) dari total
DBD 7 43 4 18 12 8 223 responden. Maka dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu
Dari tabel diatas dapat dilihat pengetahuan belum sepenuhnya menguasai tentang
sebagian responden tentang penyebab Demam Berdarah Dengue.
DBD adalah baik dan cukup sebanyak Para ibu yang berada diwilayah
46.64% atau 104 responden . Kelurahan Wagom Utara, masih ada sebagian
Pengetahuan sebagaian responden yang belum mendapatkan informasi tentang
tentang gejala DBD adalah cukup DBD yaitu sekitar 5 responden (2,2%), baik
sebanyak 69.51% atau 155 responden . lewat media massa maupun penyuluhan dari
Sebagian besar responden memiliki petugas kesehatan. Hal ini dibuktikan dari
pengetahuan tentang perawatan DBD tingkat pendidikan sekitar 6 responden (2,7%)
adalah pada kategori baik sebanyak yang tidak tamat sekolah dasar. Serta
56.95% atau 127 responden. Sebagian kebanyakan responden yang berada di
besar responden memiliki pengetahuan wilayah Wagom Utara bekerja sebagai ibu
tentang pencegahan DBD adalah pada Rumah Tangga (tidak bekerja) 96 responden
kategori baik sebanyak 61.43% atau 137 (43%) sehingga ibu kurang memperdulikan
responden. Pada total pengetahuan tentang kesehatan dan kurang mengetahui
tentang DBD sebagian besar responden secara umum tentang penyakit Demam
memiliki pengetahuan yang cukup yaitu Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue
sebanyak 43.05% atau 96 responden. (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada
anak-anak. Dengan gejala utama demam,
Tabel 1.6 Distribusi pengetahuan tentang nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk
penyebab, gejala, perawatan dan setelah dua hari pertama dan apabila timbul
pencegahan DBD (n=223) renjatan atau shock maka angka kematian
akan meningkat.
Mendapa Baik Cukup Kurang Ibu yang berada di kelurahan Wagom
t Utara sebagian memiliki pengetahuan yang
Informasi n % n % n % baik sekitar 63 responden (28,3%) karena ibu
DBD mengganggap ini adalah hal yang sering
terjadi dan sering timbul dikalangan keluarga
YA 6 28. 9 43. 59 26.
responden, dan mereka sering mendaptak
3 3 6 0 5
informasi-informasi dari media-media dan
TIDAK 1 0.4 0 0.0 4 1.8
televise serta penyuluhan tentang kesehatan
sehingga ibu paham penyebab dari DBD.
Demam berdarah dengue ditandai oleh tindak penanganan DBD dan
demam mendadak tanpa sebab yang jelas pencegahannya
diserta gejala lain seperti lemah, nafsu makan Sedangkan responden yang memiliki
berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan pendidikan SMA atau sederajat memiliki
punggung dan sendi, kepala dan perut. kategori yang kurang dari segi
pengetahuan tentang DBD, yaitu sebesar
1. Gambaran usia terhadap pengetahuan 11.7% ( 26 responden). Hal ini karena
ibu tentang DBD pada anak. pelajaran semasa sekolah kurang
Hasil penelitian ini menunjukkan usia memberikan wawasan dan pengetahuan
produktif dalam rentang (26-35 tahun) terhadap penanganan DBD dan
memiliki pengetahuan yang tinggi. pencegahanya sehingga pengetahuan
Menurut Pangesti (2012), bahwa pada DBD kurang dan hal ini karena kurangnya
usia produktif merupakan usia yang fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan
paling berperan dan memiliki aktivitas yang memadai pula.
yang padat serta memiliki kemampuan Menurut Muzaham, menyatakan bahwa
kognitif yang baik. Sehingga, pada usia pendidikan formal pada dasarnya akan
ini memiliki pengaruh terhadap tingkat memberikan kemampuan pada
pengetahuan. seseorang untuk berpikir rasionaldan
Usia seseorang juga objektif dalam menghadapi masalah
mempengaruhi terhadap daya tangkap hidup terutama penyakit (wulandari,
dan pola pikir seseorang. Semakin 2013). Pendidikan merupakan bimbingan
bertambah usia akan semakin yang diberikan seseoarang terhadap
berkembang pula daya tangkap dan pola perkembangan orang lain menuju impian
pikirnya, sehingga pengetahuan yang dan cita-cita tertentu yang menentukan
diperolehnya semakin baik. Pada usia 20- manusia untuk berbuat dalam hidup agar
35 tahun, individu akan lebih berperan tercapai keselamatan dan kebahagiaan.
aktif dalam masyarakat dan kehidupan Pendidikan diperlukan untuk
sosial serta lebih banyak melakukan mendapatkan informasi untukberupa hal-
persiapan demi suksesnya upaya hal yang dapat menunjang kesehatan
menyesuaikan diri menuju usia tua. agar hidupnya optimal
Selain itu, mereka akan lebih banyak (Notoatmojo,2014). Menurut YB Mantra
menggunakan banyak waktu untuk dalam Notoatmojo, 2014 pendidikan
membaca. Kemampuan intelektual, dapat mempengaruhi seseorang
pemecahan masalah dan kemampuan termasuk juga perilaku akan pola hidup
verbal dilaporkan hampir tidak ada terutama dalam memotivasi untuk
penurunan pada usia ini. Indiantoro berperan serta , pada umumnya makin
(2009), bahwa umur adalah usia individu tinggi tingkat pengetahuan maka semakin
yang terhitung mulai saat dilahirkan mudah menerima informasi.
sampai saat beberapa tahun. Semakin Berdasarkan hasil penelitian ini sejalan
cukup umur, tingkat kematangan dengan penelitian (Ristiyanto, 2014)
seseorang akan lebih matang dalam bahwa Pendidikan dalam penelitian ini
berpikir dan bekerja. Hal ini juga dikelompokkan menjadi 6 jenjang yaitu
berpengaruh terhadap kognitif seseorang. tidak pernah sekolah, tidak tamat SD,
Tamat SD, Tamat SLTP, Tamat SLTA
2. Gambaran tingkat penndidikan terhadap dan Tamat D3/ S1. Hasil survei (Tabel 1)
pengetahuan ibu tentang DBD pada diketahui bahwa responden dengan
anak. pendidikan tamat SLTA mempunyai
persentase paling besar yaitu 28,1%,
Berdasarkan hasil penelitian sedangkan responden tidak pernah
menunjukkan hasil bahwa responden sekolah mempunyai persentase paling
pada tingkat perguruan tinggi mempunyai kecil yaitu 2,1%.
persentase yang lebih besar, memiliki
kategori baik dari segi pengetahuan 3. Gambaran pekerjaan terhadap
tentang DBD, yaitu sebesar 20.2% (45 pengetaahuan ibu tentang DBD pada
responden). Hal ini karena pendidikan anak
dapat memberkan wawasan dan
pengetahuan selama proses belajar Hasil penelitian menunjukkan ibu dengan
mengajar sehingga tingkat pengetahuan pekerjaan PNS lebih baik
tentang DBD baik dan dapat di pengetahuannya.
aplikasikan ke dunia nyata atau pada
Penelitian yang dilakukan oleh Pangesti Sebagian besar responden
(2012), menjelaskan bahwa pekerjaan memiliki pengetahuan tentang perawatan
seseorang akan berpengaruh terhadap DBD adalah pada kategori baik sebanyak
pengetahuan dan pengelaman 56.95% atau 127 responden. Hal ini
seseorang. Penjelasan mengapa karena adanya dorongan dan bantuan
pekerjaan berpengaruh terhadap dari perawat dalam melakukan tindakan
seseorang adalah ketika pekerjaan keperawatan yang cepat dan tanggap
tersebut lebih sering menggunakan otak terhadap responden walaupun responden
dari pada menggunakan otot. Kinerja dan kurang mendapatkan pelayanan dengan
kemampuan otak seseorang dalam cepat karena jarak dan tempat yang sulit
menyimpan (daya ingat) bertambah atau untuk mencapai pelayanan yang
meningkat ketika sering digunakan, hal ini memadai.
berbanding lurus ketika pekerjaan Sebagian besar responden
seseorang lebih banyak menggunakan memiliki pengetahuan tentang
otak daripada otot. pencegahan DBD adalah pada kategori
Penjelasan lain yang mendukung adalah baik sebanyak 61.43% atau 137
kemampuan otak atau kognitif seseorang responden. Hal ini karena adanya
akan bertambah ketika sering digunakan perilaku perhensif atau pencegahan yang
untuk beraktifitas dan mengerjakan dilakukan perawat dan responden dalam
sesuatu dalam bentuk teka-teki atau melakukan pencegahan DBD yaitu
penalaran. Adapun realita yang ada untuk dengan menjaga kebersihan dan
pekerjaan ibu yang memiliki kesehatan dalam rumah tangga walaupun
pengetahuan yang baik, yaitu PNS, sebagian responden kurang
dimana pekerjaan PNS lebih mendapatkan pelayanan penyuluhan
menggunakan otak dibanding dengan terkait pencegahan dan perawatn DBD di
otot. wilayahnya karena faktor tempat dan
Berdasarkan penelitian ini sejalan dengan jarak yang jauh dan sulit.
hasil penelitian (Ristiyanto, 2014) bahwa Pada total pengetahuan tentang
Pekerjaan responden terbanyak adalah DBD sebagian besar responden memiliki
ibu rumah tangga (66,4%), diikuti pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak
wiraswasta/pedagang (18,5%). 43.05% atau 96 responden. Hal ini
karena responden kurang mendapatkan
4. Gambaran Tingkat Pengetahuan pengetahuan secara menyeluruh di setiap
Berdasarkan penyebab, gejala, daerah hal ini karena keterbatasan
perawatan dan pencegahan DBD dalam tempat dalan lokasi yang sulit di lalui dan
mendapat Atau Tidak Informasi tentang kurangnya media yang memadai dalam
DBD mendapatkan informasi seperti media
internet dan buku sebagai sumber utama
Berdasarkan hasil penelitian dapat pengetahuan responden.
dilihat bahwa pengetahuan sebagian Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
responden tentang penyebab DBD penelitian (Susila, 2014) bahwa tingkat
adalah baik dan cukup sebanyak 46.64% pengetahuan responden tentang demam
atau 104 responden. Hal ini karena berdarah dan kejadian demam
responden mendapatkan langsung dari berdarah terhadap 58 responden. Hasil
pihak rumah sakit atau perawat sehingga penelitian diketahui bahwa responden
responden sedikit paham mengenai sebagian besar tingkat pendidikan
penyebab utama dari penyakit DBD sedang berjumlah yang 32 orang
walaupun responden kurang (55,2%) dan tingkat pengetahuan tinggi
mendapatkan informasi dari media social berjumlah 26 orang (44,8%).
karena faktor mediayang tidak memadai. Responden yang tingkat pengetahuan
Pengetahuan sebagaian responden tinggi kebanyakan tidak pernah terkena
tentang gejala DBD adalah cukup demam berdarah di dalam keluarganya
sebanyak 69.51% atau 155 responden. dengan jumlah 20 orang, dan yang
Hal ini karena responden lebih banyak pernah terkena demam berdarah
mendapatkan penjelasan dan tindakan sebanyak 6 (enam) orang. Responden
yang tepat dalam keperawatan terhadap yang tingkat pengetahuan sedang
responden walaupun responden kadang kebanyakan pernah terkena demam
kurang memahami mengenai penyebab berdarah di dalam keluarganya dengan
utama dari penyakit DBD jumlah 16 orang, dan yang tidak pernah
terkena demam berdarah sebanyak 16
orang. Berdasarkan analisis data dengan 1. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
Chi Square Tests dengan nilai secara umum tentang Demam
p=0,036 menunjukkan bahwa ada Berdarah Dengue di wilayah
hubungan antara tingkat pengetahuan Kelurahan Wagom Utrara berada
DBD dan kejadian DBD. Pengetahuan pada kategori cukup
pada dasarnya terdiri dari sejumlah 2. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
fakta dan teori yang memungkinkan secara umum tentang Pengertian
seseorang untuk dapat memecahkan Demam Berdarah Dengue di wilayah
masalah yang dihadapinya. Kelurahan Wagom Utrara berada
pada kategori cukup
5. Gambaran mendapatkan informasi 3. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
terhadap pengetaahuan ibu tentang DBD secara umum tentang Penyebab
pada anak. Demam Berdarah Dengue di wilayah
Kelurahan Wagom Utrara berada
Hasil penelitian ini menggambarkan pada kategori cukup
rensonden banyak menerima informasi 4. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
memiliki pengetahuan yang baik secara umum tentang Gejala Demam
menunjukkan bahwa responden yang Berdarah Dengue di wilayah
mendapatkan informasi tentang DBD Kelurahan Wagom Utrara berada
memiliki persentase yang lebih tinggi pada kategori cukup
dalam tingkat pengetahuan mereka, yaitu 5. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
sebesar 28.3% ( 63 responden). Hal ini secara umum tentang cara cara
karena responden mendapatkan perawatan Demam Berdarah Dengue
informasi dari pihak puskesmas atau di wilayah Kelurahan Wagom Utrara
dinas kesehatan terkait dan jarak yang berada pada kategori cukup
memadai sehingga pengetahuan 6. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
responden terhadap DBD baik yang secara umum tentang cara
dapat mencegah dan menangani pencegahan Demam Berdarah
terjadinya DBD di sekitar lingkungannya Dengue di wilayah Kelurahan Wagom
atau pada keluarganya. Utrara berada pada kategori cukup.
Berdasarkan teori menurut newcomb
yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003),
menyatakan bahwa sikap itu merupakan SARAN
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
dan bukan merupakan motif tertentu akan Fakfak
lebih mudah menerima informasi Agar lebih meningkatkan lagi mutu
sehingga memiliki sikap yang lebih baik pelayanan kesehatan dan pengetahuan
dari pada seseorang yang berpendidikan ibu tentang kesehatan khususnya
lebih rendah. Sedangkan dilihat dari penyakit DBD dengan cara memberikan
faktor pendukung, berdasarkan hasil penyuluhan-penyuluhan khususnya
penelitian pada responden dengan tingkat didaerah yang tinggi angka kesakitan
pendidikan SMA memiliki pengetahuan dan kematian kasus DBD serta
yang rendah, menurut peneliti, ibu meningkatkan upaya pencegahan dan
dengan larat belakang pendidikan rendah mengajarkan serta membiasakan
dapat bertambah pengetahuannya masyarakat memiliki pola hidup gerakan
melalui informsi yang diterima tentang masyarakat sehat (GERMAS).
DBD, baik melalui media cetak atau 2. Bagi Kelurahan Wagom Utara
online juga dari pengalaman dari anaknya Diharapkan untuk dapat mendorong
yang sakit. masyarakat untuk tetap berpartispasi
dalam mengerakan masyarakat dalam
KESIMPULAN upaya pencegaha peningkatan kasus
DBD
Berdasarkan hasil penelitian tentang 3. Bagi Peneliti lain
gambaran tingkat pengetahuan ibu
terhadap DBD pada anak di Kelurahan Diharapkan penelitian ini bisa dapat
Wagom Utara, Kecamatan Pariwari dikembangkan lagi sehingga dapat
Kabupaten Fakfak sebanyak 223 menekan angka kejadian kesakitan dan
responden dapat disimpulkan sebagai kematian terhadap DBD.
berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Anindia, L. (2009). Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Paseban Barat Jakarta Pusat tentang Demam
Berdarah dengue dan faktor-faktor yang berhubungan. FK UI.

Ashif, R.J, Arkhaedesi,W & Haeruddin. (2011). Hubungan antara lama penurunan suhu tubuh dengan
indeks efusi pleura pada anak dengan Demam Berdarah Dengue, 11.

Achjar, K. A. (2010). Aplikasi praktiks asuhan keperawatan keluarga. Sagung Seto : Jakarta

Bhave, S. dan Rajput, C.S (2015). Chinicalprofil outcome of dengue ferver and dengue haemoragic
fever in pediatric age group with special reference ti who guidelimes 2012 on fluid management
of dengue fever. Internasional journal of advanced reerce, 199

Bhavsar, Ami T, Donal Shepard, Jose A Suaya, Musa Mafowosofo, Clare L. Hurley, Marion
W.Howard.(2010). A private hospital-based study assessing knowledge, attitudes, practices
and costs associated with dengue illness in Surat India. Dengue Bulletin 34. 54-60.

Cristanto, et al. (2014). Kapita selekta kedokteran ed.3 jilid 1. Teguh Hopcop: Jakarta

Dharma, Kelana Kusuma. (2017). Metodelogi penelitian keperawatan. Trans Info Media : Jakarta.

Fullerton, Laura M Sarah Dickin, Cornies, Schuster Wallace. (2014). Mapping Gobal Vlnerability to
beague using the water associated Disease Index Antario United. http://inweh.unu.edu/wp-
content upload global-vuinerability-to dengue-using-WADI.pdf.

Gunasekara, Velathantiri, Weerasekara, Fernando, Peelawattage, Guruged (2012). Knowlwdge,


attitudes and practices regarding dengue fever in a suburban community in Srilanka. Galle
Medical Journal 17 (1), 10-17.

Hadinegoro, S.R. (2011). Demam tifoid pada anak yang perlu diketahui Medicastore, I.

Harningsih, D.Setiawan D & Hasan Mihardja M. (2012). Identifikasi permasalahan dosis dan terapi
pada pasien anak demam berdarah dengue (DBD) rawat inap pengguna askes dan nonaskes
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekaharjo Purwokwerto, Parmach 27.
Kemenkes, RI. (2011). Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta

Kemenkes RI. (2016). Asian Dengue Day di Indonesia. Jakarta

Kemenkes, RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Sekretariat Jendral Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Notoatmodjo. (2012).Metodologi penelitian kesehatan. Renena Cipta: Jakarta.

Nurrif, & Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan doagnosa medis & NANDA
(North American Nursing Diagnosis Accosiation) NICNOC. Yogyakarta: Media Action.

Rahmawati, E. (2012). Hubungan antara jenis antiperitika yang digunakan dengan manifestasi
perdarahan pada anak yang mendrita Demam Berdarah Dengue,2.

Ristiyanto. (2014). Peran Pengetahuan Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Pengendalian
Vektor Dbd Pada Masyarakat. 6(February 2009), 41–45.

Sastroasmoro. (2011). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. CV. Sagung Seto. Jakarta.

Soedarto. (2011). Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Sagung Seto. Jakarta.

Soedarno S, Garma H. Hadinegoro S.R Satari H.I (2012). Buku ajar infeksi dan pediatric drops,
Jakarta : Badan penerbit IDAI
Sudaryono. (2012). Perbedaan manifestasi klinis dan laboratorium berdasarkan imnuoglobin pada
penderita demam berdarah dengue, perpustakaan 25-26

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kombinasi. Alfabeta : Bandung

Susila. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan dbd dengan kejadian dbd di banjar pegok, desa
sesetan, kecamatan denpasar selatan. 5, 28–33.

WHO. (2009). Dengue Guedillines For Diagnosis Treatmen, Prevention And Control.

Wati, N. K., Astuti, S., & Sari, L. K. (2016). Hubungan pengetahuan dan sikap orang tua tentang
upaya pencegahan dengan kejadian DBD pada anak di RSUD Banjarbaru tahun 2015.
Jurkessia, 24-25.

Ziliwu, H. J. (2014). Buku Ajar Metodologi dan Riset Keperawatan. Pustaka As Salam : Makassar.

Anda mungkin juga menyukai