D3 2017 368315 Complete
D3 2017 368315 Complete
TUGAS AKHIR
SEMESTER VI TA. 2016/2017
Oleh
Annisa Miftahul Yumnani
NIM. 14/368315/SV/06801
TUGAS AKHIR
SEMESTER VI TA. 2016/2017
Oleh
Annisa Miftahul Yumnani
NIM. 14/368315/SV/06801
i
HALAMAN PERSEMBAHAN
“The best way to predict the future is to create it.” – Abraham Lincoln
Kedua orang tua, Bapak Suyanta dan Ibu Siti Hartati Retnaningsih yang telah
membimbing, mendidik serta memberikan doa, dukungan, dan nasehat selama ini.
Adik, Arisca Dian Rahmadhani yang telah memberikan canda tawa, doa, dan dukungan.
Teman-teman Teknik Geomatika 2014 untuk segala kebersamaan dan kisah yang
dirangkai.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pemetaan
Situasi Skala 1 : 500 di Dusun Degan 1, Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Tugas Akhir ini ditulis sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli
Madya (A.Md.) pada Program Studi Diploma 3 Teknik Geomatika, Departemen
Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini
tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Waljiyanto, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Diploma 3
Teknik Geomatika sekaligus Ketua Departemen Teknologi Kebumian,
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.
2. Ibu Yulaikhah, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingannya selama ini.
3. Bapak Dr. Diyono, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing tugas akhir atas
kritik, saran, nasehat, waktu, dan ilmu yang diberikan kepada penulis
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh dosen dan karyawan di Kampus Teknik Geodesi dan Geomatika,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
5. Orang tua dan keluarga penulis atas segala doa, nasehat, bimbingan, dan
dukungan yang telah diberikan selama ini.
6. M. Reza Chandra Kusuma, Farid Rohman, Khusnul Hotimah, Silvia Dwi
Cahyani, Galuh Meidiana dan tim Poligon Utama atas kerjasama, ilmu,
dan kebersamaan selama rangkaian pekerjaan pemetaan situasi
berlangsung.
v
7. Sahabat-sahabat Pita Pink (Pachira Eizza P., Silvia Dwi C., Riris Prastika
W., dan Eka Mariyana N.) atas segala semangat, cerita, canda tawa, dan
kebersamaan yang telah diberikan dari awal perkuliahan sampai saat ini.
8. Ria Sri W., Adhelia C. Kartika, dan Andrianto Pujo S. atas segala
semangat, dukungan, dan saran yang telah diberikan.
9. Teman-teman Teknik Geomatika angkatan 2014 atas segala semangat,
dukungan, dan kebersamaannya.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat berguna bagi berbagai pihak.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
I.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................... 2
I.3. Materi Pekerjaan ................................................................................................ 2
I.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ......................................................................... 3
I.5. Rencana Pelaksanaan ......................................................................................... 3
I.6. Anggota Kelompok ............................................................................................ 4
vii
II.5. Kerangka Acuan Kerja (KAK) ....................................................................... 20
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 36
V.1. Kesimpulan..................................................................................................... 36
V.2. Saran ............................................................................................................... 36
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
INTISARI
xiii
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2. Maksud dan Tujuan
Pemetaan situasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pemetaan skala besar secara
menyeluruh mulai dari pemeriksaan dan koreksi alat sampai tergambarnya peta
situasi. Adapun tujuan dari pemetaan situasi ini adalah menghasilkan peta situasi
skala 1:500 serta sebagai bahan dalam penyusunan Tugas Akhir.
2
I.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pengukuran dan pemetaan situasi terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam kurun waktu tertentu dengan lokasi yang berbeda-beda. Lokasi dan
waktu pelaksanaan pengukuran dan pemetaan situasi tercantum dalam tabel I.1.
Tabel I.1. Lokasi dan waktu pelaksanaan
No Uraian Kegiatan Waktu Lokasi
1. Penyegaran materi, pen- 23 - 27 Maret Kampus Teknik Geodesi
jelasan Kerangka Acuan 2017 dan Geomatika, Fakultas
Kerja (KAK), pembagian Teknik, Universitas Gadjah
dan pengecekan alat dan Mada, Yogyakarta
bahan
2. Pengambilan data ukuran 29 Maret – 7 Dusun Degan 1, Desa
April 2017 Banjararum, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta
3. Perhitungan data ukuran 29 Maret – 9 Kampus Lapangan
dan penggambaran peta April 2017 STTNAS Kulon Progo,
manuskrip Dusun Degan 2, Desa
Banjararum, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta
4. Pengujian peta 9 April 2017 Dusun Degan 1, Desa
Banjararum, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta
5. Pengolahan data ukuran 11 April – 3 Kampus Teknik Geodesi
dan penggambaran peta Mei 2017 dan Geomatika, Fakultas
digital Teknik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
3
Tabel I.2. Rencana jadwal pelaksanaan
Tanggal
Maret April 11
No Uraian Kegiatan April
23 24 27 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 –3
Mei
1. Persiapan
pemetaan situasi
2. Survei
pendahuluan dan
pemasangan titik
kontrol utama
3. Pengukuran dan
perhitungan
kerangka kontrol
horizontal (KKH)
utama
4. Pengukuran dan
perhitungan
azimuth matahari
5. Pengukuran dan
perhitungan
kerangka kontrol
vertikal (KKV)
utama
6. Pengukuran detail
situasi dan titik
tinggi
7. Penggambaran
peta manuskrip
8. Pengujian peta
9. Penggambaran
peta digital
4
2. Kelompok 8 lokasi 10 :
a. Khusnul Hotimah (14/361252/SV/05531)
b. M. Reza Chandra Kusuma (14/368216/SV/06757)
c. Farid Rohman (14/368265/SV/06777)
d. Annisa Miftahul Yumnani (14/368315/SV/06801)
e. Silvia Dwi Cahyani (14/368326/SV/06805)
f. Galuh Meidiana (14/370270/SV/07777)
5
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1.1.1. Poligon tertutup. Poligon tertutup adalah jenis poligon yang titik awal dan
titik akhirnya sama (Kavanagh, 2010). Poligon tertutup tidak membutuhkan titik ikat
yang banyak, namun hasil ukurannya cukup terkontrol. Karena bentuknya tertutup
6
maka akan membentuk segi banyak atau segi n (n = banyak titik poligon) (Basuki,
2011). Ilustrasi poligon tertutup seperti yang tercantum pada Gambar II.1.
7
fs = 2 . k . √ .. ............................................................................................ (II.5)
Δβ = ....................................................................................................... (II.6)
Keterangan :
k : ketelitian bacaan sudut pada alat ukur
n : banyak titik poligon
Δβ : koreksi tiap sudut
Apabila fs bernilai positif (+) maka koreksi sudut yang dilakukan bernilai
negatif (-), sedangkan apabila fs bernilai negatif (-) maka koreksi sudut yang
dilakukan bernilai positif (+).
...................................................................................... (II.11)
...................................................................................... (II.12)
Keterangan :
di : jarak tiap sisi poligon
Δxi : koreksi tiap sisi absis
8
Δyi : koreksi tiap sisi ordinat
Berdasarkan kesalahan penutup absis (fx) dan kesalahan penutup ordinat (fy)
yang terjadi, dapat dihitung kesalahan penutup jarak (linier) beserta ketelitian
penutup jarak (linier) poligon tersebut. Perhitungan kesalahan dan ketelitian penutup
jarak (linier) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
fl = √ ................................................................................... (II.13)
√
Ketelitian linier poligon = .................................................... (II.14)
Keterangan :
fl : kesalahan penutup jarak (linier)
II.1.1.2. Pengukuran sudut horizontal. Sudut horizontal adalah selisih dari dua bacaan
arah. Pengukuran sudut tunggal terdiri dari beberapa cara, yaitu cara pengukuran
tunggal, cara pengukuran seri (rangkap), cara pengukuran repetisi, dan cara
pengukuran reiterasi (Basuki, 2011).
Pengukuran sudut horizontal dalam pekerjaan kerangka kontrol horizontal ini
berupa pengukuran dua seri rangkap. Pengukuran sudut horizontal dua seri rangkap
menghasilkan 4 buah sudut dengan 2 buah dalam kedudukan biasa (F1) dan 2 buah
dalam kedudukan luar biasa (F2). Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan pembacaan sudut horizontal. Ilustrasi pengukuran sudut
horizontal dua seri rangkap seperti yang tercantum pada Gambar II.2.
9
Gambar II.2. Pengukuran sudut horizontal dua seri rangkap (Basuki, 2011)
Besarnya tiap sudut yang terukur dapat dihitung menggunakan persamaan
(II.17), (II.18), (II.19) dan (II.20). Rata-rata keempat sudut yang digunakan untuk
perhitungan dapat dihitung menggunakan persamaan (II.21).
β1 = F1C – F1A .......................................................................................... (II.17)
β2 = F2C – F2A .......................................................................................... (II.18)
β3 = F1‟C – F1‟A........................................................................................ (II.19)
β4 = F2‟C – F2‟A........................................................................................ (II.20)
α = .................................................................................... (II.21)
Keterangan :
β1, β2, β3, β4 : besar sudut terukur
F1A, F1C, F1‟A, F1‟C : bacaan horizontal kedudukan teropong biasa
F2A, F2C, F2‟A, F2‟C : bacaan horizontal kedudukan teropong luar biasa
α : besar sudut rata-rata
10
yang terletak pada bidang datar, jarak miring yaitu jarak yang terletak pada bidang
miring, dan jarak tegak/tinggi yaitu jarak yang terletak pada bidang tegak
(Syaifullah, 2014).
Konsep dasar pengukuran jarak elektronik adalah suatu sinyal gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu alat yang berdiri di atas titik pada
ujung garis yang akan diukur jaraknya, kemudian di ujung lainnya dipasang alat
pemantul sinyal (reflector). Sinyal gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
kemudian dipantulkan kembali ke pemancar dengan waktu lintas perjalanan pergi-
pulang (Basuki, 2011).
Jarak lintasan pada pengukuran jarak elektronik dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
D = ½ . t . v ................................................................................................. (II.22)
Keterangan :
D : jarak garis yang diukur (lintasan)
t : waktu lintasan sinyal pergi-pulang
v : kecepatan sinyal
Ketelitian pengukuran jarak elektronik dipengaruhi oleh besarnya kesalahan
konstanta pada alat ukur (prisma) dan kesalahan pengukuran yang sebanding dengan
jarak yang diukur. Pada umumnya, ketelitian dari pengukuran jarak elektronik dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut :
Ketelitian PJE = 5 mm ± (5 ppm . D ) ...................................................... (II.23)
Keterangan :
5 mm : kesalahan alat ukur yang tidak tergantung dari jarak yang diukur
5 ppm : kesalahan yang sebanding dengan jarak yang diukur
D : jarak dalam milimeter
11
memadai (Basuki, 2011). Dalam pemetaan situasi ini, penentuan azimuth yang
digunakan yaitu pengamatan matahari. Ilustrasi azimuth matahari seperti yang
tercantum pada Gambar II.3.
Untuk melakukan pengamatan matahari, ada beberapa metode yang dapat
digunakan, yaitu metode tinggi matahari dan metode sudut waktu. Dalam
pengamatan matahari yang dilakukan pada pemetaan situasi ini menggunakan
metode tinggi matahari.
Deklinasi matahari dapat dilihat pada tabel deklinasi yang sesuai dengan jam
dan tanggal pengamatan. Deklinasi matahari dapat berubah tiap 1” per menit
sehingga arloji yang digunakan harus mempunyai ketelitian sampai 1 menit.
12
1. Koreksi Refraksi
Refraksi merupakan pembelokan sinar yang dipancarkan benda langit ke
permukaan bumi yang mengakibatkan benda langit yang diamati akan terlihat lebih
tinggi dari yang sebenarnya. Koreksi refraksi selalu bertanda minus (-). Besarnya
koreksi refraksi dalam tekanan udara normal dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut :
r = 58” . ctg hu .......................................................................................... (II.25)
Keterangan :
hu : sudut vertikal ukuran
2. Koreksi Paralak
Paralak merupakan sudut pada benda langit yang terbentuk oleh garis yang
mengarah ke pusat bumi dan ke permukaan bumi. Sudut paralak akan mencapai nilai
maksimum apabila benda langit berada di horizon. Koreksi paralak selalu
ditambahkan (+) pada sudut vertikal (hu) dan dikurangkan (-) pada sudut zenit.
Besarnya koreksi paralak horizon dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
p = 8”,8 . cos hu ........................................................................................ (II.26)
13
4. Koreksi Setengah Diameter Matahari
Koreksi yang diberikan apabila pada pengamatan matahari yang diamati bukan
pusat matahari melainkan tepi-tepinya. Koreksi ini bisa diberikan pada sudut vertikal
maupun sudut horizontal dengan ketentuan :
a. untuk sudut vertikal, apabila yang dibidik tepi atas maka koreksinya minus
(-), sedangkan apabila yang dibidik tepi bawah maka koreksinya plus (+).
b. untuk sudut horizontal, apabila yang dibidik tepi matahari yang jauh dari
titik acuan maka koreksinya minus (-), sedangkan apabila yang dibidik tepi matahari
yang dekat dengan titik acuan maka koreksinya plus (+).
Besaran koreksi setengah diameter matahari dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :
½ dh = ½ d . sec hu .................................................................................... (II.28)
Untuk perhitungan azimuth titik acuan (Ap) dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :
Ap = Am + β + koreksi ½ dh .................................................................... (II.29)
Keterangan :
Am : azimuth matahari
β : sudut horizontal antara matahari dan titik acuan
½ dh : koreksi setengah diameter matahari horizontal
14
datar merupakan konsep penentuan beda tinggi antara dua titik atau lebih dengan
garis bidik mendatar/horizontal yang diarahkan pada rambu-rambu yang berdiri
tegak/vertikal (Basuki, 2011). Ilustrasi penentuan beda tinggi antara dua titik
menggunakan metode sipat datar seperti tercantum pada Gambar II.4.
Gambar II.4. Penentuan beda tinggi antara dua titik (Basuki, 2011)
Keterangan :
A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda tingginya
a dan b : tinggi garis bidik di titik A dan B
HA dan HB : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi
ΔhAB : beda tinggi antara titik A dan B
Untuk mengetahui beda tinggi antara dua titik dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :
ΔhAB = a – b ................................................................................................ (II.30)
Apabila (a-b) hasilnya positif (+), maka dari titik A ke titik B naik, atau titik B
lebih tinggi daripada titik A. Sedangkan apabila (a-b) hasilnya negatif (-), maka dari
titik A ke titik B turun, atau titik B lebih rendah daripada titik A.
Jika jarak antar titik kontrol pemetaan relatif jauh, pengukuran beda tinggi
dengan penyipat datar tidak dapat dilakukan dengan satu kali berdiri alat, maka
antara dua buah titik kontrol yang berurutan dibuat beberapa slag dengan titik-titik
bantu dan pengukurannya dibuat secara berantai (differential levelling) (Basuki,
2011). Ilustrasi penentuan beda tinggi yang dibuat beberapa slag seperti tercantum
pada Gambar II.5.
15
Gambar II.5. Penentuan beda tinggi dengan beberapa slag (Basuki, 2011)
Keterangan :
A dan B : titik tetap yang akan ditentukan beda tingginya
1 dan 2 : titik-titik bantu pengukuran
bA, b1, dan b2 : bacaan rambu belakang
mA, m1, dan m2 : bacaan rambu muka
Untuk menghitung beda tinggi antara 2 titik dengan slag dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
ΔHAB = Σ Δh = Σ b - Σ m ..................................................................... (II.31)
Keterangan :
Δh : beda tinggi tiap slag
Σ b : jumlah pembacaan rambu belakang
Σ m : jumlah pembacaan rambu muka
Namun pada kenyataannya setiap pengukuran mengalami kesalahan penutup
beda tinggi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya kesalahan
penutup beda tinggi sebagai berikut :
Σ∆h ± fh = 0 ............................................................................................... (II.32)
Kesalahan penutup beda tinggi (fh) maksimum dalam pengukuran beda tinggi
kerangka kontrol vertikal poligon utama dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut :
fh = 10 mm √ ........................................................................................ (II.33)
Keterangan :
d : jarak optis (dalam kilometer)
16
Kemudian besarnya kesalahan penutup beda tinggi (fh) dikoreksikan terhadap
masing-masing sisi poligon menggunakan persamaan (II.34). Beda tinggi terkoreksi
pada tiap-tiap titik dihitung menggunakan persamaan (II.35).
Keterangan :
Σ∆h : jumlah beda tinggi
fh : kesalahan penutup beda tinggi
khi : koreksi kesalahan beda tinggi masing-masing sisi poligon
∆hi‟ : beda tinggi terkoreksi
17
Gambar II.6. Pengukuran teknik tachimetri (Basuki, 2011)
Keterangan :
A : titik berdiri alat (station/STN)
B : titik ikat (acuan ke belakang/BS)
1 : titik detail
dA1 : jarak mendatar titik A dan 1
dm : jarak miring titik A dan 1
ΔhA1 : beda tinggi titik A dan 1
ti : tinggi instrument
tt : tinggi target
Az : azimuth titik ikat
α : azimuth titik detail
β : sudut horizontal
h : sudut helling
18
II.3. Penggambaran Peta
Peta merupakan produk yang dihasilkan dari pekerjaan pemetaan yang
dilakukan di suatu lokasi. Peta yang dihasilkan dalam kegiatan pemetaan situasi ini
ada 2 macam peta, yaitu peta manuskrip dan peta digital.
II.3.1. Peta manuskrip
Peta manuskrip merupakan peta yang dibuat dengan menggunakan media
berupa kertas dan digambar secara manual. Dalam peta manuskrip terdapat 2 objek
yang menjadi isi dari peta, yaitu objek planimetris dan objek garis kontur.
Agar posisi gambar terletak simetris berada di tengah muka peta, maka dapat
diketahui dengan menari titik tengah peta berdasarkan koordinat minimal dan
maksimal dari hasil pengukuran (Basuki, 2011). Untuk mencari nilai X tengah dan Y
tengah dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
Xt = ½ . (X maks + X min) ...................................................................... (II.42)
Yt = ½ . (Y maks + Y min) ...................................................................... (II.43)
Posisi koordinat X dan Y pada peta manuskrip diwakili oleh detail planimetris,
sedangkan posisi koordinat Z pada peta manuskrip diwakili oleh angka ketinggian
pada tiap objek. Namun, apabila hanya dengan angka ketinggian saja kurang
merepresentasikan keadaan topografi yang sebenarnya di lapangan, maka dibuat
garis kontur untuk merepresentasikan keadaan topografi yang sebenarnya di
lapangan.
Garis kontur merupakan suatu garis yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki nilai ketinggian yang sama. Dua garis kontur yang berurutan memiliki
selisih tinggi yang disebut dengan interval kontur. Untuk menghitung interval kontur
dapat menggunakan persamaan (II.44). Garis kontur pada peta manuskrip dibuat
menggunakan metode interpolasi linier (Basuki, 2011).
IK = skala peta .............................................................................. (II.44)
19
memuat detail planimetris dan garis kontur. Dalam penggambarannya memerlukan
beberapa perangkat lunak, yaitu Microsoft Excel untuk mengolah data hasil
pengukuran menggunakan Total Station, perangkat lunak Surpac untuk menggambar
garis kontur, dan perangkat lunak ArcGIS untuk menggambar detail planimetris dan
layout peta.
20
BAB III
PELAKSANAAN
III.1. Persiapan
Sebelum melakukan pemetaan situasi, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk meminimalisir terhambatnya kegiatan pengukuran yang akan dilaksanakan di
lapangan. Persiapan yang dilakukan berupa :
1. Penyegaran materi. Penyegaran materi dilakukan untuk mengingat kembali
materi-materi yang pernah diberikan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan pemetaan situasi baik pada saat perkuliahan di dalam kelas maupun
pada saat praktek di lapangan.
2. Penjelasan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Agar pengukuran yang dilakukan
hasilnya baik dan seragam, maka pengukuran tersebut harus mengacu pada
kerangka acuan kerja yang disepakati.
3. Pembagian alat ukur dan bahan perlengkapan. Alat ukur yang akan diguanakan
dalam pengukuran di lapangan dibagi ke tiap-tiap kelompok dengan
menggunakan undian. Kemudian alat ukur dan bahan perlengkapa tiap
kelompok diberi identitas kelompok agar tidak tertukar antar kelompok saat
pengukuran berlangsung.
4. Pengecekan alat ukur. Setelah mendapatkan alat ukur yang akan digunakan
untuk pengukuran di lapangan, maka selanjutnya alat ukur tersebut dilakukan
pengecekan sehingga alat ukur yang dibawa di lapangan merupakan alat ukur
terbaik yang meminimalisir terjadinya kesalahan pengukuran. Pengecekan alat
meliputi :
a. pengecekan sumbu I vertikal pada alat ukur Total Station;
b. pengecekan kesalahan kolimasi dan indeks vertikal pada alat ukur Total
Station;
c. pengecekan konstanta prisma pada prisma standar dan ketelitian jarak pada
alat ukur Total Station; dan
d. pengecekan garis bidik mendatar pada alat ukur Sipat Datar Digital.
21
III.2. Alat dan Bahan
III.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada pengukuran poligon utama seperti yang tercantum
pada tabel III.1.
Tabel III.1. Daftar alat poligon utama
No Nama Alat Jumlah
1 Total Station TOPCON GTS-225 1 set
2 Teodolit SOKKIA 1 set
3 Sipat datar digital TOPCON DL-503 2 set
4 GPS handheld 1 set
5 Stopwatch dan jam digital 1 buah
6 Statif alumunium 5 buah
7 Prisma standar dengan tribach 2 buah
8 Rambu barcode dan nivo 4 buah
9 Sepatu rambu 4 buah
10 Roll meter 2 buah
11 Payung dan jas hujan secukupnya
Alat yang digunakan pada pengukuran kelompok seperti yang tercantum pada
tabel III.2.
Tabel III.2. Daftar alat kelompok
No Nama Alat Jumlah
1 Total Station SOKKIA SET 550X 1 set
2 Sipat datar otomatis Nikon AX-2s 1 set
3 Statif alumunium 3 buah
4 Prisma standar dengan tribach 2 buah
5 Prisma reflektor dengan pole 2 buah
6 Rambu ukur 2 buah
7 Sepatu rambu 2 buah
8 Pita ukur 1 buah
9 Roll meter 2 buah
10 Payung dan jas hujan secukupnya
III.2.2. Bahan
Bahan dan perlengkapan yang digunakan untuk pengukuran meliputi :
1. Patok kayu 3x5x35 cm sebanyak 25 buah untuk titik poligon utama
2. Patok kayu 2x3x20 cm sebanyak 20 buah untuk titik poligon regu
3. Palu
4. Paku payung secukupnya
22
5. Tas lapangan
6. Alat tulis, formulir data lapangan, dan kertas sketsa lapangan
7. Alat hitung dan media penyimpanan data
8. Laptop
9. Printer
23
1. Mendirikan alat ukur Total Station di atas titik PU-01 sebagai stasiun, dan
mendirikan prisma standar di atas titik PU-15 sebagai acuan ke belakang dan
PU-02 sebagai acuan ke muka. Kemudian melakukan sentering dan leveling
pada ketiganya.
2. Melakukan pengukuran sudut horizontal 2 seri rangkap :
a. Mengatur teropong pada posisi biasa (F1), kemudian membidik titik acuan
ke belakang (PU-15) dan mengukur jarak horizontal sebanyak 5 kali.
Mencatat nilai bacaan sudut horizontal dan jarak terukur ke dalam formulir
pengukuran.
b. Membidik titik acuan ke muka (PU-02) dan mengukur jarak horizontal
sebanyak 5 kali. Mencatat nilai bacaan sudut horizontal dan jarak terukur ke
dalam formulir pengukuran.
c. Mengatur teropong pada posisi luar biasa (F2), kemudian membidik titik
acuan ke muka (PU-02). Mencatat nilai bacaan sudut horizontal terukur ke
dalam formulir pengukuran.
d. Membidik titik acuan ke belakang (PU-15). Mencatat nilai bacaan sudut
horizontal terukur ke dalam formulir pengukuran.
e. Mengulangi langkah poin a sampai dengan d dengan bacaan sudut
horizontal awal ditambah 90°. Karena langkah poin a sampai dengan d
adalah pengukuran sudut horizontal satu seri rangkap.
3. Melakukan perhitungan selisih antara sudut tunggal pengukuran dengan sudut
rata-rata pengukuran untuk mengecek memenuhi KAK atau tidak. Apabila
memenuhi KAK, maka pengukuran dapat dilanjutkan ke titik selanjutnya.
Namun, apabila tidak memenuhi KAK, maka dilakukan pengukuran ulang
terlebih dahulu.
4. Melakukan langkah poin ke-1 sampai dengan poin ke-3 untuk mengukur titik-
titik kerangka kontrol horizontal selanjutnya.
24
1. Mendirikan alat ukur Teodolit di atas titik PU-09 sebagai stasiun dan
mendirikan prisma standar di atas titik PU-10 sebagai acuan. Kemudian
melakukan sentering dan leveling pada keduanya.
2. Memposisikan teropong dalam keadaan biasa (F1), lalu membidik titik acuan
PU-10. Mencatat nilai bacaan sudut horizontalnya ke dalam formulir
pengukuran.
3. Membuka klem horizontal dan vertikal, lalu memngarahkan teropong ke
matahari dan menggerakkan klem sehingga bayangan matahari ditadah dengan
kertas HVS di belakang lensa okuler.
4. Mengunci klem horizontal dan vertikal, kemudian mengatur lensa sehingga
bayangan matahari pada kertas tadah menjadi tajam serta mengatur fokus lensa
okuler sehingga benang silang pada kertas HVS menjadi jelas.
5. Memposisikan bayangan matahari pada masing-masing kuadran dengan
menggunakan sekrup penggerak halus.
6. Mencatat waktu dan bacaan horizontal pada saat bayangan matahari
menyinggung benang silang horizontal dan vertikal, serta membuat sketsanya.
7. Membuka klem horizontal dan vertikal, lalu memposisikan teropong dalam
keadaan luar biasa (F2). Kemudian melakukan langkah poin 4 sampai 6.
8. Membidik titik acuan PU-10, lalu mencatat nilai bacaan sudut horizontalnya ke
dalam formulir pengukuran.
9. Melakukan pengukuran menggunakan GPS handheld untuk mengetahui lintang
(φ), bujur (λ), dan tinggi titik terhadap muka air laut.
25
2. Mendirikan alat ukur Sipat Datar di antara 2 titik yang akan diukur beda
tingginya, kemudian melakukan leveling. Jarak muka dan belakang alat ukur
Sipat Datar terhadap rambu barcode relatif sama, dengan toleransi selisih jarak
rambu muka dan belakang < 2%.
3. Membidik rambu barcode yang berada di belakang, kemudian mencatat hasil
pengukuran ke dalam formulir pengukuran.
4. Membidik rambu barcode yang berada di muka, kemudian mencatat hasil
pengukuran ke dalam formulir pengukuran.
5. Berpindah pada slag berikutnya. Rambu barcode yang akan dibidik untuk slag
selanjutnya tidak perlu dipindah, hanya diputar saja mengikuti letak sipat datar.
Mengulangi langkah poin 1 sampai dengan 4 sehingga mendapatkan data
pengukuran pergi dan pulang.
6. Melakukan perhitungan selisih beda tinggi antara beda tinggi pergi dan beda
tinggi pulang serta beda tinggi rata-rata untuk mengecek memenuhi KAK atau
tidak. Apabila memenuhi KAK, maka pengukuran dapat dilanjutkan ke sisi
selanjutnya. Namun, apabila tidak memenuhi KAK, maka dilakukan
pengukuran ulang terlebih dahulu.
7. Melakukan langkah poin ke-1 sampai dengan poin ke-6 untuk mengukur titik-
titik kerangka kontrol vertikal selanjutnya.
26
1. Mendirikan alat ukur Total Station di atas titik PR-3 sebagai stasiun, dan
mendirikan prisma standar di atas titik PR-2 sebagai acuan ke belakang.
Kemudian melakukan sentering dan leveling pada keduanya.
2. Memasang prisma pada masing-masing pole dengan tinggi yang sama.
3. Mengukur tinggi alat, baik tinggi Total Station, tinggi prisma standar, maupun
tinggi prisma.
4. Membuka job untuk menyimpan data hasil pengukuran detail.
5. Memasukkan nilai koordinat (X,Y,Z) titik stasiun (PR-3) beserta tinggi alatnya.
6. Mengatur teropong pada posisi biasa (F1).
7. Membidik titik acuan ke belakang (PR-2), kemudian memasukkan nilai
koordinat (X,Y,Z) serta tinggi alatnya.
8. Meletakkan prisma pole di titik PR-4 kemudian membidik titik acuan ke muka
(PR-4), kemudian memasukkan nilai ketinggian prisma.
9. Membidik titik-titik detail sesuai dengan sketsa perencanaan yang dapat
dicakup oleh titik PR-3.
10. Melakukan langkah poin ke-1 sampai dengan poin ke-9 untuk membidik titik-
titik detail lainnya dari titik-titik poligon yang ada.
27
5. Menghitung lintang (φ) yang diperoleh dari pengukuran menggunakan GPS
handheld.
6. Menghitung azimuth matahari menggunakan persamaan (II.24).
7. Menghitung sudut horizontal antara matahari dan titik acuan.
8. Menghitung koreksi setengah diameter untuk horizontal menggunakan
persamaan (II.28).
9. Menghitung azimuth titik acuan (Ap) menggunakan persamaan (II.29).
10. Menghitung rata-rata azimuth titik acuan.
28
2. Menghitung kesalahan penutup beda tinggi (fh) dan toleransi kesalahan
penutup beda tinggi pada pengukuran pergi, pulang, dan rata-rata
menggunakan persamaan (II.32) dan (II.33).
3. Menghitung besarnya koreksi kesalahan penutup beda tinggi (fh) di tiap-tiap
titik menggunakan persamaan (II.34), kemudian mengoreksikan pada setiap
penambahan beda tinggi menggunakan persamaan (II.35).
4. Menghitung nilai koordinat Z pada tiap titik menggunakan persamaan (II.36).
29
memanjang melalui area yang dilewati garis kontur. Kemudian membandingkan
hasil ukuran uji peta detail planimetris dan ketinggian titik pada penampang
melintang terhadap ukuran detail planimetris dan garis kontur di peta manuskrip
dengan KAK.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Pengukuran dan
perhitungan
kerangka kontrol
horizontal (KKH)
utama
4. Pengukuran dan
perhitungan
azimuth matahari
5. Pengukuran dan
perhitungan
kerangka kontrol
vertikal (KKV)
utama
6. Pengukuran detail
situasi dan titik
tinggi
7. Penggambaran
peta manuskrip
8. Pengujian peta
9. Penggambaran
peta digital
Keterangan : = Rencana kerja
= Realisasi kerja
31
Berdasarkan rencana jadwal pelaksanaan yang telah dibuat, secara keseluruhan
pekerjaan pemetaan situasi sesuai dengan rencana jadwal yang telah dibuat. Hanya
pada beberapa aspek tertentu yang mengalami keterlambatan dari rencana jadwal
pelaksanaan, seperti pada pengukuran dan perhitungan Kerangka Kontrol Vertikal
(KKV) Utama dan penggambaran peta manuskrip.
Pada pengukuran dan perhitungan Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) Utama
mengalami keterlambatan dikarenakan ada beberapa sisi poligon yang selisih beda
tinggi pulang dan beda tinggi pergi cukup besar, sehingga mempengaruhi hasil akhir
pada beda tinggi pergi, beda tinggi pulang, dan beda tinggi rata-rata yang
menyebabkan tidak memenuhi Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Pada penggambaran peta manuskrip mengalami keterlambatan dikarenakan
pada saat uji peta ternyata baik uji planimetris maupun uji ketinggian tidak
memenuhi Kerangka Acuan Kerja (KAK), sehingga perlu adanya perbaikan pada
peta manuskrip.
32
Pengukuran azimuth matahari pada tanggan 31 Maret 2017 hanya dilakukan
pada pagi hari karena pada sore hari cuaca tidak mendukung dilakukannya
pengukuran. Sehingga pengukuran kembali dilakukan pada hari berikutnya yaitu
pada 1 April 2017, dan hasilnya dirata-rata. Nilai azimuth rata-rata PU-09 terhadap
PU-10 kemudian digunakan untuk menghitung nilai azimuth masing-masing titik
kontrol utama dalam perhitungan bouwditch KKH Poligon Utama. Hasil pengukuran
dan perhitungan azimuth matahari secara lengkap disajikan pada lampiran C.
Berdasarkan tabel IV.3. kesalahan penutup sudut dan kesalahan penutup jarak
pada poligon utama telah memenuhi Kerangka Acuan Kerja. Hasil pengukuran dan
perhitungan KKH Poligon Utama secara lengkap disajikan pada lampiran D.
33
Berdasarkan tabel IV.4. beda tinggi pergi, pulang, dan rata-rata pada poligon
utama telah memenuhi Kerangka Acuan Kerja. Hasil pengukuran dan perhitungan
KKV Poligon Utama secara lengkap disajikan pada lampiran E.
Berdasarkan tabel IV.5. uji planimetris dan uji ketinggian yang dilakukan
terhadap peta manuskrip tidak memenuhi Kerangka Acuan Kerja. Hal tersebut
dikarenakan pada penggambaran peta manuskrip tidak menggunakan peralatan yang
sesuai dengan KAK, dan data ukuran yang digunakan pada pengujian peta tidak
begitu banyak. Hasil perhitungan uji peta terhadap peta manuskrip secara lengkap
disajikan pada lampiran I.
34
IV.3. Hambatan/Kendala dan Cara Mengatasinya
Dalam pelaksanaan pemetaan situasi terdapat beberapa hambatan yang harus
dilalui baik pada saat tergabung dalam kelompok poligon utama maupun kelompok
8. Hambatan dan solusi yang penulis alami selama pelaksanaan pemetaan situasi
tercantum dalam tabel IV.6.
Tabel IV.6. Hambatan dan solusi pada pemetaan situasi
No. Hambatan/Kendala Cara Mengatasinya
1 Kondisi pematang pada sawah yang Menghindari pematang yang kecil
terlalu kecil. dengan mencari rute lain yang
pematangnya tidak terlalu kecil.
2 Terjadinya undulasi saat melakukan Menghindari melaukan pengukuran
pengukuran sehingga pengukuran pada jam-jam rawan terjadinya
perlu dilakukan berkali-kali. undulasi, dengan alternatif lain yaitu
memulai pengukuran lebih awal.
3 Cuaca yang tidak menentu. Memulai pengukuran lebih awal dan
membawa perlengkapan yang
mencukupi untuk mengantisiasi
terjadinya turun hujan secara
mendadak, sehingga bisa
menyelamatkan alat ukur.
4 Pembuatan sketsa untuk pengukuran Menguasai kemampuan mental map
detail yang cukup rumit. sehingga sketsa bisa dirancang pada
saat di asrama sehingga saat waktunya
pengukuran bisa langsung mengukur
mengacu pada sketsa yang telah
dibuat.
5 Ploting titik pada detail sawah yang Memilih titik-titik tertentu yang
terlalu banyak pada peta manuskrip. merepresentasikan keadaan di
lapangan.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemetaan situasi yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Azimuth matahari di titik PU-09 dengan titik acuan di titik PU-10 sebesar 102°
39‟ 56”.
2. Pengukuran KKH Poligon Utama dengan 15 titik poligon memiliki kesalahan
penutup sudut sebesar 33” dan ketelitian linier sebesar 1:12.185 dengan nilai
KAK kesalahan penutup sudut sebesar 38.78” dan KAK ketelitian linier
sebesar 1:10.000. Sehingga pengukuran KKH Poligon Utama memenuhi KAK.
3. Pengukuran KKV Poligon Utama dengan 15 sisi poligon memiliki kesalahan
beda tinggi pergi, pulang, dan rata-rata sebesar -6,8 mm, 2,4mm, dan 4,6 mm
dengan nilai KAK kesalahan beda tinggi pergi, pulang, dan rata-rata sebesar ±
13,436 mm, ± 13,399 mm, dan ± 13,148 mm. Sehingga pengukuran KKV
Poligon Utama memenuhi KAK.
4. Pemetaan situasi menghasilkan peta situasi yang digambar menggunakan skala
1:500.
V.2. Saran
Agar dalam pelaksanaan pemetaan situasi kedepannya lebih baik lagi, maka
penulis menyarankan beberapa hal :
1. Pahami seluk-beluk Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang digunakan dan kuasai
materi yang digunakan dalam pemetaan.
2. Gunakan waktu yang ada semaksimal mungkin dengan mengacu pada tata kala
rencana jadwal yang telah dibuat.
3. Kekompakan dan kepedulian antar anggota kelompok maupun antar kelompok
harus dijaga. Juga bersikap sopan terhadap warga dan lingkungan sekitar.
4. Perkuat kemampuan mental map kondisi pengukuran di lapangan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Pedoman Pelaksanaan DTGM 365 Tugas Akhir (TGA), Program
Studi Diploma 3 Teknik Geomatika, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Anonim, 2017, Buku Panduan Praktek Kerja Lapangan, Program Diploma 3 Teknik
Geomatika, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Basuki, S., 2011, Ilmu Ukur Tanah, cetakan kedua (edisi revisi), Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Kavanagh, B. F., 2010, Surveying with Construction Applications, Seventh Edition,
Pearson Education, Inc, New Jersey.
Syaifullah, A., 2014, Modul Ilmu Ukur Tanah, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional,
Yogyakarta.
37
LAMPIRAN A
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
38
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
1. Persiapan
1. Masing-masing kelompok sebelum ke lapangan membuat daftar peminjaman
alat (rangkap dua, satu lembar diserahkan ke Laboran) dan memeriksa
kelengkapan alat, bahan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan.
2. Setiap kelompok harus membuat laporan hasil pengecekan alat meliputi :
a. kevertikalan sumbu I,
b. kondisi garis kolimasi,
c. posisi indeks vertikal,
d. kondisi konstanta jarak elektronik.
3. Butir 1 dan 2 harus mendapat persetujuan dosen pembimbing.
2. Peninjauan Lapangan
Hal-hal yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah :
1. Menentukan kedudukan titik-titik kontrol utama.
2. Memasang patok dan tanda pada titik-titik kontrol utama.
3. Mengukur jarak antara titik-titik kontrol utama secara pendekatan agar distribusi
titik-titik poligon tersebut sesuai dengan spesifikasi pengukuran.
4. Menentukan sisi poligon yang akan diukur azimuth astronomisnya. Titik poligon
untuk pengamatan astronomi dipilih pada daerah yang terbuka sehingga tidak
terhalang pada saat pengamatan pagi dan sore hari.
5. Membuat sketsa distribusi titik-titik kontrol utama yang akan diukur.
39
2. Jaring kontrol horizontal utama (Poligon Utama) berupa poligon tertutup.
3. Sisi-sisi poligon diusahakan memiliki panjang yang sama, lebih kurang 100-200
meter.
4. Jarak antar titik poligon diukur secara elektronik menggunakan alat ukur Total
Station.
5. Sisi poligon diukur dua arah (pergi-pulang). Jumlah pengukuran sisi-sisi poligon
pada satu arah sebanyak 5 kali. Perbandingan selisih jarak pergi-pulang dengan
jarak reratanya lebih kecil atau sama dengan 1:10.000, atau standar deviasi
pengukuran jarak setiap sisi poligon lebih kecil atau sama dengan 5 mm ± 5 ppm
D (D dalam millimeter).
6. Sudut titik-titik poligon diukur sebanyak 2 seri (4 buah sudut, 2 buah dalam
kedudukan F1 dan 2 buah dalam kedudukan F2). Selisih maksimum antara sudut
rerata dengan sudut tunggal sebesar k*√ detik (dengan k = ketelitian bacaan
sudut pada alat ukur, untuk Total Station, k = 5*).
7. Orientasi piringan horizontal antara pengukuran sudut pada kedudukan teropong
F1 dan keduduka F2 berselisih 180°.
8. Azimuth salah satu sisi poligon ditentukan menggunakan metode azimuth
astronomis yang diperoleh dari pengamatan matahari. Pengamatan matahari
dilakukan pada pagi dan sore dalam satu hari, dengan metode tingi matahari.
Jumlah pengamatan matahari pada masing-masing sesi (pagi/sore) sebanyak 2
seri rangkap. Toleransi maksimum terhadap simapangan baku hasil hitungan
azimuth matahari untuk cara pengamatan tadah sebesar 60”.
9. Koordinat titik poligon dihitung dengan metode Bouwditch.
10. Kesalahan penutup sudut rangkaian poligon maksimum sebesar 2 k√ detik
(dengan k = ketelitian bacaan sudut pada alat ukur; n = jumlah titik poligon).
11. Kesalahan penutup linier rangkaian poligon maksimum 1:10.000.
12. Jika kriteria pengukuran kontrol horizontal (butir 1 s/d 11) tidak dipenuhi, perlu
dilakukan :
a. Pengecekan terhadap data ukuran.
b. Jika hasil pengecekan ditemukan kesalahan maka pada data yang salah
harus dilakukan pengukuran ulang.
40
c. Jika hasil pengecekan tidak ditemukan kesalahan pada data maka
pengukuran harus diulang secara keseluruhan sampai semua kriteria tersebut
dipenuhi dan dimintakan persetujuan pembimbing.
42
9. Agar dalam penggambaran kontur (proses interpolasi) secara digital terjaga
planya sesuai kondisi lapangan yang sebenarnya maka pegukuran break lines
harus disesuaikan pada daerah-daerah yang ekstrem misalnya: batas tebing, alur
air/sungai (talweg), punggungan bukit (watersheed).
10. Lakukan perekam setiap kali selesai mengukur satu detail.
11. Sketsa objek yang diukur harus dibuat selama pengukuran.
43
5. Klasifikasi detail/objek hendakna sesui dengan hirarkhinya, misalnya klasifikasi
untuk detail berupa jalan : jalan aspal, jalan dengan perkerasan, jalan tanah, jalan
setapak, masing-masing diberi kode : Jl1, Jl2, Jl3, … dst.
4. Spesifikasi Hitungan
Hitungan kerangka kontrol horizontal (KKH) maupun kerangka kontrol
vertikal (KKV) dilakukan dengan metode Bouwditch. Sedangkan hitungan koordinat
detail dilakukan untuk mendapatkan koordinat orthogonal titik detail tersebut dari
data sudut dan jarak hasil pengukuran menggunakan Total Station.
4.1. Hitungan Kontrol Horizontal
Hitungan poligon meliputi hitungan untuk mengontrol geometris bentuk
poligon dan koreksi kesalahan. Hitungan untuk mengontrol bentuk geometris poligon
meliputi hitungan kesalahan penutup sudut dan kesalahan penutup linier. Tahapan
hitungan adalah sebagai berikut :
1. Periksa apakah hasil ukuran jarak telah memenuhi toleransi yang ditentukan
dalam butir 3.1.5.
44
2. Periksa apakah hasil ukuran sudut telah memenuhi toleransi yang ditentukan
dalam butir 3.1.6.
3. Hitung kesalahan penutup sudut, dan periksa apakah kesalahan penutup sudut
memenuhi toleransi yang ditetapkan.
4. Jika hasil hitungan kesalahan penutup sudut belum memenuhi, lakukan
pengecekan data sekali lagi. Apabila ternyata tidak ditemukan kesalahan,
lakukan pengukuran ulang secara keseluruhan. Tetapi jika ditemukan kesalahan,
lakukan pengukuran pada data yang salah.
5. Jika hasil hitungan kesalahan penutup sudut memenuhi toleransi, lakukan
koreksi sudut. Koreksi sudut dilakukan dengan membagi rata besarnya total
kesalahan terhadap jumlah sudut.
6. Hitung kesalahan penutup absis dan kesalahan penutup ordinat :
fx = ∑d sin – (Xakhir – X awal)
fx = ∑d cos – (Xakhir – X awal)
7. Hiting kesalahan penutup linier :
8. Hasil hitungan penutup linier (fl) ≤ 1: 10.000, jika tidak terpenuhi lakukan
pengecekan data dan pengulangan pengukuran untuk data yang salah.
9. Jika hasil hitungan memenuhi toleransi lakukan koreksi dan hitung koordinat
masing-masing titik poligon.
Xi = X+1 + Δ(i-1;i)
45
4. Jiak hasil hitungan memenuhi toleransi, rata-ratakan beda tinggi (pergi dan
pulang) antar titik poligon, kemudian jumlahkan beda tinggi rata-rata tersebut.
5. Periksa apakah kesalahan penutup beda tinggi rata-rata, memenuhi toleransi
seperti disebutkan pada butir 3.2.3.h, jika tidak lakukan pemeriksaan data dan
lakukan pengukuran ulang pada data yang salah.
6. Jika hasil perhitungan sudah memenuhi toleransi, maka lakukan perhitungan
besarnya koreksi beda tinggi menggunakan metode bouwditch (besarnya koreksi
tergantung pada jarak antar sesi poligon).
7. Hitung nilai ketinggian setiap titik poligon.
5. Penggambaran Peta
Sebelum penggambaran peta dilakukan, data hasil pengukuran perlu dirapikan
dan diurutkan terlebih dahulu. Peta yang digambarkan ada 2 jenis, yaitu peta
manuskrip dan peta digital.
5.1. Penggambaran Peta Manuskrip
1. Peta manuskrip yang dibuat adalah peta situasi atau peta topografi (meliputi
detail planimetris dan detail tinggi).
2. Skala peta 1:500.
3. Interval kontur 0,25 meter untuk daerah datar dan 0,5 meter untuk daerah bukit.
46
4. Beberapa titik spotheight perlu dicantukan di atas peta, khususnya pada daerah
yang konturnya jarang.
5. Jarak antar titik grid peta 5 cm.
6. Kertas yang digunakan adalah kertas manila atau kertas krungkut dengan ukuran
format lembar A0.
47
3. Pengujian kebenaran arah, skala dan elevasi dilakukan dengan pengecekan
langsung di lapangan yaitu dengan cara :
a. Pengecekan sudut: pengukuran sudut suatu obyek/ detil terhadap garis
referensi yang telah ditetapkan.
b. Pengecekan skala: pengukuran jarak dari obyek yang satu terhadap obyek
lain.
c. Pengecekan elevasi: pengukuran beda tinggi antara obyek yang satu dengan
obyek yang lain.
4. Pengujian kebenaran arah, skala dan elevasi dapat juga dilakukan dengan
pengecekan langsung di lapangan dari angka koordinat (x, y, z atau N, E, h)
titik-titik sampel yang telah ditentukan dengan cara melakukan pengukuran
koordinat titik-titik sampel.
5. Jumlah detil pada pengukuran penampang memanjang minimal 20 buah (untuk
uji panjang/ jarak dan uji elevasi).
6. Toleransi:
a. 90% dari elevasi koordinat tinggi yang diuji kesalahannya harus lebih kecil
0.5 kali interval kontur,
b. 90% dari jarak/koordinat planimetris yang diuji kesalahannya harus lebih
kecil dari 0.3 mm kali faktor skala peta.
48
LAMPIRAN B
SKETSA PERSEBARAN TITIK POLIGON UTAMA
49
50
LAMPIRAN C
DATA UKURAN DAN PERHITUNGAN
AZIMUTH MATAHARI
51
52
53
54
55
56
57
TABEL HITUNGAN SIMPANGAN BAKU DARI DATA PENGAMATAN AZIMUTH MATAHARI
Tanggal Pengamatan : 31 Maret 2017 – 1 April 2017
Titik Pengamatan : PU-09 Dihitung oleh : Tim Poligon Utama
Titik Acuan : PU-10 Diperiksa oleh :
Simpangan Standar
No Azimuth Rerata Simpangan Varians
Kuadrat Deviasi
1 102.4799683 0.1857330 0.0344967
2 103.1865028 -0.5208015 0.2712342
3 103.2113039 -0.5456027 0.2976823
4 103.4876386 -0.8219374 0.6755810
5 102.4693694 0.1963319 0.0385462
6 103.2088121 -0.5431108 0.2949694
7 103.1945732 -0.5288720 0.2797056
8 102.4420133 0.2236880 0.0500363
9 102.4763940 0.1893073 0.0358372
10 102.9986313 -0.3329300 0.1108424
11 103.2758689 -0.6101677 0.3723047
12 102.4756247 0.1900765 0.0361291
102.6657012 0.309183663 0.55604286
13 102.5942296 0.0714716 0.0051082
14 103.2756704 -0.6099691 0.3720623
15 103.2568449 -0.5911437 0.3494509
16 102.5663800 0.0993212 0.0098647
17 102.0214289 0.6442723 0.4150868
18 102.6062233 0.0594779 0.0035376
19 102.6081792 0.0575220 0.0033088
20 102.0225929 0.6431083 0.4135883
21 101.5715539 1.0941473 1.1971584
22 102.6188479 0.0468533 0.0021952
23 102.6190616 0.0466396 0.0021753
24 101.3091163 1.3565849 1.8403226
Jumlah - - 0.0000000 7.1112242 - -
DD D M S
0.55604 0 33 21
Pembahasan :
Hasil hitungan simpangan baku dari data pengamatan azimuth mataharari sebesar 0d 33'
21". Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak memenuhi toleransi. Karena nilai
simpangan bakunya lebih besar dari 60". Hal tersebut bisa disebabkan karna adanya
pengukuran yang tidak dilakukan satu sesi (pagi-sore) yaitu tanggal 31 Maret 2017.
58
59
60
61
LAMPIRAN D
DATA UKURAN DAN PERHITUNGAN
KERANGKA KONTROL HORIZONTAL (KKH)
POLIGON UTAMA
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
LAMPIRAN E
DATA UKURAN DAN PERHITUNGAN
KERANGKA KONTROL VERTIKAL (KKV)
POLIGON UTAMA
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
LAMPIRAN F
DATA UKURAN DETAIL SITUASI, TITIK TINGGI,
DAN SKETSA
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
LAMPIRAN G
LANGKAH PENGGAMBARAN PETA DIGITAL
134
Penggambaran peta digital dilakukan menggunakan beberapa perangkat lunak,
diantaranya :
2. Microsoft Excel, digunakan untuk memisahkan tiap objek berdasarkan kode
objek yang sama dari data hasil pengukuran di lapangan.
3. Surpac, digunakan untuk menggambarkan garis kontur pada peta.
4. ArcGIS, digunakan untuk menggambarkan detail plannimetris dan membuat
layout peta.
3. Mengimport data yang akan diolah dari data *.csv menjadi *.str dengan
mengeklik menu File Import Data from many files (string).
135
Muncul jendela Import coordinates from text files. Mendefinisikan file SWC.csv
yang akan dikonversikan menjadi file sawah.str, kemudian mengeklik Apply.
Muncul jendela Convert text files to .Str files. Mendefinisikan kolom nomor
string, nilai X, Y, Z sesuai pada file *.csv, kemudian mengeklik Apply. Pada
jendela Convert text files to .Str files yang baru, mendefinisikan kolom ID atau
kode objek sesuai pada file *.csv, kemudian mengeklik Apply.
Men-drag file jl.str ke dalam lembar kerja, sehingga muncul tampilan berikut :
136
Menghapus breakline dengan menggunakan ikon Break a line by removing a
selected segment ( ) sehingga menjadi berikut :
Melakukan digitasi pada titik-titik hasil breakline dengan menggunakan ikon Create
new points using the mouse ( ) sehingga menjadi berikut :
137
Muncul jendela String renumber range. Pada kolom String range from
mendefinisikan seluruh nomor string dengan nilai 1,99 dan pada kolom String range
to mendefinisikan nomor string 6. Kemudian mengeklik Apply.
4. Membuat file DTM berdasarkan file STR yang telah tergabung, dengan
mengeklik menu Surface DTM File functions Create DTM from string file.
Muncul jendela Create DTM from a string file. Memilih file *.str lokasi 10 yang
akan dijadikan file *.dtm di kolom Location, kemudian mengeklik Apply.
138
Kemudian men-drag file lokasi 10.dtm ke dalam lembar kerja, sehingga muncul
tampilan berikut :
5. Membuat garis kontur berdasarkan file DTM yang telah dibuat, dengan
mengeklik menu Surface Contouring Contour DTM file.
139
Muncul jendela Extract contours from a DTM. Mendefinisikan file lokasi 10.dtm
sebagai file yang digunakan untuk membuat kontur. Pada kolom Contour interval,
mengisikan nilai 0.25 sebagai interval kontur minor, dan pada Index value,
mengisikan nilai 1 sebagai interval kontur mayor. Kemudian mengeklik Apply.
Kemudian men-drag file kontur minor.str (kiri) atau kontur mayor.str (kanan) ke
dalam lembar kerja, sehingga muncul tampilan berikut :
140
6. Membuat boundary untuk memotong garis kontur liar sehingga
mendapatkan garis kontur yang mencakup area yang dipetakan. Membuat boundary
dengan menggunakan ikon Create new points using the mouse ( ).
7. Memotong kontur mayor dan kontur minor sesuai dengan boundary yang
dibuat dengan menggunakan menu Edit Trim Clip by selected segment.
Muncul jendela Select and clip data. Memilih outside the boundary untuk
menghilangkan garis kontur diluar boundary, kemudian mengeklik Apply.
Menyimpan hasil pemotongan garis kontur (kontur mayor dan kontur minor)
menggunakan menu File Save sring/DTM.
Muncul jendela Save File. Menamai file yang akan disimpan, kemudian mengeklik
Apply.
141
Tampilan hasil pemotongan garis kontur minor (kiri) dan mayor (kanan) terhadap
boundary sebagai berikut :
8. Menyimpan file *.str garis kontur dan file *.str lokasi 10 ke dalam
format *.dxf agar dapat diolah menggunakan ArcGIS dengan menggunakan menu
File Save sring/DTM. Muncul jendela Save File. Mendefinisikan file *.str
yang akan disimpan kedalam format *.dxf, kemudian mengeklik Apply.
142
Langkah melakukan penggambaran peta digital (detail planimetris dan layout)
dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS sebagai berikut :
1. Membuka perangkat lunak ArcGIS.
143
Feature dengan file lokasi 10.dxf yang berbentuk polyline, menentukan lokasi
penyimpanan dan nama file baru pada Output Feature Class, kemudian mengeklik
OK.
Karena tidak semua objek terbentuk menjadi shapefile, maka melakukan digitasi
pada objek yang belum terbentuk shapefile dengan membuat beberapa shapefile baru
sesuai dengan objek detail planimetris yang tercakup. Membuat shapefile baru
dengan cara mengeklik kanan folder penyimpanan pada ArcCatalog New
Shapefile. Muncul jendela Create New Shapefile. Mengisikan nama dan tipe fitur
serta mengatur system referensi yang digunakan, kemudian mengeklik OK.
144
Melakukan digitasi pada objek planimetris sehingga tampilannya sebagai berikut :
145
Hasil setelah dilakukan sombologi pada tiap objek seperti tampilan berikut :
146
mendefinisikan Contour Label Field dengan nilai elevasi garis kontur, mengisi
Reference Scale dengan faktor skala yang digunakan, menamai Output Layer
Name, kemudian mengeklik OK.
7. Membuat outline mask agar nilai ketinggian pada kontur mayor memiliki
label nilai ketinggian tidak berada di atas garis kontur dengan menggunakakan
bantuan ikon Search ( ), kemudian mengetikkan „outline mask‟ pada kolom
pencarian.
Muncul jendela Feature Outline Mask. Mengisi Input Features dengan file
Contour_FeaturesAnno_9Mask, menentukan lokasi penyimpanan pada Output
Feature Class, mengisi Reference Scale dengan faktor skala yang digunakan,
mendefinisikan system koordinat, dan mengatr margin. kemudian mengeklik OK.
147
8. Menghapus garis kontur mator yang bertampalan dengan mask kontur
sehingga label nilai ketinggian garis kontur tidak bertampalan dengan garis kontur
dengan menggunakan bantuan ikon Search ( ), kemudian mengetikkan „erase‟
pada kolom pencarian.
Muncul jendela Erase. Mengisi Input Features dengan file mayor_crop, Erase
Features dengan file mask kontur, menentukan lokasi penyimpanan dan nama file
baru pada Output Feature Class, kemudian mengeklik OK.
148
LAMPIRAN H
HASIL PENGGAMBARAN PETA DIGITAL
149
PETA SITUASI
9145725
9145700
0 10 20
®
SKALA 1:500
40 60 80
Meters
9145675
INDEKS PETA
Nomor Lembar Peta : A1
9145726
A1 A2
9145481
9145650
123
SENTUL
B1 B2
126
129
9145236
122
411836 412081 412326
124
3
13
13
Sistem Proyeksi : Transverse Mercator
121
2
128
Zona : 49 S
125
Tinggi Referensi : Ellipsoid
Satuan Tinggi : Meter
134
135
122
Selang Kontur : 0,25 meter
130
MEJING
121 LEGENDA
136
127
9145600 RELIEF DAN TITIK KONTROL PERAIRAN GEDUNG DAN BANGUNAN
13
12
3
3
130
123 131! 46 Titik Spot Height Sungai Bg Bangunan
Titik Grid
129
Selokan Mushola
121
130
Ms
Kontur Mayor
2
12 120
124 125
Saluran Irigasi Pasar
13
14 127 Ps
Kontur Minor
0
2
Kolam
139
12
6
128
! Titik Poligon PA Peternakan Ayam
131
PERHUBUNGAN
129
131
133
1 BATAS FISIK VEGETASI
9145575
137
Jalan Lokal
131
PT
13
0
133.717
Pagar Tembok Sawah
135
Jalan Setapak
!
132
BATAS ADMINISTRASI Semak
!
141
2
6
13
9145550 BM4
RIWAYAT PETA
Peta ini dibuat berdasarkan hasil pengukuran terestris dengan menggunakan alat ukur
138
!
134.5074 13
Total Station SOKKIA SET 550X dan alat ukur Sipat Datar NIKON AX-2s.
4
140.4527
!
!
134
133
7
13 135
129.1972
!
14/368315/SV/06801
DIPERIKSA OLEH
9145525
128
130
139
135
Pengukuran dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 sampai dengan 07 April 2017.
Penggambaran dilaksanakan pada tanggal 11 April 2017 sampai dengan 03 Mei 2017.
129
l
Jl. Sentu
9145500
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK GEOMATIKA
131
140
139.4469
!
133
4
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
129.7968 YOGYAKARTA
2017
!
135
411850 411875 411900 411925 411950 411975 412000 412025 412050 412075
PETA SITUASI
9145725
9145700
0 10 20
®
SKALA 1:500
40 60 80
Meters
9145675
INDEKS PETA
Nomor Lembar Peta : A2
9145726
SENTUL A1 A2
9145481
9145650
B1 B2
8
11
9145236
119
411836 412081 412326
122
LEGENDA
4
12
9145600 123 RELIEF DAN TITIK KONTROL PERAIRAN GEDUNG DAN BANGUNAN
131! 46 Titik Spot Height Sungai Bg Bangunan
125
12 Titik Grid
4 Selokan Ms Mushola
12 12
7 120 Kontur Mayor
6
Saluran Irigasi Ps Pasar
129 6 Kontur Minor
12
Kolam
128 ! Titik Poligon PA Peternakan Ayam
130.6205
129 2 BATAS FISIK PERHUBUNGAN
VEGETASI
!
9145575
BM5 PT
Pagar Tembok Jalan Lokal
!
130
Sawah
131 Jalan Setapak Semak
BATAS ADMINISTRASI
Batas Dusun Paving Ladang
!
BM6
Jembatan Beton Rumput
12
2
9145550 127
RIWAYAT PETA
128
Peta ini dibuat berdasarkan hasil pengukuran terestris dengan menggunakan alat ukur
Total Station SOKKIA SET 550X dan alat ukur Sipat Datar NIKON AX-2s.
120
3
12
126
124
12
127 126
Kelompok Piranha
DEGAN 1
124.3195 ANNISA MIFTAHUL YUMNANI
14/368315/SV/06801
!
122
124
5
12
DIPERIKSA OLEH
9145525 123
128
125 121
122
Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc.
126
124
123 NIP. 196601111991031001
126
12
7
128
Pengukuran dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 sampai dengan 07 April 2017.
126 125
128
12 Penggambaran dilaksanakan pada tanggal 11 April 2017 sampai dengan 03 Mei 2017.
6
126
9145500
129
127
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK GEOMATIKA
129
DEPARTEMEN TEKNOLOGI KEBUMIAN
SEKOLAH VOKASI
128
13
0 UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
131 2017
130
130
412100 412125 412150 412175 412200 412225 412250 412275 412300 412325
PETA SITUASI
135
9145475
DUSUN DEGAN 1, DESA BANJARARUM
140
137
KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON PROGO
136
13 13
4
2
PROVINSI D. I. YOGYAKARTA
13
8
141
140
®
139.9191
!
133
142
9145450
150
149
141
147
13
139.6483
7
!
144
DEGAN 1
BM3
SKALA 1:500
136
!
Ps
144
145
0 10 20 40 60 80
139
Jl. N Meters
agas
143
Ps
ari
INDEKS PETA
139
Bg Ps
141
9145425 Ps Nomor Lembar Peta : B1
141
139
Ps 9145726
137
14
144
136
142
A1 A2
14
3
14
Bg
1
KLEPU
139
Ms
14
PT 9145481
0
Bg
9145400 BM2
! B1 B2
138
142
14
Bg
0
ga
133
Jl. D
lisang
13
egan
9
9145236
411836 412081 412326
Ka
142
134
l .
Sistem Proyeksi : Transverse Mercator
J
13
9
PA Sistem Grid : Universal Transverse Mercator
Datum Horizontal : World Geodetic System 1984 (WGS '84)
9145375 Zona : 49 S
13
140
5
Tinggi Referensi : Ellipsoid
Satuan Tinggi
137
: Meter
Selang Kontur : 0,25 meter
LEGENDA
RELIEF DAN TITIK KONTROL PERAIRAN GEDUNG DAN BANGUNAN
6
13
131! 46 Titik Spot Height Sungai Bg Bangunan
9145350
Titik Grid
Selokan Ms Mushola
120 Kontur Mayor
Saluran Irigasi Ps Pasar
Kontur Minor
Kolam
! Titik Poligon PA Peternakan Ayam
3 13
2
BATAS FISIK PERHUBUNGAN
VEGETASI
PT
Pagar Tembok Jalan Lokal
Sawah
9145325
Jalan Setapak Semak
BATAS ADMINISTRASI
Batas Dusun Paving Ladang
Jembatan Beton Rumput
RIWAYAT PETA
Peta ini dibuat berdasarkan hasil pengukuran terestris dengan menggunakan alat ukur
9145300 Total Station SOKKIA SET 550X dan alat ukur Sipat Datar NIKON AX-2s.
DIPERIKSA OLEH
9145275
Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc.
NIP. 196601111991031001
Pengukuran dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 sampai dengan 07 April 2017.
Penggambaran dilaksanakan pada tanggal 11 April 2017 sampai dengan 03 Mei 2017.
411850 411875 411900 411925 411950 411975 412000 412025 412050 412075
PETA SITUASI
131
130
130
9145475
DUSUN DEGAN 1, DESA BANJARARUM
KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON PROGO
PROVINSI D. I. YOGYAKARTA
®
BM7
132 13 !
2
9145450
129
SKALA 1:500
0 10 20 40 60 80
Meters
131
INDEKS PETA
9145425 Nomor Lembar Peta : B2
132
9145726
131.5703
A1 A2
!
9145481
129
DEGAN 1
9145400!
B1 B2
133
9145236
411836 412081 412326
LEGENDA
RELIEF DAN TITIK KONTROL PERAIRAN GEDUNG DAN BANGUNAN
133
120
Saluran Irigasi Ps Pasar
Kontur Minor
Kolam
! Titik Poligon PA Peternakan Ayam
13
2
4 BATAS FISIK PERHUBUNGAN
VEGETASI
PT
Pagar Tembok Jalan Lokal
Sawah
9145325
Jalan Setapak Semak
BATAS ADMINISTRASI
Batas Dusun Paving Ladang
Jembatan Beton Rumput
RIWAYAT PETA
Peta ini dibuat berdasarkan hasil pengukuran terestris dengan menggunakan alat ukur
9145300 Total Station SOKKIA SET 550X dan alat ukur Sipat Datar NIKON AX-2s.
DIPERIKSA OLEH
9145275
Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc.
NIP. 196601111991031001
Pengukuran dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 sampai dengan 07 April 2017.
Penggambaran dilaksanakan pada tanggal 11 April 2017 sampai dengan 03 Mei 2017.
412100 412125 412150 412175 412200 412225 412250 412275 412300 412325
LAMPIRAN I
154
155
156
157
158
159
160
161