Anda di halaman 1dari 16

FUNGSI, KEDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN

BAHASA INDONESIA

GHINA AZZAHRA (1907111626)

DHINA FEBRYZA (1907113588)

ZIKRI IRWANSYAH (1907124188)

AL AMIN HIDAYATULLAH (1907113340)

KELAS B

PRODI TEKNIK KIMIA S1

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat memenuhi tugas makalah dari Ibu pada mata kuliah Bahasa Indonesia
tentang Fungsi, Kedudukan, dan Perkembangan Bahasa Indonesia.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Pekanbaru, 26 Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

Bab I : Pendahuluan

1.1.Latar Belakang...................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3.Tujuan………………………………………………………………………...4

Bab II : Pembahasan

2.1. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia…………………………………..5

2.1.1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional…...6

2.1.2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi..7

2.2. Perkembangan Bahasa Indonesia…………………………………………..10

2.3. Bahasa Indonesia Dewasa Ini…………………………………..................11

2.4. Bahasa Sebagai Representasi Kesatuan dan Kesantunan………………….12

2.4.1. Bahasa Sebagai Representasi Kesatuan…………………………….……..12

2.4.2. Bahasa Sebagai Representasi Kesantunan………………………….……..13

Bab III : Penutup

3.1.Kesimpulan ..................................................................................................15

3.2.Kritik dan Saran ...........................................................................................15

Daftar Pustaka ..................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan,
yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa Negara, dan bahasa
resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil
mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan
ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja
muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau
dua fungsi saja.

Fungsi dan kedudukan bahasa yang dipakai oleh masyarakat bahasa perlu
dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan
memengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan. Di pihak lain, bagi
masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-milahkan’ sikap
dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Sehingga dengan
demikian, perkembangan bahasa-bahasa itu akan menjadi terarah. Pemakainya
akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah di
sepakatinya dengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang
‘masuk’ ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan
diterima, sedangkan unsur-unsur yang di anggap merugikannya akan ditolak.

Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan


kapan, misalnya suatu unsur lain yang memengaruhinya layak diterima, dan kapan
seharusnya ditolak. Di Negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu
kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-
ketentuan yang dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah
bahasa. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman mengenai fungsi dan kedudukan
bahasa itu sendiri. Selain itu, dewasa ini Bahasa Indonesia di kalangan remaja
sudah tidak lagi sesuai dengan kata baku atau sering didengar dengan bahasa
gaul. Maka, banyak pihak yang harus sadar terutama para remaja agar lebih
mengedepankan bahasa Indonesia sebagai identitas dan jati diri Bangsa Indonesia.

4
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
 Bagaimanakah fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia?
 Bagaimanakah perkembangan bahasa Indonesia?
 Bagaimanakah bahasa Indonesia dewasa ini?
 Bagaimanakah peran bahasa representasi kesatuan dan kesantunan?

1.3. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini yaitu:
 Untuk menjelaskan fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia,
 Untuk mengidentifikasi perkembangan bahasa Indonesia,
 Untuk mengetahui bahasa Indonesia dewasa ini, dan
 Untuk menguraikan peran bahasa representasi kesatuan dan
kesantunan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

2.1.1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Kita tahu bahwa pada saat sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa
Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Namun di
balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat
dipakai sebagai alat perhubungan antarsuku, sebab yang diajak komunikasi juga
mempunyai bahasa daerah tersendiri. Dan puncaknya, pada tanggal 28 Oktober
1928, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa
Indonesia.

“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di


Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai ;

1. Lambang kebanggaan nasional


2. Lambang identitas nasional
3. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya
4. Alat perhubungan antarbudaya antardaerah

Sebagai lambang kebangaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’


nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang
dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus
menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi
kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa
rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan
memelihara dan mengembangkannya.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan


‘lambang’ bangsa Indonesia. Ini berarti, dengan bahasa Indonesia akan dapat
diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa
Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus menjaganya
jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai
bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang
sebenarnya.

6
Dengan fungsi yang ketiga, memungkinkan masyarakat Indonesia yang
beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu
dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa senasib. Dengan bahasa
Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka
tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain.
Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia,
identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa
daerah masing-masing. Kedudukan dan gungsi bahasa daerah masih tegar dan
tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia.

Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya


dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling
berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan
dan startegi yang berhubungan dengan ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan mudah diinformasikan kepada warganya. Akhirnya,
apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat peningkatan
pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.

2.1.2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa


Negara/Resmi

Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia


sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang.

Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda 28


Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan
yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu
itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian
yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh
pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di
luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan
Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada
saat itu terjadi dualism pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda
jiwanya; jiwa colonial dan jiwa nasional.

Secara terperinci perbedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua


bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.

7
No Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
a. Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, Bahasa yang digunakan
terutama untuk tingkat yang dianggap rendah. dalam gerakan
kebangsaan untuk
mencapai kemerdekaan
Indonesia.
b. Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang Bahasa yang digunakan
didirikan atau menurut sistem pemerintah dalam penerbitan-
Hindia Belanda. penerbitan yang
bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita
perjuangan
kemerdekaan Indonesia
baik berupa:
Bahasa pers
Bahasa dalam hasil
sastra
c. Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh
jawatan pemerintah Hindia Belanda.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada


tanggal 17 Agustus 1945, diangakat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 6. Pemilihan bahasa
sebagai bahasa Negara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak
hal yang harus dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak
stabilnya suatu Negara. Sebagai contoh konkret, Negara tetangga kita Malaysia,
Singapura, Filipina, dan India, masih tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa resmi di negaranya, walaupun sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk
menjadikan bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi.

Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa


sebagai bahasa Negara apabila;

1. Bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara
itu
2. Secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya
3. Bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu

Ketiga faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928.
Bahkan, tidak hanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan
tugasnya sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa Indonesia.

8
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan
di Jakarta pada tanngal 25 s.d. 28Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam
kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai;

a. Bahasa resmi kenegaraan,


b. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
c. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah,
dan
d. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.

Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah
memang sebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan
sebagai bahasa negara.

Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai


bahasa resmi kenegaraan ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah
proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia
dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan
maupun tulis.

Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar


di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi. Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai
pengantar di lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk
media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri.
Apabila hal ini dilakukan, sangatlah membantu peningkatan perkembangan
bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk


kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa
Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan
penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan
penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.

Akhirnya, sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan


teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang
beragam itu, yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya

9
tidaklah mungkin dapat disebarluaskan dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia
dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia.

2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia resmi diakui keberadaannya pada saat Sumpah Pemuda.


Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu yang sudah
dipakai sejak abad ke VII itu menjadi bahasa Indonesia. Pada waktu itu masih
disebut “bahasa Melayu”.

Alasan pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, yaitu :

1. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa yang kosmopolitan dan


internasional sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda. Bahasa tersebut sudah
dipakai sebagai bahasa perantara bukan saja di Nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu digunakan tidak hanya
untuk komunikasi antar suku bangsa tetapi juga bangsa-bangsa lain seperti
Arab, Cina, Belanda, dan bangsa asing lainnya.
2. Bahasa Melayu lebih egaliter dibandingkan bahasa-bahasa lain di
Nusantara seperti Jawa, Sunda, Bali yang jauh lebih rumit, baik dalam cara
tulis maupun hirarkienya. Oleh karena itu, bahasa-bahasa itu tidak dapat
dipakai berkomunikasi dalam masyarakat demokratis.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda pemakaian bahasa Melayu makin


meluas karena sudah diguanakan di sekolah, buku-buku, majalah dan almanak
yang di usahakan oleh pemerintahan Belanda.

Pada masa Hindia Belanda dikenal dua jenis bahasa Melayu,yaitu:

1. Bahasa Melayu Tinggi


Bahasa Melayu Tinggi atau disebut juga bahasa Melyu “resmi”. Bahasa
Melayu Tinggi digunakan oleh pemerintahan Hindia Belanda dan pers
yang pro Hindia Belanda.
2. Bahasa Melayu Rendah
Bahasa Melayu Rendah dikenal juga bahasa Melayu Pasar. Bahasa Melayu
Rendah digunakan oleh kalangan pergerakan kebangsaan dan masyarakat
Cina dalam komunikasi maupun berkesusastraan.

Beberapa peristiwa penting yang mengandung arti dalam sejarah


perkembangan bahasa Indonesia, sebagai berikut :

1. Pada 1901, pemerintahan Hindia Belanda menyusun pembakuan bahasa


Melayu yang melahirkan sistem ejaan penulisan bahasa Melayu dengan
huruf Latin, yang kemudian dikenal sebagai “Ejaan van Ophuijeen”.

10
2. Tahun 1917, Belanda mendirikan Balai Pustaka untuk menyebarkan
bahasa Melyu secara sistematis melalui bacaan-bacaan.
3. Pada 25 Juni 1918, Ratu Belanda memberikan kebebasan kepada anggota
Dewan Rakyat untuk menggunakan bahasa Melayu dalam perundingan-
perundingan.
4. Pada Mei 1933, diterbitkan majalah Pujangga Baru sebagai reaksi atas
sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya sastrawan,
terutama yang menyangkut rasa nasionalisme.
5. Tahun 1938 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa
Tengah. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan, antara
lain:
a. Mengganti Ejaan van Ophuysen
b. Mendirikan institusi Bahasa Indonesia, dan
c. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
Badan Perwakilan.
6. Tahun 1942 – 1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang
pemakain bahasa Belanda dan memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi, sebab bahasa Jepang belum banyak dikuasi oleh bangsa Indonesia.
7. Tahun 1947 dibentuk sebuah panitia Ejaan Bahasa Indonesia diketuai oleh
mentri pendidikan yaitu Mr. Soewandi. Mr. Soewandi menetapkan
perubahan ejaan bahasa indonesia menjadi Ejaan Republik atau Ejaan
Soewardi.
8. Tahun 1948 terbentuk Balai Bahasa yan g menangani pembinaan bahasa.
Pada tahun 1968 berganti nama menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan
tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
yang selanjutnya lebih dikenal dengan Pusat Bahasa.
9. Tahun 1963 dilakukan pemufakatan Ejaan Melindo (Ejaan Melayu–
Indonesia)
10. Pada 16 Agustus 1972 Presiden Soeharto meresmikan penggunakan Ejaan
yang Disempurnakan (kemudian biasa disingkat EYD). Ejaan tersebut
mengganti ejaan lama, ejaan Republik atau ejaan Soewardi.
31 Agustus 1972 resmi diberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan dan Pembentukan Istilah resmi.

2.3 Bahasa Indonesia Dewasa Ini

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpeting dinegara kita, peran dari
bahasa Indonesia itu sendiri bersumber dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 yang berbunyi “ kami poetra poetri Indonesia mendjoendjoeng
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Selain itu bahasa berfungsi sebagai alat
pemersatu untuk suku yang ada di Indonesia.

11
Bahasa Indonesia dikalangan remaja saat ini banyak yang tidak sesuai
dengan kata baku atau sering didengar dengan bahasa gaul. Dewasa saat ini
bahasa Indonesia semakin keritis. Sebenarnya apa hakikat dari bahasa itu sendiri,
menurut Abdul dan Leonie (2004:11) dalam buku pragmatic “bahasa adalah
sebuah sistem , artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola
secara tetap dan dapat dikaidahkan “ . Banyak orang yang tidak mempedulikan
bahasa lagi saat ini, dikarenakan bahasa memang telah melekat pada diri individu
sejak lahir, sama halnya seperti kita tidak meperhatikan saat kita bernafas.

Tetapi perubahan bahasa saat ini tidak seperti perubahan bahasa Indonesia
dahulu yang memang dari kata serapan. Akibatnya, yang awalnya fungsi bahasa
sebagai jati diri bangsa, sekarang cuman sebagai penyambung komuikasi. Sikap
bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia cendrung Ambivalen,sehingga akan
menimbulkan dilematis. Artinya, disatu pihak kita menginginkan bahasa
Indonesia menjadi bahasa yang modern, dan dapat mengikuti perkembangan
zaman sekarang ini, tetapi dipihak lain kita telah melunturkan identitas dan citra
bahasa Indonesia dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing sebagai bahasa
modern.

Sebagai warga negara yang baik, sepantasnyalah bahasa Indonesia itu


dicintai dan dijaga. Bahasa Indonesia harus dikembangkan dengan baik karena
bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Setiap orang Indonesia harus bersikap positif terhadap bahasa Indonesia,
janganlah menganggap remeh dan bersikap negatif. Setiap orang Indonesia
mestilah berusaha agar selalu cermat dalam mengunakan bahasa Indonesia.

Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak


ditangan bangsa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan teratur
atau kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang
mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik.

2.4 Bahasa sebagai Representasi Kesatuan dan Kesantunan

2.4.1 Bahasa sebagai Representasi Kesatuan

Pada umumnya bahasa dapat kita simpulkan bahwa bahasa merupakan


suatu alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi dengan
orang lain untuk menyampaikan suatu tujuan tertentu.

Negara Indonesia memiliki keanekaragaman bahasa. Hampir setiap daerah


di Indonesia memiliki bahasa yang berbeda. Namun apa yang sebenarnya menjadi
pemersatu dari bahasa-bahasa yang beragam itu? Tentu saja bahasa Indonesia
yang menjadi bahasa persatuan Negara Indonesia. Sebagaimana yang kita tahu

12
bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dengan masyarakat Indonesia lain yang
berbeda daerah dan bahasa, dan juga sebagai identitas bahwa masyarakat tersebut
memiliki bahasa kesatuan yang dijunjung tinggi.

Seperti bunyi dalam sumpah pemuda pada poin ketiga yang merupakan
salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya bahasa Indonesia. Bahasa
menunjukkan bangsa, itu artinya bahasa sebagai identitas bangsa itu sendiri.
Bangsa Indonesia memiliki bahasa kesatuan yang dipakai oleh seluruh
masyarakatnya untuk berinteraksi satu sama lain dan juga sebagai jembatan
penghubung antar masyarakat yang memiliki bahasa yang berbeda.

Karena komunikasi akan menjadi masalah yang dapat dikatakan hebat


pada sebuah negara dengan multibahasa dan budaya. Oleh karenanya, diperlukan
sebuah bahasa yang dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda bahasanya
sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain. Dalam kebinekaan bahasa,
budaya, termasuk di dalamnya adalah adat istiadat, perlu adanya alat penghubung
dalam rangka menyatukan jiwa kebersamaan di bawah naungan ibu pertiwi, yaitu
Indonesia.

2.4.2 Bahasa Sebagai Representasi Kesantunan

Selain sebagai pemersatu bangsa, bahasa juga mempunyai fungsi lain


seperti yang dinyatakan oleh Sapir dan Worf (dalam Wahab, 1995) mengatakan
bahwa bahasa menentukan perilaku budaya manusia memang ada benarnya.
Orang yang ketika berbicara menggunakan pilihan kata, ungkapan yang santun,
struktur kalimat yang baik akan menandakan bahwa kepribadian orang itu
memang baik dan juga sebaliknya.

Manusia dapat berinteraksi, berkomunikasi dan mengembangkan dirinya


dengan bahasa. Dengan demikian bahasa memegang peran penting dalam pola
struktur kehidupan masyarakat yang beradab. Oleh karena itu tata bahasa yang
baik, diksi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, ekspresi yang
menyejukkan orang lain,gesture yang membuat orang lain tidak tersinggung, gaya
bahasa yang santun dan menyejukkan hati orang lain tentu akan memberikan efek
positif.

Kesantunan atau yang biasa kita sebut dengan tata krama dapat dilihat dari
berbagai segi dalam pergaulan sehari- hari. :

Pertama, kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun


atau etiket dalam pergaulan sehari- hari.

13
Kedua, kesantunan sangat kontekstual, yakni berlaku dalam masyarakat, tempat
atau situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku bagi masyarakat, tempat atau
situasi lain. Contohnya ketika seseorang bertemu dengan teman karib, boleh saja
dia menggunakan kata yang agak kasar dengan suara keras, tetapi hal itu tidak
santun apabila ditujukan kepada tamu atau seseorang yang baru dikenal.

Ketiga, kesantunan selalu bipolar, yaitu memiliki hubungan dua kutub, seperti
antara anak dan orang tua, antara orang yang masih muda dan orang yang lebih
tua, antara tuan rumah dan tamu, antara pria dan wanita, antara mahasiswa dan
dosen, dan sebagainya.

Keempat, kesantunan tercermin dalam cara berpakaian, cara berbuat dan cara
berbahasa.

Di dalam komunikasi, kita dituntut untuk menjaga keharmonisan. Dengan


perkataan lain, baik pembicara ataupun pendengar memiliki kewajiban yang sama
untuk menjaga bahasanya. Kesantunan, kesopansantunan atau etiket adalah tata
cara atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan berbahasa
tercermin dalam tata cara berkomunikasi lewat tata cara berbahasa. Ketika
berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya sekedar
menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tata cara berbahasa harus sesuai dengan
unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat di lingkungan tersebut. Apabila
tata cara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya, maka ia
akan mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai orang yang sombong,
angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak berbudaya

Oleh karena itu, masalah tata cara berbahasa ini harus mendapatkan
perhatian. Dengan mengetahui tata cara berbahasa diharapkan orang lebih bisa
memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi karena tata cara berbahasa
bertujuan mengatur serangkaian hal berikut :

1. Apa yang sebaiknya dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu ?


2. Ragam bahasa apa yang sewajarnya dipakai dalam situasi tertentu ?
3. Kapan dan bagaimana giliran berbicara dan pembicaraan sela diterapkan?
4. Bagaimana mengatur kenyaringan suara ketika berbicara?
5. Bagaimana sikap dan gerak-gerik ketika berbicara ?
6. Kapan harus diam dan mengakhiri pembicaraan ?

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil berdasarkan makalah ini yaitu:
 Bahasa Indonesia selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, juga
berkedudukan sebagai bahasa Negara (resmi) yang diresmikan pada
saat Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
 Pada awalnya, bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang
telah dipakai sejak abad ke VII.
 Dewasa ini, banyak orang terutama di kalangan remaja yang tidak lagi
mempedulikan bahasa Indonesia dan lebih mengapresiasi bahasa asing
sebagai bahasa modern.
 Bahasa yang di ucapkan setiap masyarakat bangsa mencerminkan
kesantunan dan jati diri masyarakat itu sendiri.

3.2. Saran

Untuk melengkapi makalah ini agar menjadi lebih rinci dan lengkap,
kedepannya penulis akan membahas tentang:

 Cara berbahasa Indonesia yang baik dan santun


 Cara menyeimbangkan bahasa Indonesia dengan bahasa Asing

15
Daftar Pustaka

Muslich, Masnur dan Oka, I Gusti Ngurah. 2010. Perencanaan Bahasa pada Era
Globalisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kesusukan,


Fungsi, dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Bachtiar, Ahmad dan Fatimah.2014. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.


Bogor: In Media.

Wahab, Abdul. 1995. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:
Airlangga University Press.

Jurnal sosial humaniora, vol.1 No.2, November 2008

16

Anda mungkin juga menyukai