Anda di halaman 1dari 14

TEORI, ASPEK, DAN HAMBATAN INOVASI

DI SUSUN
O
L
E
H

NUR LAILA (1173171006)


FATHIA ULFA SIMANGUNSONG (1172171012)
EMELIA DESMAWATI SILABAN (1172171010)
JOSHUA ADI SETIAWAN LUMBANGAOL (-)

PENMAS REGULER B 2017

DOSEN PENGAMPU : MAHFUZI IRWAN, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan nikmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini
merupakan tugas kelompok yang diberikan dosen mata kuliah Inovasi Pendidikan Luar
Sekolah, adapun makalah ini akan membahas tentang teori, aspek dan hambatan dalam PLS.
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga membantu kami dalam memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Dalam hal ini kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan kerendahan hati kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kiranya kami dapat memperbaiki makalah ini lebih baik. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun pengetahuan
terhadap pembaca.

Medan, 03 Agustus 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................. i
Daftar isi ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori-Teori Inovasi ................................................................................................. 2
A. Teori Inovasi Umum ......................................................................................... 2
B. Teori Inovasi Pendidikan .................................................................................. 5
2.2 Aspek-Aspek Pendorong Inovasi ............................................................................ 6
A. Aspek-Aspek Inovasi yang Meuntut Adanya Inovasi ...................................... 6
B. Faktor Pendorong Adanya Inovasi.................................................................... 7
C. Faktor yang Mendorong Inovasi Pendidikan .................................................... 8
D. Aspek-Aspek Inovasi Pendidikan Nonformal .................................................. 8
2.3 Hambatan-Hambatan Inovasi.................................................................................. 9
A. Hambatan dalam Inovasi Pendidikan Nonformal ............................................. 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 10
3.2 Saran ....................................................................................................................... 10

Daftar Pustaka .................................................................................................................. iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penerapan inovasi salah satunya dalam bidang pendidikan yang perlu ditanamkan
secara mendalam pemahaman tentang inovasi itu sendiri seperti kita harus mengatahui teori-
teori, aspek-aspek dan hambatan yang ada ketika ingin memberikan inovasi agar tidak salah
dalam memahami dan akan jauh dari penyalahgunaan yang berakibat buruk dan perlahan-
lahan masyarakat akan sadar bahwa mereka mulai menerapkan sebuah inovasi.
Inovasi pembelajaran, penekanan pada penerapan model-model terkini pembelajaran
perlu juga untuk dilakukan seperti mengembangkan problem posing education,
selfdirectedlearning, self-determained learning, self-actualization,action knowledge,
experiential learning, contextual learning, dan sejenisnya untuk memperkaya khasanah
pembelajaran pendidikan nonformal yang lebih memposisikan sesama manusia agar dapat
saling membelajarkan, meski dalam aliran yang berbeda-beda: kontruktivisme,
kontekstualisme, maupun reflektisisme (Yoyon Suryono, 2008; Sodiq A.Kuntoro, 2008).
Inovasi pendidikan nonformal dengan sendirinya akan menghadapi hambatan dan
tantangan struktural, kultural, finansial,individual, sosial-etikal, dan bisa jadi juga timbulnya
perbedaan pendapat sampai konflik sosial atau penentangan masyarakat yang kesemuanya
tentu berpulang pada ada tidaknya nilai positif,manfaat ekonomi dan sosial dari inovasi
pendidikan nonformal yang dilakukan itu.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja Teori-Teori Inovasi ?
2. Apa saja Aspek-Aspek Inovasi ?
3. Apa saja Hambatan-Hambatan dalam Inovasi ?

1.3. TUJUAN
1. Untuk dapat Mengetahui Teori-Teori Inovasi
2. Untuk dapat Mengetahui Aspek-Aspek Inovasi
3. Untuk dapat Mengetahui Hambatan-Hambatan dalam Inovasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. TEORI-TEORI INOVASI


A. Teori Inovasi Umum
OECD mengemukakan beberapa teori mengenai bagaimana inovasi dapat dapat
dihasilkan yaitu teori circular flow, teori empat tahap, model chain-link, dan model siklus
inovasi kesehatan. Teori circular flows dikembangkan oleh Dankabaar (2004) yang
memandang bahwa ilmu dan teknologi adalah penting, tetapi tidak cukup, sumber
pengetahuan adalah inovasi (OECD, 2009). Modelini menggambarkan bagaimana aliran
pengetahuan baik dalam arahan atau tujuan (directions) dan usaha-usaha untuk
menggambarkan hubungan dinamis ini. Model inovasi ini dapat digambarkan berikut:

knowledge
creation

knowledge knowledge
application; transfer and
inovation difussion

knowledge
acquisition and
absorption

Pendapat tersebut di atas menggambarkan bahwa pengetahuan memerlukan kreasi,


transfer, dan penyebarluasan. Pengetahuan perlu juga untuk dimiliki dan diserap serta
pengetahuan itu perlu diterapkan dan inovasi secara berkelanjutan dan terus menerus atau
sebaliknya. Kreasi pengetahuan perlu dilanjutkan dengan penerapan dan inovasi, terus
dimiliki dan diserap, serta ditransfer dan disebarluaskan. Proses kreatif, kemampuan transfer
dan penyebarluasan, penyerapan dan pemilikan serta proses inovatif memerlukan informasi
eksistensi, posisi, dan peran dari ilmu masing-masing secara monodisiplin dan multidisiplin.
1. Model Empat Tahapan Inovasi
Model empat tahap inovasi dikembangkan NEA (2007) yang menyatakan bahwa kegiatan
inovasi sebagai semua tahapanilmiah, teknologis, organiasional, finansial, dan komersialitas
yang secara aktual atau diharapakan untuk, mengarahkan pada implementasi inovasi. NEA
(2007), memberikan gambaran proses inovasi sebagai mana dalam gambar di bawah.
Menurutnya, aktivitas inovasi mencakup:
a. Research and development. Penelitian dasar dan pengembangan konseptual, tahapan
dimana idea-ideainovatif dan konsep-konsep dihasilkan.
b. Demonstration. Tahapan ini terdiri dari suatu bangunan atauberagam sistem target
dari peningkatan skala untukmencapai visiabilitas teknologi secara komersial dan
teknis.Ini merupakan suatu titik tolak “invensi”, yang kemudianmengarah pada
transisi bagi inovasi.
c. Early deployment. Tahap ini melibatkan penskalaankapasitas-kapasitas manufaktur
dan pembelajaran unutkmereduksi biaya (manufakturing, sistim instalasi, danoperasi
dan pemeliharaan) untuk menjadi kompetitif denganteknologi konvensional. Istilah
“early deployment buydown”merujuk pada proses pembayaran untuk
perbeadaanantara biaya teknologi inovatif dan biaya dari parakompetitornya. Ini
merupakan titik tolak diman suat kasususaha dapat divalidasi dan mungkin memulai
untuk menarikmodal yang cukup unutk mengembangkan produk awal danpemasaran.
d. Widespread dissemination. Pengembangan skala luas produk, para investor
menginginkan unutk melihat awal pengembalian dari investasinya.

2. Model Inovasi Rantai Jaringan (The Chain-link Model ofInnovation)


Model inovasi rantai jaringan ini dikemangkan oleh Kline danRosenberg (1986, dalam
OEDC, 2009). Model ini selainmengutamakan adanya proses penemuan yang mendahului
inovasi,adalah proses ini pun membentuk pemecahan masalah yang terkaitpada setiap
tahapan inovasi.Model ini menekankan pada interaksiantara kesempatan pasar dan
dasar/kepemilikan pengetahuan dankapabilitas-kapabilitas perusahaan atau organisasi.
Outcome darisetiap fungsi yang luar/besar adalah tidak pasti, dan sepanjangproses inovasi ini
perlu untuk kembali ke langkah-langkah awal.Pemeliharaan link yang efektif antara tahapan-
tahapan ini adalahkrusial untuk berhasilan projek inovasi.
RISET

pengetahuan

Pasar potensial Invent/desain analitik Redisain dan Produksi dan


produk produksi pemasaran

3. Model Siklus Inovasi Kesehatan (The Heath Innovation Cycle)


Model yang lebih kompleks dikembangkan oleh OECD(2007) yang disebut sebagai
model The heath innovation cycle (OECD, 2009), dimana model ini dikembangkan dalam
duniakesehatan. Model ini menggambarkan bahwa proses inovasi bukansuatu hal yang
sederhana, namun melibatkan berbagai hal yangterkait baik aktor maupun institusi. Model ini
pun menekankanpada kerja sama antara antara mereka dalam proses inovasi. Model ini
memberikan gambaran bahwa proses inovasi mencakuptahapan yang terdiri dari: identifikasi
kebutuhan dan kesempatan,penelitian, pengembangan, ujicoba teratur, komersialisasi,
difusi,dan imbas (uptake). Dalam hal ini, inovasi dipandang sebagai proses interaktif,
dinamis, nonlinear; dan mencakup proses ketidakpastian dan resiko yang ada didalamnya.
Pross yang secara berkelanjutan dikuatkandan diperbarui kembali oleh pandangan(loops)
umpan balik.
B. Teori Inovasi Pendidikan
Semangat para pendidik di Amerika mulai bangkit untuk mengadakan perubahan di
bidang pendidikan dan mulailah diadakan pembaharuan kurikulum, penggunaan media,
pengorganisasian kegiatan belajar, dan prosedur administrasi sekolah. Para ahli pendidikan
sadar bahwa hasil pendidikan yang selama ini telah diperolehnya belum cukup baik dan
masih harus disempurnakan. Berbagai pertanyaan mengusik dan menggelisahkan sehingga
mereka selalu berusaha untuk menjawabnya. Sebagai hasil usaha para ahli pendidikan di
Amerika Serikat, ada tiga model perubahan pendidikan atau model inovasi pendidikanyaitu:
1. Model Penelitian, Pengembangan, dan Difusi
Model inovasi ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap orangmemerlukan perubahan.
Unsur pokok perubahan ialahpenelitian, pengembangan, dan difusi.

2. Model Pengembangan Organisasi


Model ini lebih berorientasi pada organisasi daripada pada sistemsosial. Model ini
berpusat pada sekolah. Model pengembanganorganisasi ini berbeda dengan model
pengembangan dan difusi.Model pengembangan organisasi juga berorientasi pada nilaiyang
tinggi. Artinya, model ini juga mendasarkan pada filosofiyang menyarankan agar sekolah
tidak hanya diberi tahu tentanginovasi pendidikan dan disuruh menerimanya, tetapi
sekolahhendaknya mampu mempersiapkan diri untuk memecahkansendiri masalah pendikan
yang dihadapinya.

3. Model Konfigurasi
Model konfigurasi atau disebut juga konfigurasi teori difusi inovasi yang juga terkenal
dengan istilah CLER, model dengan pendekatan secara komprehensif untuk mengembangkan
strategi inovasi (perubahan pendidikan) pada situasi yang berbeda. Menurut model
konfigurasi, kemungkinan terjadinya difusi inovasi bergantung pada empat faktor yang
disingkat menjadi CLER, yaitu:
a. Konfigurasi (configuration), artinya menunjukkan bentuk hubungan inovator dengan
penerima dalam konteks sosial atau hubungan dalam situasi sosial dan politik. Ada
empat konfigurasi, yaitu individu, kelompok, lembaga, dan kebudayaan. Setiap bagian
dari keempat konfigurasi tersebut, berperan sebagai inovator dan dapat berperan
sebagai penerima inovasi (adopter).
b. Hubungan (linkage), yaitu hubungan antara para pelakudalam proses penyebaran
inovasi. Inovator dan adopterharus berada dalam hubungan yang
memungkinkandidengarkannya dan diperhatikannya inovasi yangdidifusikan.
c. Lingkungan (environtment), yaitu cara keadaan lingkungansekitar menjadi tempat
penyebaran inovasi. Lingkungandalam pengertian ini mencakup semua hal, baik fisik,
sosial,maupun intelektual yang secara umum dapat bersifat netral,memengaruhi atau
mungkin menghambat terhadap tingkahlaku tertentu.
d. Sumber (resources), yaitu sumber yang tersedia bagi inovatordan penerima dalam
proses transisi penerimaan inovasi.Sumber yang tersedia sangat penting, baik bagi
inovatormaupun adopter, karena keduanya memerlukan sumberinovasi untuk
melaksanakan transaksi.Inovator memerlukan kejelasan konsep agar dapat
menyusundesain pengembangan dan menentukan strategi inovasi. Demikianpula,
adopter memerlukan kejelasan konsep untuk memahami inovasisehingga dapat
menerapkan inovasi sesuai yang diharapkan.

2.2 ASPEK-ASPEK INOVASI


Aspek-Aspek Inovasi yang menuntut adanya inovasi meliputi :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya perkembangan ilmu
pengetahuan tidak bisa dipungkiri mengakibatkan kemajuan teknologi yang
mempengaruhi kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan .
dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern menghendaki dasar-dasar
pendidikan yang kokoh dan pengusaan kemampuan yang terus-menerus,
b. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk yang cukup pesat menuntut adanya
pembaharuan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan
pendidikan yang secara kualitatif yang menuntut tersedianyan sarana pendidikan yang
memadai,
c. Meningkatnya animo mansyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Dengan kemajuan iptek, akan mempengaruhi aspirasi masyarakat, potensi dan
persaingan yang sangat ketat,
d. Menurunnya kualitas pendidikan.Kualitas pendidikan yang dirasakan makin menurun
dan belum mampu mengikuti perkembangan Iptek. Situasi ini menuntut adanya
inovasi inovasi dan perubahan. Bila tidak demikian jelas akan berakibat pada
perkembangan dan tertinggalnya kita di bidang Iptek,
e. Adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat. Dalam era modern
sekarang ini masyrakat menuntut adanya lembaga pendidikan yang benasr-benar
mampu diharapkan, terutama yang siap pakai dengan dibekali skill dan ketrampilan
yang diperlukan.

Faktor pendorong adanya inovasi meliputi :


Kemudian Ancok (2012:59-62), berpendapat bahwa secara garisbesar ada tiga
komponen modal organisasi yang mendukung inovasi, yakni: (a) Modal Manusia (uman
Capital), (b) Modal Kepemimpinan (leadership Capital), (c) Modal Struktural (Structural
Capital).
a. Modal Manusia
Penggerak keunggulan perusahaan adalah manusia menjadi pekerja di perusahaan
tersebut. Teknologi tidak berarti apa-apa tanpa adanya manusia yang berkualitas yang
mengoperasionalkannya. Peningkatan nilai perusahaan (market value) bisa sampai 20 kali
lipat nilai asset perusahaan (book value) karena kehadiran para pekerja yang sangat kompeten
mengelola perusahaan. Hasil survei di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terjadi kenaikan
peran manusia yang luar biasa terhadap perusahaan dibandingkan dengan peran aset
perusahaan yang bersifat fisik terhadap kinerja perusahaan. Pada tahun 1982, hanya 38%
kontribusi faktor manusia terhadap kineja perusahaan, sedangkan pada tahun 2000 terjadi
kenaikan derastis menjadi 85% untuk kontribusi manusia pada kinerja perusahaan (Kaplan &
Norton, 2000).

b. Modal Kepemimpinan
Pekerja yang memiliki modal manusia yang baik, hanya akan memunculkan
kemampuannya secara maksimal kalau dipimpin oleh pemimpin yang baik. Pemimpin yang
bisa memacu tumbuhnya inovasi dalam perusahaan adalah pemimpin yang berpandangan
jauh ke depan (visioner), maupun untuk mensinergikan berbagi unit, divisi, an sumber daya
yang ada dalam organisasi (sinergistik) serta menggerakkan orangorang dalam organisasi
untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai semua (transformasional).

c. Modal Struktur Organisasi


Organisasi adalah wadah tempat pekerja bekerja. Organisasi berfungsi sebagai
wahana yang menumbuhkan inovasi. Ibarat tumbuhtumbuhan, bibit tanaman yang unggul
baru akan maksimal hasilnya bila ditanam di lahan yang subur. Maka tanaman akan tumbu
subur dan produksi tanaman akan bagus. Namun apabila lahannya tidaksubur, maka
rendahlah produksi tanaman.

Faktor yang mendorong inovasi pendidikan


Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan jika dilacak
biasanya bersumber pada dua hal, yaitu: (1) kemauansekolah (lembaga pendidikan) untuk
mengadakan respons terhadaptantangan kebutuhan masyarakat, dan (2) adanya usaha untuk
menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi
masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan sistem sosial terjadi hubungan yang erat dan
saling memengaruhi. Misalnya, sekolah telah sukses menyiapkan tenaga yang terdidik sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya tenaga terdidik, tingkat kehidupannya
meningkat dan cara bekerjanya juga lebih baik. Tenaga terdidik akan merasa tidak puas jika
bekerja tidak menggunakan kemampuan inteleknya sehingga perlu adanya penyesuaian
dengan lapangan pekerjaan. Dengan demikian, selalu terjadi perubahan yang bersifat
dinamis, yang disebabkan hubungan interaktif antara lembaga pendidikan dengan
masyarakat.

Aspek-aspek inovasi pendidikan nonformal


Dari sisi struktur dan postur, PNF dapat dikembangkan diaspek kelembagaan,
pengorganisasian, pengelolaan, pengembangan program, dan di hilir pada pengembangan
aktivitas pembelajaran. Dilengkapi pengembangan aspek-aspek itu dengan memutakhirkan
pandangan-pandangan filosofi, konsep dan teori, metodologi, dan teknis edukatif atau teknis
pembelajaran.
PNF perlu memilik kembaga dan/atau organisasi yangramping namun lincah dalam
bekerja, selalu tanggap atas fenomena perubahan yang cepat, model pengelolaan atau
manajemen yangberbasis kebutuhan masyarakat lokal, yang tidak perlu modelpengelolaan
yang berorientasi terlampau mengejar keuntungan finansial, program-program yang
memberdayakan individu dan masyarakat secara ekonomi, sosial, politik, dan budaya dengan
pendekatan yang memerdekakan dan menyadarkan (Freire, Ki Hadjar Dewantoro, Amartya
Sen, dan Romo Mangun) dilihat dari sisi filosofi pendidikan yang memunculkan paradigma
pendidikan kritis (critical education).
Sejalan dengan itu, pengembangan pendidikan nonformalharus menyentuh aspek
pengayaan program-program PNF yang memiliki banyak orientasi; tidak sebatas memenuhi
pendidikandasar lewat jalur pendidikan nonformal, tetapi lebih daripada itupascaliterasi dan
kebutuhan pendidikan nonformal lain untuk kepentingan pengembangan ekonomi dan sosial
masyarakat, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan spriritual masyarakat;
pengembangan dan aktualisasi-diri, serta kesadaran lingkungan, perubahan iklim dan
lingkungan serta di atas itu semua adalah pendidikan untuk meningkatkan harkat, martabat,
dan derajat manusia sebagai mahluk Allah yang dikaruniai berbagai kelebihan untuk
kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia.
Khusus dalam inovasi pembelajaran, penekanan pada penerapan model-model terkini
pembelajaran perlu juga untuk dilakukan seperti mengembangkan problem posing education,
selfdirectedlearning, self-determained learning, self-actualization,action knowledge,
experiential learning, contextual learning, dan sejenisnya untuk memperkaya khasanah
pembelajaran pendidikan nonformal yang lebih memposisikan sesama manusia agar dapat
saling membelajarkan, meski dalam aliran yang berbeda-beda: kontruktivisme,
kontekstualisme, maupun reflektisisme (Yoyon Suryono, 2008; Sodiq A.Kuntoro, 2008).

2.3 HAMBATAN-HAMBATAN INOVASI


Hambatan dalam inovasi pendidikan nonformal
Inovasi pendidikan nonformal dengan sendirinya akan menghadapi hambatan dan
tantangan struktural, kultural, finansial,individual, sosial-etikal, dan bisa jadi juga timbulnya
perbedaan pendapat sampai konflik sosial atau penentangan masyarakat yang kesemuanya
tentu berpulang pada ada tidaknya nilai positif,manfaat ekonomi dan sosial dari inovasi
pendidikan nonformalyang dilakukan itu.
Seperti di atas disampaikan bahwa inovasi pendidikan nonformal harus memperoleh
dukungan kekuasaan secara struktural dari tingkat tertinggi sampai terendah; mampu
memelihara dan mengembangkan sisi budaya di tingkat lokal,regional, nasional, dan bisa jadi
global atas dasar nilai manfaatsecara sosial-budaya; memperoleh dukungan finansial yang
tidakberorientasi keuntungan finansial semata; mengandung niatan membangun manusia
secara individu dan sosial dalam dimensikeetika-sosialan masyarakatnya; dilandasi oleh
kemitmen bersama semua pemangku kepentingan, terhindar dan tidak memicu konfliksosial
apalagi memunculkan penentangan masyarakat; dan olehkarena ini inovasi pendidikan
nonformal itu harus memberimanfaat secara ekonomi dan sosial; mengurangi eksploitasi
kekayaan yang sudah sangat lama dilakukan dengan buah yangdihasilkan berupa kerusakan
alam dan bencana terjadi di manamana:banjir bandang, tanah longsor, sampai fenomena
kabut asapyang setiap tahun selalu berulang, ibaran penyakit akut dan kronis.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori, aspek, dan hambatan inovasi seperti di
atas disampaikan bahwa inovasi pendidikan nonformal harus memperoleh dukungan
kekuasaan secara struktural dari tingkat tertinggi sampai terendah; mampu
memelihara dan mengembangkan sisi budaya di tingkat lokal,regional, nasional, dan
bisa jadi global atas dasar nilai manfaatsecara sosial-budaya; memperoleh dukungan
finansial yang tidakberorientasi keuntungan finansial semata; mengandung niatan
membangun manusia secara individu dan sosial dalam dimensikeetika-sosialan
masyarakatnya; dilandasi oleh kemitmen bersama semua pemangku kepentingan,
terhindar dan tidak memicu konflik sosial apalagi memunculkan penentangan
masyarakat; dan oleh karena ini inovasi pendidikan nonformal itu harus
memberimanfaat secara ekonomi dan sosial; mengurangi eksploitasi kekayaan yang
sudah sangat lama dilakukan dengan buah yangdihasilkan berupa kerusakan alam dan
bencana terjadi di manamana:banjir bandang, tanah longsor, sampai fenomena kabut
asap yang setiap tahun selalu berulang, ibaran penyakit akut dan kronis.

3.2 SARAN
Dari penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui apa saja teori,
aspek, dan hambatan inovasi.
DAFTAR PUSTAKA

Saud, Syaefudin Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sudhata, Wawan Pudjawan. 2013. Inovasi Pendidikan. Singaraja

Suryono, Yoyon. 2016. Inovasi Pendidikan Nonformal. Yogyakarta: Graha


Cendekia

Warnaen, Andi, dkk. 2013. Aktor-Faktor yang Menghambat Inovasi Pada


Komunitas Petani dan Nelayan dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat di Kabupaten Takalar. Makassar. (Jurnal Komunikasi Karibe,
Vol. 2, No. 3)

Anda mungkin juga menyukai