Nervus Fasialis
Otot-otot wajah diinervasi oleh nervus fasialis. Selain memberikan
inervasi motorik, nervus fasialis juga mempunyai komponen sensoris
dan parasimpatik. Nervus fasialis bertanggung jawab untuk gerakan
volunteer dan mimik otot-otot wajah, pengecapan pada dua pertiga
anterior lidah, dan sekresi kelenjar saliva dan lakrimal. Nervus fasialis
juga memberikan percabangan untuk sensoris cavum timpani dan ke
muskulus stapedius [6]. Hal inilah yang menyebabkan gejala Bell’s
palsy tidak terbatas pada kelemahan otot saja.
Nervus fasialis mempunyai komponen intrakranial, intratemporal, dan
ekstratemporal. Badan sel nervus fasialis terletak di medulla
oblongata dengan radiks berada di angulus pontocerebelaris. Nervus
fasialis kemudian berjalan bersama nervus vectibulo-cochlearis dan
masuk ke dalam meatus akustikus internus pada pars petrosa os
temporalis menuju ventrolateral. Saraf ini kemudian memasuki kanalis
facialis pada dasar meatus dan berbelok ke dorsolateral menuju
dinding medial cavum timpani dan membentuk sudut di atas
promontorium (ganglion geniculatum). Saraf kemudian bersilangan
dengan chorda timpani dan berjalan turun pada dinding dorsal cavum
timpani untuk kemudian keluar melalui foramen stylomastoideus. Saraf
kemudian berjalan menembus kelenjar parotis dan memberikan 5
percabangan nervus fasialis (cabang cervical, mandibular, buccal,
zygomatic, dan temporal) untuk menginervasi otot wajah. Kelima
cabang terminal adalah cabang motorik yang bertanggung jawab
terhadap semua ekspresi wajah dan tugas-tugas fungsional otot,
seperti penutupan kelopak mata dan mulut serta patensi hidung ketika
inspirasi.
Sumber: Openi, 2014.
Gambar 1. Inervasi motorik (A) dan parasimpatetik (B) dari nervus fasialis.
3. Spondilosis Servikal
Spondilosis servikal adalah suatu kondisi yang diakibatkan oleh
kerusakan ruas tulang leher dan bantalannya, sehingga menekan saraf
tulang belakang dan menimbulkan gejala umum berupa nyeri leher,
bahu, dan kepala. Spondilosis servikal juga dikenal sebagai
penyakit osteoartritis servikal atau artritis leher. Spondilosis servikal
terjadi akibat proses penuaan, namun dapat diperburuk oleh faktor lain.
Spondilosis servikal paling sering ditemukan pada usia 40-60
tahun, dan pada laki-laki dapat timbul lebih awal dibanding wanita.
Diperkirakan bahwa 90% orang yang telah berusia 60 tahun ke atas
mengalami masalah ini. Namun, spondilosis servikal dapat juga timbul
pada orang muda karena penyebab lain, biasanya karena ada cedera
sebelumnya. Spondilosis dapat mengakibatkan menyempitnya saluran
tulang belakang dan menekan saraf tulang belakang sehingga dapat
muncul gejala, seperti:
a. Kaku pada leher.
b. Sakit leher yang diperburuk saat batuk atau bersin.
c. Nyeri dapat menyebar ke daerah kepala, bahu, dan lengan.
d. Terasa kesemutan, kaku, dan lemah pada lengan, tangan,
tungkai, dan kaki.
e. Kesulitan berjalan dan susah mengoordinasikan gerakan.
Spondilosis servikal utamanya terjadi akibat perubahan struktur dan
kerusakan jaringan pada tulang belakang dan tulang leher. Perubahan
yang terjadi dapat berupa:
a. Menipisnya bantalan tulang. Tulang leher merupakan bagian dari
tulang belakang yang bentuknya seperti pilar yang memiliki ruas.
Di antara ruas tersebut diisi oleh bantalan tulang. Seiring
bertambahnya usia, bantalan ini akan menipis akibat
berkurangnya cairan pada bantalan tersebut. Jika bantalan ini
menipis, akan sering terjadi gesekan antar tulang.
b. Herniasi bantalan tulang. Akibat penuaan, bantalan tulang leher
juga dapat mengalami keretakan, sehingga membuat bantalan ini
menonjol dan menekan saraf tulang belakang.
c. Ligamen kaku. Penuaan juga dapat menyebabkan ligamen atau
jaringan ikat antara tulang leher menjadi kaku dan tidak fleksibel.
d. Pengapuran tulang leher. Sebagai respon terhadap menipisnya
bantalan tulang, tulang leher akan membentuk jaringan tambahan
dalam upaya menjaga keutuhan tulang leher. Jaringan tulang
tambahan ini dapat menekan saraf tulang belakang.