Anda di halaman 1dari 11

ISSN : 2477 – 0604

Vol. 3 No. 1 Maret - Juni 2017 | 40-50

PENGARUH TERAPI PIJAT SWEDIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN


DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI BALAI SOSIAL
LANJUT USIA “MANDALIKA” NTB

Robiatul Adawiyah1), Dina Fithriana2), Nuri Febriani 3)


1,2,3)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram,
Jl. Swakarsa III No. 10 Kekalik-Mataram, Nusa Tenggara Barat
Email: nuridamz@gmail.com | nurifebriani@yahoo.co.id

ABSTRAK

Usia yang semakin bertambah dapat menyebabkan kemunduran beberapa fungsi


fisik maupun psikologis yang dialami akibat proses menua, termasuk dapat menyebabkan
masalah kesehatan pada lansia, salah satunya penyakit degeneratif yang sering dialami
lansia yaitu hipertensi yang merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh hilangnya
elastisitas dinding pembuluh darah akibat adanya proses penuaan. Terapi pijat swedia
merupakan salah satu terapi komplementer yang dipercaya mampu memberikan respon
relaksasi dan juga mampu menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian terapi pijat swedia terhadap perubahan tekanan darah
pada pasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre-post test design
dengan jumlah sampel 20 orang lansia dengan hipertensi. Teknik sampel yang digunakan
adalah teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji paired t-test dengan taraf
signifikan 0,05 (5%).Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t-hitung sebesar 8,048
dan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada d.b =19 diperoleh t-tabel sebesar 2,093
sehingga (t-hitung > t-tabel yang artinya ada pengaruh terapi pijat swedia terhadap
perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi.Kesimpulan dari penelitian
ini adalah ada pengaruh pemberian terapi pijat swedia terhadap perubahan tekanan darah
pada pasien lansia dengan hipertensi, sehingga pijat swedia dapat dijadikan sebagai
pengobatan alternatif untuk membantu menurunkan tekanan darah seseorang khususnya
pada lansia dengan hipertensi.

Kata Kunci : Lansia; Hipertensi; Pijat Swedia.

THE EFFECT OF SWEDISH MASSAGE THERAPY TO THE CHANGES OF


BLOOD PRESSURE IN ELDERLY PATIENT WITH HYPERTENSION IN
THE SOCIAL INSTITUTION OF ELDERLY PEOPLE “MANDALIKA”
WEST NUSA TENGGARA

ABSTRACT

The older the age is, it can cause the degrading of some physical or psychological
functions experienced by people as the effect of aging process. It also includes triggering
health problems in the elderly people. One of the degenerative disease that is mostly
experienced by the elders is hypertension which is a chronic disease caused by the lacking
of blood vessel’s wall elasticity as the effect of aging process. The Swedish massage
therapy is one of complementary therapy which is believed to be effective in giving the
relaxation responses and also to reduce the blood pressure. Then, it brought to a reseearch
where it was aimed to examine the effect of Swedish massage therapy to the changes of
blood pressure in elderly people “Mandalika” NTB. This research was using one group
ROBIATUL ADAWIYAH 41
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

pre-post test design with 20 elderly people with hypertension as samples which were
selected by purposive sampling method. Data analyzing used was paired t-test with 0,05
(5%) signifance level. Based on the statistical test, t-count is 8,048 and was compared with
t-table on d.b =19, it had result on t-table 2,093.Thus, t-count > t-tablemeant that there
was an effect of Swedish massage therapy to the change of blood pressure in elderly
patients with hypertension. Based on this reseach,itcould be concluded that there was an
effect of Swedish massage therapy to the changes of blood pressure in elderly patients with
hypertension. Therefore, the Swedish massage could be used as an alternative care to help
in reducing blood pressure especially to the elderly people with hypertension.

Keywords: Elderly people;Hypertension; Swedish massage

PENDAHULUAN Berdasarkan data dari hasil studi


pendahuluan yang telah dilakukan oleh
Setiap individu yang memiliki peneliti pada tanggal 20 Desember 2016,
umur panjang akan menjadi tua. Menjadi data jumlah lansia pada bulan Januari
tua atau menua (aging process) adalah sampai dengan Desember tahun 2016
proses normal yang terjadi secara alamiah sebanyak 76 orang, dan yang mempunyai
sepanjang masa kehidupan yang ditandai hipertensi sebanyak 13 orang, kemudian
dengan adanya perubahan fisik dan dari data terbaru yang didapatkan oleh
tingkah laku sesuai tahap perkembangan peneliti selama penelitian, data jumlah
kronologis tertentu. Proses menua Lansia pada bulan Juni 2017 sebanyak 68
dipengaruhi oleh fenomena yang orang lansia, dan yang mempunyai
kompleks dan multidimensial dimana hipertensi sebanyak 24 orang. Hipertensi
tingkat kecepatannya berbeda pada setiap merupakan 3 dari 10 penyakit dengan
individu. Menurut World Health pravelensi tertinggi di Balai Sosial Lanjut
Organization (WHO), seseorang Usia ”Mandalika” NTB, dimana
dikatakan lansia apabila sudah berumur berdasarkan wawancara dengan petugas
60 tahun atau lebih dan hal yang sama Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika”
juga disebutkan dalam UU No. 13 Tahun NTB, untuk penatalaksanaan dari
1998 (Nugroho, 2014; Stanley & Beare, Hipertensi sendiri yaitu dengan
2012; Kemenkes RI, 2013). memberikan obat-obatan anti hipertensi
Usia yang semakin bertambah pada setiap lansia yang terdiagnosa
dapat menyebabkan kemunduran hipertensi, seperti Captopril yang
beberapa fungsi fisik maupun psikologis diberikan setiap hari dengan dosis 1x
yang dialami lansia akibat proses menua sehari, dan amnodipin jika tekanan darah
(aging process) termasuk dapat lansia > 200 mmHg, namun pemberian
menyebabkan masalah kesehatan pada obat-obatan anti hipertensi pada lansia
lansia, salah satunya penyakit degeneratif dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut
yang sering dialami lansia yaitu Usia “Mandalika” NTB belum efektif
hipertensi yang merupakan penyakit dikarenakan pola makan dari lansia yang
kronik akibat gangguan sistem sirkulasi tidak terkontrol akibat perilaku lansia
darah yang kini menjadi masalah dalam yang terkadang memakan makanan yang
kesehatan masyarakat. Hipertensi dapat dapat mempengaruhi tekanan darahnya
didefenisikan sebagai tekanan darah secara sembunyi-sembunyi dari pihak
tinggi persisten dimana tekanan Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika”
sistoliknya di atas 140 mmHg dan NTB, selain dari terapi farmakologi
tekanan diastolik di atas 90 mmHg (obat-obatan) Balai Sosial Lanjut Usia
(Smeltzer & Bare, 2001). “Mandalika” NTB juga sudah melakukan
ROBIATUL ADAWIYAH 42
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

kolaborasi dengan ahli gizi terkait dengan menggosok melingkar), tapotement


diit untuk lansia dengan hipertensi, salah (gerakan perkusi) dan vibration (getaran).
satunya dengan memberikan terapi herbal Menurut penelitian yang telah
jus mentimun (non-farmakologi) untuk dilakukan oleh Izreen Supa’at (2013)
pengendalian tekanan darah pada lansia dengan judul “Effects of Swedish
dengan hipertensi, namun terapi herbal Massage Therapy on Blood Pressure,
tersebut tidak secara kontinu dilakukan Heart Rate, and Inflammatory Markers in
oleh pihak Balai Sosial Lanjut Usia Hypertensive Women”, menunjukkan
“Mandalika” NTB dikarenakan tidak bahwa terapi pijat secara signifikan dapat
adanya koordinasi (delegasi) dari petugas menurunkan tekanan darah, dan denyut
sebelumnya terkait pengaruh dari jantung pada perempuan dengan
pemberian terapi tersebut, sehingga terapi hipertensi. Hal tersebut juga didukung
tersebut tidak dilanjutkan kembali. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Guna mencegah dampak yang Dr. Mina Jouzi (2016), dengan judul
lebih buruk dari hipertensi maka harus “Comparing The Effect Of Two Swedish
dilakukan tindakan pencegahan dan Massage Techniques On The Vital Sign
pengobatan agar dapat mengendalikan And Anxiety Of Healthy Women”, dimana
tekanan darah. Beberapa cara yang dapat hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
dilakukan untuk mengendalikan tekanan terapi pijat Swedia dapat menurunkan
darah menurut Kowalski (2010) dapat tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Nadi,
dilakukan dengan terapi farmakologi Respirasi Rate) yang terkait dengan
yang biasanya diberikan dengan obat- kecemasan pada perempuan yang sehat.
obatan dan terapi non farmakologi yaitu Dan selain itu secara teori manfaat pijat
terapi herbal, perubahan gaya hidup, Swedia dapat memberikan efek terhadap
kepatuhan dalam pengobatan, lancarnya peredaran darah, dapat
pengendalian stres dan terapi relaksasi. memulihkan tubuh akibat kelelahan dan
Relaksasi merupakan tindakan dapat meningkatkan aliran oksigen dan
yang harus dilakukan pada setiap terapi relaksasi. (Rachmi Primidiati, 2002)
anti-hipertensi. Apabila tekanan darah Berdasarkan teori dan penelitian
terlalu tinggi, pembuluh darah yang yang telah dilakukan, manfaat terapi pijat
relaks akan terjadi vasodilatasi pembuluh Swedia memiliki efek positif terhadap
darah sehingga akan menyebabkan sistem kardiovaskuler, namun belum ada
tekanan darah turun dan kembali normal. penelitian sebelumnya mengenai tindakan
Untuk membuat tubuh menjadi rileks tersebut khususnya di NTB, sehingga
dapat dilakukan dengan beberapa cara calon peneliti tertarik untuk menguji
seperti terapi musik klasik, yoga, tekhnik pengaruh pemberian terapi pijat Swedia
nafas dalam, dan terapi masase (terapi terhadap perubahan tekanan darah pada
pijat), (Muttaqin, 2009). Salah satu terapi pasien lansia dengan hipertensi di Balai
pijat yang dapat dilakukan adalah terapi Sosial Lanjut Usia”Mandalika” NTB.
pijat Swedia. Terapi pijat Swedia Penelitian ini dilakukan untuk
merupakan salah satu terapi mengetahui apakah ada pengaruh terapi
komplementer yang dipercaya mampu pijat Swedia terhadap perubahan tekanan
memberikan respon relaksasi, selain itu darah pada pasien lansia dengan
juga mampu menurunkan tekanan darah hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia
yang diakibatkan oleh stres.Tekhnik pijat “Mandalika” NTB.
Swedia diantaranya; effleurage
(menyentuh dengan lembut), petrissage BAHAN DAN METODE
(meremas otot), friction (gerakan Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Quasi Eksperimen:
ROBIATUL ADAWIYAH 43
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

Time Series Design (Hidayat, 2007), digunakan sebagai acuan dalam


dengan pendekatan one group pre-post memberikan pijat Swedia pada lansia
test design dengan jumlah sampel 20 yang menderita hipertensi.
orang lansia dengan hipertensi. Teknik
sampel yang digunakan adalah teknik HASIL DAN PEMBAHASAN
purposive samplingyaitu tekhnik 1. Data Umum
penentuan sampel dengan pertimbangan Hasil observasi data umum
tertentu sesuai dengan yang dikehendaki tentang karakteristik responden yang
peneliti (Sugiyono, 2014). Hasil uji peneliti dapatkan pada penelitian ini
normalitas data dilihat dari Shapiro-Wilk berdasarkan jenis kelamin dan usia,
Test (sampel ≤ 50) didapatkan p value > sebagai berikut:
0,05 artinya data berdistribusi normal, a. Karakteristik Responden
sehingga uji yang digunakan adalah uji Berdasarkan Jenis Kelamin
paired t-test dengan taraf signifikan 0,05 Tabel 1.1 Hasil observasi
(5%). karakteristik responden
Berdasarkan kedua desain berdasarkan jenis kelamin
tersebut, pada penelitian ini setiap
No Jenis Frekuensi Presentase
responden mendapat perlakuan terapi Kelamin (%)
pijat Swedia sebanyak tiga (3) kali dan 1. Laki-Laki 5 25 %
pengukuran tekanan darah untuk setiap 2. Perempuan 15 75 %
Total 20 100 %
responden dilakukan sebelum dan setelah
Sumber: Data Primer
pelaksanaan tekhnik terapi pijat Swedia.
Dan pelaksanaan tekhnik terapi pijat Berdasarkan tabel 1 diatas
dapat dilihat bahwa sebagian
Swedia dilakukan pada pukul 08.00 –
10.00 pagi atau 15.00-17.00 sore diwaktu besar responden pada penelitian
ini adalah berjenis kelamin
yang sama, dimana pelaksanaan terapi
pijat Swedia tersebut telah dilakukan oleh perempuan yaitu sejumlah 15
orang responden (75%),
peneliti yang dibantu oleh enumerator
atau asisten peneliti yang berjumlah 3 sedangkan laki-laki sejumlah 5
orang (25%).
orang, dan yang merupakan mahasiswa
tingkat tiga STIKES Mataram yang telah b. Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia
menempuh mata kuliah keperawatan
gerontik dan yang telah diberikan Tabel 1.2 Hasil observasi
karakteristik responden
pelatihan dan pengarahan dalam
pemijatan dan pengukuran tekanan darah. berdasarkan usia
Dalam penelitian ini instrumen Presentase
No. Usia Frekuensi
yang digunakan antara lain lembar (%)
observasi, study dokumentasi, pedoman 1. 60-74 11 55
pelaksanaan tekhnik pijat Swedia dan 2. 75-90 9 45
tensimter digital. Lembar dokumentasi Total 20 100
digunakan untuk mengumpulkan data Sumber: Data Primer
demografi responden yang meliputi: usia, Berdasarkan table 1.2
jenis kelamin, pendidikan, dan diagnosa diatas dapat dilihat bahwa
medik. Lembar observasi digunakan sebagian besar usia responden
untuk mencatat hasil pengukuran tekanan dalam penelitian ini adalah 60-74
darah yang dilakukan secara langsung tahun sejumlah 11 orang (55%).
pada responden dengan menggunakan 2. Data Khusus
alat tensimeter. Dan pedoman Data khusus menyajikan hasil
pelaksanaan tekhnik pijat Swedia observasi dan hasil uji analisa
ROBIATUL ADAWIYAH 44
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

pengaruh terapi pijat Swedia terhadap hipertensi ringan sejumlah 10


perubahan tekanan darah pada pasien orang (50%), dan dapat dilihat
lansia dengan hipertensi di Balai juga bahwa klasifikasi tekanan
Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB. darah normal tinggi mengalami
a. Tekanan darah sebelum dilakukan peningkatan setelah dilakukan
terapi pijat Swedia pemijatan, yakni sejumlah 6 orang
Tabel 1.3 Hasil observasi (30%), hipertensi sedang
karakteristik responden sejumlah 2 orang (10%), serta
berdasarkan tekanan darah terdapat pula klasifikasi tekanan
sebelum dilakukan terapi pijat darah normal sejumlah 2 orang
Swedia (10%).
Klasifikasi Frekuensi
Persentase c. Tabel 1.5 Hasil Analisa Pengaruh
(%)
Terapi Pijat Swedia Terhadap
Hipotensi 0 0 Perubahan Tekanan Darah Pada
Normal 2 10 Pasien Lansia Dengan Hipertensi
N. Tinggi 6 30 Di Balai Sosial Lanjut Usia
H. Ringan 10 50 “Mandalika” NTB.
H. Sedang 2 10 Paired Samples Test
H. Berat 0 0 Paired Differences
Total 20 100 95%
Confidence Sig. (2-
Berdasarkan tabel 4.3 Std. Interval of the
t df
tailed)
diatas dapat dilihat bahwa Std. Error Difference
Mean Deviation Mean Lower Upper
sebagian besar klasfikasi tekanan Pair 1
Tekanan
darah yang dimiliki oleh Darah
responden sebelum dilakukan Sebelum
5.215 2.898 .648 3.859 6.571 8.048 19 .000
pemijatan dalam penelitian ini Perlakuan
- Tekanan
adalah hipertensi ringan sejumlah Darah
13 orang (65%). Sesudah
Perlakuan
b. Tekanan darah setelah dilakukan
terapi pijat Swedia Sumber: Data Primer
Tabel 1.4 Hasil observasi
karakteristik responden Berdasarkan hasil perhitungan
berdasarkan tekanan darah setelah diatas diperoleh hasil t-hitung
dilakukan terapi pijat Swedia sebesar 8,048 yang dibandingkan
Persentase dengan t-tabel dengan taraf
Klasifikasi Frekuensi
(%)
Hipotensi 0 0 signifikan 0,05 pada df=19
Normal 0 0 didapatkan hasil t-tabel yaitu
N. Tinggi 3 15 sebesar 2,093 sehingga dapat
H. Ringan 13 65 diartikan bahwa t-hitung lebih besar
H. Sedang 4 20 dari t-tabel (8,048>2,093) sehingga
H. Berat 0 0 H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
Total 20 100 ada pengaruh pemberian terapi pijat
Swedia terhadap perubahan tekanan
Berdasarkan tabel 4.4 diatas
darah pada pasien lansia dengan
dapat dilihat bahwa sebagian
hipertensi di Balai Sosial Lanjut
besar klasfikasi tekanan darah
Usia “Mandalika” NTB. Selain
yang dimiliki oleh responden
berdasarkan hasil dari t-hitung dan
sesudah dilakukan pemijatan
t-tabel, hasil tersebut juga dapat
dalam penelitian ini adalah
dilihat dari hasil analisa taraf sig (2-
ROBIATUL ADAWIYAH 45
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

tailed) yang diperoleh yakni p-value keatas), dimana sebanyak 11 orang


(0,000) < α (0,05), yang artinya ada (55%) berada pada rentang usia 60-74
pengaruh pijat Swedia terhadap tahun, dan sebanyak 9 orang (45%)
perubahan tekanan darah pada berada pada rentang usia 75-90 tahun.
pasien lansia dengan hipertensi di Menurut Nugroho (2014) saat
Balai Sosial Lanjut Usia terjadinya aging proses, maka setiap
“Mandalika” NTB. individu akan mengalami perubahan
dalam berbagai aspek, seperti
PEMBAHASAN perubahan fisik, mental dan
psikososial. Perubahan fisik pada
a. Identifikasi Tekanan Darah Sebelum sistem kardiovaskuker ditandai
Diberikan Terapi Pijat Swedia dengan menurunnya elastisitas
Berdasarkan hasil analisa pembuluh arteri yang mengakibatkan
data pada tabel 1.3 terlihat bahwa terjadinya peningkatan tekanan pada
sebelum diberikan terapi pijat Swedia pembuluh arteri tersebut. Hal
dari 20 responden, sebanyak 13 orang tersebut yang mengakibatkan lansia
(65%) mengalami hipertensi ringan, cendrung mengalami hipertensi.
hipertensi sedang sebanyak 4 orang Terkait dengan faktor jenis
(20%) dan terdapat normal tiggi kelamin, hasil penelitian
sebanyak 3 orang (15%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
menunjukkan bahwa sebagian responden (75%) adalah berjenis
responden mengalami hipertensi pada kelamin perempuan, sedangkan
klasikasi hipertensi ringan atau (25%) responden berjenis kelamin
memiliki tekanan darah antara 140- laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa
159 mmHg, dimana dari data responden berjenis kelamin
penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan menderita
klasifikasi tersebut sebagian besar hipertensi, hal serupa ditemukan pula
ditemukan pada rentang usia 60-74 dalam penelitian yang dilakukan oleh
tahun. Wahyuni dan Eksanoto (2013) terkait
Berbedanya status tekanan kejadian hipertensi pada sejumlah
darah responden pra intervensi, lansia yang berusia 55 tahun di
menunjukkan berbedanya paparan Kelurahan Jagalan, wilayah kerja
faktor yang terjadi pada setiap Puskesmas Pucangsawit, yang
responden. Selaras dengan pendapat menyatakan bahwa perempuan
Hadi (2007) yang menyatakan cenderung menderita hipertensi
beberapa faktor yang berpengaruh daripada laki-laki. Pada penelitian
terhadap patogenesis hipertensi pada tersebut sebanyak 27,5% perempuan
usia lanjut diantaranya: peningkatan mengalami hipertensi, sedangkan
sensitifitas terhadap asupan natrium, untuk laki-laki hanya sebesar 5,8%,
penurunan elastisitas pembuluh darah hal ini sejalan dengan teori yang
perifer dan perubahan ateromatous. menyatakan bahwa setelah
Beberapa faktor lain yang menopause, wanita cendrung
juga dapat mempengaruhi tekanan memiliki tekanan darah yang lebih
darah setiap individu, seperti faktor tinggi dari pria pada usia tersebut
usia dan jenis kelamin (Perry & (Perry & Potter 2005). Menurut
Potter, 2005). Terkait dengan faktor Bustan (2007) angka kejadian
usia, hasil penelitian menunjukkan hipertensi lebih tinggi pada wanita
bahwa semua responden telah dibanding pada pria, penyebabnya
memasuki lanjut usia (60 tahun karena adanya pengaruh kehamilan
ROBIATUL ADAWIYAH 46
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

dan penggunaan pil memperlancar peredaran darah,


kontrasepsi.Perempuan akan pemulilhan tubuh akibat kelelahan,
mengalami peningkatan resiko serta dapat meningkatkan aliran
tekanan darah tinggi (hipertensi) oksigen dan relaksasi.
setelah menopouse yaitu usia diatas Selain itu penelitian ini juga
45 tahun. Perempuan yang belum diperkuat dengan hasil penelitian
menopouse dilindungi oleh hormon yang dilakukan oleh Izreen Supa’at
estrogen yang berperan dalam dan Zakaria (2013) yang berjudul
meningkatkan kadar High Density “Effect Of Swedish Massage Therapy
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol On Blood Pressure, Heart Rate and
HDL rendah dan tingginya kolesterol Inflammatory Markers In
LDL (Low Density Lipoprotein) Hypertension Women” yang
mempengaruhi terjadinya proses menyebutkan bahwa dengan
aterosklerosis dan mengakibatkan melakukan swedish massage satu jam
tekanan darah tinggi (Anggraini dkk, per minggu dapat menurunkan
2009). tekanan darah, denyut jantung, dan
b. Identifikasi Tekanan Darah Sesudah mengurangi gejala hipertensi pada
Pemberian Terapi Pijat Swedia. wanita. Penelitin serupa juga
Berdasarkan hasil analisa data dilakukan oleh Dr. Mina Jouzi
pada tabel 1.4 terlihat bahwa sesudah (2016), dengan judul “Comparing
diberikan terapi pijat Swedia dari 20 The Effect Of Two Swedish Massage
responden, sebanyak 10 orang (50%) Techniques On The Vital Sign And
mengalami hipertensi ringan, dan Anxiety Of Healthy Women”, dimana
dapat dilihat juga bahwa klasifikasi hasil penelitiannya menunjukkan
tekanan darah normal tinggi bahwa terapi pijat Swedia dapat
mengalami peningkatan setelah menurunkan tanda-tanda vital
dilakukan pemijatan, yakni sejumlah (Tekanan Darah, Nadi, Respirasi
6 orang (30%), hipertensi sedang Rate) yang terkait dengan kecemasan
sejumlah 2 orang (10%), serta pada perempuan yang sehat.
terdapat pula klasifikasi tekanan Namun dari data yang peneliti
darah normal sejumlah 2 orang dapatkan dapat dilihat pada master
(10%). Data tersebut menunjukkan tabel menampilkan ada beberapa nilai
bahwa adanya perubahan status tekanan darah responden yang
tekanan darah responden setelah menunjukkan tidak ada perubahan
diberikan terapi pijat Swedia. yang signifikan terhadap tekanan
Dimana rata-rata perubahan tekanan darah setelah diberikan perlakuan
darah pada pasien lansia dengan pijat Swedia, hal ini bisa dikarenakan
hipertensi sesudah diberikan terapi oleh beberapa faktor diantaranya
pijat Swedia yakni sebesar 5 mmHg. kondisi fisiologis dan psikoligis yang
Hasil penelitian tersebut dimiliki oleh responden pada saat
menunjukkan bahwa terapi pijat perlakuan. Secara teori menurut
Swediaberpengaruh terhadap Hayens, (2003) dan Bustan (2007)
perubahan tekanan darah. Hasil menyebutkan bahwa mekanisme
penelitian ini juga diperkuat oleh fisilogis dan kondisi psikologis
Rachmi (2002), prinsip utama pijat (stress) yang abnormal atau
Swedia (swedish massage)adalah mengalami gangguan akan
melakukan pemijatan pada jaringan mempengaruhi tekanan darah
lunak tubuh. Sehingga Swedish sesorang. Menurut Bustan (2007)
massage dapat bermanfat dalam paparan stress pada sesorang dapat
ROBIATUL ADAWIYAH 47
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

menaikkan tekanan darah sepintas hipertensi sedang, hipertensi ringan,


dan hipertensi dini cenderung reaktif, dan normal tinggi. Dan setelah
sehingga susunan saraf simpatik akan perlakuan (post-test) tekanan darah
mempengaruhihaemodinamic, yang responden berada dalam ketegori
menimbulkan hipertensi menetap. hipertensi sedang, hipertensi ringan,
c. Analisa Pengaruh Terapi Pijat Swedia tekanan darah normal tinggi dan
Terhadap Perubahan Tekanan Darah tekanan darah normal. Hal ini sesuai
Pada Pasien Lansia Dengan dengan pernyataan Smaltzer (2011)
Hipertensi Berdasarkan Uji Paired t- bahwa pendekatan non-farmakologis,
test. yang termasuk didalamnya adalah
Hasil analisa uji statistik t-test relaksasi merupakan intevensi wajib
tentang pengaruh terapi pijat Swedia yang harus dilakukan pada setiap
terhadap perubahan tekanan darah terapi hipertensi. Relaksasi
pada pasien lansia dengan hipertensi merupakan tindakan yang harus
di Balai Sosial Lanjut Usia dilakukan pada setiap terapi anti-
“Mandalika” NTB, didapatkan nilai t- hipertensi. Apabila tekanan darah
hitung sebesar 8,048 dengan nilai t- terlalu tinggi, pembuluh darah yang
tabel untuk penggunaan sampel yang rileks akan terjadi vasodilatasi
berjumlah 20 sampel adalah sebesar pembuluh darah sehingga akan
2,093. Hasil tersebut menunjukkan menyebabkan tekanan darah turun
bahwa t-hitung (8,048) > t-tabel dan kembali normal. Menurut
(2,093). Perbedaan nilai tersebut Muttaqin (2009) untuk membuat
berpengaruh terhadap penolakan tubuh menjadi rileks dapat dilakukan
hipotesis H0 dan Ha diterima, dengan beberapa cara dan salah
sehingga dapat disimpulkan bahwa satunya adalah terapi masase (terapi
ada pengaruh terapi pijat Swedia pijat). Hal ini sejalan dengan
terhadap perubahan tekanan darah pendapat Perry dan Potter (2005)
pada pasien lansia dengan hipertensi yang menyatakan bahwa terapi pijat
di Balai Sosial Lanjut Usia dapat digunakan sebagai salah satu
“Mandalika” NTB. Selain terapi untuk menurunkan tekanan
berdasarkan hasil dari t-hitung dan t- darah sistemik. Sehingga pemberian
tabel, hasil tersebut juga dapat dilihat terapi pijat Swedia dapat digunakan
dari hasil analisa taraf sig (2-tailed) kedalam salah satu penalataksanaan
yang diperoleh yakni p-value (0,000) non-farmakologis pada penderita
< α (0,05), yang artinya ada pengaruh hipertensi, karena dapat memberikan
pijat Swedia terhadap perubahan efek relakasasi sehingga tekanan
tekanan darah pada pasien lansia darah kembali turun dan normal.
dengan hipertensi di Balai Sosial Penelitian ini telah menunjukkan
Lanjut Usia “Mandalika” NTB. bahwa pijat Swedia telah mampu
Hasil uji t-test tersebut juga memberikan perubahan pada tekanan
didukung dengan data hasil penelitian darah pada pasien lansia dengan
yang terdapat pada tabel 1.3 dan 1.4, hipertensi, dimana terdapat penurunan
data pada tabel tersebut menunjukkan dengan rata-rata 5 mmHg pada setiap
adanya perubahan yang signifikan responden setelah diberikan pijat
pada tekanan darah responden Swedia, namun tidak terdapat
sebelum dan sesudah pemberian perubahan tekanan darah yang
terapi pijat Swedia. Sebelum signifikan pada lima responden
perlakuan (pre-test) tekanan darah setelah diberikan pijat Swedia, hal
responden berada dalam kategori tersebut dapat dikarenakan oleh
ROBIATUL ADAWIYAH 48
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

pengaruh beberapa faktor yakni, Hasil penelitian ini agar


mekanisme fisiologis dan kondisi dilaksanakan secara kontinyu oleh
psikologis yang mengalami gangguan pihak terkait untuk meningkatkan
serta kondisi alat yang digunakan pelayanan dan perawatan pada klien
untuk mengukur tekanan darah pada hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia
saat penelitian, selain itu beberapa “Mandalika” NTB.
faktor lain yang juga dapat 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
mempengaruhi penurunan tekanan Perlu ada penelitian lebih lanjut
darah selain dari pijat Swedia yakni terkait perubahan tekanan darah pada
faktor medikasi dan life style namun lansia yang ada di Balai Sosial Lanjut
kedua faktor tersebut tidak dikontrol Usia “Mandalika” NTB atau balai
oleh peneliti, sehingga faktor-faktor sosial lainnya atau yang tinggal di
tersebut menjadi faktor pembatas rumah bersama keluarga, yang dapat
(keterbatasan) yang tidak dapat digunakan sebagai pembanding
dikendalikan dalam penelitian. penelitian yang sudah dilakukan demi
tercapai derajat kesehatan dan
KESIMPULAN kesejahteraan yang setinggi-tingginya.
Selain itu untuk peneliti selanjutnya
1. Sebelum pemberian terapi pijat swedia
perlu meneliti juga terkait faktor-
pada responden, tekanan darah
faktor yang dapat mempengaruhi
responden berada pada kategori
tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi ringan sebanyak 13 orang
hipertensi seperti penggunaan obat
(65%).
anti hipertensi, aktivitas serta diit
2. Setelah pemberian terapi pijat Swedia
responden jika melakukan penelitian
pada responden, tekanan darah
terkait terapi pijat Swedia terhadap
responden berada pada kategori
perubahan tekanan darah dikemudian
hipertensi ringan sebanyak 10 orang
hari.
(50%) dengan rata-rata penurunan
sebesar 5 mmHg.
3. Berdasarkan analisa uji paired t-test
didapatkan nilai t-hitung sebesar 8,048
dan nilai t-tabel sebesar 2,093, dan
didapatkan pula nilai p value (0,000) <
α (0,05), dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terapi pijat Swedia
berpengaruh terhadap perubahan
tekanan darah padapasien lansia
dengan hipertensi di Balai Sosial
Lanjut Usia “Mandalika” NTB.

SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk melengkapi keilmuan
dan sebagai bahan informasi
menambah khasanah pustaka bagi
institusi pendidikan.
2. Bagi Balai Sosial Lanjut Usia
“Mandalika” NTB
ROBIATUL ADAWIYAH 49
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

DAFTAR PUSTAKA on The Vital Signs and Anxiety of


Healthy Women: Iranian Journal
Alimul, A. (2007). Riset Keperawatan of Nursing and Midwifery
dan Teknik, Penulisan Ilmiah. Research Vol.21
Jakarta: Salemba Medika Hayens R. B, Frans H. H. L., & Eddy S.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (2003). Buku Pintar Menaklukkan
Suatu Pendekatan Praktik. Hipertensi. Jakarta: Ladang
Jakarta: Rineka Cipta Pustaka & Intimedia
Armojo, R. Boedhi dan H. Hadi Martono. Hermawan Soni. (2015). Perbandingan
(2007). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Pengaruh Sport Massage dan
Kesehatan Usia Lanjut.Ed. 3. Swedish Massage Terhadap
Jakarta: FKUI. Perubahan Denyut Nadi dan
Beevers, D.G. (2008). Seri Kesehatan: Frekuensi Pernafasan.Skripsi.
Tekanan Darah. Jakarta: Dian Yogyakartta: FIK UNY
Rakyat InfoDATIN Lansia. (2016). Situasi
BPS. (2013). Kependudukan dan Angka Lanjut Usia (LANSIA) di
Harapan Hidup Penduduk. Indonesia. Jakarta
Indonesia: BPS Statistik Indonesia Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan
Brunner & Suddarth. (2002). Perawatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes
Medikal Bedah Vol: 1. Jakarta : Kemenkes RI. (2013). Buletin Jendela
EGC Data dan Informasi Kesehatan-
Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Gambaran Kesehatan Lanjut Usia
Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: di Indonesia. Jakarta: Kemenkes
EGC. Khoiriyah. (2011). Penduduk Lanjut
Bustan MN. (2007). Epidemiologi Usia: Tinjauan Teori, Konsep
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Lansia. Diambil tanggal 06
PT Rineka Cipta. Januari 2017 dari
Cafarelli E & Flint F. (1992). The role of http://jurnal.usu.ac.id
massage in preparation for and Kowalski, R. (2010). Terapi Hipertensi.
recovery from exercise: an Diterjemahkan oleh Rani S
overview. Sports Med. Ekawati. Bandung: Qanita.
Dahlan, M.S. (2011). Statistik Untuk Kota Mataram. (2013). Satu Langka
Kedokteran dan Kesehatan. Menuju Impian Lanjut Usia Kota
(ed.5). Jakarta: Salemba Medika. Ramah Lanjut Usia 2030.
Depkes RI. (2014). Pelayanan dan Yogyakarta: ServeyMETER.
Peningkatan Kesehatan Usia Leuckenotte, A.G. (2000). Gerontologic
Lanjut. Jakarta: Depkes Nursing. (2nd ed). Missouri:
Dikes. (2013). Profil Dinas Kesehatan Mosby.
Kota Mataram. Mataram: Dikes Mubarak, Wahit Iqbal, (2006). Buku Ajar
Downing, George. (1990). Masase Gaya Keperawatan Komunitas 2.
Swedia. Alih bahasa Lanny L. Jakarta: CV Sagung Seto
Bina Pustaka Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
Dubrovsky, V.I. (1990). The effect of Penelitian Kesehatan. Edisi
massage on athlet´s Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
cadiorespiratory systems (clinico- Notoatmodjo, S. (2007). Promosi
physiolgical research). Kesehatan & Ilmu Perilaku.
Farzaneh GM, Mina Z, Bahrom S. Jakarta: Rineka Cipta.
(2016). Comparing The Effects of Nugroho. 2014. Keperawatan Gerontik
Two Swedish Massage Techniques dan Geriatrik. Jakarta: EGC
ROBIATUL ADAWIYAH 50
DINA FITHRIANA
NURI FEBRIANI

Nursalam. (2011). Konsep & Penerapan Mataram. Mataram: STIKES


Metodologi Penelitian Ilmu Mataram
Keperawatan Pedoman Skripsi, Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Tesis, dan Instrumen Penelitian Pendidikan Pendekatan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Medika Bandung: Alfabeta
Palmer & Williams. (2007). Tekanan Supa’at I, Zakaria Z, Maskon O,
Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga Aminuddin A, Nordin NA.
Perry &Potter. (2005). Fundamental of (2013). Effects of Swedish
nursing. Jakarta: EGC. Massage Therapy on Blood
Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Pressure, Heart Rate, and
Fundamental Keperawatan: Inflammatory Markers in
konsep, proses,dan praktik, Edisi Hypertensive Women. Evidence
4. Jakarta: EGC Based Complement Alternat
Prayitno, Suhargo. (2000). Penduduk Med2013;2013:171852.
Lanjut Usia: Tinjauan Teori, Sustrani, Lanny, dkk. (2004). Hipertensi.
Konsep Lansia. Diambil tanggal Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
06 Januari 2017 dari Utama
http://jurnal.usu.ac.id Tapan MHA, Erik. (2004). Penyakit
Priyonoadi, Bambang. (2008). Sport Ginjal dan Hipertensi. Jakarta: PT
Masase (Masase Olahraga). Eek Media Komputindo
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tjokronegoro.A dan H. Utama. (2001).
Keolahragaan Universitas Negeri Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Yogyakarta II. In: E. Susalit, E.J. Kapojos,
Santoso, H. dan Ismail, A. (2009). dan H.R. Lubis ed. Hipertensi
Memahami Krisis Lanjut Usia. Primer. Jakarta: Gaya Baru
Jakarta: Gunung Mulia Wahyuni, Eksanoto, D. (2013).
Setiabudhi, T dan Hardywinoto. (2005). Hubungan Tingkat Pendidikan
Panduan Gerontologi Tinjauan dan Jenis Kelamin dengan
dari Berbagai Aspek: Menjaga Kejadian Hipertensi di Kelurahan
Keseimbangan Kualitas Hidup Jagalan di Wilayah Kerja
Para Lanjut Usia. Jakarta: Puskesmas Pucang Sawit
Gramedia Pustaka Utama Surakarta. Jurnal Ilmu
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Keperawatan Indonesia
Keperawatan Medikal-Bedah. Wiryowidagdo, S. (2002). Tanaman Obat
Ed.8 Vol.3. Jakarta: EGC untuk Penyakit Jantung, Darah
STIKES Mataram. (2016). Buku Tinggi, dan Kolesterol. Cetakan
Panduan Penulisan Skripsi. ketiga. Jakarta: Penerbit PT.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Agromedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai